You are on page 1of 4

Gadis desa masuk kota

Sivia, seorang gadis desa yang ingin pergi ke Jakarta hanya untuk menemui pacarnya, riko. Namun, sesampainya di Jakarta, riko malah ingin menjualnya kepada Zahra untuk dijadikan *tiiiit*. Sivia yang tidak mau di jadikan *tiiit* oleh riko memutuskan untuk melarikan diri, sampai akhirnya ia bertemu dengan Gabriel, Cowok metropolitan yang sangat popular seantero Universitas Jayakarta (ad ya?) dan sangat diidolakan cewek-cewek. Apakah sivia akan tetap mengikuti riko yang merupakan tujuannya datang ke Jakarta? Atau pulang ke desa dan tinggal bersama ibunya? Atau mungkin malah tinggal di rumah Gabriel, pemuda yang ia temui di jalan? bu panggil sivia. ada apa to, nduk? balas ibunya yang sedang menyulam. sivia pengen ke Jakarta lusa. Ujar sivia. Jakarta? Buat apa?? tanya ibu heran. sivia kan pengen ketemu mas riko, bu. Masa tunangan sendiri ndak boleh apa to, nduk? balas ibunya yang sedang menyulam. sivia pengen ke Jakarta lusa. Ujar sivia. Jakarta? Buat apa?? tanya ibu heran. sivia kan pengen ketemu mas riko, bu. Masa tunangan sendiri ndak boleh ketemu? ohh ibu membulatkan bibirnya. ya sudah,, nanti ibu suruh mas dayat buat ngurusin keperluan kamu buat ke Jakarta. makasih ya, bu.. ucap sivia senang sambbil memeluk tubuh ibunya dari samping. iya. Gumam ibu. sekarang mending kamu kasih tahu nak riko dulu. Suruh ibu. oh iya,, via ke rumah oik dulu ya bu, mau numpang telepon hehe. Pamit sivia.

assalamualaikum waalaikum salam.. bu panggil sivia. ada apa to, nduk? balas ibunya yang sedang menyulam. sivia pengen ke Jakarta lusa. Ujar sivia. Sivia berjalan menuju rumah oik yang terletak di sebelah rumah sivia. Ternyata ada dayat disana. oik panggil sivia. masuk aja, vi.. jawab sebuah suara yang sudah sangat dikenal sivia. Itu suara oik. Sivia pun masuk ke dalam rumah oik. loh? Kok ada mas dayat? tanya sivia. eh, via.. gumam dayat yang baru menyadari kehadiran adik semata wayang nya itu, sivia. mas dayat ngapain disini? nyariin cakka, tapi berhubung cakkanya lagi pergi ya udah, mas main aja sama oik. Jawab dayat. ohh sivia membulatkan bibirnya. eh, iya vi, kamu ngapain kesini? dayat gantian bertanya ke sivia. o iya, aku mau pinjem telepon. Boleh ndak, ik? tanya sivia ke oik yang sedang menaruh minuman di meja. ya boleh tha emang mau telepon siapa? jawab dan tanya oik. mau telepon mas riko. Lusa aku mau pergi ke Jakarta. PROOTTT. Dayat yang sedang minum langsung menyemburkan minumnya kembali. lusa? Kok cepet banget sih? tanya riko.

abis via udah kangen sama mas riko. Jawab sivia malu-malu. emang udah bilang sama ibu? tanya riko lagi. udah kok, ibu juga ngijinin. Malahan kata ibu mas dayat yang disuruh ngurus semuanya. Jawab sivia. udah ah, aku mau telepon riko dulu. Sivia beranjak dari tempatnya berdiri dan langsung menuju meja telepon. Setelah memencet beberapa nomor dan terdengar suara sambungan telepon, akhirnya telepon pun diangkat oleh seseorang. halo? Mas riko? iya, ini siapa? masa lupa sama suara aku? Ini via, mas. via? Ohh via. Kenapa, vi? itu mas, lusa via mau ke Jakarta mau ketemu mas riko. lusa? Kok baru ngasih tahu sekarang? Kan kalo kamu ngasih tahunya dari kemarin, mas kan bisa jemput kamu di desa. ini juga mendadak kok. Lagipula via nanti naik bus. ohh ya udah. Lusa mas jemput di terminal ya iya, mas. Ya udah via tutup ya teleponnya TUUUUTTTTTTT. Sambungan telepon diputus. Dua hari kemudian Sivia sebentar lagi akan berangkat. Sebelumnya ia berpamitan dulu ke ibunya. ibu, sivia berangkat dulu ya.. pamitnya sambil mencium tangan ibunya. iya, ati-ati ya, nduk. Ucap ibu sambil mengelus rambut sivia.

mas dayat, via berangkat dulu ya jangan pacaran terus di rumah.. pamit sivia ke dayat. mas ndak pacaran kok. Kamu tuh yang harusnya dibilangin gitu jangan pacaran terus sama riko di Jakarta. Balas dayat sambil menarik hidung sivia sampai merah. awww!!! Sakitt!!! rintih sivia. iya, via ndak pacaran terus ya udah, kamu naik bus sana,, nanti ketinggalan. Terus kalo udah sampe jangan lupa telepon ibu ya pesan ibu. iya, bu. Ucap sivia. via naik dulu ya Sivia pun naik ke bus arah Jakarta. Tak berapa lama, bus yang ditumpangi sivia pun mulai melaju meninggalkan terminal kecil di desanya. Juga meninggalkan ibu dan dayat yang matanya masih mengikuti kepergian sivia.

You might also like