You are on page 1of 48

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan salah satu negara yang dilewati garis khatulistiwa, banyak jenis tanaman buah tropis yang dapat tumbuh. Tanaman buah tropis tersebut salah satunya tanaman rambutan, yang penulis pilih untuk dilakukan perbanyakan di Balai Benih Induk (BBI) Ragunan. Teknik perbanyakan tanaman umumnya dapat dilakukan dengan cara generatif dan dengan cara vegetatif buatan. Teknik perbanyakan secara generatif yaitu dengan menggunakan biji dengan masa panen lama dan tidak seragam (potensi genetik tidak sama). Teknik perbanyakan secara vegetatif buatan yaitu dengan menggunakan organ vegetatif tanaman yang nantinya hasil perbanyakan memiliki sifat yang sama dengan induknya yang unggul (potensi genetik sama) dan masa panen cepat. Teknik perbanyakan secara vegetatif buatan mempunyai beberapa proses perbanyakan bibit yang dilakukan untuk menambah kapasitas produksi bibit yakni dengan cangkok, okulasi, stek, sambung pucuk dan susuan. Dari berbagai macam teknik perbanyakan secara vegetatif tersebut dalam pelaksanaan PKL hanya melakukan okulasi dalam perbanyakan tanaman rambutan di Balai Benih Induk (BBI) Ragunan selama kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL).

Tanaman rambutan banyak terdapat di daerah tropis seperti Afrika, Kamboja, Karibia, Amerika Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina,

Thailand dan Sri Lanka. Rambutan (Nephelium lappaceum) yang tergolong ke dalam famili Sapindaceae. Tanaman rambutan memiliki ciri khas yaitu pada buahnya terbungkus oleh kulit yang memiliki menyerupai rambut di bagian eksokarp. Biji rambutan bentuk elips, terbungkus daging buah berwarna putih transparan. Tanaman rambutan dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah hingga
ketinggian 500 m dpl dengan tipe iklim basah, dengan curah hujan 1.500 s/d 3.000 mm

per tahun, lahan gambut yang masam dan tanah latosol cokelat dengan pH tanah 4-6,5. Suhu udara 22-35 C. Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta sedikit mengandung pasir, juga dapat tumbuh baik pada tanah yang banyak mengandung bahan organik ataui pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir. Kandungan air dalam tanah idealnya yang diperlukan untuk penanaman pohon rambutan antara 100-150 cm dari permukaan tanah. Praktek Kerja Lapang (PKL) bertempat di Balai Benih Induk (BBI) Ragunan yang sekarang menjadi Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Kehutanan karena Instansi ini sudah di kenal masyarakat Jakarta khususnya sebagai penyedia bibit tanaman buah yang berkualitas. Sehingga masyarakat sudah tidak ragu untuk membeli bibit tanaman buah disini. BBI ragunan merupakan salah satu instansi milik pemerintah yang bergerak dalam bidang produk pertanian khususnya pada pengadaan bibit tanaman buah unggulan.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL)


a. Dapat memahami dan mengikuti aktivitas proses produksi dalam

penyedian bibit tanaman buah rambutan rapiah di kebun bibit ragunan.


b. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari produksi dan perbanyakan bibit

tanaman buah rambutan rapiah baik secara generatif maupun vegetatif. c. Mengetahui lingkup kegiatan di kebun bibit ragunan Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Kehutanan. 1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapang
a. Mampu melakukan persemaian biji dan pengantongan bibit dengan

campuran media tanam yang sesuai.


b. Memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai proses

perbanyakan bibit tanaman.


c. Mampu mengetahui perawatan terhadap bibit tanaman buah yang baik

dan benar, berupa : Pemupukan, baik menggunakan pupuk kompos maupun pupuk

kimia. Pemangkasan, baik pada bibit maupun pada tanaman buah induk. Pendangiran dan penyiangan gulma. Penyiraman. pemberantasan hama dan penyakit pada bibit tanaman buah.

d. Memberi informasi tentang lembaga tempat praktek kerja lapangan.

e. Mendapatkan pengalaman dan gambaran tentang dunia kerja nyata

yang harus dihadapi setelah lulus nanti. BAB II PROFILE UPT BALAI BENIH INDUK

2.1 Latar Belakang UPT Balai Benih Induk Balai Benih Induk Pertanian dan Kehutanan merupakan instansi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kehutanan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta yang memiliki areal lahan seluas 1.064.795 m2. Berdiri sejak tanggal 20 Agustus 2002 yang diresmikan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Sebelumnya bernama Balai Benih Induk Tanaman Pangan Hortikultura yang berdiri sejak tanggal 14 Februari 1977. Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 113 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPT di lingkup Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta. Balai Benih Induk Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta mempunyai tugas melaksanakan usaha-usaha untuk mendapatkan bibit/benih unggul tanaman pangan, hortikultura dan kehutanan yang akan disebarluaskan kepada masyarakat dengan menerapkan peningkatan teknologi. Kebun Bibit Ragunan Jakarta merupakan salah satu kebun yang dimiliki oleh Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Kehutanan Ragunan Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta. Saat berdirinya Dinas Pertanian DKI Jakarta pada tahun 1975, didirikan pula Pusat Pengembangan Unit Hortikultura (P3UH) yang merupakan cikal bakal Balai Benih Induk Tanaman

Pangan dan Hortikultura (BBITPH), yang juga mendirikan kebun-kebun dinas salah satunya adalah kebun Bibit Ragunan Jakarta. P3UH mengembangkan kegiatan percontohan bagi masyarakat. Berdasarkan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 5 tahun 1981 yang dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Ibukota Jakarta No. 631/1983, P3UH diganti Pusat Pengembangan Pertanian (PusP2) memiliki fungsi dalam penyediaan bibit, pengembangan teknologi pembibitan, pasca panen dan pelaksanaan kegiatan percontohan. Namun berdasarkan surat keputusan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan No.I.45.82.C tentang Balai Benih Induk Padi, Palawija dan Hortikultura, maka PusP2 diubah menjadi Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBIPTH), ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 281/1977, yang mengacu pada Peraturan Daerah No. 7 Tahun 1995 tentang organisasi dan tata kerja dinas pertanian DKI jakarta. Pada saat ini lebih dikenal Balai Benih Induk (BBI) Dinas Kelautan dan Pertanian DKI jakarta. Berdasarkan Surat keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 113 tahun 2002, Balai Benih Induk Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta memiliki instalasi Balai Benih Induk, yaitu kebun-kebun dinas salah satunya adalah kebun bibit Ragunan Jakarta yang merupakan pendukung pelaksanaan tugas-tugas Balai Benih Induk (BBI) Pertanian dan Kehutanan Jakarta dan sebagai kebun percontohan yang akan menghasilkan benih dan bibit tanaman buah yang terjamin mutunya dan memperoleh serifikasi.

2.2 Visi dan Misi UPT Balai Benih Induk 2.2.1 Visi Unggul dan terdepan sebagai penyedia benih/bibit unggul dan bermutu serta kawasan agro terkemuka di indonesia. 2.2.2 Misi Menyusun program dan rencana kegiatan operasional. Produksi benih/bibit unggul dan bermutu. Penerapan dan peningkatan teknologi pertanian dan kehutanan di Kebunkebun. Pengujian adaptasi teknologi budidaya, pengelolaan benih dan perlakuan pasca panen produksi benih/bibit. Pengadaan pohon induk sebagai bahan baku maupun untuk koleksi. Penyediaan sarana studi, latihan dan penyuluhan bagi masyarakat. Penyediaan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan. sarana informasi dan pelayanan benih/bibit kepada

2.3 Struktur Organisasi UPT Balai Benih Induk Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 161 tahun 2010 pasal 5 susunan organisasi Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, terdiri dari :

a. Kelapa Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan

Kehutanan Ragunan mempunyai tugas : -

Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi pusat. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Sub bagian, Seksi dan Sub kelompok Jabatan Fungsional.

Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Satuan Kerja Perangkat (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) atau instansi

pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi pusat. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan tugas dan fungsi pusat.

b. Sub bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub bagian yang

dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Balai. Tugas pokoknya adalah sebagai berikut: Menghimpun, meneliti, mengelola dan menyusun program serta rencana kegiatan operasional. Mengelola surat menyurat, pengetikan, pengadaan dan

pendistribusian. Melaksanakan urusan perlengkapan dan kerumahtanggaan. Melakukan urusan kepegawaian. Melaksanakan urusan keamanan, ketertiban dan kebersihan kantor. Mengkoordinasikan penyajian data informasi kegiatan balai. Mengkoordinasikan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional.

c. Seksi Produksi Benih dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam

melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Balai Benih. Tugas pokoknya sebagai berikut :
-

Melaksanakan produksi benih/bibit unggul dan bermutu tanaman pangan, hortikultura dan kehutanan.

Melaksanakan penyediaan dan pemeliharaan pohon induk. Melaksanakan pengelolaan dan pemeliharaan bibit tanaman pangan, hortikultura dan kehutanan.

Mengoperasikan saran dan prasarana kebun-kebun bibit untuk memproduksi benih.

Melakukan stock opname (list dalam buku daftar yang berkaitan produksi benih) dan menyusun laporan persediaan benih di kebunkebun bibit.

Melaksanakan bimbingan teknis pengelolaan dan produksi bibit kepada kebun-kebun bibit.

Melaksanakan pelayanan data dan informasi, studi lapangan yang berkaitan dengan produksi benih.

Melaksanakan pelayanan benih kepada masyarakat. Melakukan koordinasi dengan instalasi terkait dalam upaya pengembangan produksi benih unggul dan bermutu tanaman pangan, hortikultura dan kehutanan.

Melaksanakan operasional.

evaluasi

dan

penyusunan

laporan

kegiatan

d. Seksi Pengembangan Teknologi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Balai Benih. Tugas pokoknya adalah sebagai berikut : Melakukan pengujian, adaptasi teknologi pembenihan.
-

dan penerapan peningkatan

Melakukan pengujian terhadap mutu benih dan perlakuanperlakuan pasca produksi terhadap benih.

Menyelenggarakan operasional sarana dan prasarana laboratorium benih.

Melakukan pelayanan data dan informasi di bidang pengembangan teknologi perbenihan.

Melakukan hubungan kerjasama dan jasa teknologi perbenihan dengan instansi pemerintah atau swasta dan masyarakat.

Melaksanakan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan.

e. Sub kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga

fungsional senior sebagai Ketua Sub kelompok. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan, sifat, jenis dan beban kerja. Pembinaan terhadap tenaga fungsional dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Adapun tugas pokok dari Sub Kelompok Jabatan Fungsional adalah sebagai berikut :

10

Melakukan kegiatan dalam menunjang tugas dan fungsi Balai Benih Induk Pertanian dan Kehutanan sesuai dengan keahlian masing-masing.

Bertanggung jawab secara operasional kepada Kepala Balai Benih dan secara teknis administratif kepada Ketua Kelompok Jabatan Fungsional Dinas Pertanian dan Kehutanan.

2.4 Keadaan Umum Lokasi UPT Balai Benih Induk Topografi di kebun UPT Balai Benih Induk tersebut datar dengan ketinggian antara 22 s/d 28 meter di atas permukaan laut (dpl), jenis tanah berupa latosol merah. UPT Balai Benih Induk berada pada 060 14 LS dan 1060 43 BT. Luas areal 8, 57 ha yang terdiri dari luas laboratorium 150 m2 dan luas instalasi BBI Ragunan 147. 635 m2. Suhu ratarata di kebun BBI Ragunan 23, 70 C, lama penyinaran harian 60, 3 %, curah hujan 2354, 4 mm/ tahun, dan kelembaban rata rata harian 84%. 2.5 Sarana dan Fasilitas Selama di kebun bibit ragunan mendapatkan fasilitas yang cukup baik sehingga dapat membantu dalam melaksanakan PKL. Adapun fasilitas yang diperoleh berupa rumah singgah untuk menaruh barang-barang yang berhubungan dengan PKL, toilet, air bersih, parkir motor, dan saung untuk melepas lelah saat PKL dan melakukan wawancara yang terkait dengan pembahasan PKL.

11

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Klasifikasi Tanaman Rambutan Adapun klasifikasi Rambutan menurut Rukmana dan Oesman (2008) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Sapindales : Sapindaceae : Nephelium : Nephelium lappaceum L.

Buah rambutan berbentuk bulat dan mempunyai ciri khas yaitu adanya pelat pada kulitnya. Warna buah hijau kekuningan dengan rambut yang sangat pendek, kasar, agak jarang, dan berwarna hijau dengan ujung kemerahan. Daging buah tebal, putih, agak kering, kenyal, ngelotok, dan kulit bijinya agak melekat. Biji berbentuk bulat kecil mempunyai pelat. Produksi tidak terlalu tinggi, per pohon 1.000-1.600 buah atau 18-30 kg per tahun.

12

Tanaman tumbuh dan berbuah baik di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl dengan tipe iklim basah. Tanaman ini dapat tumbuh pada curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun, Tanah yang gembur dan subur. Tanaman ini relatif tahan pada lahan gambut yang masam dan tanah latosol cokelat dengan pH tanah 4-6,5. Suhu udara 22-35 C. Rambutan merupakan tanaman tropis yang tergolong ke dalam keluarga Sapindaceae, berasal dari daerah kepulauan di Asia Tenggara. Rambutan banyak terdapat di daerah tropis seperti Afrika, Kamboja, Karibia , Amerika Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Sri Lanka (Chairani, 2008). Rambutan merupakan salah satu jenis buah-buahan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia. Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang mempunyai gizi, zat tepung, protein dan asam amino, zat lemak, enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamin dan mineral yang menyehatkan keluarga tetapi ada pula sementara masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon pelindung. Adapun kandungan gizi yang terkandung dalam rambutan adalah sebagai berikut Chairani (2008) : Tabel 1. Kandungan gizi dalam 100 g buah rambutan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Zat Gizi Protein Lemak Serat kasar Asam malat Glukosa Fruktosa Sukrosa Serat Vitamin C Niacin Zat besi 0.9 % 0.3 % 0.3 % 0.05 % 2.8 g 3.0 g 9.9 g 2.8 g 70 mg 0.5 mg 2.5 mg Nilai energi

13

12 13 14 15 16 17

Thiamine Riboflavin Kalium Natrium Magnesium Kadar air

0.01 mg 0.07 mg 140 mg 2 mg 10 mg 82,1 %

Sumber : Chairani (2008) 4.1.1 Jenis dan Varietas Berdasarkan survey yang telah dilakukan terdapat 22 jenis rambutan baik yang berasal dari galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galur yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan dilihat dari sifat buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut). Menurut Hanum (2008) sejumlah jenis rambutan beberapa varietas rambutan yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomis relatif tinggi diantaranya : Rambutan Rapiah buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi, kulit berwarna hijau-kuning merah tidak merata dengan beramut agak jarang, daging buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal, dengan daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik. Rambutan Aceh Lebak bulus pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan hasil rata-rata 160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna merah kuning, halus, rasanya segar manis asam banyak air dan ngelotok daya simpan 4 hari setelah dipetik.

14

Rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia dengan buah cukup besar, kulit berwarna merah darah sampai merah tua rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis dengan asam sedikit, hasil buah tidak selebat aceh lebak bulus tetapi daging buahnya ngelotok.

Rambutan Cimacan, kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil 90 170 ikat perpohon, kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar dan agak jarang, rasa manis, sedikit berair tetapi kurang tahan dalam pengangkutan.

Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukai, dengan batang yang kuat cocok untuk diokulasi, warna kulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut halus dan rapat, rasa buah manis asam, banyak berair, lembek dan tidak ngelotok.

4.1.2 Bibit Unggul Bibit unggul adalah tanaman muda yang memiliki sifat unggul yaitu mampu menunjukkan sifat asli induknya dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, serta tidak mengandung hama dan penyakit. Untuk itulah pemilihan tanaman dengan bibit unggul disertai dengan tanaman yang bersertifikasi oleh
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) atau Institusi Perorangan atau Badan

15

Hukum yang telah memperoleh izin dari institusi terkait seperti Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) yang sudah mendapat akreditasi dari Badan Standarisasi Nasional (BSN) sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku (Wayan, 2008).

4.2 Perbanyakan Tanaman Reproduksi pada tumbuhan berlangsung melalui 2 cara yaitu vegetatif dan generatif. Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji. Reproduksi vegetatif pada tumbuhan sering disebut juga propagasi vegetatif. Propagasi vegetatif dapat terjadi secara alami maupun dengan bantuan manusia. Propagasi Vegetatif dengan bantuan manusia umumnya dilakukan untuk tanaman yang sulit dikembangbiakan dengan biji dan memperoleh sifat yang sama dengan induknya (Lakitan, 1995). Menurut Hartman dan Kester (1983) ada 3 aspek yang menentukan keberhasilan dalam melakukan perbanyakan tanaman, adalah sebagai berikut : -

Pengetahuan tentang manipulasi mekanis dan keterampilan teknis. Pengetahuan tentang struktur dan pertumbuhan tanaman. Pengetahuan tentang jenis-jenis tanaman dan metode-metode yang mungkin dilakukan untuk membiakan masing-masing jenis tanaman tersebut.

Tabel 2. keunggulan dari perbanyakan generatif dan vegetatif Keunggulan Generatif


a. Sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. b. Mudah dikumpulkan. c. Dapat menentukan beberapa sifat didapatkan atau

Keunggulan Vegetatif a. Memperoleh sifat yang sama dengan induknya b. Dapat disilangkan dengan jenis lain dari famili yang sama.

16

unggul yang diinginkan. d. Kulit buah dengan kadar air rendah maka biji dapat disimpan dalam waktu lama

c. Tingkat pertumbuhannya telah diketahui

Sumber : Wudiayanto (1993) 4.2.1 Perbanyakan Generatif Tanaman Buah Perbanyakan generatif adalah perbanyakan yang menggunakan biji mengandung embrio, yaitu suatu cikal bakal tanaman baru yang mengandung bakal akar, bakal batang, dan bakal tunas. Biji merupakan hasil dari pertemuan dari sel kelamin betina dan sel kelamin jantan, terbentuk zygot yang kemudian berkembang menjadi buah (Lakitan, 1995). Awal terbentuknya biji dimulai dari fertilisasi yang merupakan gabungan antara gamet betina dan jantan, yang terjadi setelah penyerbukan. Tahap berikutnya sesudah fertilisasi adalah perkembangan ovul menjadi biji. Tanaman yang dikembangbiakkan melalui cara ini biasanya memiliki sifat genetis yang berbeda dari tanaman induk dan biasanya mengalami kemunduran. Oleh karena itu dalam meningkatkan mutu produk pemuliaan tanaman dilakukan persilangan atau hibridisasi, untuk menghasilkan benih unggul (Nugroho, 2006). Adapun tata cara dalam melakukan perbanyakan generatif tanaman berbuah adalah sebagai berikut (Nugroho, 2006) :
a. Pemilihan biji untuk bahan perbanyakan

Pemilihan biji idealnya dari buah yang besar dan sehat serta sudah matang penuh di pohon induk yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan batang bawah.

17

Setelah memenuhi syarat tersebut diberi perlakuan fungisida untuk merangsang


pertumbuhan dan mencegah serangan hama serta penyakit saat biji disemaikan

(Pratiknyo, 2007). Ada beberapa tanaman yang bijinya harus segera disemai setelah dikeluarkan dari buah atau polongnya. Biji seperti ini dikenal dengan biji rekalsitrans yaitu biji yang daya kecambahnya akan menurun jika disimpan terlalu lama, bahkan tidak akan tumbuh jika dikeringkan. Contohnya adalah biji kemiri, meranti, mahoni, mangga, durian, dan nangka (Pratiknyo, 2007). Biji yang tetap berdaya kecambah tinggi walaupun sudah dikeringkan sampai kadar airnya hanya 5-10% dan disimpan dalam waktu yang lama, asalkan dikemas dengan baik dan selalu terjaga suhu, cahaya dan kelembabannya disebut biji orthodok. Contohnya adalah biji sayuran seperti cabai dan tomat; biji tanaman buah berumur pendek seperti semangka, melon, dan pepaya; serta biji tanaman kehutanan seperti jati dan sengon (Pratiknyo, 2007).

b. Pemecahan dormansi biji Ada Beberapa jenis biji mempunyai testa yang impermeabel terhadap air hingga sulit dan butuh waktu untuk dapat berkecambah. Hal ini dikarenakan biji tanaman tersebut sedang mengalami dormansi biji. ada pula biji yang mengalami masa dormansi pasca panen yang cukup lama sebelum dapat berkecambah sekalipun faktor lingkungan mendukung untuk berkecambah. Ketahanan mekanis testa dan sifat impermeabilitasnya menghambat pula pertukaran gas O2 maupun CO2 antara embrio dan lingkungan luar (Lakitan, 1995).

18

Masa dormansi biji dapat dipercepat dengan cara, baik fisik secara mekanik ataupun kimiawi dengan penggunaan senyawa kimia seperti kumarin, kalium nitrat, asam sulfat dll. Di samping faktor internal terjadinya dormansi, faktor eksternal juga berperan dalam kelangsungan proses perkecambahan (Lakitan, 1995).
c. Persemaian biji

Aktivitas persemaian membutuhkan penanganan yang kelak akan menentukan hasil budidaya tanamannya. Persemaian untuk benih-benih yang berbiji besar dapat dilakukan dengan menanam langsung, akan tetapi untuk benih yang kecil dapat dibantu dengan suatu wadah. Persemaian untuk biji berukuran kecil dibutuhkan wadah berupa polybag dimana biji ditaburkan merata diatas media kemudian ditutup kembali dengan media setebal 1-2 cm dan disiram sampai basah. Untuk media persemaian harus mempunyai aerasi baik, subur dan gembur. Dengan media yang gembur, maka akar akan tumbuh lurus dan memudahkan pemindahan bibit ke polybag pembesaran. Penggantian polybag beserta media semai ke polybag yang berukuran lebih besar dilakukan setiap 3 hingga 6 bulan (Nugroho, 2006).
d. Pemeliharaan bibit

Selama proses persemaian perlu dinaungi agar tidak terkena sinar matahari langsung dan derasnya air hujan. Penyiraman cukup dilakukan satu kali sehari yaitu pada waktu pagi atau sore hari, agar tidak kekeringan. Wadah ditaruh ditempat yang terlindung dari gangguan unggas dan serangga atau melakukan

19

penyemprotan pestisida dengan dosis rendah. Apabila terdapat gulma, maka harus dilakukan penyiangan secara hati-hati (Nugroho, 2006). 4.2.2 Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah Fase pertumbuhan yang berbeda, sejumlah sel tumbuhan menjadi berbeda pula meskipun gennya sama. hal ini dikarenakan banyak sel tumbuhan bersifat totipotensi, artinya sel bukan embrionik memiliki kemampuan untuk

berdiferensiasi menjadi sel embrionik, kemudian berkembang menjadi tumbuhan baru yang lengkap jika kondisi lingkungan mendukung. Namun selain totipotensi, tumbuhan juga mempunyai kemampuan dediferensiasi yaitu kemampuan setiap sel tumbuhan yang telah tua untuk kembali menjadi sel meristematik dan menjadi titik tumbuh yang baru (Lakitan, 1995). Terdapat bermacam-macam teknik perbanyakan vegetatif yang sering dilakukan. Beberapa teknik hanya memanfaatkan organ reproduksi khusus yang diproduksi tanaman tertentu, sementara teknik lainnya sengaja merangsang pertumbuhan baru pada bagian tumbuhan tertentu. Adapun teknik perbanyakan vegetatif buatan yaitu cangkok, sambunng pucuk, okulasi, dan susuan. a. Cangkok Cangkok (air layering) merupakan salah satu cara perkembangbiakan vegetatif yang tertua di dunia dan cara ini telah lama dikerjakan di india (Pracaya, 1995). Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah :

20

Waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang.

Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya.

Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu.

b. Sambung pucuk

Sambung pucuk adalah penyatuan pucuk (batang atas) dengan batang bawah sehingga terbentuk tanaman baru yang mampu saling menyesuaikan diri secara kompleks. Pemanfaatan sambung pucuk ini sudah banyak diaplikasikan pada tanaman hias, tanaman buah, dan tanaman perkebunan. Apabila dibandingkan dengan perbanyakan dengan okulasi, ternyata perbanyakan dengan sambung pucuk lebih cepat menghasilkan bibit. (Nugroho, 2006) Adapun keuntungan dari perbanyakan dengan cara sambung pucuk adalah sebagai berikut (Nugroho, 2006) : Memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, hasil tanaman sambung pucuk mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya, dan mempercepat waktu berbunga dan berbuah, serta menghasilkan sifat berbuahnya sama dengan induknya. Mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik (khusus pada tanaman dikotil).

21

Peremajaan tanpa menebang pohon tua sehingga tidak memerlukan bibit baru dan menghemat biaya eksploitasi.

c. Okulasi Teknik okulasi merupakan teknik penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Tujuan utama okulasi adalah supaya mendapatkan jenis tanaman baru dengan sifat yang menguntungkan seperti tahan penyakit serta keunggulan-keunggualan sifat yang dimiliki oleh suatu tanaman. Sedangkan untuk tunas yang ditempelkan harus merupakan tunas yang yang produktif atau kualitas yang tinggi. Prinsip dari okulasi adalah melekatnya kambium suatu jenis tanaman dengan jenis tanaman lain agar berpadu satu dan hidup. Okulasi sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Karena pada saat ini kambium dapat mempertahankan diri tidak segera menjadi kering, demikian pula dengan mata tunas yang ditempelkan. Sedangkan pada musim kemarau, mata tunas yang dikerat harus segera ditempelkan ke batang yang sebelumnya sudah dibuat pada pola keratannya. Bekerja di tempat yang teduh (sebaiknya lakukan pada pagi atau sore hari), terik matahari tentu akan mempercepat kambium menjadi kering. Sebaiknya letakkan hasil okulasi di tempat teduh. Selain menghindari terik matahari, juga agar tak ada air yang masuk ke sambungan (Pratiknyo, 2007). d. Susuan Susuan disebut juga sambung lengkung karena bibit batang bawah dan batang pohon induk berada pada posisi melengkung. Penyusuan (approach

22

grafting) merupakan cara penyambungan di mana batang bawah dan batang atas masing-masing tanaman masih berhubungan dengan perakarannya. Bibit tanaman di pakai sebagai batang bawah yang ditempelkan pada cabang tanaman induk kemudian setelah melekat cukup kuat lalu ikatannya dilepas yaitu dengan jalan mengerat cabang pohon induk di bawah ikatan sedikit demi sedikit sampai beberapa hari kemudian baru dipotong setelah kelihatan tidak layu karena sambungan benar-benar telah melekat (Pracaya, 1995). Berdasarkan letak penempelan antara batang bawah dengan batang pohon induk, terdapat 2 tipe dalam melakukan penyusuan (Pracaya, 1995) :
-

Susuan duduk untuk mendekatkan batang bawah dengan cabang induknya dibuat para-para (anyaman bambu) dari bambu. Batang bawah kemudian ditaruh diatas para-para dan disusukan dengan cabang pohon induk.

Susuan gantung disebut demikian karena batang bawah yang akan disusukan didekatkan dengan cabang pohon induk dengan posisi menggantung dan polybag batang bawah diikatkan pada cabang batang atas. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

5.1 Waktu dan Lokasi PKL Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di Kebun Bibit Ragunan Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Kehutanan, yang berlokasi di Jalan Harsono RM No. 1 Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan.

23

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini terhitung mulai tanggal 4 Juli 2011 s/d 15 Juli 2011. Sistem Kerja yang diberikan mengikuti jam kerja karyawan mulai dari hari senin s/d jumat pukul 08.00-16.00 WIB. 5.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah Pisau tajam dan bersih, gunting tanaman, plastik yang dipotong memanjang. Sedangkan bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan adalah batang atas yang telah berbuah minimal 3 kali dan batang bawah dengan perakaran baik. 5.3 Prosedur Kerja 5.3.1 Persiapan Okulasi Tanaman Rambutan Batang bawah dengan polybagnya dipegang dan diangkat sedikit ke atas lalu ditekan miring ke bawah sehingga posisi tanaman dan polybagnya menjadi miring ke arah luar, agar memudahkan pencarian posisi batang yang akan di tempel dan pengerjaan penempelan. Batang bawah dibersihkan dari kotoran/debu dengan cara mengusap dengan ibu jari dan telunjuk tangan kita pada bagian yang akan dibuat sobekan untuk okulasi. 5.3.2 Pengambilan Mata Entres Pengupasan mata entres disayat agak dalam sehingga menembus kayu dari atas ke bawah. Tangan kiri memegang ranting yang mau diambil mata entresnya, ibu jari tangan kiri menahan ranting dan membantu mendorong ke arah atas saat

24

pisau ditangan kanan mulai bergerak membuat sayatan menembus kayu, pengambilan entres harus dengan satu gerakan mulus searah dan tidak boleh dengan gerakan terputus-putus. Setelah sayatan melewati mata entres, kemudian dibuat keratan melingkar mengarah miring ke dalam menghubungkan kedua sisi sayatan bidang pola mata entres, untuk memisahkan mata entres dengan kayu dengan cara mengait pola dengan ujung pisau atau dengan kuku jari dengan sontekan halus sehingga terlepas kulit yang membawa mata entres dengan kayu dan sayatan kayu tidak terlepas dari ranting. 5.3.3 Pembuatan Sayatan Tempat Penempelan Mata Entres Dipotong daun dibawah posisi tempat sayatan, untuk memudahkan penempelan. Penentuan tempat okulasi, pada batang bawah buat tempat sayatan setinggi 9 cm dari batas akar dan batang, jika gagal dapat dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali di bawah dari tempat sayatan pertama pada sisi yang berlawanan setelah 3 minggu dari okulasi pertama dan kedua gagal. Disayat kulit batang bawah secara mendatar selebar 3-4 mm dengan 2 atau 3 kupasan, lalu ditarik ke bawah sepanjang lebih kurang 1,5-3 cm sehingga menjulur seperti lidah. Sayatan ini kemudian dipotong panjangnya untuk tempat menahan sayatan mata entres. 5.3.4 Penempelan Mata Entres Diambil sayatan mata entres kemudian ditempelkan dan ditekan mata entres pada sisa sobekan di batang bawah. Semakin cepat penempelan dari pengambilan entres semakin baik, tingkat keberhasilan tinggi. Diikat dari bawah

25

tempelan melingkar ke atas. Dalam pengikatan diusahakan tidak terlalu tebal, jangan terlalu kencang dan kendur. 5.4 Rincian Pelaksanaan PKL Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan disesuaikan dengan jam kerja karyawan yakni 5 hari, mulai hari senin hingga jumat. Kegiatan yang dilakukan yakni mengikuti, mengamati dan juga memahami aktivitas produksi pembibitan yang di lakukan oleh pekerja kebun di bibit ragunan, sehingga praktek dilapangan dan teorinya dapat menjadi suatu perbandingan dalam pembuatan laporan nantinya. 5.4.1 Penjabaran Catatan Harian Dalam pelaksanaan PKL adalah mengikut semua aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi bibit tanaman buah, disamping itu juga tetap mengacu pada tujuan dari pembuatan laporan PKL berupa pengumpulan data yang sesuai dengan term of reference (TOR) atau proposal PKL yang telah disetujui oleh pihak jurusan program studi biologi dan juga oleh pendamping PKL di BBI Ragunan. Kegiatan PKL yang dilakukan meliputi proses produksi penggandaan bibit tanaman buah rambutan rapiah. Secara umum kegiatan yang dilakukan adalah penyemaian benih, pengantongan benih, pemindahan ke bedengan, perbanyakan bibit, pemeliharaan bibit dan pengamatan setelah perbanyakan. Berikut adalah gambaran secara umum kegiatan PKL di tiap minggunya yang penulis lakukan selama 2 minggu.

26

1. Minggu pertama. Pada tahap ini melakukan sosialisasi dan perkenalan

dengan pihak-pihak terkait yang ada di kebun BBI Ragunan, diharapkan nantinya akan terjalin hubungan tali silahturahmi sehingga dapat melaksanakan PKL dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya melakukan kegiatan apa yang dilakukan oleh pekerja kebun meliputi pengantongan bibit ke polybag yang lebih besar, pemindahan bibit tanaman ke bedengan, pemberian pupuk kandang terhadap bibit tanaman, membersihkan gulma (pendangiran) dan memberantas hama serta penyiraman terhadap tanaman bibit tanaman. Membantu membuat kembali pagar tanaman yang telah rusak di depan kebun BBI Ragunan. Selama satu minggu hanya melakukan hal tersebut sesuai dengan jadwal kegiatan PKL yang telah diatur oleh pendamping PKL.

2. Minggu kedua. Selain mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh pekerja

tetapi juga mendapatkan suatu pembelajaran tentang teknik okulasi yanng baik dan benar mulai dari awal okulasi memilih mata entress pada pohon induk yang telah berbuah dan bibit tanaman yang unggul, hingga proses okulasi yang diterapkan di kebun BBI Ragunan. Setelah diberi materi tentang teknik okulasi rambutan (Nephelium lappaceum), kemudian melakukan praktek okulasi yang sebelumnya memperhatikan terlebih dahulu pendamping melakukan okulasi pada bibit tanaman agar lebih

27

memahami praktek tersebut sehingga mengurangi terjadinya kesalahan selama melakukan okulasi pada bibit tanaman.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Proses Pembibitan Biji Rambutan Secara Generatif Perbanyakan bibit tanaman rambutansecara generatif adalah cara yang paling mudah dilakukan untuk menghasilkan bibit tanaman berkualitas unggul. hal yang terpenting dalam pembibitan rambutan adalah bibit yang diambil berasal

28

dari indukan yang sudah tua dan masih produktif serta telah diseleksi dengan kualitas baik untuk siap disemai. Oleh karena itu di kebun bibit ragunan, perbanyakan generatif hanya dimaksudkan untuk menghasilkan batang bawah yang unggul atau yang diinginkan dalam proses perbanyakan vegetatif buatan. Penyemaian benih dipilih lahan yang gembur dan mudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan, disamping itu mudah diawasi. Di kebun BBI ragunan, penyemaian biji biasanya dilakukan di rumah semai dengan intensitas cahaya dan kelembaban yang telah diperhitungkan.

Gambar 1. Rumah penyemaian Adapun proses penyemaian biji rambutan yang dilakukan adalah sebagai berikut : -

Pilih biji yang akan digunakan sebagai bibit, yang sudah tua dan dan sehat. Buah dikupas dan diambil bijinya dengan jalan fermentasi biasa (selama 1 sampai 2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam, atau biji tersebut dapat ditanam langsung di rumah semai dan disiram 1-2 kali sehari.

Biji dikecambahkan setelah 1-1,5 bulan.

29

5.2.1 Proses Pemeliharaan Bibit Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram 1-2 kali sehari dan pemberian pupuk kandang. Setelah biji berkecambah 1-1,5 bulan dipindahkan ke bedeng pembibitan, Kemudian dilakukan pendangiran di sekitar rumah semai supaya tetap gembur dan dilakukan setiap 2-3 minggu sekali, rumput yang tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hama dan penyakit. Jika umur bibit telah berumur kurang lebih 1 tahun setelah itu dapat dilakukan pengokulasian (Nugroho, 2006). Tahap pengisian media ke dalam polybag dilakukan dengan cara ditekan-tekan sampai rata, karena ketika disiram media tidak merembes. Posisi tanaman juga harus diperhatikan, usahakan posisi tanaman berada ditengah polybag dan juga bagian atas polybag harus dilipat sekitar 5 cm jika nanti dibutuhkan penambahan media tanam (Nugroho, 2006).

Gambar 2. Posisi benih tanaman

30

5.3 Proses Perbanyakan Vegetatif Bibit Rambutan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diketahui bahwa untuk setiap sel tanaman memiliki kemampuan totipotensi, maka para petani memanfaatkan hal tersebut untuk melakukan perbanyakan vegetatif secara buatan. Perbanyakan vegetatif buatan yang diterapkan untuk tanaman buah pada kebun Balai Benih Ragunan antara lain okulasi, cangkok, sambung pucuk, dan susuan. Namuan, selama PKL hanya melakukan perbanyakan vegetatif buatan tanaman rambutan (Nephelium lappaceum L.). Salah satu hal yang terpenting dalam menentukan keberhasil perbanyakan adalah pohon induk yang unggul. Oleh karena itu kebun bibit ragunan menggunakan indukan yang telah tersertifikasi oleh pemerintah. 5.3.1 Okulasi Selama PKL hanya melakukan okulasi pada tanaman rambutan diantara beberapa teknik perbanyakan vegetatif tanaman. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan okulasi yaitu batang bawah, mata entres, dan waktu dalam melakukan okulasi serta pengikatan mata entres pada batang bawah. Batang bawah yang dianjurkan adalah batang yang berumur 3-8 bulan (berwarna hijau) atau yang berumur 9-18 bulan (berwarna cokelat). Mata entres sebaiknya diambil dari indukan yang unggul. penempelan mata entres pada sayatan batang bawah dilakukan di pagi hari dan terhindar cahaya matahari secara langsung karena untuk menghindari terjadinya transpirasi berlebih dari panasnya matahari terhadap tanaman rambutan yang akan diokulasi. Proses pengikatan mata entres

31

diusahakan tidak menutupi mata entres tersebut agar tanaman tersebut berkembang sangat baik (Sukarmin, 2008). Hasil okulasi dapat dilihat setelah 3 minggu dari proses okulasi yang ditandai dengan tumbuhnya tunas pada mata entres tersebut. Apabila telah 3 minggu, batang pada tanaman okulasi dirundukkan. Perundukan bertujuan agar penyaluran nutrisi terpusat pada mata entres sehingga mata entres tersebut tumbuh menjadi tunas baru. Cara okulasi tidak dapat dilakukan setiap saat, tetapi hanya pada batang bawah mudah dikelupas kulitnya dan tingkat keberhasilannya pun rendah. Sutarto et al. (1994) melaporkan tingkat keberhasilan okulasi rambutan dengan menggunakan batang bawah varietas Sinyonya umur 8 bulan hanya 59,01%. Teknik okulasi dikenal dua cara yaitu okulasi coklat (brown budding) dan okulasi hijau (green budding). Pada okulasi coklat, batang bawah yang digunakan telah berumur antar 9-18 bulan di pembibitan atau berdiameter lebih dari 1,5 cm yang kulit batangnya telah berwarna coklat dan entres yang digunakan berwarna kecoklat-coklatan. Sedangkan pada okulasi hijau batang bawah baru berumur 3-8 bulan atau berdiameter 1-1,5 cm dan entres yang digunakan juga masih muda dan berwarna hijau. Sukarmin (2010) menyatakan, luka sayatan pada batang bawah yang berumur relatif muda lebih cepat sembuh dan menyatu dengan entres dibanding yang isinya lebih tua. Berikut mekanisme okulasi yang dilakukan oleh penulis di kebun BBI ragunan :

32

Gambar 3. Irisan batang bawah

Gambar 4. Irisan mata entres

Gambar 6. Pengikatan mata entres Gambar 5. Penempelan mata entres

Gambar 7. Hasil okulasi bibit rambutan 5.4 Perawatan Bibit Tanaman Selama PKL tidak hanya melakukan perbanyakan vegetatif akan tetapi juga melakukan perawaratan tanaman. Perawatan atau pemeliharaan bertujuan agar bibit tanaman yang telah mengalami perbanyakan dapat berkembang dengan baik seperti yang diharapkan oleh pelaku perbanyakan tanaman. Adapun perawatan yang dilakukan di kebun bibit ragunan selama PKL adalah sebagai berikut : a. Penyiraman

33

Penyiraman tanaman setiap harinya pada pagi dan sore hari. Pada pagi hari, stomata (mulut daun) pada tanaman membuka lebar sehingga jika dilakukan penyiraman maka akan optimal pemanfaatan air untuk proses fotosintesis pada tanaman. Penyiraman pada sore hari bertujuan dalam menghindari penguapan air karena panas matahari pada siang hari.
b. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman

Hama tanaman dan penyakit tanaman merupakan musuh bagi petani buah sejak lama. Untuk memberantas hama dapat dilakukan dilakukan dengan dua cara yaitu fisik, kimia, dan biologi. Di kebun bibit ragunan dalam memberantas hama maupun penyakit tanaman pada tanaman rambutan menggunakan cara kimia. Adapun bahan kimia yang digunakan pada kebun bibit ragunan antara lain : Curacron adalah pembasmi hama ketika ada hama yang langsung menyerang tanaman, dosis pemakaiannya yaitu 2 cc/ liter air. Decis digunakan untuk mencegah hama dengan dosis pemakaian 1 cc/ liter air. Antracol digunakan untuk mencegah tumbuhnya cendawan pada bibit tanaman dengan dosis pemakaian 2 gr/ liter air. Dethine M 45 digunakan untuk pencegahan terhadap cendawan pada tanaman yang sudah tumbuh besar dengan dosis pemakaian 2 gr/ liter air. Denlate digunakan untuk pencegahan terhadap cendawan pada biji untuk semaian dan dosis pemakaiannya 1 gr/ liter air.

34

Furadan merupakan zat pencegahan secara bertahap terhadap rayap dan cacing sebagai perusak tanaman, ketika hama tersebut memakan tanaman tersebut maka hama tersebut akan mati. Dosis pemakaiannya 1 sdm/ tanaman. Pemberian pestisida di atas tentunya sudah diatur dosis dan waktu

pemakaiannya. Hal ini dikarenakan untuk mencegah dampak lainnya dari penggunaan bahan kimia tersebut selain memberantas hama dan penyakit tanaman. Menurut panut (2008), dampak samping dari pemberian pestisida dengan mengabaikan petunjuk pemakaian adalah sebagai berikut : Dapat menyebabkan keracunan kronis yanng tidak selalu mudah diprediksi bagi pengguna pestisida tersebut maupun konsumen. Menyebabkan pencemaran lingkungan dengan segala akibatnya, misalnya bioakumulasi/ biomagnifikasi, hilangnya salah satu dari rantai makanan alaminya dan sebagainya. Hama, penyakit tanaman dan gulma menjadi resisten terhadap pestisida tersebut. Meracuni tanaman bila salah menggunakannya. Terjadinya resurjensi hama yaitu fenomena meningkatnya serangan hama tertentu sesudah perlakuan dengan insektisida. Mekanisme resurjensi ini belum diterangkan dengan jelas, tetapi dugaan mengarah pada

penurunannya populasi musuh alami hama dan meningkatnya fekunditas serta longevitas hama.

35

Dalam menyemprotkan pestisida menggunakan alat yang disebut sprayer punggung otomatis (Pre-pressurized Knapsack Sprayer). Penyemprotan dilakukan 2 kali seminggu pada pagi dan sore hari (Panut, 2008).

Gambar 8. Penyemprotan hama dan penyakit Hama tanaman rambutan yang umum dijumpai yaitu ulat penggerek buah (Dichocricic punetiferalis) menyebabkan buah menjadi kering dan berwarna hitam, Ulat penggerek batang (Indrabela sp) membuat kulit kayu berlubang sepanjang 30 cm, Ulat pemakan daun (Ploneta diductat) memakan daun-daun terutama pada musim kemarau, Ulat Jengkal (Berta chrysolineate) pemakan daun muda sehingga penggiran daun. Selain hama diatas juga ditemukan serangga seperti semut, kutu, kepik, kalong dan bajing yang keberadaannya dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik (Chairani, 2008).
c. Pemupukan

Pemupukan termasuk salah satu dalam menunjang pertumbuhan tanaman untuk tumbuh dengan baik. Di kebun bibit Ragunan menggunakan pupuk kandang

36

yang dicampur urea 46 % sebanyak 1 sendok untuk 10 liter air sebagai penunjang pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk kandang dapat mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan mengatasi terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman. b

Gambar 9. Pemupukan bibit tanaman

Selain pemakaian pupuk yang digunakan di atas, kebun bibit Ragunan juga menggunakan jenis-jenis pupuk lainnya antara lain : Mutiara dengan takaran 1 sdm/ polybag ukuran 35 x 40 cm. NPK dan TSP dengan takaran 2 gr/ liter air. Kristalon dengan takaran 2 gr/ liter air. Growmore dengan takaran 2 gr/ liter air. Athonik untuk pertumbuhan akar dan daun dengan takaran 2 cc/ liter air. Gandasil D dan gandasil B untuk buah dengan takaran masing masing 2 gr/ liter air.

37

d. Pengendalian gulma

Kebun bibit ragunan dalam memberantas gulma yang diterapkan yaitu dengan cara mekanis (pendangiran). Cara mekanis, gulma dicabuti dengan menggunakan tangan, arit dan cangkul. Gulma banyak tumbuh pada tanah yang lembab dengan kandungan hara yang sangat baik. Dengan adanya gulma, akan menghambat pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan karena terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur hara dan persediaan air pada tanah.

Gambar 10. Pencabutan gulma e. penggantian polybag dan pengisian media Tanaman yang sudah cukup besar harus dipindahkan ke tempat polybag yang lebih besar sesuai ukuran tanamannya. Hal ini dikarenakan tanaman tersebut tidak cukup ruang untuk tumbuh pada polybag sebelumnya sehingga apabila tidak dipindahkan, polybag akan rusak akibat akar tanaman telah keluar. Hal yang perlu diperhatikan juga dalam pemindahan tanaman, komposisi nutrisinya sama dengan polybag sebelumnya.

38

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan Pusat pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Kehutanan Ragunan adalah instansi pemerintah yang berfungsi dalam penyediaan bibit tanaman bagi masyarakat yang membutuhkannya. Adapun beberapa tanaman yang bisa didapatkan di kebun bibit ragunan adalah bibit tanaman buah dataran rendah, bibit tanaman kehutanan, bibit tanaman sayuran, dan tanaman hias.

39

Proses produksi pembibitan tanaman buah rambutan yang diterapkan di kebun bibit ragunan dimulai dari penyemaian benih, pengantongan benih, perbanyakan tanaman, dan pemeliharaan tanaman. Perbanyakan tanaman rambutan di kebun bibit ragunan menggunakan indukan yang berkualitas terbaik dalam menghasilkan klon yang sifatnya sama dengan indukannya. Proses pemeliharaan tanaman di kebun bibit ragunan meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, pendangiran, dan penggantian polybag. Oleh karena itu, produk tanaman yang ada di kebun bibit ragunan tetap terjaga kualitasnya. Selama proses produksi tanaman buah terkadang pula mendapatkan kendala atau hambatannya. Kendala-kendala yang mungkin terjadi selama produksi tanaman buah meliputi stok pupuk baik pupuk anorganik maupun organik, stok obat pengendalian hama dan gulma, ataupun hasil perbanyakan yang telah dilakukan gagal akibat faktor cuaca yang tidak menentu atau perlakuan terhadap bibit tanaman yang akan diperbanyak tidak sesuai dengan prosedur yang ada. 6.2 saran Adapun saran yang dapat penulis berikan untuk dapat dijadikan masukan dalam memajukan kebun bibit ragunan adalah :
-

Memperbaiki sarana dan prasarana yang menunjang baik dalam proses produksi maupun pemasaran seperti memberikan pelabelan yang sesuai dengan bibit tanaman hasil dari perbanyakan atau menempatkan

40

bibit tanaman di bedeng sesuai dengan namanya agar konsumen tidak bingung. Merekrut tenaga kerja yang ahli dan terampil dalam perbanyakan tanaman, karena penulis melihat lebih banyak pekerja yang terfokus dalam perawatan tanaman . Membuat list dalam ketersediaan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam perbanyakan dan perawatan tanaman dalam bentuk pembukuan yang jelas dan juga rutin untuk menggunakan alat dan bahan tersebut sehingga hasil dari perbanyakan memiliki kualitas produk terbaik dan menjaga kepercayaan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Suhardi. 1983. Dasar Dasar Bercocok tanam. Kanisius. Yogyakarta. Sutarto, I., et. al. 1994. Pengaruh saat pengeratan terhadap keberhasilan perbanyakan vegetatif rambutan. Penelitian Hortikultura 6 (1): 12-17. Pracaya. 1995. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.

41

Lakitan, benyamin. 1985. Hortikultura (Teori, Budidaya, dan Pasca Panen). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. H., Nugroho, et. al. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. World Agroforestry Centre (ICRAF) and Winrock International. Bogor. Purnomosidhi, Pratiknyo et al. 2007. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buahbuahan: durian, mangga, jeruk, melinjo, dan sawo edisi ke-2. World Agroforestry Centre (ICRAF) and Winrock International. Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. Djojosumanto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Sukarmin. 1998. Teknik perbanyakan tanaman buah-buahan. Makalah Pelatihan Keterampilan Pertanian. Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Solok, Solok. Mahisworo, Susanto dan anung. 2004. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya. Jakarta. Rukmana, Rahmat dan Oesman, Yuniarsih Yuyun. 2002. Rambutan Komoditas Unggulan dan Prospek agribisnis. Kanisius. Yogyakarta. Wirawan, Baran dan Wahyuni, Sri. 2004. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta.

42

Lampiran 1 Kerangka Acuan PKL Nama Mahasiswa Nomor Induk Mahasiswa Minat Konsentrasi Telepon/ fax/ email : Fachrul Rahim : 108095000041 : Pemuliaan Tanaman : (021) 94551615/ Fachrulrahim@yahoo.com

Alamat: Pondok Salak Rt 01/05 Pondok Benda Pamulang

43

Tangerang No.77 Bidang PKL Nama Tempat PKL : Produksi Bibit Tanaman Buah (Rambutan) : Kebun Bibit Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Kehutanan Ragunan Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta Alamat Tempat PKL : Jl. RM. Harsono 1 Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan Telepon/ Fax/ email Kontak Person Surat Pengantar : (021) 7805235/ (021) 7805236 : 081585548177 : Diperlukan

Nama Pendamping PKL Alamat Pendamping

: Darsim : Jl. Raya Pertanian No. 47 Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan

Telepon/ fax/ email

: 082112393804

Nama Pembimbing PKL Telepon/ fax/ email

: Dr. Fahma Wijayanti, M.Si : 081585506976

Perkiraan Jangka Waktu Pelaksanaan PKL : Garis Besar Rencana Kerja (Per Minggu) No 1

Uraian Rencana Kerja Sosialisasi Mahasiswa dengan pihak pihak terkait di lokasi PKL. Mendapatkan materi tentang produksi pembibitan tanaman buah. Melakukan perawatan bibit tanaman seperti menyiram,

Waktu Minggu 1

Keterangan

44

memberikan pupuk, pengendalian hama dan penyakit serta gulma. 2 Minggu 2 Mendapatkan materi tentang perawatan bibit tanaman buah. Memahami dan melakukan praktek perbanyakan bibit tanaman buah rambutan rapiah. Melakukan perawatan bibit tanaman seperti menyiram, memberikan pupuk, pengendalian hama dan penyakit serta gulma. Mengamati hasil perbanyakan rambutan rapiah. Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan telah membaca dan memahami isi dari KERANGKA ACUAN serta GARIS BESAR RENCANA KERJA. Jakarta, 20 Oktober 2011 Peserta PKL Pendamping,

Fachrul Rahim

Darsim

Pembimbing,

Dr. Fahma Wijayanti, M. Si Lampiran 2 Beberapa alat yang digunakan selama PKL

45

Plastik

Gunting tanaman

Pisau

sprayer pompa

Lampiran 3 Bagan Susunan Organisasi Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Kehutanan

46

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor : 161 Tahun 2010 Tanggal 8 September 2010.

Lampiran 4 Denah lokasi Kebun Bibit dan Kantor Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Kehutanan Ragunan.

47

Lokasi UPT Balai

Benih Induk

Lampiran 5

48

You might also like