You are on page 1of 11

ISU ETIK DAN LEGAL KEPERAWATAN

1.Contoh kasus tipe tipe etik: a. Bioetik Bioetik adalah studi filosofi yang mempelajari tentang kontrofersi dalam etik menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Contoh kasus : Tn.A (32tahun)dan Ny.B(28 tahun) belum memiliki keturunan,dalam usia pernikahan 5 tahun.Klien memutuskan untuk memiliki bayi tabung.Namun nyonya B menginginkan sel sperma tidak diambil dari sperma Tn.A melainkan diambil dari pria X dengan alasan pribadi dan tidak diungkapkan pada tim medis.Semua pihak klien (Tn.A,Ny.B,dan pria X)menyetujui hal ini.Klien berjanji membayar lebih agar keputusan klien disetujui dan dirahasiakan oleh pihak Rumah Sakit. Contoh kasus diatas merupakan permasalahan bioetik bagaimana tanggapan anda sebagai perawat menghadapi konfrontasi diatas? Penyelesaian: Perawat harus bersifat profesionaldalam hal ini perlu ada perlindungan hukum terhadap kegiatan perawat atau medis yang dilakukan.Sebagaimana diketahui praktik bayi tabung tidak dibenarkan dinegara kita apabila sel ovum dan sel sperma tidak diambil dari bukan pasangan suami istri.maka dalam kasus ini perawat menolak permintaan klien sebagai bentuk bertanggung jawab terhadap komitmen profesi. b.Clinical ethics/etik klinik Adalah bagian dari bioetik yang memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh kasus : Ibu A bekerja sebagai pemulung yang berumur 36 tahun dalam keadaan hamil datang ke RS. Dia mengalami pendarahan yang menyebabkan janin di dalam rahimnya harus segera dilahirkan melalui jalan operasi. Apabila tidak segera dilakukan operasi akibatnya akan mengancam nyawa ibu dan bayi. Suami ibu A menolak untuk tidak dilakukan operasi, walaupun perawat telah menjelaskan kepada klien dampak-dampak yang akan terjadi. Sebagai bentuk menghormati keputusan yang diambil keluarga klien, perawat mengambil keputusan mengeluarkan informed consents (surat yang melibatkan klien berpartisipasi

membuat keputusan berhubungan dengan aspek klien) yang bertujuan agar tidak terjadi penyalahan pada pihak medis oleh pihak klien atas keputusan yang diambil. c. nursing ethics/etik keperawatan Adalah bagian dari bioetik yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik. Contoh kasus :Seorang klien(Tn.D 23 tahun)pasien dengan fracture pada kaki selalu menuntut tindakan keperawatan anda dalam berbagai hal meskipun masih bisa dilakukan sendiri oleh klien seperti minta disuapi saat makan,minum obat dan minum.dalam kasus ini perawat harus tetap melakukan yang terbaik untuk klien bukan berarti membantu setiap kegiatan klien.Dalam hal ini perawat harus bersikap tegas dalam memandirikan klien.Perawat sebaiknya melakukan konfrontasi agar klien bisa bersikap lebih mandiri. 2. Isu tentang Legal dan etik keperawatan yang berkembang dalam masyarakat saat ini. contohnya Kasusnya : Kelalaian dalam tindakan keperawatan , dimana tidak terpenuhi nya hak hak Klien, seperti hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan yang maksimal dan bermutu. Kasus yang biasa terjadi adalah kesalahan pemberian obat, hal ini dikarenakan begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian yang bervariasi. Kelalaian yang sering terjadi, diantaranya kegagalan membaca label obat, kesalahan menghitung dosis obat, obat diberikan kepada pasien yang tidak tepat, kesalahan mempersiapkan konsentrasi, atau kesalahan rute pemberian.Beberapa kesalahan tersebut akan menimbulkan akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian, dan sudah menjadi kepercayaan masyarakat, kesalahan pemberian obat seperti ini akan menjadi rahasia oleh perawat perawat lain, demi menjaga hubungan Kesejawatan antara anggota Profesi serta menjaga nama baik instansi pelayanan kesehatan terkait. Dalam contoh diatas, maka ditinjau dari beberapa komponen isu etik dan Legal keperawatan, berdasarkan : a. Standar Profesi : Perawat tidak lagi berdisiplin terhadap ilmu yang diperoleh, tidak berkomitmen pada profesi, dan tidak bekerja sesuai standar profesi. b. Implikasi Komitmen Keperawatan : Perawat tidak melaksanakan kewajiban profesi keperawatan dan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan Nuraninya. c. Advokasi : Perawat tidak membela atau mendukung hak hak pasien.

d. Kesejawatan : Terjadi Interaksi antar sejawat dalam tindakan non terapeutik terhadap klien, timbul hubungan tidak sehat dalam tindakan profesi keperawatan ( Medis) dan masyarakat. e. Hubungan Perawat - Klien : Meningkatnya kesadaran akan hakl hak nya, masyarakat (klien) bisa saja menempuh jalur hukum untuk membela haknya. 3. contoh tentang kejadian masalah legal keperawatan y Pasien usia lanjut mengalami disorientasi pada saat berada di ruang perawatan. Perawat tidak membuat rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan keamanan pasien dengan memasang penghalang tempat tidur.sebagai akibat disorientasi,pasien kemudian terjatuh dari tempat tidur pada waktu malam hari dan pasien mengalami patah tulang tungkai. Kasus tersebut melanggar pasal 54 ayat 1 dan ayat2 Uu No 23 th 1992 mengenai kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan standar profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Sebaiknya yang dilakukan oleh perawat adalah perawat membuat rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan kaemanan pasien dengan melihat kondisi pasien yang lanjut usia tersebut. Dengan cara, memberikan atau memasangkan penghalang tempat tidur agar pada saat tidur pasien tidak jatuh dan mengalami cedera. Berilah kasih saying kepada pasien sebagaimana mengasihi diri sendiri, sehingga menjaganya dengan sebaik mungkin. y Pada pasien pasca bedah disarankanuntuk melakukan ambulasi.Perawat secara drastis menganjurkan pasien melakukan mobilisasi berjalan,padahal disaat itu pasien mengalami demam,denyut nadi cepat ,dan mengeluh nyeri abdomen.Perawat melakukan ambulasi pada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat tanpa mengkaji terlebih dahulu kondisi pasien .Pasien kemudian bangun dan berjalan,pasien mengeluh pusing dan jatuh sehingga mengalami trauma kepala. Kasus tersebut melanggar pasal 53 ayat 2 dan pasal 54 ayat 1 dan 2 UU no 23 tahun 1992. Sebaiknya perawat melihat dan memahami keadaan pasien, dimana pasien memerlukan istirahat setelah pembedahan yang telah dilakukan. Selain itu juga, seharusnya sebelum melakukan latihan perawat seharusnya memeriksa keadaan pasien apakah pasien siap untuk menjalani latihan. Perawat juga harus melihat kondisi pasien sebelum membuat rencana keperawatan. y Seorang pasien yang menderita HIV tidak mengetahui penyakit yang dideritainya karena tenaga kesehatan tidak memberikan kejelasan penyakit yang dideritanya. Bahkan setelah pasien menikah dengan pasangannya,pasien juga belum tahu penyakit yang di deritanya. lalu tanpa sepengetahuan pasien,tenaga medis mencantumkan foto pasien pada sebuah media massa yang bertuliskan

perkawinan seorang pengidap HIV yangmana foto tersebut adalah pasien yang menderita HIV tersebut, sehingga dia dikucilkan oleh masyarakat. Sebaiknya perawat atau tenaga medis memberitahukan keadaan yang sebenarnya yang terjadi pada pasien. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman pada diri pasien yang mempengaruhi kehidupannya. Seharusnya pasien juga menjaga kerahasiaan yang terjadi pada pasien, dan menghormati haknya dalam menentukan kehidupannya. 4. contoh euthanasia yang terjadi di masyarakat sesuai dengan jenisnya : y Eutanasia agresif atau tindakan euthanasia aktif yaitu suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup si pasien. Misalnya dengan memberikan obat-obatan yang mematikan seperti misalnya pemberian tablet sianida atau menyuntikkan zat-zat yang mematikan ke dalam tubuh pasien. Contoh kasus :
 Tn. A (38 Th) adalah seorang pekerja bangunan di suatu perusahaan dikota Z. Dia belum berkeluarga dan hidup sendiri di kota tersebut. Pada suatu hari, Tn.A mengalami kecelakaan kerja saat membangun sebuah perusahaan, dan mengalami kebocoran pada kepalanya dan luka yang cukup parah di bagian kepala.Pihak perusahaan membawa Tn.A kerumah sakit dengan biaya asuransi perusahaan. Akan tetapi Tn. A mengalami koma yang cukup lama,sehingga pihak perusahaan mencabut biaya asuransi tersebut, karena akan merugikan pihak perusahaan. Karena tidak ada lagi yang bertanggung jawab atas biaya Tn.A maka pihak rumah sakit,dokter dan tim medis lainnya melakukan tindakan yang mempercepat kematian Tn.A. Euthanasia non agresif, kadang juga disebut eutanasia otomatis (autoeuthanasia) digolongkan sebagai eutanasia negatif, yaitu kondisi dimana seorang pasien menolak secara tegas dan dengan sadar untuk menerima perawatan medis meskipun mengetahui bahwa penolakannya akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Penolakan tersebut diajukan secara resmi dengan membuat sebuah codicil (pernyataan tertulis tangan). Eutanasia non agresif pada dasarnya adalah suatu praktik eutanasia pasif atas permintaan pasien yang bersangkutan. Contoh kasus :  Tn. C berusia 40 tahun. Seseorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri hidupnya (Memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut. Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Rumah sakit akhirnya menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus hak meninggal klien tersebut. Tiga orang perawat mendiskusikan kejadian tersebut dengan memperhatikan antara keinginan/hak meninggal Tn. C dengan moral dan tugas legal untuk mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan dirumah sakit.

y y y

Perawat A mendukung dan menghormati keputusan Tn.C yang memilih untuk mati. Perawat B menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada dirumah sakit tidak mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat C mengatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan adalah dokter.

Untuk kasus yang diatas perawat manakah yang benar dan apa landasan moralnya? Pemecahan kasus dilema etik :  Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan kasus eutanasia meliputi orang yang terlibat klien, keluarga klien, dokter, dan tiga orang perawat dengan pendapat yang berbeda yaitu perawat A, B dan C. Tindakan yang diusulkan yaitu perawat A mendukung keputusan tuan C memilih untuk mati dengan maksud mengurangi penderitaan tuan C, perawat B tidak menyetujui untuk melakukan eutanasia karena tidak sesui dengan kebijakan rumah sakit. Dan perawat C mengatakan yang berhak memutuskan adalah dokter.  Mengidentifikasi munculnya konflik Penderitaan tuan C dengan kebutaan akibat diabetik, menjalani dialisis dan dalam kondisi koma menyebabkan keluarga juga menyetujui permintaan tuan C untuk dilakukan tindakan eutanasia. Konflik yang terjadi adalah pertama, eutanasia akan melanggar peraturan rumah sakit yang menyatakan kehidupan harus disokong, kedua apabila tidak memenuhi keinginan klien maka akan melanggar hak-hak klien dalam menentukan kehidupannya, ketiga adanya perbedaan pendapat antara perawat A, B dan C.  Menentukan tindakan alternatif yang direncanakan Adapun tindakan alternatif yang direncanakan dari konsekuensi tindakan eutanasia adalah y Setuju dengan perawat A untuk mendukung hak otonomi tuan C tetapi hal inipun harus dipertimbangkan secara cermat konsekuensinya, sebab dokter dan perawat tidak berhak menjadi pembunuh meskipun klien memintanya. Konsekuensi dari tindakan ini: hak klien terpenuhi, mempercepat kematian klien, keinginan keluarga terpenuhi dan berkurangnya beban keluarga. Namun pihak rumah sakit menjadi tidak konsisten terhadap peraturan yang telah dibuat. y Setuju dengan perawat B karena sesuai dengan prinsip moral avoiding killing. Konsekuensi dari tindakan ini: klien tetap menderita dan kecewa, klien dan keluarga akan menuntut rumah sakit, serta beban keluarga terutama biaya perawatan meningkat. Dengan demikian rumah sakit konsisten dengan peraturan yang telah dibuat y Setuju dengan perawat C yang menyerahkan keputusannya pada tim medis atau dokter. Namun konsekuensinya perawat tidak bertanggung jawab dari tugasnya. Selain itu dokter juga merupakan staf rumah sakit yang tidak berhak memutuskan kematian klien.  Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat Pada kasus tuan C, yang dapat membuat keputusan adalah manajemen rumah sakit dan keluarga. Rumah sakit harus menjelaskan seluruh konsekuensi dari pilihan yang diambil keluarga untuk dapat dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas perawat adalah tetap memberikan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien.  Menjelaskan kewajiban perawat

Kewajiban perawat seperti yang dialami oleh tuan C adalah tetap menerapkan asuhan keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan dasar klien sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia, mengupayakan suport sistem yang optimal bagi klien seperti keluarga, teman terdekat, dan peer group. Selain itu perawat tetap harus menginformasikan setiap perkembangan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan kewenangan perawat. Perawat tetap mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan klien Tuan C.  Mengambil keputusan yang tepat Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan konsekuensinya kepada klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat dan menguntungkan untuk klien. Namun sebelum keputusan tersebut diambil perlu diupayakan alternatif tindakan yaitu merawat klien sesuai dengan kewenangan dan kewajiban perawat. Jika tindakan alternatif ini tidak efektif maka melaksanakan keputusan yang telah diputuskan oleh pihak manajemen rumah sakit bersama keluarga klien (informed consent). Kesimpulan Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.

Saran Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema etik.

Euthanasia pasif dapat juga dikategorikan sebagai tindakan eutanasia negatif yang tidak menggunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan seorang pasien. Eutanasia pasif dilakukan dengan memberhentikan pemberian bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien secara sengaja. Beberapa contohnya adalah dengan tidak

memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam pernapasan, tidak memberikan antibiotika kepada penderita pneumonia berat, meniadakan tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien, ataupun pemberian obat penghilang rasa sakit seperti morfin yang disadari justru akan mengakibatkan kematian. Tindakan eutanasia pasif seringkali dilakukan secara terselubung oleh kebanyakan rumah sakit. Contoh kasus:  Seorang bayi prematur dengan masa gestasi 28 minggu,lahir melalui proses sectio caesaria karena terjadi gawat janin. Rencana masuk ruangan NICU dengan kondisi aspiksia berat dan mengalami gagal nafas disamping itu bayi mengalami beberapa kelainan kongenital. Berdasarkan kondisi tersebut maka bayi memerlukan alat bantu nafas melalui ventilasi mekanik (ventilator). Orang tua pasien sudah diberi penjelasan tentang kondisi bayi saat ini, dan rencana tindakan yang akan dilakukan, juga biaya perawatan di NICU yang berkisar 1 2 jt /hari. Namun karena keadaan mendesak, maka orang tua bayi menyetujui hal tersebut dan menandatangani surat persetujuan tindakan juga surat persetujuan masuk NICU. Beberapa jam kemudian, orang tua pasien diberitahukan bahwa kondisi bayinya makin kritis. Akhirnya orang tua bayi tersebut memberitahukan pada keluarganya yang lain. Beberapa saat kemudian, orang tua bayi datang kepada dokter dan perawat ruang NICU untuk memberitahukan bahwa akan membawa bayinya pulang sesuai keputusan keluarga besarnya. Dokter menjelaskan pada orang tua dan keluarga pasien bahwa saat ini nafas bayi tergantung pada ventilator, dan apabila ventilator dilepas, maka kemungkinan bayi akan meninggal. Namun berdasarkan keputusan keluarga, maka orang tua pasien tetap akan membawa pulang bayinya. Akhirnya orang tua bayi menandatangani surat pernyataan pulang paksa dan surat penolakan tindakan.

PEMBAHASAN Kasus diatas merupakan salah satu contoh masalah dilematik etik yang ada di Indonesia. Dilematik etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan / suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat suatu keputusan perlu pemikiran rasional daripada emosional. Kozier et.al (2004) menjelaskan tentang kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut

Pemecahan kasus dilema etik : 1. Pengembangan data dasar a. Orang yang terlibat : pasien, keluarga pasien, dokter dan perawat b. Tindakan yang diusulkan : Lakukan pendekatan pada orang tua dan keluarga dengan menjelaskan kemungkinan bahaya pada bayinya bila ventilator dilepas c. Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan kehidupan pasien 2. Mengidentifikasi konflik

akibat situasi tersebut : bayi prematur dengan beberapa kelainan kongenital disertai adanya gagalnafas hingga harus dibantu dengan ventilator mekanik. Berdasarkan perundingan keluarga , orang tua bayi ingin anaknya dibawa pulang karena tidak ada harapan lagi, dan melihat keadaan bayi saat ini. Konflik yang terjadi adalah : a. Bayi adalah milik keluarganya b. Bila memenuhi keinginan keluarga, terkait dengan usaha perawat dalam melindungi dan membela hak pasien (prinsip beneficience) 3. Tindakan alternatif Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir / konsekuensi tindakan tersebut dengan tidak menuruti keinginan keluarga tentang melepaskan alat bantu nafas pada pasen. Konsekuensi : 1) Tidak mempercepat kematian klien 2) Keadaan pasien akan tetap berlangsung 3) Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri 4) Keluarga dan orang tua cemas dengan situasi tersebut 4. Mendefinisikan kewajiban perawat a. Mengoptimalkan sistem dukungan b. Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinannya 5. Membuat keputusan Dalam kasus di atas terdapat tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien, dengan menjelaskan resiko kematian bayi pada orang tua dan beberapa keluarga pasien.

5. Metode penyelesaian Kasus diatas, meliputi : 1. Mengembangkan Data dasar. a. Orang yang terlibat : Tn. A, Ny.B, Perawat, Dokter dan Tim Medis Lainnya.

b. Tindakan yang di usulkan : Menyetujui keinginan keluarga klien karena sudah menjadi tugas pelayanan kesehatan untuk mengakhiri dan mempersingkat penderitaan klien apabila upaya penyembuhan sudah di hentikan. Perawat meminta kepada keluarga klien untuk membuat surat pernyataan pulang paksa, dan meminta pihak keluarga klien sendiri yang mencabut seluruh alat bantu pada tubuh klien.Sebelumnya perawat harus meyakinkan keluarga klien sudah ikhlas kah terhadap keputusan klien itu sendiri. c. Maksud dari tindakan : Agar klien (Tn. A) tidak merasakan penderitaan terlalu lama, dan agar keluarga klien tidak terbebani dengan beratnya biaya perawatan. d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan : y Apabila Euthanasia dilaksanakan :  Biaya : Klien tidakk terbebani lagi terhadap biaya perawatan pasien  Psikososial : Keluarga Klien akan merasa sangat terpukul dan sedih atas kematian klien.  Fisik : Klien meninggal dunia. y Apabila Euthansia tidak dilakukan :  Biaya : keluarga Klien harus membiaya perawatan yang besar selama klien masih dalam proses perawatan.  Psikososial : Klien beserta keluarga akan selalu merasa khawatir dan cemas akan kondisi klien.  Fisik : Mungkin kondisi fisik klien akn membaik, atau tidak mengalami perubahan bahkan bertambah parah dari kondisi semula.  2. Menidentifikasi Konflik akibat situasi tersebut : a. Untuk memutuskan dilaksanakan Euthanasia pada klien, perawat dihadapkan pada permasalahan Nuraninya dan merasa bersalah karena tidak dapat menyelamatkan nyawa klien. b. Apabila Euthanasia tidak dilaksanakan, perawat telah melanggar hak otonomi klien

3. Tindakan Alternatif terhadap tindakan yang diusulkan : a. Mengusulkan pada Tim untuk dilaksanakan atau tidaknya permohonan pada keluarga klien untuk melakukan Euthanasia terhadap klien. Konsekuensinya : y Usul diterima atau tidak oleh tim y Psikologis Klien Down, hilangnya semangat untuk sembuh atau hidup. b. Menjadi educator bagi klien, terhadap kemungkinan kemungkinan yang terjadi bila tidak dilakukan euthanasia : y Klien menjadi bimbang, dan timbul harapan baru untuk kesembuhan klien y Klien semakin pasrah, dan meyakinkan diri untuk melakukan tindakan Euthanasia

4. Menetapkan siapa yang membuat keputusan a. Pengambilan keputusan harus melibatkan semua pihak yang terkait b. Keputusan dibuat untuk keluarga klien, apakah sudah yakin untuk melakukan Euthanasia atau tidak terhadap klien c. Kriteria penetapan pembuat keputusan, terdiri dari tim dan klien. d. Prinsip moral yang ditekankan berdasarkan dalam kasus ini : y Otonomi (Menghargai hak Klien untuk menentukan keputusannya) y Avoiding killing ( Memperbaiki kehidupan ) y Benefecience ( Melakukan yang terbaik ) y Non Melafecience ( Tidak Merugikan/tidak menimbulkan bahaya pada Klien) 5. Mengidebtifikasi Kewajiban Perawat : a. Menghindari klien dari ancaman kematian b. Menghargai otonomi klien c. Melaksanakan prinsip prinsip kode etik keperawatan 6. Membuat keputusan Keputusan yang dapat di ambial sesuai dengan hak otonomi klien dan dari pertimbangan tim kesehatan.Sebagai seorang perawat, keputusan yang terbaik yang dapat di ambil adalah melakukan Euthanasia terhadap klien.Agar penderitaan klien tidak berkepanjanagan dan agar keluarga klien tidak terbebani lagi mengenai masalah biaya selama klien dirawat.

You might also like