You are on page 1of 22

Implementasi CSR pada Perusahaan

PT. Tenang Jaya Sejahtera


Makalah ini dibuat untuk tugas akhir semester mata kuliah Bussiness Ethic

Disusun Oleh : Tatang Apriansyah Sundaya Rian A Sopiyan 09_012 09_138 11_128 09_080

fakultas ekonomi universitas singaperbangsa karawang 2009-2010

Kajian Tentang Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) Pada Perusahaan


3.1. Latar Belakang

3.1.1. Landasan Normatif Kewajiban Perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosial dan lingkungannya (Corporate Social Responsibility) diatur dalam perundang-undangan, yaitu: 1. UU No. 40 tahun 2007 tentang PT (Perseroan Terbatas) Di dalam Bab V mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan pasal 74 disebutkan dalam ayat-ayat nya, sebagai berikut:

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.


(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.


(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

diatur dengan peraturan pemerintah.

Dalam undang-undang ini diatur mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi Perseroan itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat pada umumnya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya

Page 2 of 22

masyarakat setempat, maka ditentukan bahwa Perseroan yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

Untuk melaksanakan kewajiban Perseroan tersebut, kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Kegiatan tersebut dimuat dalam laporan tahunan Perseroan. Dalam hal Perseroan tidak melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan maka Perseroan yang bersangkutan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

2. UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal Di dalam Bab IX mengenai Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Penanam Modal, pada pasal 15 butir a. bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jwab social perusahaan. Yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. UU tersebut juga menjelaskan bahwa penanam modal harus memenuhi kaidah tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).

3. UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN junto pasal 8 Kepmen BUMN No. 236 tahun 2003 tentang Program Kemitraan Di dalam UU No. 19 tahun 2003 pasal 2 ayat 1 butir d. dijelaskan bahwa BUMN melakukan kegiatan perintisan yang merupakan suatu kegiatan usaha untuk menyediakan barang dan/atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat, namun kegiatan tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi karena secara

Page 3 of 22

komersial tidak menguntungkan. Oleh karena itu, tugas tersebut dapat dilakukan melalui penugasan kepada BUMN. Dalam hal adanya kebutuhan masyarakat luas yang mendesak, pemerintah dapat pula menugasi suatu BUMN yang mempunyai fungsi pelayanan kemanfaatan umum untuk melaksanakan program kemitraan dengan pengusaha golongan ekonomi lemah. Di dalam pasal yang sama, huruf e dinyatakan bahwa salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan lemah, Koperasi dan masyarakat. Selanjutnya pasa pasal 88 ayat 1 dari UU BUMN tersebut disebutkan habwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersih nya anatar 1% sampai dengan 3% untuk keperluan pembinaan usaha kecil dan Koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Sebagai tindak lanjut dari UU BUMN tersebut, khususnya menyangkut pasal 2 dan pasal 88, diterbitkan Keputusan Menteri Negara BUMN (Kepmen BUMN) No. Kep. 236/MBU/2003 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. 3.1.2. Landasan Teori Saat ini wacana tentang Corporate Social Responsibility (CSR) bukan merupakan wacana baru lagi. Berbagai pihak sudah mengkampanyekan pentingnya

tanggungjawab sosial ini bagi perusahaan baik untuk menjaga kelangsungan produksi sampai untuk tujuan membangun legitimasi sosial. Masih terdapat Pertentangan pendapat mengenai hakekat tanggungjawab sosial perusahaan jika ditelusuri secara ontologis berkaitan erat dengan konsepsi mengenai fungsi dasar kegiatan bisnis dan hubungannya dengan institusi lain dalam masyarakat, termasuk pemerintah. Bila ditilik lebih dalam lagi pertentangan muncul sangat erat dengan landasan filsafat serta pandangan etika moral mengenai bisnis. Bahkan juga dipertanyakan apakah bisnis dapat dituntut memiliki suara hati (consience) sebagaimana halnya individu. Lepas dari perdebatan tentang pentingnya CSR yang kemudian melahirkan Undangundang No. 40 Tentang Perseroan Terbatas, bahwa setiap perusahaan yang

Page 4 of 22

melakukan aktivitas usaha di Indonesia harus mampu memberikan dampak positif terhadap masyarakat. Upaya tersebut diatas harus terlihat dari penerapan prinsip demokrasi ekonomi, efisiensi, keberlanjutan (sustainebility), dan berwawasan lingkungan. Bila konsep ini dikaitkan dengan pengertian CSR, sebenarnya tidak ada alasan bagi pengusaha Indonesia atau perusahaan untuk tidak menerapkan CSR dalam aktivitas usahanya, karena CSR ini telah menjadi amanat konstitusi. Tantangan dan perubahan lingkungan menciptakan peluang baru dan memaksa bagi setiap perusahaan untuk melaksanakan apa yang disebut dengan tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Nampaknya perusahaan tidak bisa lagi hanya menerapkan prinsip the business of bussines is bussines tetapi, perusahaan hendaknya bertanggungjawab terhadap masalah-masalah sosial

disekitarnya termasuk soal pengangguran, kemiskinan, perempuan termarginalkan, gelandangan, pengemis, anak jalanan, gizi buruk, kelaparan, pendidikan untuk semua, kerusakan lingkungan, bencana alam dll. Sejalan dengan prinsip, pengaturan dan implementasi, maka CSR hendaknya dapat dijadikan sebagai ajang strategi bisnis bagi perusahaan melalui program dan kegiatan CSR untuk menggaet simpati masyarakat sekitar demi keberlangsungan usaha. Sudah semestinya CSR dilaksanakan atas dasar kesukarelaan (voluntary), bukan didasarkan atas kewajiban yang bersifat mandatory dalam makna liability. Implementasi CSR yang sesungguhnya berkaitan erat dengan United Millennium Declaration yang berupa Millennium Development Goals (MDGs) yang disepakati oleh 189 negara anggota PBB. Bagaimana caranya CSR yang menjadi kewajiban bagi perusahaan didorong untuk mengupayakan terhadap penghapusan tingkat kemiskinan dan kelaparan, pencapaian pendidikan dasar secara universal, dapat mengembangkan kesetaraan jender dan memberdayakan perempuan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu melakukan perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya yang akhirnya mampu menjamin berlanjutnya pembangunan lingkungan serta dapat mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Page 5 of 22

3.1.3. Data Empiris / Fenomena dan Kenyataan di Lapangan Pendapat Milton Friedman menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah memperoleh profit semata (Suharto,2007). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa peusahaan didirikan untuk mencari laba yang semaksimal mungkin yang dapat dihasil melalui kegiatannya. Maksimalisasi laba atau keuntungan sering disebut sebagai tujuan perusahaan. Maksimalisasi laba menekankan pada pemanfaatan barang modal secara efisien, namun hal ini sama sekali tidak mengaitkan secara khusus besarnya keuntungan yang dihasilkan terhadap nilai waktu perolehannya (Keown et al, 2008). Misal, untuk mendapatkan keuntungan perusahaan bisa saja mengambil kebijakan untuk mengurangi berbagai macam biaya. Untuk jangka pendek, tentu saja hal ini sangat baik, namun untuk jangka panjang hal tersebut belum tentu menguntungkan bagi perusahaan. Suatu keputusan keuangan harus diambil berdasarkan dari tujuan perusahaan, maka tujuan perusahaan harus jelas dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman serta sesuai dengan kondisi nyata dengan permasalahannya. Agar perusahaan dapat eksis dalam jangka panjang, maka usaha untuk memaksimalkan laba adalah pilihan wajib. Perusahaan tidak akan dapat bertahan apalagi ekspansi jika mengabaikan laba. Namun permasalahannya adalah apakah mencapai laba yang maksimal menjadi tujuan perusahaan semata yang juga merupakan tujuan dari pemegang saham. Banyak stakeholder lainnya selain dari pemegang saham yang berkepentingan terhadap perusahaan yang perlu diperhatikan. Misal karyawan yang menuntut kesejahteraan, pelestarian lingkungan hidup, kepuasan pelanggan, dan sebagainya. Perkembangan saat ini, ternyata tanggung jawab perusahaan tidak hanya terletak pada pencarian laba yang sebesar-besarnya. Perusahaan juga harus bertanggung jawab secara moral kepada stakeholder lainnya selain pemegang saham. Tanggung jawab moral tersebut lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Konsep triple bottom line yang digagas oleh John Elkington semakin masuk ke dalam mainstream para pemimpin perusahaan (Suharto,2007). Persoalan yang muncul adalah perusahaan yang menyisihkan sebagian dana untuk sumbangan bencana alam, beasiswa, dan bantuan-bantuan sosial lainya pun dianggap

Page 6 of 22

sudah bertanggung jawab kepada masyarakat. CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibatnya terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal. Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya. Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme. Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Dalam konteks global, istilah CSR telah dikenal sejak tahun 1970-an. Namun konsep CSR sudah dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953 dalam karyanya Social Responsibilities of the businessman (Kartini, 2009). CSR merupakan tanngung jawab sosial yang dilakukan oleh para pelaku bisnis saat itu sebagai kelanjutan dari pelaksanaan berbagai kegiatan derma (charity) sebagai wujud kecintaaan terhadap sesama manusia (philanthropy). Semakin popular setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: the triple bottom line in 21st century business (1998) karya John Elkington (Suharto, 2008). Elkington mengemas pada 3P: profit, people, dan planet. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu kepentingan ekonomi semata (profit), tetapi juga memperkatikan kesejahteraan karyawan (people) dan turut menjaga kelestarian lingkungan (planet). Ide mengenai CSR sebagai suatu bentuk tanggung jawab sosial peusahaan kini semakin diterima luas oleh masyarakat walaupun bentuknya berbeda-beda pada tiaptiap perusahaan. Pada intinya CSR sangat beragam, tergantung dengan kebijakan yang akan dipilih oleh perusahaan. Pelaksanaan CSR dapat dilaksanakan langsung oleh perusahaan di bawah divisi human resources development atau divisi public relation. CSR bisa pula dilakukan oleh yayasan yang dibentuk terpisah dari induk

Page 7 of 22

organisasi perusahaan namun harus bertanggung jawab kepada pemimpin perusahaan atau dewan direksi. Menurut Suharto: 2008, Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan diidentikan dengan CSR, misal: pemberian amal perusahaan (corporate giving/ charity), kedermawanan perusahaan (corporate philanthropy), relasi kemasyarakatan perusahaan (corporate community/ public relation), dan pengembangan masyarakat (community development). Adapun bentuknya dapat pemberian bantuan bencana alam, bantuan pengobatan masyarakat tidak mampu, bantuan beasiswa, pembangunan sarana umum, dan sebagainya. Penerapan CSR di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholders yang lain juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab sosial, sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang menerapkan CSR akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta keuntungan dan pertumbuhan yang meningkat. Menurut Milton Friedman (Kartini, 2009), menyimpulkan konsep CSR harus diartikan sebagai salah satu strategi perusahaan untuk melakukan maksimalisasi laba. Adapun bila manajer mengembangkan konsep CSR diluar tujuan untuk

maksimalisasi laba, maka konsep CSR tersebut hanya ditafsirkan sebagai dua opsi. Pertama, manajer memasuki ranah politik dengan melakukan berbagai aktivitas philanthropic yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah sebagai pihak yang harus melakukan pelayanan publik karena pemerintah telah mendapatkan pajak dari masyarakat. Kedua, manajer bertindak sebagai principal (pemegang peran utama dalam perusahaan) dan bukan sebagai agen, dimana tindakan manajer untuk melakukan program CSR tersebut dibiayai oleh pemegang saham yang harus menanggung biaya CSR tersebut. Di dalam pasar yang kompetitif, tindakan perusahaan ini berpotensi mengakibatkan competitive disadvantage (tidak unggul dalam bersaing) sehingga bias menjadi target akuisisi atau pun pengambilalihan (takeover) oleh perusahaan lain yang lebih unggul. Memang saat ini belum tersedia formula yang dapat memperlihatkan hubungan praktik CSR terhadap keuntungan perusahaan sehingga banyak kalangan dunia usaha

Page 8 of 22

yang bersikap skeptis dan menganggap CSR tidak memberi dampak atas prestasi usaha, karena mereka memandang bahwa CSR hanya merupakan komponen biaya yang mengurangi keuntungan. Praktek CSR akan berdampak positif jika dipandang sebagai investasi jangka panjang, karena dengan melakukan praktek CSR yang berkelanjutan, perusahaan akan mendapatkan tempat di hati dari masyarakat, bahkan mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan. Merujuk pada Saidi dan Abidin (2004), sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, antara lain: keterlibatan langsung, melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, bermitra dengan pihak lain, dan mendukung atau bergabung dengan konsorsium. Beberapa negara telah menetapkan keharusan mengenai perlunya pelaporan CSR, meskipun kesepakatan alat ukur terhadap kinerja sosial dan lingkungan belum tercapai secara bulat. Banyak perusahaan yang saat ini telah menghasilkan laporanlaporan tahunan berdasarkan audit eksternal yang pada umumnya mencakup isu-isu pembangunan berkelanjutan dan CSR. Pelaporan CSR masih memiliki format yang beragam, baik isi, gaya bahasa, maupun metodeloginya, bahkan untuk perusahaan sejenis sekalipun. Teknis pelaporannya pun juga beragam. Ada yang menggunakan siklus satu tahunan, bahkan dua atau tiga tahun sekali. Hal ini karena, pelaporan CSR masih bersifat sukarela, bukan mandatory (kewajiban). Namun dengan

diluncurkannya ISO 26000 on Social Responsibility, menuntun perusahaan agar memahami pentingnya program CSR, apabila menginginkan keberlanjutan dari perusahaan tersebut. Alur pelaporan CSR berawal dari suatu perusahaan yang sadar akan dampak dari operasional yang mereka lakukan kemudian berinisiatif melakukan sesuatu, dalam ha ini berupa perencanaan program CSR plus anggaran yang berguna mengoptimalkan nilai lebih serta meminimalisir dampak buruk, yang seterusnya hasil inisiatif plus aktivitas tersebut harus dibuat pelaporan yang akan disampaikan kepada pemangku kepentingan (Kartini, 2009). Sehingga CSR adalah sebuah program yang

direncanakan dengan anggaran yang disiapkan pula dan proses pelaporannya juga harus direncanakan, bukan dengan sesuka hati. Untuk itu diperlukan kesadaran penuh bagi perusahaan agar memberikan laporan CSR secara berkesinambungan

Page 9 of 22

(sustainability reporting). Media penyampaian laporan tersebut dapat berupa pemberitahuan melalui portal (website) perusahaan, disatukan dengan laporan keuangan tahunan, atau dapat juga dipublikasikan melalui seminar-seminar atau diskusi-diskusi. Contohnya, pada Industri rokok. Industri rokok merupakan industri yang cukup unik. Di antara terpaan dan kecaman dari beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menolak keberadaan industri tersebut hingga permasalahan tentang ayat tembakau dalam UU Kesehatan yang telah disahkan oleh DPR, tidak menyurutkan industri ini. Keadaan tersebut justru membuat industri tersebut semakin berkembang dan maju. Semakin banyak industri-industri rokok baru yang bermunculan untuk mencoba peruntungan. Pengembangan bisnis industri rokok bergerak tidak dalam bentuk satu strategis yang tunggal. Strategi bisnisnya akan mengikuti situasi di tiap wilayah pengembangannya. Strategi tersebut menyusun dan menentukan kelompok targetnya, mempermudah kebijakan politik yang mendukung bisnisnya baik yang datang dari pemerintah ataupun anggota perwakilan rakyat, bekerja sama dengan siapapun untuk melakukan upaya promosi dan membentuk pasar secara maksimal. Industri rokok membangun citranya melalui berbagai cara. Dari iklan yang menciptakan komunikasi langsung dengan konsumen dengan memasang produk rokoknya melalui papan iklan, iklan media cetak dan eletronik, poster, aksesoris, gerai warna dan logo yang menimbulkan citra produk rokok tersebut. Melakukan aktivitas promosi dengan membagikan sample rokok secara gratis, menawarkan kupon, kontes, lotere, tiket menonton pertandingan olah raga dan balapan, konser musik, mendanai pembuatan film, talkshow, pesta jalanan hingga aktifitasnya dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang mendukung pemberian beasiswa, proyek bantuan lingkungan dan kegiatan lainnya di bawah nama perusahaan atau nama produk industri rokok tersebut. Termasuk memberikan beasiswa kepada wartawan dan anak-anak sekolah yang berprestasi. Kampanye untuk menghapuskan iklan dan sponsor rokok kian menguat dikalangan masyarakat. Misalnya, pernah mendemo konser penyanyi Rossa karena disponsori perusahaan rokok. Pada awal tahun 2010 Majelis Ulama Indonesia

Page 10 of 22

(MUI) mengeluarkan fatwa yang me-labeli rokok sebagai barang haram bagi wanita hamil, anak-anak, ulama MUI, dan perokok di tempat-tempat umum. Salah satu tujuannya agar menghapuskan citra merokok sebagai bagian dari budaya atau sesuatu yang "wajar" untuk dilakukan. Dari segi pengelolaan, CSR yang dilakukan perusahaan rokok secara umum memenuhi kriteria pelaksanaan CSR yang tepat. Yaitu berkesinambungan, program jangka panjang, dan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan, berbeda dengan donasi bencana alam yang bersifat ad hoc. Contoh seperti PT Djarum, yang aktif melakukan kegiatan CSR sejak awal berdirinya pada 1950-an. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh Djarum fokus pada tiga hal yaitu bakti olahraga, bakti pendidikan, dan bakti lingkungan. Salah satu yang menonjol adalah sumbangan Djarum untuk menyokong dunia bulu tangkis Indonesia sejak 1969 melalui Persatuan Bulutangkis (PB) Djarum dan melahirkan beberapa bintang besar seperti Liem Swie King, Alan Budi Kusumah, dan Hastomo Arbi. Program pemberdayaan UMKM yang merupakan bagian dari payung program HM Sampoerna untuk Indonesia yang mencakup berbagai bidang mulai dari pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat, pelestarian seni budaya, sampai penghargaan karya jurnalistik. Banyaknya isu-isu miring tentang industri rokok di Indonesia, tidak membuat industri tersebut bergeming. Mulai dari pelarangan iklan pada jam tertentu, promosi gratis, hingga memasukan rokok sebagai zat adiktif dalam UU kesehatan. Misal, pada tahun 2005, ditandai dengan penjualan sebagian saham dari HM Sampoerna oleh Phillip Morris (Marlboro). Ataupun pembelian seluruh saham PT. Bentoel Indonesia oleh BAT (British American Tobacco) pada tahun 2009. Hal ini seolah bertolak belakang dengan isu-isu yang beredar. Logikanya, mungkin seseorang menginvestasikan sebagiannya dananya dalam sebuah perusahaan bila perusahaan tersebut merugi.

Page 11 of 22

3.2.Rumusan masalah
perusahaan saat ini terus menaruh perhatian pada berbagai kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan berbagai perusahaan terus berlomba di dalam berkreativitas ketika merancang program-program sosialnya guna menarik hati publik. Namun apakah ini fungsi CSR yang sebenarnya? Sebab jika inilah pemahaman generik akan CSR yang diadopsi oleh perusahaan, maka ia tidak lain hanya merupakan kosmetik dan menjadi alternatif alat pemasaran karena dunia Marketing danPublic Relations yang sudah jenuh. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pendekatan CSR baik pada skala makro ataupun mikro amatlah beragam dan seringkali tidak mempunyai posisi yang strategis sebagai bagian dari kebijakan bisnis perusahaan. Hal ini cukup disayangkan, karena sesungguhnya banyak peluang yang dapat diraih perusahaan jika CSR diletakkan lebih dari sekedar kendaraan untuk unjuk gigi. Michael E. Porter, professor di Harvard University, berpendapat bahwa jika perusahan memperlakukan CSR sama dengan cara mereka menganalisa langkah bisnisnya, maka pandangan terhadap CSR akan berubah. CSR tidak lagi dipandang sebagai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan amal kepada masyarakat, namun sebagai sumber dari peluang, inovasi, dan keunggulan perusahaan. Secara umum arah kebijakan CSR dapat dikategorikan menjadi 2 jenis,

yaitu responsif danstrategis. Pada kategori responsif, langkah CSR perusahaan dittikberatkan pada kegiatan yang sifatnya memperbaiki dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan, ataupun mengisi kekosongan pada permasalahan sosial/lingkungan yang ada di masyarakat. Bentuk filantropi maupun kegiatan pemberdayaan terhadap masyarakat seringkali dilakukan sebagai langkah CSR kategori ini. Dampaknya, perusahaan dapat terlibat secara instan di dalam berbagai permasalahan nyata yang terjadi di masyarakat, terutama di sekitar lingkungan beroperasinya perusahaan. Selain itu kontribusi perusahaan di dalam melakukan perubahan jangka pendek juga akan terasa relatif lebih cepat di mata masyarakat. Di sisi lain terdapat kategori CSR yang sifatnya strategis. Perbedaan utama kategori ini terletak pada kebijakan perusahaan bahwa kegiatan CSR yang dikembangkan harus sesuai dengan kompetensi, kapabiltas dan kapasitas perusahaan. Melalui langkah ini, maka seluruh kegiatan CSR perusahaan akan terintegrasi dengan baik pada fungsi operasi perusahaan, dan tidak menjadi sebuah kegiatan yang terpisah. Kategori strategis ini diyakini tidak memiliki jangkauan yang luas terhadap berbagai permasalahan yang ada, seperti halya kategori responsif, namun fokusnya pada permasalahan tertentu mampu memberikan dampak yang lebih signifikan dalam jangka panjang.

3.2.1 Kebijakan perusahaan PT. Tenang Jaya Sejahtera tentang CSR:

Page 12 of 22

Perusahaan PT. Tenang Jaya Sejahtera mengalokasikan keuntungan untuk CSR sebesar 3% untuk kegiatan kemasyarakatan disekitar perusahaan diantaranya untuk karang taruna, kesehatan gratis, pemberdayaan masyarakat, pendidikan, perusahaan ikut mendukung aktif kesehatan masyarakat yaitu dengan beroperasinya klinik gratis yang ditujukan untuk masyarakat di sekitar perusahaan. Semua kebijakan itu telah ditetapkan perusahaan sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat sekitar perusahaan agar merasakan dampak positif dari adanya perusahaan,selain itu juga agar terjalinnya hubungan yang baik antara masyarakat dan Dengan hal itu Perusahaan dapat dukungan penuh dari masyarakat sekitar atas

kepeduliannya, dan perusahaan pun dapat beraktivitas dengan lancar tanpa adanya konflik dengan masyarakat sekitar ataupun tindakan merugikan dari masyarakat yang tidak

diinginkan oleh Perusahaan akibat tidak adanya kontribusi perusahaan terhadap lingkungan disekitar tempatnya beroperasi. 3.2.2 Implementasi CSR oleh PT. Tenang Jaya Sejahtera

Aktivitas CSR 4 5 6 7 8 9 Warga yang bermukim di sekitar pabrik PT Tenang Jaya Sejahtera (TJS) yang berlokasi di Desa Kutamekar, Kecamatan Ciampel, Karawang, menyambut positif pengoperasian klinik gratis yang diperuntukkan bagi warga sekitar secara khusus dan warga lainnya secara umum. Apalagi, klinik milik perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan dan

pemanfaatan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) beroperasi selama 12 per hari hari mulai Senin hingga Sabtu serta menyiagakan satu unit mobil ambulance selama 24 jam dan juga gratis.

Page 13 of 22

Profil Perusahaan PT. Tenang Jaya Sejahtera didirikan pada tahun 2008 oleh Bpk. Tulus Widodo. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pengangkutan, penyimpanan & pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan limbah B3. Selain itu perusahaan ini bergerak dalam hal pembuatan Batako, Paving Block dan Briket sebagai komoditi dari hasil pengolahan material limbah B3 tersebut yang telah melalui proses pengolahan (treatment) secara tepat sehingga material tersebut dapat dipergunakan lebih lanjut. Adapun Visi dan Misi dari PT. Tenang Jaya Sejahtera adalah sebagai berikut :
y y

Membuka lapangan pekerjaan dengan sistem padat karya. Memberikan bantuan untuk anak yatim dan memberikan bea siswa untuk anak yang kurang mampu.

Menyukseskan program pemerintah yang melalui Kementerian Lingkungan Hidup yaitu 3R (Reuse, Reduce dan Recycle).

Dengan berdirinya PT. Tenang Jaya Sejahtera, kita berharap dapat memberikan sumbangsih yang terbaik buat bangsa dan Negara Indonesia. Berikut merupakan jasa yang ditangani oleh PT. Tenang Jaya Sejahtera :

PEMUSNAHAN PRODUK OFF SPEC/KADALUARSA Jenis Produck yang bisa kami musnahkan antara lain :
y y y

Kemasan Product (Botol, Karton, Plastik, Scrap, Pallet, dsb) Isi Product (Serbuk, Cair, Padatan, dsb) Label Kemasan Product (Hak Paten Product)

Page 14 of 22

Fasilitas yang kami berikan :


y

Memusnahan dilakukan sesuai standart dengan disaksikan oleh pejabat yang berwenang (Pihak Perusahan, Kepolisian, TNI AD, Aparat Setempat, Bea Cukai, dsb)

y y

Berita Acara & Sertifikat pemusnahan product. Kerahasian Product akan kami lindungi baik secara market ataupun yang lain.

Keuntungan pemusnahan di perusahaan kami :


y y

Jaminan product yang akan dimusnahkan. sisa dari pemusnahkan akan kami tangani/kelola seperti penanganan limbah B3 (Abu sisa pembakaran, cairan isi, dsb)

dikerjakan secara profesional mulai dari pengangkutan, pengumpulan, pemusnahan sampai dengan pemanfaatan sisa pemusnahan

Pengalaman Kerja :
y y y

Perusahaan yang berada dikawasan berikat maupun kawasan non berikat Perusahaan PMA maupun PMDN Product yang telah dimusnahkan berupa, semir rambut, label perusahaan kenamaan, pembalut wanita, pampers bayi, sabun mandi, bedak, minyak, tissue, dsb.

PENGANGKUTAN (TRANSPORTER) LIMBAH B3 Jenis Armada Kendaraan yang digunakan dalam pengangkutan limbah B3

mempunyai jenis dan spesifikasi kendaraan sebagai berikut :


y y y y y y

Dump Truck Tronton (10 Roda) Dump Truck Cold Diesel (6 Roda) Wings Box Truck Closed Box Truck Open Bak Truck Truck Tangki

Page 15 of 22

Rute yang ditangani adalah sebagai berikut :


y y y y

Banten, DKI Jakarta sekitarnya Jawa Barat sekitarnya Jawa Tengah dan Yogyakarta sekitarnya Jawa Timur sekitarnya

Rekomendasi dari KLH No. 7172/MENLH/09/2008. Surat Persetujuan dari Dinas Perhubungan Darat No. AJ.309/57/007/DJPD/2008. Kode Manifest : RP 0000001 (Seterusnya)

PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3

Area Lokasi penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3 :


y y y y y

Lokasi Sukaluyu Karawang (No. SK MenLH. 393 Tahun 2008) Lokasi Adiarsa Timur Karawang (No. SK MenLH. 394 Tahun 2008) Lokasi Adiarsa Barat Karawang (No. SK MenLH. 395 Tahun 2008) Lokasi Margakaya Karawang (SK MenLH. 411 Tahun 2008) Lokasi Kuta Mekar Karawang (No. SK MenLH. 412 Tahun 2008)

Jenis Limbah B3 yang dapat disimpan dan dikumpulkan :


y y y y y y y y

Fly Ash dan Bottom Ash Steel Slag dan Iron Slag Paint Sludge dan Sludge IPAL Tinta dan Toner Bekas Sand Faundry Dust Grinding Dust Casting Furnace Slag

Page 16 of 22

y y y y y

Scrap terkontaminasi limbah B3 Oli Bekas dan Spent Oil Coolant Minyak Kotor Solvent dan Larutan bekas Kain majun bekas

PENGOLAHAN LIMBAH B3 (FASA CAIR) Lokasi Kegiatan : Ds. Gintung Kerta, Kec. Klari Karawang Jawa Barat No. SK MenLH. 877 Tahun 2008 Prosedur Pengolahan Limbah Cair :
y y

Fasa limbah cair diterima. Limbah tersebut dimasukkan dalam tangki penampungan untuk ditambahkan bakteri (bahan kimia).

Pada tangki penampungan tersebut dialirkan pada bak penampungan dengan system unaerop yang didalamnya dilakukan proses secara biologi.

Dari bak penampunga anaerob dialirkan ke dalam bak penampung aerob yang terdiri dari 4 bak penampung.

Dalam proses aerob dilakukan proses aerasi dengan menambahkan oksigen pada air tersebut.

Sebelum air tersebut dibuang dilakukan proses filtering dengan menggunakan material Carbon.

Selesai.

Page 17 of 22

Jenis Limbah Cair yang bisa ditangani :


y y y

Spent Water Coolant Pelarut dan Larutan bekas Jenis limbah cair Lainnya

PEMANFAATAN LIMBAH B3 (FASA PADAT) Lokasi kegiatan : Ds. Kebalen, Kec. Babelan Bekasi Jawa Barat Bidang usaha pemanfaatan Bahan Baku Alternatif (Tambahan) Pembuatan Batako dan Paving Block No. SK MenLH. 606 Tahun 2008 Prosedur Pemanfaatan Limbah Fasa Padat :
y y y

Limbah fasa padat diterima. Limbah tersebut dilakukan proses penyaringan (filtering) dan pengeringan (drying). Bila limbah tersebut berupa gumpalan/padatan yang besar dilakukan proses penghancuran (crushing).

pencampuran (mixing) limbah padat tersebut dengan material lain sehingga dihasilkan komposisi yang diharapkan.

y y y y

pemprosesan campuran tersebut dengan air dengan menggunakan alat mixer. Pencetakan campuran tersebut menjadi batako dan paving block. pengeringan batako dan paving block sehingga material tersebut menjadi keras dan kuat. Selesai.

Page 18 of 22

Parameter Limbah yang ditangani untuk dimanfaatkan :

Keterangan :
y

Total presentase untuk untuk SiO2 , Al2O3, Fe2O3 atau FeO dan CaO didalam limbah bahan berbahaya dan beracun harus lebih besar dari 60 %.

Kandungan Karbon tertambat (Fixed Carbon) maksimal 15 % (lima belas persen).

Jenis limbah yang dapat dimanfaatkan :


y y y y y

Fly Ash & Bottom Ash Sand Faundry/ Blasting Dust Casting, Dust Grinding/Collector Furnace Slag/Dross Sludge (Paper Sludge, Paint Sludge, Platting Sludge dan Sludge yang mengandung logam berat/IPAL)

Standarisasi Produk : SNI 03-0348-1989

PEMANFAATAN LIMBAH B3 (FASA MINYAK/OIL) Lokasi Kegiatan : Ds. Gintung Kerta, Kec. Klari Karawang Jawa Barat Bidang usaha pemanfaatan : Bahan Bakar pada Proses Dryng Bed Pembuatan Kertas Budaya No. SK MenLH. 561 Tahun 2008

Page 19 of 22

Prosedur Pemanfaatan Fasa Minyak/Oil :


y y y y

Limbah fasa minyak/oil diterima. Fasa minyak/oil atau residu yang diterima dikumpulkan dalam tangki. Dilakukan tahap penyaringan untuk memisahkan dari bahan-bahan ikutan. Fasa minyak/oil atau residu tersebut dimasukkan dalam tangki

penampung/pengendapan.
y

Dari tangki pengendapan terdebut dipindahkan ke tangki pencampuran untuk dicampurkan dengan bahan bakar lain.

Dari tangki pencampuran bahan baker tersebut dialirkan keruang baker untuk dibakar secara spray.

Selesai

Kriteria Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dapat dimanfaatkan :
y y y

Kandungan Kalori sama atau lebih besar dari 2500 kkal/kg Kadar Air sama atau lebih kecil dari 15 % Tidak mengandung senyawa terhalogenasi

Jenis limbah yang dapat dimanfaatkan :


y y

Minyak Kotor (Minyak Oli/Pelumas, Bensin, Solar, Bensin, Minyak Tanah) Residu Minyak

3.2.3 Dampak terhadap masyarakat Dengan diadakannya pengobatan gratis oleh PT. Tenang Jaya Sejahtera, perusahaan mengharapkan masyarakat dapat merasakan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, kami juga sempat bertanya kepada salah satu warga yang telah berobat ke klinik gratis, Tini (42) warga setempat yang datang bersama anaknya Diki(11) mengaku telah dua kali mendatangi klinik tersebut untuk berobat dan langsung mendapat pelayanan yang ramah

Page 20 of 22

dari petugas medis."Dua kali berobat semuanya gratis dan obatnya juga bagus-bagus," tutur Tini ketika kami temui setelah berobat di klinik gratis PT. Tenang Jaya Sejahtera. Dikatakannya, sebelum klinik tersebut dibuka beberapa pekan lalu, dirinya dan warga lainnya harus berobat ke Puskesmas Telukjambe maupun Ciampel dan terakadang juga berobat ke klinik lainnya. "Kalau berobat ke puskesmas, biayanya memang murah karena hanya diminta membayar administrasi sebesar Rp 6000 saja. Tetapi, obat yang kita terima bukan obat paten melainkan obat generik," tuturnya. Berobat ke klinik, sambung dia, sudah pasti mengeluarkan biaya yang lebih besar yakni Rp 40.000 dan, biaya tersebut belum termasuk ongkos ojek. Makanya, setelah beroperasinya klinik ini warga disini menjadi rajin berobat. "Sakit pegalinu dan pusing-pusing saja sudah datang berobat ke sini," lanjutnya. Warga yang berobat ke sini, jelas Tini, bukan hanya orang dewasa melainkan mulai dari bayi hingga kakek-nenek. Bahkan, pelayanan kesehatan seperti memeriksa darah apakah mengandung gula darah cukup tinggi juga ada disini."Mudah-mudahan ke depan, layanan pemeriksaan kesehatan khusus ibu dan balita juga bisa dilakukan disini," harapnya. Direktur TJS, Tulus Widodo yang dihubungi secara terpisah mengatakan, pengoperasian klinik gratis itu dimaksudkan untuk membantu warga baik warga yang ada di sekitar pabrik maupun dari luar. "Siapa pun yang datang ke klinik tersebut pasti dilayani dengan gratis," ujarnya. Membantu masyarakat agar hidup sehat dan sejahtera merupakan cita-cita yang sudah lama diimpikannya. Sebab, kata dia, perusahaan (PT TJS) ini didirikan bukan semata-mata untuk kepentingan bisnis semata tetapi lebih berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya."Mereka yang tidak sekolah ataupun tak berijasah juga bisa bekerja disini," tuturnya. Sementara mengenai keinginan warga yang meminta agar menyiagakan seorang bidan di klinik tersebut dua kali dalam sebulan khusus untuk melayani ibu hamil dan balita seperti yang biasa dilakukan di pos-pos pelayanan terpadu (posyandu), Tulus tak keberatan."Kalau ada bidan yang bersedia membantu, kami siap," tegasnya

Page 21 of 22

3.3 Tujuan Mengetahui dampak positif yang telah diterapkan perusahaan tentang CORPORATE
SOCIAL RESPONSBILITY(CSR) yang tidak hanya sebatas teori melainkan juga implementasi nyata yang benar terasa manfaat dan hasilnya bagi masyarakat disekitar PT. Tenang Jaya Sejahtera. Dengan melakukan CSR perusahaan ternyata mendapatkan banyak manfaat berarti untuk kepentingan perusahaan seperti reputasi perusahaan, meminimumkan dampak negative dari luar(externalities) dari keberadaan perusahaan, jika perusahaan hanya mementingkan keuntungan finansial pada jangka pendek dan mengorbankan aspek-aspek social dan lingkungan yang terjadi sehingga yang terjadi adalah ketidak pedulian terhadap aspek social akan menuai protes masyarakat yang bias menggangu kelancaran dari operasional PT. Tenang Jaya Sejahtera missal : Demonstrasi atau boikot.

Page 22 of 22

You might also like