You are on page 1of 3

Evolusi Bumi dan Manusia menurut Buddha

oleh Zamanku Indonesia pada 21 November 2009 jam 14:22

http://www.facebook.com/note.php?note_id=205860238139
Kejadian Bumi dan manusia menurut pandangan Buddhis adalah berlangsung dalam proses yang lama sekali melalui evolusi. Sekilas dibaca, prosesnya mirip dengan Teori Evolusi Darwin, walau ada perbedaan. Kejadian Bumi disebutkan secara singkat dalam Mahaparinibbana Sutta, ketika Sang Buddha menerangkan tentang delapan sebab gempa bumi kepada Bhikkhu Ananda. Apakah Charles Darwin dan ilmuwan tenar lainnya pernah mempelajari ajaran Budha atau mitologi India? Sebagaimana kita tahu, Budha lahir dari kalangan bangsawan penganut Hindu. Saat usia remaja ia memilih keluar dari hiruk-pikuk istana, lalu menyepi. "Bumi yang luas ini terbentuk dari zat cair, zat cair terbentuk dari udara dan udara ada di angkasa" (Mahaparinibbana Sutta) Selanjutnya dalam proses pengerasan bumi dari zat cair ke padat, manusia muncul di bumi. Manusia yang mula-mula muncul di bumi adalah banyak jumlahnya. Proses penjadian bumi dan manusia yang muncul mula-mula di bumi, diuraikan oleh Sang Buddha dalam Aggaa Sutta, Patika Sutta dan Brahmajala Sutta, yang merupakan bagian dari Digha Nikaya, Sutta Pitaka. "Vasettha, terdapat suatu waktu, cepat atau lambat, setelah berselang suatu masa yang lama sekali, ketika bumi ini mulai terbentuk kembali. Ketika hal ini terjadi, mahluk-mahluk yang meninggal di Abhassara (alam cahaya) biasanya terlahir kembali disini sebagai manusia. Mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa dan hidup dalam kemegahan. Mereka hidup seperti itu dalam masa yang lama sekali. Pada waktu itu, (bumi) semuanya terdiri dari air dan gelap gulita. Tidak ada matahari maupun bulan yang nampak, tidak ada bintang maupun konstelasi yang kelihatan, siang maupun malam belum ada, bulan maupun pertengahan bulan belum ada, laki-laki maupun wanita belum ada. Mahklukmahluk hanya dikenal sebagai mahluk saja. Vasettha, cepat atau lambat setelah suatu masa yang lama sekali lagi, bagi mahluk-mahluk tersebut, sari tanah (Rasa Pathavi) muncul dari air. Sama seperti bentuk-bentuk busa di permukaan nasi susu masak yang mendingin, demikianlah munculnya tanah itu. Tanah itu berwarna, bau dan rasa. Sama seperti dadih susu atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu, sama seperti madu tawon murni, demikianlah manis tanah itu. Kemudian, di antara mahluk-mahluk itu yang memiliki sifat serakah... mencicipi sari tanah itu...dengan mencicipinya, maka mereka diliputi oleh rasa sari tanah itu dan nafsu keinginan muncul dalam diri mereka. Mahluk-mahluk mulai makan sari tanah... Dengan melakukan hal ini maka cahaya tubuh mereka mulai lenyap. Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, maka matahari, bulan, bintang dan konstelasi-konstelasinya nampak. Demikian pula dengan siang dan malam...

demikianlah sejauh itu Bumi terbentuk kembali. Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati sari tanah, berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka makan itu, maka tubuh mereka menjadi padat dan terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Ada mahluk-mahluk yang memiliki tubuh indah dan ada mahluk-mahluk yang memiliki tubuh buruk. Karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki tubuh indah memandang rendah kepada mahluk yang memiliki bentuk buruk, dengan berpikir : "kita lebih indah daripada mereka , mereka lebih buruk daripada kita." Sementara mereka bangga akan keindahan tubuh sehingga mereka menjadi sombong dan congkak, maka sari tanah itu lenyap. Kemudian, ketika sari tanah itu lenyap bagi mahluk-mahluk muncullah tumbuh-tumbuhan dari tanah (Bhumipappatiko). Cara tumbuhnya seperti cendawan. Tumbuhan ini memiliki warna, bau dan rasa; sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warna tumbuhan itu, sama seperti madu tawon murni, demikianlah manisnya tumbuhan itu,,, mereka menikmati, mendapatkan makanan, hidup dengan tumbuhan yang langsung muncul dari tanah tersebut, hal ini berlangsung dalam masa yang lama....., maka tubuh mereka berkembang menjadi lebih padat, perbedaan tubuh mereka nampak lebih jelas ; sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk....... Sementara mereka bangga akan keindahan tubuh mereka sehingga mereka menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan yang muncul dari tanah itu pun lenyap. Selanjutnya tumbuhan menjalar (Badalata) muncul. Cara tumbuhnya seperti bambu. Tumbuhan ini memiliki warna, bau dan rasa; sama seperti dadi susu atau mentega murni warna tumbuhan itu; sama seperti madu tawon murni manisnya tumbuhan itu. Vasettha, kemudian mahluk-mahluk itu mulai makan tumbuhan menjalar tersebut. Mereka menikmati, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan menjalar tersebut. Hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali, maka tubuh mereka menjadi semakin padat, perbedaan tubuh mereka nampak semakin jelas...mereka bangga akan keindahan tubuh mereka sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan menjalar itu pun lenyap..... Vasettha, kemudian muncullah tumbuhan (semacam) padi (Sali) yang matang dalam alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum dalam butir-butir bersih. Bila mana pada sore hari mereka mengambilnya dan membawanya untuk makan malam, maka pada keesokan pagi harinya itu telah tumbuh dan masak kembali. Bilamana pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang; maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali ; demikian terus menerus padi itu muncul. Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati padi (masak) dari alam terbuka, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan padi tersebut, hal ini berlangsung demikian dalam masa yang

lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka menjadi lebih padat, sehingga perbedaan tubuh mereka nampak lebih jelas. Bagi wanita nampak kewanitaannya (itthilinga) dan bagi laki-laki nampak jelas kelaki-lakiannya (purisalinga). Kemudian wanita sangat memperhatikan tentang keadaan laki-laki dan laki-laki sangat memperhatikan keadaan wanita. Karena mereka saling memperhatikan satu sama lain maka timbullah nafsu indria yang membakar tubuh mereka. Selanjutnya sebagai akibat adanya nafsu indera tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin (methuna).

Siddharta Gautama (Buddha)

https://sites.google.com/site/rusidi/agama-buddha-biologi-exobiologibiologi

You might also like