You are on page 1of 27

Sitoskeleton adalah jaringan filamen protein yang menyusun sitoplasma eukariota.

Sitoskeleton atau rangka sel tersusun atas tiga jenis serabut yang berbeda, yaitu: mikrofilamen, mikrotubulus, dan filamen antara. Ketiga filamen ini terhubung satu sama lain dan kerjanya terkoordinasi. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, merayap di permukaan. Fungsi Sitoskeleton adalah sebagai berikut: a. Memberikan kekuatan mekanik pada sel

b. Menjadi kerangka sel c. Membantu gerakan substansi dari satu bagian sel ke bagian yang lain.

A. Mikrotubul Mikrotubulus adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin. bersifat lebih kokoh dari aktin, mikrotubulus mengatur posisi organel di dalam sel. Mikrotubulus memiliki dua ujung: ujung negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubulus, dan ujung positif yang berada di dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubulus untuk mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel. Mikrotubul berukuran kecil, melengkung, berbentuk silindris, kaku, dimana ditemukan di setiap sel yang sedang mengalami pembelahan. Mikrotubul memiliki diameter luar kira-kira 250 A dengan diameter dinding kira-kira 50 A. struktur mikrotubul sangat menarik hampir sama di semua jenis organisme. Analisis ultrastruktural secara negatif menunjukan noda pada potongan mikrotubul, ini menunjukan bahwa dindingnya ialah polimer yang tersusun atau subunit globular . Pemeriksaan potongan melintang dari dinding mikrotubul menunjukan biasanya 13 subunit yang memutar sehingga membentuk dinding. Ketika permukaannya dilakukan secara membujur maka memperlihatkan protofilament. Ketika mikrotubul yang retak, 13 protofilament pembuat dinding tersebut dapat dilihat, menandakan perkumpulan dari subunit mengitari dinding mikrotubul. Satu berkas dari subunit-subunit tadi terlihat berpola spiral seperti bentuk sekrup. Jika mikrotubul dianalisis kandungan kimianya, maka ditemukan kandungan kesemuanya protein yang satu -tubulin dan yang lain -tubulin. Kedua protein tersebut diperkirakan berat molekulnya kira-kira 54.000 dalton yang mempunyai hubungan dengan struktur dan urutan asam amino yang kiranya berasal dari leluhur protein pada awal periode evolusi. Penambahan untuk

tubulin yang mana tercatat 80-95% dari kandungan protein di mikrotubul ialah MAPs (Microtubule-associated proteins) yang juga hadir di organel dan sekarang ini sedang diteliti secara intensive. Pada kenyataannya mikrotubul ditemukan dalam organisasi seluler seperti flagella, cilia dan benang-benang spindle. Mikrotubul berbentuk silinder lurus yang kosong, banyak ditemukan pada sitoplasma sel eukariotik. Organel ini menjalankan berbagai fungsi, terutama sebagai sarana transport material di dalam sel serta sebagai struktur sporting bagi fungsi-fungsi organel lainnya. Mikrotubula dibentuk dari molekul-molekul tubulin, setiap molekul merupakan heterodimer yang terdiri dari dua sub unit globular yang terikat erat. Subunit-subunit tersebut merupakan protein sejenis yang diberinama tubulin_ dan tubulin . Molekul tubulin saat ini hanya dijumpai di sel-sel eukariota, terutama diotak vertebrata. Diameter mikrotubula lebih kurang 24 nanometer dengan tebal dinding 5 nanometer. Sebelum molekul-molekul tubulin terakit menjadi mikrotubula terlebih dahulu merekak menyusun diri membentuk protofilamen, dengan jalan subunit tubulin dari sebuah molekul tubulin berlekatan dengan sub unit dari

molekul tubulin yang lain yang derada disampingnya. Sebuah mikrotubula yang juga disebut singlet mikrotubula terdiri dari 13 protofiilament yang tersusun membentuk lingkaran. Kegiatan dan fungsi mikrotubula sebagian besar berdasarkan kelabilannya. Salah satu contoh yang mencolok adalah terbentuknya gelondong mitosis, yang terbentuk setelah mikrotubula sitoplasma terurai setelah mitosis. Mikrotubula ini umumnya sangat labil, cepat terakit dan cepat pula terurai. Hal inilah yang menyebabkan sangat pekanya gelondong mitosis terhadap pengaruh obat-obatan seperti colcisine. Obat ini dapat menghentikan mitosis untuk beberapa menit. Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan menghambat mitosis disebut dengan antimitosis. Zat amitosis dapat mencegah sel membelah, sehingga dapat untuk menghambat sel kangker. Sebagian sel hewan memiliki MTOC atau pusat sel disebut sentrosoma. Sentrosoma terletak disalah satu sisi inti dan padanya terdapat sepasang sentriola yang tersusun tegak lurus satu dengan yang lain. Mikrotubula pada sel hewan cenderung memancar kesegala arah dari sentrosoma. Bagaimanapun sel hewan bersifat polar.dan perakutan molekul tubulin menjadi mikrotubula dipantau sedemikian rupa sehingga mikrotubula yang terbentuk menjulur kearah tertentu dari sel. Mekanisme kejadiannya tampak kepada sifat dinamis dari mikrotubula.

Mikrotubula dalam kultur sel cenderung berada dalam salah satu keadaan yaitu tumbuh terus menerus secara ajeg atau terurai dengan cepat. In vivo, mikrotubula juga cenderung berada dalam keadaan seperti yang telah diuraikan. Umur rata-rata mikrotubula fibroblas dalam kultur sel pada stadium interfase kurang dari 10 menit. Pancaran mikrotubula dari sentrosoma tampak selalu berubah-ubah seiring dengan pertumbuhan dan perombakannya.

B. Mikrofilamen Mikrofilamen adalah rantai ganda protein yang saling bertaut dan tipis, terdiri dari protein yang disebut aktin. Mikrofilamen berdiameter sekitar 7 nm. Karena kecilnya sehingga pengamatannya harus menggunakan mikroskop elektron. Mikrofilamen berbentuk tongkat solid yang terbuat dari protein globular yang disebut dengan actin, oleh karena itu mikrofilamen sering disebut juga filament aktin. Mikrofilamen banyak ditemukan dalam sel eukariotik. Filamen ini merupakan struktur primer fungsional dan sangat penting sebagai komponen cytoskeleton. Mikrofilamen seperti mikrotubulus tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel. Berlawanan dengan peran penahan-tekanan (gaya tekan mikrotubula), peran struktural mikrofilamen dalam sitoskeleton adalah untuk menahan tegangan (gaya tarik). Filament aktin seringkali dijumpai sebagai jaring-jaring trimata yang kaku. Hal ini disebabkan karena filament aktin sangat terikat dengan protein pengikat silang (cross-linking). Protein pengikat silang yang terbanyak terdapat di dalam sel yaitu filamin, suatu molekul panjang dan lentur terdiri dari dua rantai polipeptida kembar. Selain berupa anyaman atau jaringjaring , aktin dapat terikat dalam bentuk berkas-berkas seperti yang dijumpai pada mikrovili intestinal. Aktin merupakan protein globular dengan BM 42.000 dalton. Apabila berada dalam bentuk monomer disebut aktin G, yang dapat dirakit menjadi filament beruntai rangkap dan disebut aktin F. Selain aktin terdapat pula mikrofilamen yang disebut myosin dan tropomiosin yang banyak dijumpai di sel otot. Sedangkan troponin ada 3 jenis yaitu, Tp T, Tp I, dan Tp C. Dimana Tp T berfungsi mengikat komponen lain kepada tropomiosin, Tp I berfungsi merencat interaksi miosin dengan aktin, dan Tp C berfungsi mengandungi tapak pengikatan untuk Ca2+ yang memulakan pengecutan.

C. Filamen Intermediet Filamen intermediet merupakan protein serat yang kuat dan tahan lama yang dapat ditemukan di dalam sitoplasma sebagian besar hewan. Filamen ini berdiameter 8-10 nm. Filamen tersebut disebut dengan intermediet karena kenampakan mereka di bawah mikroskop electron adalah di antara filamen aktin yang tipis dan filamen myosin yang tebal. Pada sel-sel otot dimana mereka juga untuk pertama kali dideskripsikan (filamen intermediet juga intermediet dalam hal diameter diantara filamen aktin dan mikrotubulus). Pada hewan banyak sekali kerangka kerja/ fungsi dari filamen intermediet ini, disekitaar nucleus dan meluas keluar sampai ke sisi perifer dari sel, dimana filamen intermediet berinteraksi dengan membran plasma. Sebagai tambahan sebuah jalinan kuat filamen intermediet-lamina nuclear-dibawah selubung nucleus. Filamen intermediet secara nyata sangat menonjol di dalam sitoplasma sel, yang ditujukan untuk berbagai tekanan mekanis. filamen tersebut berlimpah jumlahnya, sebagai contoh pada ephitelia yang terhubung antara sel satu dengan yang lainnya pada junction yang terspesialisasi sepanjang akson sel saraf. ketika sel diberi perlakuan dengan larutan yang memiliki konsentrasi garam dan detergent non-ionic maka filamen intermediet menjadi komponen sitoskeleton yang paling akhir hilang karena lisis. faktanya terminologi sitoskeleton pada mulanya dihasilkan untuk mendeskripsikan system serat yang tidak biasa stabil dan tidak larut air ini. Filamen intermediet merupakan polimer dari protein serat Struktur dari filamen intermediet ideal dan cocok untuk fungsi-fungsi mekanis. hal ini dikarenakan subunit fibrosa yang berassosiasi sisi demi sisi dalam deretan susunan yang saling overlap/tumpang tindih, filamen mampu bertahan dari berbagai tarikan/peregangan dari pada mikrotubulus atau filamen aktin. Kebutuhan fungsional ini harus diakomodasi dengan variable daerah dengan protein filamen intermediet yang berbeda yang memproyeksikan dari permukaan filamen intermediet dan menentukan kemampuan mereka untuk diassosiasikan satu dengan lainnya dengan berbagai komponen lain yang terdapat dalam sel itu sendiri. Dalam beberapa hal kemudian variable daerah dari protein filamen intermediet memberikan fungsi yang sama halnya pada filamen aktin dan mikrotubulus. perbedaannya adalah bahwa variable daerah merupakan suatu bagian yang utuh dari protein filamen intermediet yang terpisah. Unit dasar dari filament intermediet diperkirakan sebagai sebuah tetramer yang terbentuk dari dua dimer yang tersusun sejajar dengan masing-masing ujung membawa N-terminus dan C-

terminus dengan arah yang berlawanan. Akibat dari reaksi dimer2 ini pada titik yang berkawanan maka tetramer berkurang polaritasnya. Tetramer berinteraksi satui dengan yang lainnya untuk membentuk suatu filament akhir final filament. Assambel dari tetramer ini terjadi tidak lain karena kurangnya polaritas,dan juga karena perilakunya ini,turut membedakan filament intermediet dengan sitoskeletal yang lain. Karena interaksi itu juga maka filament intermediet tahan akan stress tekanan. 1. SILIA Silia adalah benang tipis setebal 0,25 m dengan bundel mikrotubulus di bagian intinya. Dinding dari silia terdiri dari 9 dublet mikrotubula. Dublet-dublet tersebut tersusun melingkar dan radier terhadap dua buah singlet mikrotubula, oleh karena susunan ini dinyatakan memiliki susunan mikrotubula 9+2 (9 dublet dan 2 singlet). Setiap dublet saling berhubungan dengan perantaraan protein penghubung yang disebut neksin. Pada bagian bebas dari subdublet terdapat sepasang molekul protein yang disebut dynein. Dinein ini memiliki gugus yang berperan sebagai ATP ase, sehingga dapat dikatakan bahwa dynein bertanggung jawab pada terjadinya hidrolisis ATP. Setiap dublet dihubungkan ke sepasang singlet pusat oleh molekul-molekul protein yang berbentuk ruji-ruji. Flagella dan silia bentuknya hampir sama, hanya ukurannya silia lebih pendek daripada flagella. Flagella dan silia pada organisme uniseluler (prokariot) sangat penting sebagai alat pergerakan individu tersebut. Perbedaan antara cilia dan flagella sebenarnya tidak begitu jelas . Kedua organel ini berbeda dalam hal gerakannya: gerakan cilia berupa lecutan trimatra, sedangkan flagella gerakannya mengombak dwimatra. Cilia mempunyai gerakan alami berupa lecutan (hempasan) yang mempunyai konsekuensi langsung pada tipe gerakan yang dihasilkan. Silia dapat ditemukan pada beberapa hewan avertebrata misalnya pada Dugesia. Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan. Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya. Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya. Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api. Secara garis besar mekanisme gerakan silia ada dua yang perlu diketahui yaitu: a. Sembilan tubulus ganda dan dua tubulus tunggal satu sama lain saling dihubungkan oleh kompleks protein yang menggandakan ikatan silang.

b.

Diduga bahwa energi yang dilepaskan dari ATP yang berhubungan dengan lengan ATPase, menyebabkan lengan bergerak sepanjang permukaan tubulus yang berdekatan. Bila tubulus depan dapat bergerak keluar seaakan tubulus belakang tetap diam, jelas ini akan menyebabkan pembengkokan. Karena banyak silia pada permukaan sel yang berkontraksi serentak seperti gelombang, diduga bahwa beberapa isyarat yang disinkronisasi mungkin suatu isyarat elektrokimia di atas permukaan sel yang dipindahkan dari silia kesilia.

2. Flagel Flagel merupakan bulu-bulu cambuk yang dimiliki oleh beberapa jenis bakteri yang merupakan alat gerak bagi sel bakteri. Flagel melekat pada membran luar di dinding sel dan merupakan perluasan membran sel pada sel-sel eukariota tertentu dengan aksonema internal, badan basal, dan sebagainya identik dengan yang ada pada silia (cilium), tetapi secara keseluruhan, panjangnya lebih bervariasi, dan biasanya lebih panjang. Flagela berbentuk panjang dan ramping. Pada umumnya memiliki panjang sekitar 12 sampai 30 nm. Pukulan flagela bergetar seperti ombak sehingga berbeda dengan silia, gaya renang ke bawah diikuti oleh pukulan ke atas sehingga daya tahannya kurang. Falgela dapat dilihat pada mikroskop cahaya jika ditambah dengan substansi khusus yaitu mordan yang merupakan substansi yang dapat mempertajam pengamatan yang berfungsi untuk membesarkan garis lengan flagela, setelah itu pada sediaan digunakan suatu zat pewarna sehingga flagela dapat terlihat. Flagel tersusun atas tiga bagian yaitu: 1. 2. 3. Pangkal (basal) merupakan bagian yang berhubungan dengan membran palasma. Hook yang pendek. Filamen yang bentuknya seperti benang yang panjangnya sampai beberapa kali melebihi panjang tubuhnya.

Gerakan flagella dan silia berlandaskan pada kegiatan mikrotubula. Ditinjau dari segi ultrastruktur, gerakan flagella maupun silia, merupakan gerak geseran antar dublet dengan perantara dynein. Terdapat tiga komponen penyebab terjadinya gerakan yaitu: mikrotubul, dynein, dan ATP. Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa, apabila yang berperan dalam pergeseran antar dublet hanya dynein, ATP, dan mikrotubul, flagella tidak akan melengkug tetapi dublet-dublet akan saling terlepas. Pada saat bergerak, lengan dynein satu doublet mikrotubula mencengkeram doublet sebelahnya, menarik, melepas, dan kemudian mencengkeram lagi. Siklus motor dynein degerakan oleh ATP. Doublet mikrotubula dipertahankan di tempatnya, mungkin oleh jari-jari radial atau unsure structural lain. Dengan demikian doublet disebelahnya tidak dapat saling meluncur melewati doublet yang lain dengan jarak yang sangat jauh. Gaya-gaya yang dikerahkan oleh lengan dynein menyebabkan doublrt mrlrngkung yang akan menyebabkan silia atau flagella membengkok.ngkungan flagella dapat terjadi akibat kerjasama ruji-ruji dengan pasangan singlet pusat. Pada keadaan tegak, ruji-ruji tidak bersentuhan dengan singlet pusat, dan berkedudukan tegak lurus terhadap sumbu flagella. Pada keadaan melengkung ruji-ruji bersentuhan dengan singlet pusat dan membentuk sudut lancip atau tumpul. Dalam pergerakannya, motor flagel memutar filamen, yang mendorong sel dengan jalan mendorong melawan medium bagian luar. Motor itu digerakan oleh difusi proton (H+) ke dalam sel setelah dipompakan keluar melalui membran plasma dengan mengeluarkan ATP.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Gross, Trevor dkk. 1995. Introoductory Microbiology. London: Chapmaan & hall University and Proffesional Dinsion. Volk, Swisley A & Margareth F Whceler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2010/05/struktur-dan-fungsi-sitoskeleton.html

Bab ini berisi pokok bahasan mengenai ruang lingkup dan perkembangan Biologi Molekuler serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lain, tinjauan sekilas tentang sel yang meliputi perbedaan

antara prokariot dan eukariot, diferensiasi dan organel subseluler pada eukariot. Selain itu, sekilas juga dibahas tiga di antara makromolekul hayati, yaitu polisakarida, lemak, dan protein. Setelah mempelajari pokok bahasan di dalam bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan: ruang lingkup, perkembangan, dan hubungan Biologi Molekuler dengan disiplin ilmu lainnya 2 ciri-ciri sel prokariot 3 ciri-ciri sel eukariot 4 perbedaan antara sel prokariot dan eukariot 5 macam-macam organel subseluler pada sel eukariot 6 struktur molekul polisakarida penting seperti amilum dan selulosa 7 struktur molekul lemak 8 perbedaan antara lemak hewani dan lemak nabati 9 struktur molekul protein, dan 10 macam-macam asam amino penyusun protein Agar dapat memahami pokok bahasan ini dengan lebih baik mahasiswa disarankan untuk mempelajari kembali klasifikasi seluler dan makromolekul hayati seperti yang telah diberikan pada mata kuliah Biologi Sel dan Biokimia. Urutan bahasan di dalam bab ini adalah ruang lingkup, perkembangan, dan hubungan Biologi Molekuler dengan ilmu lain, tinjauan sekilas tentang sel, dan makromolekul hayati. Ruang Lingkup, Perkembangan, dan Hubungan dengan Ilmu Lain Biologi Molekuler merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi molekul-molekul hayati serta kontribusi hubungan tersebut terhadap pelaksanaan dan pengendalian berbagai proses biokimia. Secara lebih ringkas dapat dikatakan bahwa Biologi Molekuler mempelajari dasar-dasar molekuler setiap fenomena hayati. Oleh karena itu, materi kajian utama di dalam ilmu ini adalah makromolekul hayati, khususnya asam

nukleat, serta proses pemeliharaan, transmisi, dan ekspresi informasi hayati yang meliputi replikasi, transkripsi, dan translasi. Meskipun sebagai cabang ilmu pengetahuan tergolong relatif masih baru, Biologi Molekuler telah mengalami perkembangan yang sangat pesat semenjak tiga dasawarsa yang lalu. Perkembangan ini terjadi ketika berbagai sistem biologi, khususnya mekanisme alih informasi hayati, pada bakteri dan bakteriofag dapat diungkapkan. Begitu pula, berkembangnya teknologi DNA rekombinan, atau dikenal juga sebagai rekayasa genetika, pada tahun 1970-an telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan Biologi Molekuler. Pada kenyataannya berbagai teknik eksperimental baru yang terkait dengan manipulasi DNA memang menjadi landasan bagi perkembangan ilmu ini. Biologi Molekuler sebenarnya merupakan ilmu multidisiplin yang melintasi sejumlah disiplin ilmu terutama Biokimia, Biologi Sel, dan Genetika. Akibatnya, seringkali terjadi tumpang tindih di antara materi-materi yang dibahas meskipun seharusnya ada batas-batas yang

memisahkannya. Sebagai contoh, reaksi metabolisme yang diatur oleh pengaruh konsentrasi reaktan dan produk adalah materi kajian Biokimia. Namun, apabila reaksi ini dikatalisis oleh sistem enzim yang mengalami perubahan struktur, maka kajiannya termasuk dalam lingkup Biologi Molekuler. Demikian juga, struktur komponen intrasel dipelajari di dalam Biologi Sel, tetapi keterkaitannya dengan struktur dan fungsi molekul kimia di dalam sel merupakan cakupan studi Biologi Molekuler. Komponen dan proses replikasi DNA dipelajari di dalam Genetika, tetapi macam-macam enzim DNA polimerase beserta fungsinya masing-masing dipelajari di dalam Biologi Molekuler. Beberapa proses hayati yang dibahas di dalam Biologi Molekuler bersifat sirkuler. Untuk mempelajari replikasi DNA, misalnya, kita sebaiknya perlu memahami mekanisme pembelahan sel. Namun sebaliknya, alangkah baiknya apabila pengetahuan tentang replikasi DNA telah dikuasai terlebih dahulu sebelum kita mempelajari pembelahan sel. Tinjauan Sekilas tentang Sel Oleh karena sebagian besar makromolekul hayati terdapat di dalam sel, maka kita perlu melihat kembali sekilas mengenai sel, terutama dalam kaitannya sebagai dasar klasifikasi organisme.

Berdasarkan atas struktur selnya, secara garis besar organisme dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu prokariot dan eukariot. Di antara kedua kelompok ini terdapat kelompok peralihan yang dinamakan Archaebacteria atau Archaea. Prokariot Prokariot merupakan bentuk sel organisme yang paling sederhana dengan diameter dari 1 hingga 10 m. Struktur selnya diselimuti oleh membran plasma (membran sel) yang tersusun dari lemak lapis ganda. Di sela-sela lapisan lemak ini terdapat sejumlah protein integral yang memungkinkan terjadinya lalu lintas molekul-molekul tertentu dari dalam dan ke luar sel. Kebanyakan prokariot juga memiliki dinding sel yang kuat di luar membran plasma untuk melindungi sel dari lisis, terutama ketika sel berada di dalam lingkungan dengan osmolaritas rendah. Bagian dalam sel secara keseluruhan dinamakan sitoplasma atau sitosol. Di dalamya terdapat sebuah kromosom haploid sirkuler yang dimampatkan dalam suatu nukleoid (nukleus semu), beberapa ribosom (tempat berlangsungnya sintesis protein), dan molekul RNA. Kadang-kadang dapat juga dijumpai adanya plasmid (molekul DNA sirkuler di luar kromosom). Beberapa di antara molekul protein yang terlibat dalam berbagai reaksi metabolisme sel nampak menempel pada membran plasma, tetapi tidak ada struktur organel subseluler yang dengan jelas memisahkan berlangsungnya masing-masing proses metabolisme tersebut. Permukaan sel prokariot adakalanya membawa sejumlah struktur berupa rambut-rambut pendek yang dinamakan pili dan beberapa struktur rambut panjang yang dinamakan flagela. Pili memungkinkan sel untuk menempel pada sel atau permukaan lainnya, sedangkan flagela digunakan untuk berenang apabila sel berada di dalam media cair. Sebagian besar prokariot bersifat uniseluler meskipun ada juga beberapa yang mempunyai bentuk multiseluler dengan sel-sel yang melakukan fungsi-fungsi khusus. Prokariot dapat dibagi menjadi dua subdivisi, yaitu Eubacteria dan Archaebacteria atau Archaea. Namun, di atas telah disinggung bahwa Archaea merupakan kelompok peralihan antara prokariot dan eukariot. Dilihat dari struktur selnya, Archaea termasuk dalam kelompok prokariot, tetapi evolusi molekul rRNAnya memperlihatkan bahwa Archaea lebih mendekati eukariot.

Perbedaan antara Eubacteria dan Archaea terutama terletak pada sifat biokimianya. Misalnya, Eubacteria mempunyai ikatan ester pada lapisan lemak membran plasma, sedangkan pada Archaea ikatan tersebut berupa ikatan eter. Salah satu contoh Eubacteria (bakteri), Escherichia coli, mempunyai ukuran genom (kandungan DNA) sebesar 4.600 kilobasa (kb), suatu informasi genetik yang mencukupi untuk sintesis sekitar 3.000 protein. Aspek biologi molekuler spesies bakteri ini telah sangat banyak dipelajari. Sementara itu, genom bakteri yang paling sederhana, Mycoplasma genitalium, hanya terdiri atas 580 kb DNA, suatu jumlah yang hanya cukup untuk menyandi lebih kurang 470 protein. Dengan protein sesedikit ini spesies bakteri tersebut memiliki kemampuan metabolisme yang sangat terbatas. Kelompok Archaea biasanya menempati habitat ekstrim seperti suhu dan salinitas tinggi. Salah satu contoh Archaea, Methanocococcus jannaschii, mempunyai genom sebesar 1.740 kb yang menyandi 1.738 protein. Bagian genom yang terlibat dalam produksi energi dan metabolisme cenderung menyerupai prokariot, sedangkan bagian genom yang terlibat dalam replikasi, transkripsi, dan translasi cenderung menyerupai eukariot. Gambar 1.1. Diagram skematik sel prokariot Eukariot Secara taksonomi eukariot dikelompokkan menjadi empat kingdom, masing-masing hewan (animalia), tumbuhan (plantae), jamur (fungi), dan protista, yang terdiri atas alga dan protozoa. Salah satu ciri sel eukariot adalah adanya organel-organel subseluler dengan fungsifungsi metabolisme yang telah terspesialisasi. Tiap organel ini terbungkus dalam suatu membran. Sel eukariot pada umumnya lebih besar daripada sel prokariot. Diameternya berkisar dari 10 hingga 100 m. Seperti halnya sel prokariot, sel eukariot diselimuti oleh membran plasma. Pada tumbuhan dan kebanyakan fungi serta protista terdapat juga dinding sel yang kuat di sebelah luar membran plasma. Di dalam sitoplasma sel eukariot selain terdapat organel dan ribosom, juga dijumpai adanya serabut-serabut protein yang disebut sitoskeleton. Serabut-serabut yang terutama berfungsi untuk mengatur bentuk dan pergerakan sel ini terdiri atas mikrotubul (tersusun dari tubulin) dan mikrofilamen (tersusun dari aktin).

http://nobelprize.org/educational_games/medicine/dna/b/replication/cell.html

Gambar 1.2. Diagram skematik sel eukariot (hewan) Sebagian besar organisme eukariot bersifat multiseluler dengan kelompok-kelompok sel yang mengalami diferensiasi selama perkembangan individu. Peristiwa ini terjadi karena pembelahan mitosis akan menghasilkan sejumlah sel dengan perubahan pola ekspresi gen sehingga mempunyai fungsi yang berbeda dengan sel asalnya. Dengan demikian, kandungan DNA pada sel-sel yang mengalami diferensiasi sebenarnya hampir selalu sama, tetapi gen-gen yang diekspresikan berbeda antara satu dan lainnya. Diferensiasi diatur oleh gen-gen pengatur perkembangan. Mutasi yang terjadi pada gen-gen ini dapat mengakibatkan abnormalitas fenotipe individu, misalnya tumbuhnya kaki di tempat yang seharusnya digunakan untuk antena pada lalat Drosophila. Namun, justru dengan mempelajari mutasi pada gen-gen pengatur perkembangan, kita dapat memahami berlangsungnya proses perkembangan embrionik. Pada organisme multiseluler koordinasi aktivitas sel di antara berbagai jaringan dan organ diatur oleh adanya komunikasi di antara sel-sel tersebut. Hal ini melibatkan molekul-molekul sinyal seperti neurotransmiter, hormon, dan faktor pertumbuhan yang disekresikan oleh suatu jaringan dan diteruskan kepada jaringan lainnya melalui reseptor yang terdapat pada permukaan sel. Organel subseluler

Pada eukariot terdapat sejumlah organel subseluler seperti nukleus, mitokondria, kloroplas, retikulum endoplasmik, dan mikrobodi. Masing-masing akan kita bicarakan sepintas berikut ini. Nukleus mengandung sekumpulan DNA seluler yang dikemas dalam beberapa kromosom. Di dalam nukleus terjadi transkripsi DNA menjadi RNA dan prosesing RNA. Selain DNA, di dalam nukleus juga terdapat nukleolus yang merupakan tempat berlangsungnya sintesis rRNA dan perakitan ribosom secara parsial. Mitokondria merupakan tempat berlangsungnya respirasi seluler, yang melibatkan oksidasi nutrien menjadi CO2 dan air dengan membebaskan molekul ATP. Secara evolusi organel ini berasal dari simbion-simbion prokariotik yang tetap mempertahankan beberapa DNA, RNA, dan mesin sintesis proteinnya. Meskipun demikian, sebagian besar proteinnya disandi oleh DNA di dalam nukleus. Sementara itu, kloroplas merupakan tempat berlangsungnya proses fotosintesis pada tumbuhan dan alga. Pada dasarnya kloroplas memiliki struktur yang menyerupai mitokondria dengan sistem membran tilakoid yang berisi klorofil. Seperti halnya mitokondria, kloroplas juga mempunyai DNA sendiri sehingga kedua organel ini sering dinamakan organel otonom. Retikulum endoplasmik merupakan sistem membran sitoplasmik yang meluas dan menyambung dengan membran nukleus. Ada dua macam retikulum endoplasmik, yaitu retikulum endoplasmik halus yang membawa banyak enzim untuk reaksi biosintesis lemak dan metabolisme xenobiotik dan retikulum endoplasmik kasar yang membawa sejumlah ribosom untuk sintesis protein membran. Protein-protein ini diangkut melalui vesikula transpor menuju kompleks Golgi untuk prosesing lebih lanjut dan pemilahan sesuai dengan tujuan akhirnya masing-masing. Mikrobodi terdiri atas lisosom, peroksisom, dan glioksisom. Lisosom berisi enzim-enzim hidrolitik yang dapat memecah karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat. Organel ini bekerja sebagai pusat pendaurulangan makromolekul yang berasal dari luar sel atau organelorganel lain yang rusak. Sementara itu, peroksisom berisi enzim-enzim yang dapat mendegradasi hidrogen peroksida dan radikal bebas yang sangat reaktif. Glioksisom adalah peroksisom pada tumbuhan yang mengalami spesialisasi menjadi tempat berlangsungnya reaksi daur glioksilat.

Makromolekul Secara garis besar makromolekul hayati meliputi polisakarida, lemak, protein, dan asam nukleat. Selain itu, terdapat pula makromolekul kompleks, yang merupakan gabungan dua atau lebih di antara makromolekul tersebut. Polisakarida Polisakarida merupakan polimer beberapa gula sederhana yang satu sama lain secara kovalen dihubungkan melalui ikatan glikosidik. Makromolekul ini terutama berfungsi sebagai cadangan makanan dan materi struktural. Selulosa dan pati (amilum) sangat banyak dijumpai pada tumbuhan. Kedua-duanya adalah polimer glukosa, tetapi berbeda macam ikatan glikosidiknya. Pada selulosa monomer-monomer glukosa satu sama lain dihubungkan secara linier oleh ikatan 1,4 b glikosidik, sedangkan pada amilum ada dua macam ikatan glikosidik karena amilum mempunyai dua komponen, yaitu aamilosa dan amilopektin. Monomer-monomer glukosa pada a-amilosa dihubungkan oleh ikatan 1,4 a glikosidik, sedangkan pada amilopektin, yang merupakan rantai cabang amilum, ikatannya adalah 1,6 a glikosidik. Pada tumbuhan selulosa merupakan komponen utama penyusun struktur dinding sel. Sekitar 40 rantai molekul selulosa tersusun paralel membentuk lembaran-lembaran horizontal yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen sehingga menghasilkan serabut-serabut tak larut yang sangat kuat. Sementara itu, amilum berguna sebagai cadangan makanan yang dapat dijumpai dalam bentuk butiran-butiran besar di dalam sel. Adanya dua macam ikatan glikosidik pada amilum menjadikan molekul ini tidak dapat dikemas dengan konformasi yang kompak. Oleh karena itu, amilum mudah larut di dalam air. Fungi dan beberapa jaringan hewan menyimpan cadangan makanan glukosa dalam bentuk glikogen, yang mempunyai ikatan glikosidik seperti pada amilopektin. Polisakarida lainnya, kitin merupakan komponen utama penyusun dinding sel fungi dan eksoskeleton pada serangga dan Crustacea. Kitin mempunyai struktur molekul menyerupai selulosa, hanya saja monomernya

berupa N-asetilglukosamin. Mukopolisakarida (glikosaminoglikan) membentuk larutan seperti gel yang di dalamnya terdapat protein-protein serabut pada jaringan ikat. Penentuan struktur polisakarida berukuran besar sangatlah rumit karena ukuran dan komposisinya sangat bervariasi. Selain itu, berbeda dengan protein dan asam nukleat, makromolekul ini tidak dapat dipelajari secara genetik. Gambar 1.3. Perbedaan ikatan glikosidik antara amilum dan selulosa Lemak (lipid) Molekul lemak berukuran besar terutama berupa hidrokarbon yang sukar larut dalam air. Beberapa di antaranya terlibat dalam penyimpanan dan transpor energi, sementara ada juga yang menjadi komponen utama membran, lapisan pelindung, dan struktur sel lainnya. Struktur umum lemak adalah gliserida dengan satu, dua, atau tiga asam lemak rantai panjang yang mengalami esterifikasi pada suatu molekul gliserol. Pada trigliserida hewan, asam lemaknya jenuh (tanpa ikatan rangkap) sehingga rantai molekulnya berbentuk linier dan dapat dikemas dengan kompak menghasilkan lemak berwujud padat pada suhu ruang. Sebaliknya, minyak tumbuhan mengandung asam lemak tak jenuh dengan satu atau lebih ikatan rangkap sehingga rantai molekulnya sulit untuk dikemas dengan kompak, membuat lemak yang dihasilkan berwujud cair pada suhu ruang. Membran plasma dan membran organel subseluler mengandung fosfolipid, berupa gliserol yang teresterifikasi pada dua asam lemak dan satu asam fosfat. Biasanya, fosfat ini juga teresterifikasi pada suatu molekul kecil seperti serin, etanolamin, inositol, atau kolin (Gambar 1.4). Membran juga mengandung sfingolipid, misalnya seramid, yang salah satu asam lemaknya dihubungkan oleh ikatan amida. Pengikatan fosfokolin pada seramid akan menghasilkan sfingomielin. Gambar 1.4. Struktur molekul fosfolipid, khususnya fosfatidilkolin Protein

Secara garis besar dapat dibedakan dua kelompok protein, yaitu protein globuler dan protein serabut (fibrous protein). Protein globuler dapat dilipat dengan kompak dan di dalam larutan lebih kurang berbentuk seperti partikel-partikel bulat. Kebanyakan enzim merupakan protein globuler. Sementara itu, protein serabut mempunyai nisbah aksial (panjang berbanding lebar) yang sangat tinggi dan seringkali merupakan protein struktural yang penting, misalnya fibroin pada sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba. Ukuran protein berkisar dari beberapa ribu Dalton (Da), misalnya hormon insulin yang mempunyai berat molekul 5.734 Da, hingga sekitar 5 juta Da seperti pada kompleks enzim piruvat dehidrogenase. Beberapa protein berikatan dengan materi nonprotein, baik dalam bentuk gugus prostetik yang dapat bekerja sebagai kofaktor enzim maupun dalam asosiasi dengan molekul berukuran besar seperti pada lipoprotein (dengan lemak) atau glikoprotein (dengan karbohidrat). Protein tersusun dari sejumlah asam amino yang satu sama lain dihubungkan secara kovalen oleh ikatan peptida. Ikatan ini menghubungkan gugus a-karboksil pada suatu asam amino dengan gugus a-amino pada asam amino berikutnya sehingga menghasilkan suatu rantai molekul polipeptida linier yang mempunyai ujung N dan ujung C. Tiap polipeptida biasanya terdiri atas 100 hingga 1.500 asam amino. Struktur molekul protein seperti ini dinamakan struktur primer. Polaritas yang tinggi pada gugus C=O dan N-H di dalam tiap ikatan peptida, selain menjadikan ikatan tersebut sangat kuat, juga memungkinkan terbentuknya sejumlah ikatan hidrogen di antara asam-asam amino pada jarak tertentu. Dengan demikian, rantai polipeptida dapat mengalami pelipatan menjadi suatu struktur yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan hidrogen tersebut. Struktur semacam ini merupakan struktur sekunder molekul protein. Struktur sekunder yang paling dikenal adalah a-heliks. Rantai polipeptida membentuk heliks (spiral) putar kanan dengan 3,6 asam amino per putaran sebagai akibat terjadinya ikatan hidrogen antara gugus N-H pada suatu residu asam amino (n) dan gugus C=O pada asam amino yang berjarak tiga residu dengannya (n+3). Struktur a-heliks banyak dijumpai terutama pada proteinprotein globuler.

Di samping a-heliks, terdapat juga struktur sekunder yang dinamakan lembaran b (b-sheet). Struktur ini terbentuk karena gugus N-H dan C=O pada suatu rantai polipeptida dihubungkan oleh ikatan hidrogen dengan gugus-gugus yang komplementer pada rantai polipeptida lainnya. Jadi, gugus N-H berikatan dengan C=O dan gugus C=O berikatan dengan N-H sehingga kedua rantai polipeptida tersebut membentuk struktur seperti lembaran dengan rantai samping (R) mengarah ke atas dan ke bawah lembaran. Jika kedua rantai polipeptida mempunyai arah yang sama, misalnya dari ujung N ke ujung C, maka lembarannya dikatakan bersifat paralel. Sebaliknya, jika kedua rantai polipeptida mempunyai arah berlawanan, maka lembarannya dikatakan bersifat antiparalel. Lembaran b merupakan struktur yang sangat kuat dan banyak dijumpai pada protein-protein struktural, misalnya fibroin sutera. Kolagen, suatu protein penyusun jaringan ikat, mempunyai struktur sekunder yang tidak lazim, yaitu heliks rangkap tiga. Tiga rantai polipeptida saling berpilin sehingga membuat molekul tersebut sangat kuat. Gambar 1.5. Penampang rantai polipeptida, yang menunjukkan bahwa struktur a-heliks terbentuk karena gugus C=O pada asam amino ke-n berikatan dengan gugus N-H pada asam amino ke-(n+3). Beberapa bagian struktur sekunder dapat mengalami pelipatan sehingga terbentuk struktur tiga dimensi yang merupakan struktur tersier molekul protein. Sifat yang menentukan struktur tersier suatu molekul protein telah ada di dalam struktur primernya. Begitu diperoleh kondisi yang sesuai, kebanyakan polipeptida akan segera melipat menjadi struktur tersier yang tepat karena biasanya struktur tersier ini merupakan konformasi dengan energi yang paling rendah. Akan tetapi, secara in vivo pelipatan yang tepat seringkali dibantu oleh protein-protein tertentu yang disebut kaperon. Gambar 1.6. Struktur protein sekunder a) a-heliks b) lembaran b

Ketika pelipatan terjadi, asam-asam amino dengan rantai samping hidrofilik akan berada di bagian luar struktur dan asam-asam amino dengan rantai samping hidrofobik berada di dalam struktur. Hal ini menjadikan struktur tersier sangat stabil. Di antara sejumlah rantai samping asam-asam amino dapat terjadi berbagai macam interaksi nonkovalen seperti gaya van der Waals, ikatan hidrogen, jembatan garam elektrostatik antara gugus-gugus yang muatannya berlawanan, dan interaksi hidrofobik antara rantai samping nonpolar pada asam amino alifatik dan asam amino aromatik. Selain itu, ikatan disulfida (jembatan belerang) kovalen dapat terjadi antara dua residu sistein yang di dalam struktur primernya terpisah jauh satu sama lain. Banyak molekul protein yang tersusun dari dua rantai polipeptida (subunit) atau lebih. Subunitsubunit ini dapat sama atau berbeda. Sebagai contoh, molekul hemoglobin mempunyai dua rantai a-globin dan dua rantai b-globin. Interaksi nonkovalen dan ikatan disulfida seperti yang dijumpai pada struktur tersier terjadi pula di antara subunit-subunit tersebut, menghasilkan struktur yang dinamakan struktur kuaterner molekul protein. Dengan struktur kuaterner dimungkinkan terbentuknya molekul protein yang sangat besar ukurannya. Selain itu, fungsionalitas yang lebih besar juga dapat diperoleh karena adanya penggabungan sejumlah aktivitas yang berbeda. Modifikasi interaksi di antara subunit-subunit oleh pengikatan molekulmolekul kecil dapat mengarah kepada efek alosterik seperti yang terlihat pada regulasi enzim. Di dalam suatu rantai polipeptida dapat dijumpai adanya unit-unit struktural dan fungsional yang semi-independen. Unit-unit ini dikenal sebagai domain. Apabila dipisahkan dari rantai polipeptida, misalnya melalui proteolisis yang terbatas, domain dapat bertindak sebagai protein globuler tersendiri. Sejumlah protein baru diduga telah berkembang melalui kombinasi baru di antara domain-domain. Sementara itu, pengelompokan elemen-elemen struktural sekunder yang sering dijumpai pada protein globuler dikenal sebagai motif (struktur supersekunder). Contoh yang umum dijumpai adalah motif bab, yang terdiri atas dua struktur sekunder berupa lembaran b yang dihubungkan oleh sebuah a-heliks. Selain domain dan motif, ada pula famili protein, yang dihasilkan dari duplikasi dan evolusi gen seasal. Sebagai contoh, mioglobin, rantai a- dan b-globin pada hemoglobin orang dewasa, serta rantai g-, e-, dan z-globin pada hemoglobin janin merupakan polipeptida-polipeptida yang berkerabat di dalam famili globin. Asam amino

Di atas telah dikatakan bahwa protein merupakan polimer sejumlah asam amino. Bahkan ketika membicarakan struktur molekul protein, khususnya struktur sekunder dan tersier, kita telah menyinggung beberapa istilah yang berkaitan dengan struktur asam amino seperti rantai samping, gugus karboksil, dan gugus amino. Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas sekilas struktur molekul asam amino. Kecuali prolin, dari 20 macam asam amino yang menyusun protein terdapat struktur molekul umum berupa sebuah atom karbon (a-karbon) yang keempat tangannya masing-masing berikatan dengan gugus karboksil (COO-), gugus amino (NH3+), proton (H), dan rantai samping (R). Selain pada glisin, atom a-karbon bersifat khiral (asimetrik) karena keempat tangannya mengikat gugus yang berbeda-beda. Pada glisin gugus R-nya berupa proton sehingga dua tangan pada atom akarbon mengikat gugus yang sama. Perbedaan antara asam amino yang satu dan lainnya ditentukan oleh gugus R-nya. Gugus R ini dapat bermuatan positif, negatif, atau netral sehingga asam amino yang membawanya dapat bersifat asam, basa, atau netral. Pengelompokan asam amino atas dasar muatan dan struktur gugus R-nya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
http://biomol.wordpress.com/bahan-ajar/pendahuluan/

MITOKONDRIA DAN KLOROPLAS


Posted: Maret 20, 2010 by mustamiranwar86 in Biologi

MITOKONDRIA DAN KLOROPLAS PENDAHULUAN Penemuan susunan sel dalam organisme adalah bersamaan dengan permulaan pemakaian Mikroskop. Dari hasil penelitian beberapa para ahli dihasilkan beberapa teori sel diantaranya:
y y

Sel berasal dari sel dan berkembang biak dengan cara membelah diri. Sel adalah suatu unit struktural dan fungsional terkecil pada makhluk hidup.

Sel adalah suatu unit aktifitas Biologi yang dibatasi oleh membran semipermiabel dan dapat melakukan reproduksi sendiri pada medium di luar makhluk hidup.

Di dalam sel terdapat beberapa bagian diantaranya mitokondria dan kloroplas. Mitokondria pertama-tama diobservasi oleh Kolliker tahun 1880 pada otot serangga. Ia mendapati bahwa granula tersebut dapat mengembang dalam air. Pada tahun 1882 Fleming memberinya nama Fila dan tahun 1890 Altman memberi nama Biobblas. Nama mitokondria berasal dari Benda (18971898) tahun 1948 Hogeboom melihat bahwa mitokondria sebagai tempat (lokasi) respirasi sel. Nass (1963) membuktikan bahwa di dalam mitokondria terdapat ADN. Kloroplas merupakan organel yang mengandung klorofil, untuk digunakan pada saat fotosintesis. Kloroplas dapat memperbanyak dengan membelah diri (replikasi). Kloroplas mempunyai ADN yang sirkulasi ADN kloroplas berisi informasi genetik untuk pembentukan r ARN, t ARN (d ARN) untuk pembentukan protein struktural. Kloroplas mempunyai derajat otonomi karena mempunyai genom tersendiri, tapi pada replikasi dan dan diferensiasinya sebagian dipengaruhi ADN inti dan sebagian lagi oleh ADN kloroplas. Replikasi dan diferensiasi kloroplas dipengauhi oleh faktor-faktor lingkungan tertentu seperti cahaya, suhu, regulator pertumbuhan dan mineral.[1] PEMBAHASAN Mitokondria Mitokondria merupakan organel sel yang dapat mengoksidasi bahan makanan menjadi CO2 dan H2O, Mito berarti benang, Chondria berarti granula. Mitokondria terdiri dari :
1. Membran luar yang berfungsi sebagai pembatas antara bagian dalam mitokondria dengan sitoplasma. 2. Membran dalam yang berlekuk-lekuk (krista) berfungi untuk memperluas permukan dan untuk melangsungkan rantai respirasi yang menghasilka ATP. 3. Ruang antar membran (antara membran dalam dan luar), berfungsi untuk oksidasi asam lemak dan katabolisme asetil koenzim. 4. Matriks mitokondria, merupakan sebuah ruang yang dikelilingi oleh membran dalam yang berguna sebagai tempat oksidasi asam lemak dan katabolisme asetil koenzim.[2]

Gb.1. Mitokondria[3] Mitokondria memiliki dua lapis membran. Membran luar membatasi bagian dalam dengan matriks sel. Membran dalam berlekuk-lekuk. Proses respirasi terjadi di dalam membran dalam. Mitokondria memiliki DNA tersendiri, yang dikenal sebagai mtDNA (Ing. mitochondrial DNA). MtDNA berpilin ganda, sirkular, dan tidak terlindungi membran (prokariotik). Karena memiliki ciri seperti DNA bakteri, berkembang teori yang cukup luas dianut, yang menyatakan bahwa mitokondria dulunya merupakan makhluk hidup independen yang kemudian bersimbiosis dengan organisme eukariotik. Mitokondria berbentuk bulat, lonjong, atau batang dengan diameter berkisar antara 0,5-10m dan panjang antara 1-4 m, organel ini terdapat pada semua sel euokariotik dan jumlahnya beragam. Fungsi mitokondria :
1. Proses respirasi sel 2. Mengubah energi potensial berbagai bahan makanan menjadi energi potensial yang disimpan di dalam ATP. 3. Oksidasi 4. Dehidrogenasi 5. Oksidatif fosforilasi[4]

Mitokondria terdapat pada sel-sel ginjal, hati, pankreas spermatozoa dan otot lurik. Komposisi Kimia Membran Air merupakan bagian terbesar dari mitokondria dan ditemukan pada berbagai bagian mitokondria kecuali pada lapisan lemak membran dibagian dalam makro molekul. Air sangat penting untuk berbagai reaksi enzim selain itu juga sebagai media tempat berdifusinya berbagai metabolik diantara sistem enzim dan keluar masuk mitokondria. Bahan utama selain air pada mitokondria adalah protein. Protein lebih banyak tedapat pada membran dalam yaitu berisi 60% dikeseluruhan protein mitokondria. Selain air dan protein juga tedapat komposisi lipida membran pada mitokondria atau fosfolipid. Kompartementasi Enzim-Enzim. Enzim-enzim yang terdapat pada (kompartemen) mitokondria.

Terdapat Pada
Membran luar

Enzim
1. NADH-sitokrom C oksido reduktasa 2. Sitokrom B 3. Asil ko A sintetasa

4. Minoamin oksidasa 5. Kinorenin hidrolasa Ruang Antar Membran 1. Kreatin kinasa 2. Adenilat kenasa 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sitokrom B,C,C1,A,A3 Suksinat dehidrogenasa NADH dehidrogenasa Piruvat oksidasa Karnitin asil transferasa Hidroksibutiratdan hidroksipropionat 7. ATP sintetasa Sitrat sintetasa Akonitasa Isositrat dehidrogenasa Fumarasa Malat dehidrogenasa Glutamat dehidrogenasa Asparat aminotransferasa Kompleks piruvat dehidrogenasa Enzim-enzim untuk sintesis protein dan asam nukleat

Membran dalam

Matriks

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. Enzim-enzim untuk oksidasi asam lemak Subfraksi Membran Dalam ATP sintetase merupakan kompleks lain pada membran dalam mitokondria yang terdiri atas 10 polipeptida. Setengahnya merupakan protein intrinsik dan setengahnya merupakan protein ekstrinsik. Protein intrinsik merupakan agregat yang tidak larut yang berisi reseptor untuk oligomisin dan disiklo heksilkarbodlimida yang merupakan inhibitor yang spesifik untuk produksi ATP. Protein ekstrinsik merupakan suatu agregat dari kompleks tempat terjadi aktivitas ATPase. Jalur-Jalur (pathways) Oksidasi Hidrat Arang Fase-fase oksidasi hidrat arang adalah :
1. Glikolisis

Glikolisis terjadi di sitoplasma yang bersifat anaerob selama glikolisis molekul glukosa dipecah menjadi asam piruvat dan melepaskan energi untuk mensintesis 2 (dua) molekul ATP. Asam piruvat asetal dehid etil alkohol + energi

Asam piruvat dehidrogenaselaktat +NADH


1. Dekarboksilasi Oksidatif

asam laktat + energi

Yaitu asam piruvat masuk ke mitokondria dan diubah menjadi asetil ko A. Disebut dekarboksilasi oksidatif karena terjadi oksidasi dan kehilangan gugusan karboksil menjadi karbondioksida
1. Daur Krebs

Terjadi dalam matriks mitokondria. Daur krebs juga disebut daur asam sitrat atau daur asam trikarboksilat. Daur krebs dimulai dengan dilepaskannya gugusan asetil dari asetil ko A dan bereaksi dengan oksaloasetat membentuk asam sitrat.
1. Rantai Pernafasan dan Fosforilasi Oksidatif

Rantai respirasi yaitu, koenzim yang telah direduksi dioksidasi oleh molekul oksigen melalui sebuah sistem enzim dan koenzim. Rantai respirasi terjadi pada membran dalam mitokondria.fosforilasi oksidatif yaitu sintesis ATP pada protein ekstrinsik waktu proses oksidasi. ADN dan Biogenesis Mitokondria
1. ADN mitokondria

Mitokondria berisi ADN yang membentuk D ARN (M RNA) dan t ARN untuk mensintesis sejumlah protein enzim mitokondria. Tetapi protein, ribosom, ARN dan ADN polimerase dan enzim-enzim yang penting untuk translasi sintesisnya ditentukan oleh ADN inti. Jadi dua genom (dari ADN inti dan ADN mitokondria) bekerja sama untuk membentuk mitokondria yang sempurna struktural dan fungsional.
1. Biogenesis Mitokondria

Berbagai hipotesis tentang bagaimana terjadinya mitokondria di dalam sel yaitu hipotesi de novo yaitu mitokondria berasal dari yang ada didalam sel itu sendiri. Hipotesis lain mengatakan bahwa mitokondria berasal dari RE atau membran plasma yang juga kurang dapat diterima. Hipotesis yang paling banyak diterima adalah mitokondria berasal dari mitokondria yang telah ada, telah ditemukan pula bahwa berubah memanjang kemudian memisahkan diri menjadi bagian-bagian kecil (fragmen). Tiap fragmen dapat membentuk mitokondria baru, selama pembelahan sel mitokondria kelihatan membelah secara transfersal menjadi dua dan tiap bagian berkembang menjadi mitokondria baru[5].

Kloroplas

Kloroplas hanya terdapat dalam sel-sel tumbuhan dan ganggang tertentu. Pada sel tumbuhan, kloroplas biasanya dijumpai dengan bentuk cakram dengan diameter 5m dan tebal 2-4 m. Kloroplas itu dibatasi oleh membran ganda, didalamnya ada sistem luas membran interval yang terbenam dalam matriks fluida yang disebut stomata, membran dalam ini kaya akan fosfolipid dan protein, juga mengandung pigmen-pigmen, yang paling utama diantaranya ialah klorofil. Hijaunya klorofil yang tergabung dadalam membran itulah yang memerikan warna hijau kepada kloroplas dan kepada sel serta jaringan tumbuhan yang terkena cahaya. Klorofil menangkap energi matahari dan memungkinkannya digunakan untuk fotosintesis zat makanan. Jadi kloroplas merupakan tempat fotosintesis. Tanpa organel ini, maka kehidupan yang kita ketahui tidak akan ada.[6] .Struktur Kloroplas Terdiri Dari a. Membran Luar Fungsinya : untuk melewatkan molekul-molekul kurang dari 10 kilodelton tanpa selektivitas b. Membran Dalam Fungsinya : untuk memilih membrasn yang keluar masuk dengan transport aktif. c. Stroma (cairan kloroplas) Fungsinya : untuk menyimpan hasil fotosintesis dalam bentuk pati (amilum) d. Tilakoid Fungsinya : tempat terjadi fotosintesis e. Grana ( kumpulan-kumpulan lamela) Kromoplas : adalah plastida yang berwarna kuning jingga dan merah karena mengandung karotin. Pada kloroplas terdapat pigmen-pigmen, yaitu : a. Klorofil (zat hijau daun) b. Karotenoid (karoten yang memberikan warna jingga) c. Xantofil (untuk warna kuning) Bentuk Kloroplast

Kloroplas dapat dilihat dengan mikroskop biasa. Panjangnya antara 5-10m, dilihat dari atas maupun samping terlihat lonjong, sebagian sisinya datar atau sebagian sisinya konkav (cekung, cakram) Kloroplas terdapat pada sel-sel tumbuhan eukariotik. Sel tumbuhan tinggi berisi 50-200 kloroplas, pada tumbuhan rendah bentuknya bervariasi lagi, contohnya pada Euglena gracilla mempunyai 10 buah kloroplas tiap sel. [7] Klorofil berfungsi untuk merubah energi matahari menjadi energi kimia selama berlangsung proses pembentukan senyawa kompleks berupa zat tepung dari bahan senyawa sederhana, karbondioksida dan air. Selain kloroplas, yang trmasuk plastida berwarna adalah kromoplas, yaitu plastida yang terdapat pada buah, bunga, umbi dan daun. Plastida ini berupa xantofil (warna kuning kelabu), karoten (kuning), dan likopena (merah). Adapun plastida yang tidak berwarna ada dua, yaitu :
1. Leukoplast/amiloplas : untuk pembentukan amilum 2. Elaipoplas : untuk pembentukan minyak.[8]

GB.2. Mitokondria dan Kloroplas di dalam sel.[9] Keterangan 1. Kloroplas 2. Vakuola 3. Nucleus a. Plasmodesmata b. Membran plasma c. Dinding sel k. Vesikel kecil bermembran l. Reticulum endoplasma m. Pori-pori nukleus n. Membrane inti o. Nukleolus p. Ribosom

d. Membran tilakoid e. Amilum f. Vakuola g. Tonoplas h. Mitokondrion (mitokondria) i. Peroksisoma j. Sitoplasma

q. Retikuylum endoplasma halus r. Vesikel golgi s. Badan golgi t. Sitoskleton

Gb. 3. Kloroplas dan Klorofil[10]

RANGKUMAN
Mitokondria dijumpai hampir dalam semua sel eukariotik. Mitokondria panjangnya sekitar 10m. Mitokondria dibungkus oleh suatu selubung yang tediri dari dua membran, masingmasing merupakan fasfolipid yang mempunyai kumpulan protein yang tertanam. membran dalam membagi mitokondria menjadi dua ruangan internal yaitu : ruang intermembran dan ruang matriks mitokondria. Kloroplas merupakan anggota khusus dari keluarga oranel tumbuhan yang berkerabat dekat yang disebut plastid. Amiloplas ialah plastid yang tak berwarna yang menyimpan pati (amilum), khususnya pada akar dan umbi, kloroplas mengandung banyak pigmen yang membuat buah dan bunga, mempunyai corak jingga dan kuning. Kloroplas mengandung klorofil pigmen hijau bersama-sama enzim dan molekul lain yang berfungsi dalam produksi makanan dengan cara fotosintesis. Organel berbentuk lensa ini ditemukan dalam daun dan organ tumbuhan hijau lainnya dan dalam algae eukariotik. PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami buat, sebagai kajian bersama, semoga dapat memberikan manfaat yang berharga bagi kita semua, selanjutnya kritik dan saran selalu kami terima, demi terciptanya hal yang lebih baik, terimakasih. Daftar Pustaka Aryulina Dyah, PhD, Dkk, Biologi Jilid 3, Erlangga,2003 D.A. Pratiwi, Dkk, Penuntun Biologi, Erlangga1998 Djamhur Winata Sasmita, Biologi Sel, Karunika, jakarta, 1986 http://en.wikipedia.org Kimball, Biologi jilid I, Erlangga, Jakarta :1983 Tim penulis Biologi, Biologi SMU kelas 3, PT Remaja Rosdakarya, Bandung

You might also like