You are on page 1of 14

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Tujuan penulisan C.

Manfaat Penulisan

SENYAWA KOMPLEKS

Titrasi

kompleksometri

adalah

salah

satu

metode

kuantitatif

dengan

memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA ( disodium ethylendiamintetraasetat/ tritiplex/ komplekson, dll ). Titrasi kompleksometri ini ada 3 macam, yaitu langsung, tidak langsung, dan substitusi. tergantung sifat zat yang akan ditentukan, misalnya calcium, maka indikator yang dipakai, pH dll akan berbeda, dalam titrasi kompleksometri juga. Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Syaratnya mempunyai kelarutan tinggi. (www.chem-is-try.org) Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam. Dulunya, sebuah kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom, atau ion melalui ikatan kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa kompleks logam terbentuk secara irreversibel, dan banyak diantara mereka yang memiliki ikatan yang cukup kuat. (http://en.wikipedia.org) Contohnya : kompleks logam dengan EDTA dan titrasi dengan merkuro nitrat dan perak sianida. Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi, dengan gugus-gugus nukleofilik lain. Gugus-gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan:

M(H2O)n + L = M (H2O)(n-1) L + H2O

Disini ligan (L) dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut selanjutnya dapat

terjadi, sampai terbentuk kompleks MLn; n adalah bilangan koordinasi dari logam itu, dan menyatakan jumlah maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya. Ligan dapat dengan baik diklassifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada ion logam. Begitulah, ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halida atau molekulmolekul H2O atau NH3, adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu pasanagan-elektron-menyendiri kepada logam. Namun, bila molekul atau ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masingmasing mempunyai satu pasangan elektron menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-penyumbang, dan adalah mungkin untuk membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion logam yang sama; ligan seperti ini disebut bidentat dan sebagai contohnya dapatlah diperhatikan kompleks tris(etilenadiamina) kobalt(III), [Co(en)3]3+. Dalam kompleks oktahedral berkoordinat-6 (dari) kobalt(III), setiap molekul etilenadiamina bidentat terikat pada ion logam itu melalui pasangan elktron menyendiri dari kedua ataom nitrogennya. Ini menghasilkan terbentuknya tiga cincin beranggota-5, yang masing-masing meliputi ion logam itu; proses pembentukan cincin ini disebut penyepitan (pembentukan sepit atau kelat). Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom-koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen-penyumbang dan empat atom oksigenpenyumbang dalam molekul, dapat merupakan heksadentat. Spesi-spesi yang lompleks itu tak mengandung lebih dari satu ion logam, tetapi pada kondisi-kondisi yang sesuai, suatu kompleks binuklir, yaitu kompleks yang mengandung dua ion logam, atau bahkan suatu komleks polinuklir, yang mengansung lebih dari dua ion logam, dapat terbentuk. Begitulah, interaksi antar ion Zn2+ dan Cl- dapat menimbulkan pembentukan kompleks binuklir, misalnya [Zn2Cl6]2- disamping spesi seederhana seperti ZnCl3 - dan ZnCl42-. Pembentukan kompleks binuklir dan polinuklir jelas akan lebih diuntungkan oleh konsentrasi yang tinggi ion logam itu; jika yang terakhir ini berada sebagai konstitusi runutan dari

larutan, kompleks-kompleks polinuklir sangat kecil kemungkinannya akan terbentuk. (www.chem-is-try.org) A. Teori medan Kristal Teori medan kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat CFT, adalah sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam transisi yang semuanya dikategorikan sebagai kompleks koordinasi. CFT berhasil menjelaskan beberapa sifat-sifat magnetik, warna, entalpi hidrasi, dan struktur spinel senyawa kompleks dari logam transisi, namun ia tidak ditujukan untuk menjelaskan ikatan kimia. CFT dikembangkan oleh fisikawan yang bernama Hans Bethe dan John Hasbrouck van Vleck pada tahun 1930-an. CFT pada akhirnya digabungkan dengan teori orbital molekul, membentuk teori medan ligan yang lebih akurat dan menjelaskan proses ikatan kimia pada senyawa kompleks logam transisi. Menurut CFT, interaksi antara logam transisi dan ligan diakibatkan oleh tarikan antara kation logam yang bermuatan positif dan elektron bukan-ikatan ligan yang bermuatan negatif. Teori ini dikembangkan menurut perubahan energi dari lima degenerat orbital-d ketika dikelilingi oleh ligan-ligan. Ketika ligan mendekati ion logam, elektron dari ligan akan berdekatan dengan beberapa orbital-d logam dan menjauhi yang lainnya, menyebabkan hilangnya

kedegeneratan (degeneracy). Elektron dari orbital-d dan dari ligan akan saling tolak menolak. Oleh karena itu, elektron-d yang berdekatan dengan ligan akan memiliki energi yang lebih besar dari yang berjauhan dengan ligan, menyebabkan pemisahan energi orbital-d. Pemisahan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
y y

sifat-sifat ion logam. keadaaan oksidasi logam. Keadaan oksidasi yang lebih besar menyebabkan pemisahan yang lebih besar.

susunan ligan disekitar ion logam.

sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam. Efek ligan yang lebih kuat akan menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar antara orbital 3d yang berenergi tinggi dengan yang berenergi rendah. Struktur kompleks yang paling umum adalah oktahedon; dalam struktur ini,

enam ligan membentuk oktahedron di sekitar ion logam. Pada simetri oktahedron, orbital-d akan berpisah menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan energi
oct.

Orbital dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi yang lebih rendah daripada

orbital dz2 and dx2-y2. Hal ini dikarenakan orbital dxy, dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih jauh dari ligan-ligan, sehingga mendapatkan gaya tolak yang lebih kecil. Kompleks tetrahedron juga merupakan struktur yang umum; dalam struktur ini, empat ligan membentuk tetrahedron disekitar ion logam. Dalam pemisahan medan kristal tetrahedron, orbital-d kembail berpisah menjadi dua kelompok dengan perbedaan energi
tet.

Orbital dz2 dan dx2-y2 akan memiliki energi orbital

yang lebih rendah, dan dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi orbital yang lebih tinggi. Hal bertolak belakang dengan struktur oktahedron. Selain itu, dikarenakan elektron ligan pada simetri tetrahedal tidaklah berorientasi pada orbital-orbital-d, pemisahan energi akan lebih kecil daripada pemisahan energi oktaherdal. Struktur geometri datar persegi juga dapat dideskripsikan oleh CFT. Besarnya perbedaan energi antara dua kelompok orbital tergantung pada

beberapa faktor, seperti sifat-sifat ligan dan struktur geometri kompleks. Beberapa ligan selalu menghasilkan nilai yang kecil, sedangkan beberapa lainnya akan

selalu menghasilkan nilai yang lebih besar. Alasan di balik perbedaan ini dapat dijelaskan dengan teori ligan medan. Deret spektrokimia adalah daftar-daftar ligan yang disusun berdasarkan perbedaan energi yang kecil ke yang besar): yang dihasilkan (disusun dari

I < Br < S2 < SCN < Cl < NO3 < N3 < F < OH < C2O42 < H2O < NCS < CH3CN < py < NH3 < en < 2,2'-bipiridina < phen < NO2 < PPh3 < CN < CO

Keadaan oksidasi logam juga mempengaruhi besarnya . Kompleks V3+ akan memiliki

antara aras energi

(energy level) yang tinggi dan rendah. Semakin tinggi keadaan oksidasi logam, semakin tinggi pula yang lebih besar dari kompleks V2+. Hal ini dikarenakan perbedaan rapatan muatan yang mengijinkan ligan lebih dekat dengan ion V3+ daripada ion V2+. Jarak antar ligan dan ion logam yang lebih kecil akan menyebabkan nilai yang lebih besar karena

elektron logam dan ligan lebih berdekatan, sehingga gaya tolak menolak menjadi lebih besar. 1. Energi stabilisasi medan Kristal Energi stabilisasi medan kristal (Bahasa Inggris:crystal field stabilization energy), disingkat CFSE, adalah stabilitas yang dihasilkan dari penempatan ion logam pada medan kristak yang dibentuk oleh sekelompok ligan-ligan. Ia muncul karena ketika orbital-d terpisah pada medan ligan, beberapa dari orbital itu akan memiliki energi yang lebih rendah. Sebagai contoh, pada kasus oktahedron, kelompok orbital t2g memiliki energi yang lebih rendah dari energi orbital pada sentroid. Sehingga, jika terdapat sembarang elektron yang menempati orbital-orbital ini, ion logam akan menjadi lebih stabil pada medan ligan relatif terhadap sentroid dengan nilai yang dikenal sebagai CFSE. Sebaliknya, orbital-orbital eg (pada kasus oktaheral) memiliki energi yang lebih tinggi daripada sentroid, sehingga menempatkan elektron pada orbital tersebut menurunkan CFSE.

Gambar:Energi stabilisasi medan kristal oktahedron

Jika pemisahan orbital-d pada medan oktahedron adalan t2g distabilkan relatif terhadap sentroid sebesar /5 didestabilkan sebesar /5
3 oct. 2 oct,

oct,

tiga orbital

dan orbital-orbital eg

Stabilisasi medan kristal dapat digunakan dalam menjelaskan geometri kompleks logam transisi. Alasan mengapa banyak kompleks d8 memiliki geometri datar persegi adalah karena banyaknya stabilisasi medan kristal yang dihasilkan struktur geometri ini dengan jumlah elektron 8. 2. Warna kompleks logam transisi Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya ( ) tertentu saja yang dapat diserap (gelombang yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-senyawa tersebut akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak terserap). Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan medan kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang lebih lemah akan membentuk kompleks yang rendah, sehingga akan menyerap cahaya dengan -nya bernilai

yang lebih panjang dan

merendahkan frekuensi . Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan menghasilkan yang lebih besar, menyerap yang lebih pendek, dan

meningkatkan . Sangtalah jarang energi foton yang terserap akan sama persis

dengan perbedaan energi

; terdapat beberapa faktor-faktor lain seperti

tolakan elektron dan efek Jahn-Teller yang akan mempengaruhi perbedaan energi antara keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi. Warna-warna yang terlihat

Roda warna

Roda warna mendemonstrasikan warna senyawa yang akan terlihat jika ia hanya
menyerap satu gelombang cahaya. Sebagai contoh, jika senyawa tersebut menyerap warna merah, maka ia akan tampak hijau. diserap vs warna terpantau

400nm Ungu diserap, Hijau-kuning terpantau ( 560nm)


450nm Blue diserap, Kuning terpantau ( 600nm) 490nm Biru-hijau diserap, Merah terpantau ( 620nm) 570nm Kuning-hijau diserap, Ungu terpantau ( 410nm) 580nm Kuning diserap, Biru tua terpantau ( 430nm) 600nm Jingga diserap, Biru terpantau ( 450nm) 650nm Merah diserap, Hijau terpantau ( 520nm) (http://en.wikipedia.org) Ketika atom atau senyawa menyerap cahaya dari frekuensi yang tepat, elektron dari atom yang bersangkutan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. senyawa berwarna terlihat menyerap (berwarna) cahaya dan penyerapan ini bertanggung jawab untuk warna larutan.

Mata kita melihat campuran dari semua warna, seperti pada proporsi di bawah sinar matahari, sebagai cahaya putih. Gambar berikut ini menunjukkan bagaimana campuran warna yang mata anggap cahaya putih dipisahkan sebagai cahaya melewati prisma.

Seperti yang ditunjukkan pada gambar berikutnya, sebuah objek dilihat sebagai hitam jika menyerap semua warna cahaya putih. Sebuah benda putih mencerminkan semua warna cahaya putih yang sama.

Jika suatu benda menyerap semua warna kecuali satu, kita melihat warna tidak menyerap. Strip kuning pada gambar berikut menyerap merah, oranye, hijau, biru, nila dan violet. Ini memantulkan cahaya kuning dan kita melihatnya sebagai kuning.

Mata juga menggunakan warna komplementer dalam visi warna. Ketika warna akan dihapus dari cahaya putih kita melihat warna komplementer. Tabel berikut menunjukkan warna terlihat ketika warna komplementer akan dihapus (misalnya, dengan warna filter).

(Angstrom)

Warna yang Diserap

Warna yang Diteruskan

6800 6100 5800 5600 5300 5000 4800 4300 4100

Merah Orange Kuning Kuning lemon Hijau Hijau kebiruan Biru Nila violet

Biru-hijau Biru Nila Violet Ungu Merah Orange Kuning Kuning lemon

Strip kuning pada gambar berikut tampak kuning karena menyerap sinar nila dari cahaya putih. Indigo adalah warna pelengkap dari kuning.

Suatu larutan yang mengandung ion kompleks, [Cu(NH3) 4] komplementer biru dan biru-hijau.

2 +,

adalah

biru karena kompleks menyerap dan oranye lampu merah, warna

Sumber: (www.chem.purdue.edu)

a. Cahaya putih Jika cahaya putih melalui prisma itu terbagi menjadi semua warna pelangi. Cahaya tampak hanyalah sebagian kecil dari spektrum elektromagnetik yang sebagian besar tidak bias dilihat oleh mata, seperti sinar gamma, sinar-X, infra-merah, gelombang radio dan sebagainya. Masing-masing memiliki panjang gelombang tertentu, mulai dari 10
16 -

meter untuk sinar gamma untuk beberapa ratus meter untuk gelombang

radio. Terlihat cahaya memiliki panjang gelombang dari sekitar 400-750 nm. (1 nanometer = 10 -9 meter.) Diagram menunjukkan perkiraan dengan spektrum cahaya tampak.

b. Mengapa Cu (II) sulfat larutan biru? Jika cahaya putih (sinar matahari biasa, misalnya) melewati tembaga (II) sulfat solusi, beberapa panjang gelombang dalam cahaya diserap oleh larutan. Cahaya yang melewati larutan dan keluar dari sisi lain akan memiliki semua warna di dalamnya kecuali merah. Kita melihat ini sebagai campuran panjang gelombang (cyan) pucat biru. Diagram memberikan arti apa yang terjadi jika cahaya putih dilewatkan ke larutan tembaga (II)

Untuk aplikasi sehari-hari, warna senyawa kompleks dapat ditemukan pada bahan makanan atau selain bahan makanan. Pada bahan makanan, contohnya seperti, sirup, pewarna makanan, kecap, dan lain lain. Untuk bahan selain bahan makanan, contohnya pewarna tekstil, hijau daun dan lain - lain

Daftar Pustaka

http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kompleksometri/pengertian-senyawakompleks/
http://en.wikipedia.org/wiki/Transition_metal

You might also like