You are on page 1of 15

Struktur Kalimat Bahasa Indonesia

TATA KALIMAT A. Frase Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis. Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu a. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. b. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya prase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K. Macam-macam frase: A. Frase endosentrik Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu: 1. Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung. Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan laki bini belajar atau bekerja 2. Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan. Misalnya: perjalanan panjang hari libur Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif. 3. Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan. Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai. Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai Susi, ., sangat pandai. ., anak Pak Saleh sangat pandai. Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap). B. Frase Eksosentrik Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Misalnya: Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas. Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu

dapat dilihat dari jajaran berikut: Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di . Siswa kelas 1A sedang bergotong royong . kelas C. Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan. 1. Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal Misalnya: baju baru, rumah sakit 2. Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal. Misalnya: akan berlayar 3. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan. Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping 4. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan. Misalnya: tadi pagi, besok sore 5. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya. Misalnya: di halaman sekolah, dari desa D. Frase Ambigu Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu. Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku. Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda: 1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita. 2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita. B. Klausa Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan. Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P). Penggolongan klausa: 1. Berdasarkan unsur intinya 2. Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat 3. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat C. Kalimat a. Pengertian Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir. Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang. b. Pola-pola kalimat Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar

pembentukan kalimat luas itu. o Pola kalimat I = kata benda-kata kerja Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul. Pola kalimat I disebut kalimat verbal o Pola kalimat II = kata benda-kata sifat Contoh: Anak malas. Gunung tinggi. Pola kalimat II disebut pola kalimat atributif o Pola kalimat III = kata benda-kata benda Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan. o Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor. Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial D. Jenis Kalimat 1. Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru. Kalimat Tunggal Ayah merokok.Adik minum susu.Ibu menyimpan uang di dalam laci. Susunan Pola Kalimat S-PS-P-OS-P-O-K

2. Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari: a. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada. Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal) Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi. (subjek pada kalimat pertama diperluas) b. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat. Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I) Bapak membaca koran (kalimat tunggal II) Susi menulis surat dan Bapak membaca koran. Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. 1) Kalimat majemuk setara Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas: a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta,

lagipula, dan sebagainya. Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai. b. Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun. Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi. c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan. Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas. 2) Kalimat majemuk bertingkat Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya: a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek. Misalnya: Diakuinya hal itu PS Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu. anak kalimat pengganti subjek b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat. Misalnya: Katanya begitu Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu. anak kalimat pengganti predikat c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek. Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu. SPO Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya. anak kalimat pengganti objek d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan. Misalnya: Ayah pulang malam hari SPK Ayah pulang ketika kami makan malam anak kalimat pengganti keterangan 3) Kalimat majemuk campuran Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat. Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat. Ketika ia duduk minum-minum pola atasan datang seorang pemuda berpakaian bagus pola bawahan I datang menggunakan kendaraan roda empat pola bawahan II 3. Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi a. Kalimat inti Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti

kalimat. Ciri-ciri kalimat inti: 1) Hanya terdiri atas dua kata 2) Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat 3) Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat 4) Intonasinya adalah intonasi berita yang netral. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya.. b. Kalimat luas Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih. c. Kalimat transformasi Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas. Contoh kalimat Inti, Luas, dan Transformasi a. Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis. b. Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika. c. Kalimat transformasi. Contoh: i) Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi. ii) Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer. iii) Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik. iv) Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis? 4. Kalimat Mayor dan Minor a. Kalimat mayor Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti. Contoh: Amir mengambil buku itu. Arif ada di laboratorium. Kiki pergi ke Bandung. Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di sekolah. b. Kalimat Minor Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat. Contoh: Diam! Sudah siap? Pergi! Yang baru! Kalimat-kalimat di atas mengandung satu unsur inti atau unsur pusat. Contoh: Amir mengambil. Arif ada. Kiki pergi Ibu berangkat-ayah menunggu. Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut disebut kalimat mayor. 5. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singka, jelas, dan tepat. Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata. Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Kalimat Tidak Efektif Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif. Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat 1. kontaminasi= merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah contoh: diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah) memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah) sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah) saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah) Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas seni (salah) 2. pleonasme= berlebihan, tumpang tindih contoh : para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para) para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak) banyak siswa-siswa (banyak siswa) saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna saling) agar supaya (agar bersinonim dengan supaya) disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena) 3. tidak memiliki subjek contoh: Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar) Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ?? Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah) 4. adanya kata depan yang tidak perlu Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat. Kepada siswa kelas I berkumpul di aula. Selain daripada bekerja, ia juga kuliah. 5. salah nalar waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan) Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?) Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan) Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas) Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang) Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi) gagal lebih untuk subjek bernyawa) 6. kesalahan pembentukan kata mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan menyetop seharusnya menstop mensoal seharusnya menyoal

ilmiawan seharusnya ilmuwan sejarawan seharusnya ahli sejarah 7. pengaruh bahasa asing Rumah di mana ia tinggal (the house where he lives ) (seharusnya tempat) Sebab-sebab daripada perselisihan (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan) Saya telah katakan (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan) 8. pengaruh bahasa daerah sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir) oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona) Jangan-jangan (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin) . E. Konjungsi Konjungsi antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf. Konjungsi atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan bagian-bagian kalimat, menghubungkan antarkalimat, antarklausa, antarkata, dan antarparagraf. 1. Konjungsi antarklausa a. Yang sederajat: dan, atau, tetapi, lalu, kemudian. b. Yang tidak sederajat: ketika, bahwa, karena, meskipun, jika, apabila. 2. Konjungsi antarkalimat: akan tetapi, oleh karena itu, jadi, dengan demikian. 3. Konjungsi antarparagraf: selain itu, adapun, namun. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA Kalimat adalah:Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat. 1. Ciri-Ciri Subjek Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat. Contoh : 1. Juanda memelihara binatang langka Siapa memelihara? Jawab : Juanda. (maka juanda adalah S sedangkan memelihara adalah ) Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban 2. Meja itu dibeli oleh paman. Apa dibeli ? = jawab Meja Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat) Contoh : Anak itu mengambil bukuku SP 2 Ciri-Ciri Predikat Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa. Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya. Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama. Kata Adalah atau Ialah Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat. Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas

Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau. 3 Ciri-Ciri Objek Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut. Langsung di Belakang Predikat Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat. Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya. Didahului kata Bahwa Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif. 4 Ciri-Ciri Pelengkap Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap. Di Belakang Predikat Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut. a) Diah mengirimi saya buku baru. b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru. Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat. Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa. Contoh : a. Pemuda itu bersenjatakan parang. Kata parang adalah pelengkap. Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap ) b. Budi membaca buku. Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat menempati Subyek) 5 Ciri-Ciri Keterangan Ciri keterangan adalah dapat dipindah pindah posisinya . perhatikan contoh berikut: Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu. SPOK Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue . Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue. Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.

KALIMAT MAJEMUK Suatu bentuk kalimat luas hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu pola kalimat baru di samping pola yang ada. Kalimat majemuk dibagi menjadi : 1. 2. 3. 4. Kalimat majemuk setara (koordinatif) Kalimat majemuk rapatan Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif) Kalimat majemuk campuran

A. Kalimat majemuk Setara Kalimat majemuk setara adalah : Kalimat gabung yang hubungan antar pola-pola kalimat di dalamnya sederajat atau seharkat. Ciri-ciri : 1. 2. 3. 4. .Kedudukan pola-pola kalimat, sama derajatnya. Penggabungannya disertai perubahan intonasi. Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan. Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P

Jenis majemuk Setara 1. Setara Sejalan (kata hubungnya dan, serta, lagi pula dll) 2. Setara memilih 3. Setara berlawanan 4. Setara menguatkan (bahkan) 5. Setara sebab akibat B. Majemuk Bertingkat. 1. Siswa dapat membuat kalimat majemuk bertingkat 2. Siswa dapat menentukan Kalimat majemuk bertingkat. 1. Membuat Majemuk Bertingkat. Majemuk bertingkat adalah kalimat luas yang mana perluasannya membentuk klausa bawahan (anak kalimat) Cara membuat majemuk bertingkat. 1. Buatlah kalimat tunggal atau kalimat luas terlebih dahulu. 2. Kembangkan salah satu jabatan kalimat menjadi klausa bawahan (anak kalimat ) sesuai dengan anak kalimat apa yg diinginkan Contoh :Ansar akan menyunting seorang gadis minggu depan. S P O K Kalimat diatas akan dijadikan bertingkat anak O Ansar akan menyunting Wanita cantik yang bernama Mutia Rahman minggu depan

s o

Pel K

TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA

I. PENGENALAN INTIFRASE UNTUK MENGETAHUI INTI MAKNA Frase: Satuan gramatikal (himpunan kata) yang merupakan kesatuan linguistik dan tidak melebihi fungsi S, P, O, dan K. Untuk mengetahui intifrase tidaklah sulit, demikian pula untuk mengetahui inti makna, keduanya saling berkait dan saling bersesuaian. Dimana titik (inti) makna berada disitulah intifrasenya. Jadi untuk mengetahui inti frase harus dipahami dulu makna frase tersebut :

Contoh: 1. selalu banyak alasan 2. rumah yang indah 3. tidak jadi pergi 4. orang yang tinggi besar 5. cantik sekali

II. PERBANDINGAN POLA PEMBENTUKAN FRASE Pola frase yang sering dibahas dan ditanyakan dalam tes-tes, berdasarkan kelas atau jenisnya : - Frase Nominal : - gedung sekolah - surat kabar harian - pertunjukan drama

- Frase Verbal

- Frase Adjektival

- Frase Adverbial

: - sedang makan - sudah pergi - terlalu belajar : - sangat cantik - agak malas - terlalu berat : - kemarin siang - tadi malam - bulan depan - Frase Preposisional : - di Jakarta - dari Surabaya - untuk adiknya

III. PERBANDINGAN POLA KALIMAT 1. Kalimat Tunggal Kalimat yang hanya terdiri dari unsur inti (S, P) atau satu klausa saja. Contoh:

Ayah seorang guru SMP. Guru bahasa Inggris disekolahku akan melawat ke Amerika Serikat. Ibu sakit. Ketiga contoh di atas masing-masing hanya mengandung satu klausa saja. Pada contoh kedua, pola kalimat tersebut diperluas namun tidak sampai membentuk pola kalimat baru. 2. Kalimat Majemuk Setara Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti (rangkaian S, P) dan keduanya saling bergantung atau sama derajatnya. Contoh: Ayah membaca buku, Ibu memasak di dapur. Tuti tidak senang bernyanyi, tetapi ia senang musik. Rudi tidak saja melihat, bahkan ia yang pertama kali menolong korban itu.

3. Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti (rangkaian S, P) dan salah satu unsurnya menjadi bagian dari unsur yang lain. Contoh: (Karena) ibu sakit, ayah memasak. Toni datang (ketika) saya sedang mandi. (Walaupun) orangya melarang, ia tetap berangkat. Keterangan : 1. Klausa yang dilekati konjungsi dinamakan anak kalimat, sedang yang tidak dilekati dinamakan induk kalimat. 2. Perbandingan pola kalimat berdasarkan jenis kata atau fungsi dapat anda ingat pola dasar kalimat bahasa Indonesia.

IV. PENENTUAN POLA KALIMAT INTI DALAM KALIMAT LAIN Sebuah kalimat tunggal terdiri satu rangkaian unsur inti (S, P). Perluasan dari kalimat tunggal biasanya tidak melampaui batas (S, P) atau tidak membentuk pola kalimat baru. Cara menentukan kalimat inti dari kalimat perluasan sebagai berikut : Orang yang tinggi besar itu sama sekali bukan tetangga pamanku. Kalimat intinya: Orang itu pamanku. Ia berlari dengan cepat agar tidak terlambat. Kalimat intinya: Ia berlari. Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa gatra/jabatan kalimat terbagi sebagai berikut: - Gatra inti: Subjek dan Predikat - Gatra tambahan: Objek (tambahan erat), Keterangan (tambahan longgar). Dengan demikian penentuan kalimat inti segera dapat diketahui dengan mengambil Subjek dan Predikat intinya.

Adapun ciri-ciri kalimat inti adalah sebagai berikut : bersusun S/P terdiri atas dua kata (S bisa ditambah ini, itu) kalimat berita positif Dari dua contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat inti dari kalimat perluasan

adalah rangkaian dari subjek inti (yang dipokokkan) dengan predikat inti (yang menerangkan pokok).

V. PENENTUAN KEEFEKTIFAN KALIMAT Kalimat efektif yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya, antara pikiran pembaca dengan pikiran penulisnya. Dasar-dasar penguasaan kebahasaan yang mendukung keefektifan kalimat antara lain : kosa kata yang tepat, kaidah sintaksis, dan penalaran yang logis. Bandingkan : Walaupun ia tidak sekolah namun semangatnya berkobar. Ia tidak pernah sekolah namun semangatnya berkobar. Walaupun ia tidak pernah sekolah semangatnya berkobar. Di Solo menyelenggarakan perayaan sekaten. Solo diselenggarakan perayaan sekaten. Di Solo diselenggarakan perayaan sekaten. Solo menyelenggarakan perayaan sekaten. Dari contoh-contoh tersebut manakah yang termasuk kalimat efektif ?

VI. PERLUASAN KALIMAT DAN TRANSFORMASI KALIMAT 1. Perluasan Kalimat Perluasan kalimat, diawali dari kalimat yang mengandung dua unsur pusat, kemudian ditambah satu unsur tambahan atau lebih. Ayah mengetahui hal itu SPO Kalimat ini adalah perluasan dari Ayah mengetahui SP Karena predikatnya tergolong transitif, maka kehadiran objek menjadi wajib. Apabila kalimat tersebut diperluas, bisa menjadi kalimat majemuk bertingkat seperti : Ayah mengetahui bahwa aku menikah SPO S/P 2. Transformasi Kalimat Kalimat Transformasi : kalimat yang telah berubah struktur gramatikalnya dari kalimat inti menjadi struktur gramatikal baru.

Transformasi kalimat bisa ditempuh dengan cara : a. Perluasan : Kami pergi. (inti) Kami belum akan pergi ke sana. (transformasi) kalimat luas. b. Pengurangan : Kota ini indah. (inti) Kota ini. (transformasi) kalimat Elips. c. Permutasi : Siti belajar. (inti) Belajar Siti. (transformasi) kalimat Inversi. d. Pengubahan : Ibu sakit. (inti) Ibu Sakit ? (transformasi) kalimat Tanya Budi turun ! (transformasi) kalimat Perintah

VII. KATA PENGHUBUNG KALIMAT

tetapi, meskipun, walaupun, namun atau bahkan, sekalipun dan sehingga

VIII. FUNGSI KATA DALAM KALIMAT sejak, lalu, kemudian, seketika itu

: mempertentangkan : memilih : menguatkan : menambah, menyetarakan : menyimpulkan

: waktu

dimana, di sana, di dalam untuk, agar, supaya karena, sebab

: tempat : fungsi : sebab-akibat

You might also like