You are on page 1of 3

Cinta sebiji sawi Kala malam datang burung perkutut selalu berkicau indah diteras rumahku.

Aku hampir setiap malam menyimak alunan merdu setiap detiknya. Lalu aku bergegas pergi menuju kamar mandi, ketika suara hilang dan hening. Jam menunjukkan setengah tiga petang. Aku takkan melewatkan malam ini untuk mencari perhatian Tuhan, perhatian lebih dariNya. Langkahku terhenti sesaat ketika aku mendengar sayup-sayup rintihan mengadu seperti anak kecil meminta permen. Aku mendekat dan mencari dimana datangnya suara itu. Ada seseorang dalam gudang tidak jauh dari garasi rumahku. Aku mengintipnya lewat lobang gagang daun pintu. Meskipun hanya disinari lampu temaram aku masih bisa melihat seorang pemuda dengan pakaian compang camping warna agak buram, tangan mengadah ke atas dengan beralas sajadah kusam. Mungkin dia sembahyang pikirku. Aku kembali kerumah melanjutkan niatku setelah jelas datangnya suara itu. Matahari telah menampakkan batang hidungnya. Cahaya kemerahan terbit diufuk timur. Aku sengaja menunggu datangnya sang mentari. Tak terasa ayat demi ayat surat Al-Baqarah selesai aku baca, selesai shalat shubuh tadi. Pagi ini sangat cerah, embun membasahi bunga tak seperti kemarin hujan mengguyur deras. Lewat jendela kamar Aku melihat pematangan sawah depan rumahku. Ku hirup udara segarnya. Kringkringkring Suara Handphone berdering keras. Aku ambil hp didalam tasku, Aku langsung mengangkatnya tak peduli siapa yang menelpon. Honey, apa kabar? Aku harap istriku tetap sehat dan cantik disana. Alhamdulillah aku sehat aja Mas, gimana kabar Mas di Cairo? Alhamdulillah mas dah selesai ujian, bulan depan nunggu hasil lulus apa tidaknya. Doakan mas kalau Lulus bulan depan mas pulang keIndonesia Aku selalu mendoakan Mas, sudah 4 tahun mas gak pulang saya kangen banget. Iya, Mas juga kangen Honey,ia sudah kalau Honey sehat aja disana, salam buat keluarga.Klik suara hp

You might also like