You are on page 1of 17

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN ANALISIS ZAT PADAT

OLEH:

NAMA NO. BP

: AMAMIL KHAIRA : 1010942028

HARI / TANGGAL PRAKTIKUM: SELASA / 28 FEBRUARI 2012 KELOMPOK REKAN KERJA : IV (EMPAT) : 1. ALIFIA SALMI 2. ICHSAN APRIS 3. HARLAN TAUFIK 4. SIDRA FIMEYLIA ASISTEN: RANO PRIMA (1010941003) (1010141013) (1010942009) (1010942010)

LABORATORIUM AIR JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan Tujuan percobaan dari praktikum analisis zat padat yakni untuk menentukan jumlah/ kadar zat padat (solid) dalam suatu sampel air, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut, sehingga dapat diketahui alternatif sistem pengolahan yang akan digunkan untuk mengetahui konsentrasi mikroorganisme yang terdapat dalam sludge (lumpur). 1.2 Metode Percobaan Metode yang digunakan dalam praktikum analisis zat padat ini yaitu metode gravimetri. 1.3 Prinsip Percobaan Pengukuran zat padat dalam air berdasarkan metode gravimetri yaitu analisis berdasarkan penimbangan berat. Penentuan padatan dilakukan dengan cara penyaringan, pemanasan dan penimbangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kondisi Eksisting wilayah sampling Pengambilan sampel pada percobaan analisis zat padat ini dilakukan pada hari Senin tanggal 27 Februari 2012 pada pukul 17.00 WIB. Lokasi pengambilan sampel ini berada di IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) di kota Padang. Luas IPLT ini sekitar 2 hektar dengan 9 kolam pengolahan limbah tersebut. Sampel yang kami ambil yaitu sampel yang berada di kolam 9 setelah mengalami poengolahan beberapa kali. Kedaan air pada kolam 9 ini tidak berbau, tetapi air tersebut keruh. Dan di dalam kolam 9 ini banyak terdapat eceng gondok dan alga bloom, ikan-ikan juga banyak hidup di kolam ini. Kedalaman kolam 9 ini sekitar 6 meter dari permukaan. Pada setipa kolam terdapat bak penyaringan. Bak 9 merupakan bak pengolah terakhir sebelum dibuang ke badan air. Titik koordinat tempat pengambilan sampel ini adalah 179 ft south 00o 53 23,3 dan east 100o 22 25,9. Pada hari Selasa kami melakukan praktikum, sampel yamg kami ambil pada IPLT tersebut tidak jadi digunakan untuk dianalisa zat padatnya, sehingga sampel yang akan kamu uji diganti dengan sampel ternak yang telah disediakan di Laboratorium. 2.2 Teori Dalam metoda analisa zat padat pengertian Zat Padat Total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana. Bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada sushu tertentu. Zat Padat Total terdiri dari Zat Padat Terlarut dan Zat Padat Tersuspensi yang dapat bersifat organik dan anorganik. Zat padat tersuspensi sendir dapat diklasifikasikan menjadi antara lain zat padatan terapung yang selalu bersifat organik dan zat padat terendap yang dapat bersifat organik dan anorganik. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenanga dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Banyaknya disolved solid (zat terlarut) dalam air perlu disesuaikan agar cocok dipakai untuk keperluan rumah tangga dan industri, karena disolved

solid mempunyai pengruh cukup besar terhadap penyediaan air (Anonim A, 2010). Dalam air ditemukan dua kelompok zat, yaitu (Alaerts, 1984): 1. Zat terlarut, seperti garam dan molekul organis; 2. Zat padar tersuspensi dan koloidal, seperti tanah liat (kwarts). Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran atau diameter partikel-partikel tersebut. Perbedaan antara kedua kelompok zat yang ada dalam air alam cukup jelas dalam praktek, namun kadang-kadang batasan itu tidak dapat dipastikan secara defenitip (Alaerts, 1984). Jumlah dan sifat zat padat tidak terlalut dan terlarut yang terkandung dalam cairan sangat bervariasi. Dalam air minum sebagian besar zat padat terlarut berasal dan terdiri dari sebagian besar garam-garam anorganik, sebagian kecilnya dari bahan organik dan gas terlarut. Pada air minum besar total padatan yang terkandung biasanya berkisar 20-1000 mg/L (Sawyer, 1978). Ukuran partikel pada lingkungan cair bervariasi dari koloid rendah atau kelompok molekul besar (10-3m) sampai butiran dan gumpalan (100m). Partikel yang lebih besar tidak tersuspensi dalam cairan untuk waktu lama. Di udara partikel dikelompokkan atas dua kelompok besar yaitu, halus dan kasar. Untuk ukuran halus diameternya < 2m. Partikel yang kasar cenderung berubah oleh perlakuan mekanik atau pembakaran menjadi debu. Partikel halus seringkali berubah menjadi partikel inti (ultra halus) dengan dimensi < 0,1m, dan bentuk akumulasi (0,1-2 m). Skema Analisis zat padat

TS TSS FSS VDS FDS TDS VDS

Gambar 1 Skema Analisis zat padat


Sumber : G. Alaerts, 1984

Keterangan: 1. TS (Total Solids) Zat padat total/residu total setelah sampel limbah cair dikeringkan pada suhu 105oC yang bertujuan untuk mengetahui parameter mutu air. 2. TSS (Total Suspended Solids) Zat padat tersuspensi dimana sampel disaring dengan kertas filter, filter yang mengandung zat tersuspensi dikeringkan pada suhu 105oC selama 2 jam. 3. FSS (Fixed Suspended Solids) Residu yang tertinggal setelah TSS dibakar pada suhu 500 50oC. 4. VSS (Volatil Suspended Solids) Zat padat yang hilang sewaktu TSS dibakar pada suhu 500 50oC. 5. TDS (Total Dissolved Solids) Zat padat terlarut/residu terlarut dimana sampel disaring dengan kertas filter, cairan yang lolos dikeringkan pada suhu 105oC hingga garam akan mengendap lebih dulu. 6. FDS (Fixed Dissolved Solids) Residu yang tertinggal setelah TDS dibakar pada suhu 500 50oC. 7. VDS (Volatil Dissolved Solids) Zat padat yang hilang sewaktu TDS dibakar pada suhu 500 50oC. Analisis zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan prosesproses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan. Dimensi zat padat tersebut adalah mg/l atau g/l, namun sering pula ditemui % volume yaitu dm3 zat padat/liter larutan. (Alaerts, 1984). Beberapa jenis filter yang digunakan dalam penentuan zat padat dalam air adalah (Alaerts, 1984): 1. Filter kertas biasa Filter ini terbuat dari bahan kertas biasa dengan ukuran diameter pori 10 m. Filter ini menahan semua zat padat tersuspensi dan sebagian kecil zat koloidal yang dapat diabaikan. Filter ini menyerap kelembaban udara yang mengakibatkan bertambahnya berat sampai 5 % dari beratnya sendiri. Oleh karena itu, filter kertas ini harus ditentukan beratnya dalam keadaan kering

sebelum filtrasi. Kertas filter biasa ini tidak cocok untuk analisa zat padat tersuspensi organis/ionorganis. Ini dikarenakan setelah dikeringkan pada suhu 550 C terdapat sisa pembakaran filter yang tidak diketahui beratnya. 2. Filter kertas khusus; Filter ini terbuat dari bahan kertas khusus yag lenyap waktu pembakaran pada suhu 550 C. Filter ini digunakan untuk analisa zat padat tersuspensi dan cocok untuk analisa zat padat tersuspensi organis/ionorganis karena tidak ada sisa pembakaran filter. 3. Filter glass-fiber; Filter ini terbuat dari serabut kaca yang halus dan bersifat ionorganis sehingga tidak ikut terbakar pada suhu 550 C. Filter ini tidak menyerap kelembaban udara sehingga tidak perlu dikeringkan dahulu sebelum analisa zat tersuspensi, zat tersuspensi organis dan inorganik. Filter glass-fiber ini tidak sedikit kelebihannya dibanding yang lain, tetapi harga filter ini mahal. 4. Filter membran. Filter ini terbuat dari semacam bahan ember dan mempunyai lubang pori dengan ukuran tertentu tetapi sama besarnya. Filter ini digunakan untuk menyaring atau menahan zat koloidal yang terkandung dalam larutan yang lolos dari filter kertas. Filter kertas ini tidak ember sisa pembakaran. Pengelolaan limbah peternakan yang ramah lingkungan adalah pengelolaan yang tidak berakibat terhadap menurunnya daya dukung lingkungan. Dalam pengelolaannya harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Sudiarto, Bambang): Cara pengelolaannya berkesinambungan; Hasil yang diperoleh dari pengelolaan limbah dapat menjamin proses berikutnya; Teknologi yang digunakan dapat meningkatkan nilai sumber daya limbah yang dikelola; Dampak negatif akibat pengelolaan limbah dapat dihindari. Sesuai dengan potensi yang dimiliki limbah peternakan, pengelolaan yang ramah lingkungan akan berpengaruh sangat besar terhadap berbagai aktivitas yang dapat memberi kontribusi keuntungan usaha di bidang pertanian. Selain itu, kualitas

lingkunganpun akan selalu dapat terjaga, bahkan dimungkinkan dapat meningkat. (Sudiarto, Bambang). Yang dimaksud dengan pemulihan sumberdaya limbah peternakan disini adalah bagaimana cara mengkonversi kembali limbah peternakan menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi limbah peternakan dapat dikonversi menjadi pupuk organik, bahan bakar dan biomassa protein sel tunggal atau etanol. Dari ketiga produk tersebut, konversi limbah menjadi pupuk organik paling sering dilakukan. Dengan dilakukannya konversi limbah peternakan menjadi produk yang bermanfaat, maka selain pencemaran lingkungan hidup dapat diatasi, juga diperoleh nilai tambah pendapatan bagi pengusaha peternakan. Selain itu, konversi limbah menjadi pupuk organik akan sangat berperan dalam pemulihan daya dukung lingkungan, terutama di bidang pertanian (Sudiarto, Bambang).

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisis zat padat antara lain: 1. Kertas saring, untuk menyaring blanko dan sampel; 2. Cawan penguap 4 buah, sebagai wadah untuk filtrat sampel dan blanko; 3. Desikator, untuk menstabilkan suhu cawan setelah dipanaskan; 4. Furnace, untuk proses pembakaran cawan dengan suhu 550oC; 5. Oven, untuk memanaskan cawan; 6. Gelas ukur 50 mL, untuk mengukur sampel yang akan digunakan; 7. Neraca analitik, untuk menimbang massa cawan dan kertas saring; 8. Tangkrus, untuk memindahkan cawan dari oven; 9. Pinset, untuk meletakkan kertas saring pada corong; 10. Beaker glass, sebagai wadah sampel dan blanko; 11. Hot plate, untuk menguapkan filtrat; 12. Corong, untuk membantu proses penyaringan. 3.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum analisis zat padat antara lain: 1. Aquadest; 2. Sampel air limbah peternakan ayam. 3.3 Cara Kerja Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum analisis zat padat terdiri atas: 1. Persiapan a. Empat buah cawan penguap dan dua buah kertas saring bebas abu disiapkan; b. Cawan-cawan yang telah bersih beserta kertas saring dipanaskan pada suhu 105oC selama satu jam di dalam oven; c. Cawan dan kertas saring yang telah dipanaskan selanjutnya dimasukkan ke dalam desikator, lalu ditimbang hingga konstan.

2. Pengukuran Zat Padat Terlarut a. 5 mL sampel air disaring dengan kertas saring bebas abu; b. Filtrate diuapkan pada cawan diatas hot plate sampai kering; c. Cawan dimasukkan ke oven dengan suhu 105oC selama satu jam; d. Cawan yang telah dipanaskan selanjutnya didinginkan di dalam desikator selama 10 menit, kemudian ditimbang dengan neraca analitik; e. Cawan yang berisi TDS dan TTS dimasukkan ke dalam oven 550oC selama satu jam; f. Cawan didinginkan di dalam desikator selama 10 menit, kemudian ditimbang lagi dengan menggunakan neraca analitik; g. Perlakuan yang sama dilakukan terhadap blanko. 3.4 Rumus Perhitungan a = massa cawan + kertas saring sampel b = massa cawan + kertas saring blanko c = massa cawan sampel d = massa cawan blanko e = a dipanaskan 105C f = e dipanaskan 550C g = b dipanaskan 105C Blanko TSS FSS VSS TDS FDS VDS TS Sampel TSS FSS = (e - a) x 1000/mL sampel x 1000 = (f a) x 1000/mL sampel x 1000 = (g - b) x 1000/mL blanko x 1000 = (h b) x 1000/mL blanko x 1000 = TSS TDS = (k d) x 1000/mL blanko x 1000 = (l d) x 1000/mL blanko x 1000 = TDS FSS = TSS + TDS h i j k l = g dipanaskan 550 C = c dipanaskan 105 C = i dipanaskan 550 C = d dipanaskan 105 C = k dipanaskan 550 C

VSS TDS FDS VDS TS

= TSS FSS = (i c) x 1000/mL sampel x 1000 = (j c) x 1000/mL sampel x 1000 = TDS FDS = TSS + TDS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Percobaan Cawan + kertas (sampel) Cawan + kertas (blanko) Cawan + sampel Cawan + Blanko Awal 27,4983 28,1039 30,8261 34,4020 Pemanasan 105 oC 27,5016 28,1164 30,8267 34,4038 Pemanasan 550 oC 27,1703 27,7808 30,8228 34,3948

4.2 Perhitungan 4.2.1 Blanko TSS = (g - b) x 1000/mL blanko x 1000 = (28,1164 28,1039) x 1000/5 mL x 1000 = 2500 mg/L FSS = (h b) x 1000/mL blanko x 1000 = (27,7808 - 28,1039) x 1000/5 mL x 1000 = -64620 mg/L VSS = TSS FSS = 2500 mg/L + 64620 mg/L = 67120 mg/L TDS = (k d) x 1000/mL blanko x 1000 = (34,4038 34,4020) x 1000/5 mL x 1000 = 360 mg/L FDS = (l d) x 1000/mL blanko x 1000 = (34,3948 - 34,4038) x 1000/5 mL x 1000 = -1800 mg/L VDS = TDS FDS = 360 mg/L (-1800 mg/L) = 2160 mg/L TS = TSS + TDS = 2500 mg/L + 360 mg/L = 2860 mg/L

4.2.2 Sampel TSS = (e - a) x 1000/mL sampel x 1000 = (28,1164 27,4983) x 1000/5 mL x 1000 = 123620 mg/L FSS = (f a) x 1000/mL sampel x 1000 = (27,1703 - 27,4983) x 1000/5 mL x 1000 = -65600 mg/L VSS = TSS FSS = 123620 mg/L + 65600 mg/L = 189220 mg/L TDS = (i c) x 1000/mL sampel x 1000 = (30,8267 30,8261) x 1000/5 mL x 1000 = 120 mg/L FDS = (j c) x 1000/mL sampel x 1000 = (30,8228- 30,8261) x 1000/5 mL x 1000 = -660 mg/L VDS = TDS FDS = 120 mg/L + 660 mg/L = 780 mg/L TS = TSS + TDS = 123620 mg/L + 120 mg/L = 123740 mg/L

4.3 Pembahasan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang analisa zat padat, maka didapatkan nilai TSS, FSS, VSS, TDS, FDS, VDS, TS pada blanko secara berurut adalah 2500 mg/L; -64620 mg/L; 67120 mg/L; 360 mg/L; -1800 mg/L; 2160 mg/L; 2860 mg/L, sedangkan nilai TSS, FSS, VSS, TDS, FDS, VDS, TS pada sampel secara berurut adalah 123620 mg/L; -65600 mg/L; 189220 mg/L; 120 mg/L; -660 mg/L; 780 mg/L; 123740 mg/L. Sampel yang dipakai pada pada percobaan ini adalah limbah peternakan. Hasil dari TSS pada praktikum analisa zat padat di atas, apabila dikaitkan dengan stnadar baku mutu yang ditetapkan Badan Pengendali Dampak Lingkungan (BAPEDAL) tentang limbah peternakan ayam, kadar TSS yang diperbolehkan adalah 200 mg/L. Sedangkan pada sampel didapatkan nilai TSS nya 123260 mg/L, dan dapat dikatakan bahwa kadar TSS di dalam sampel melebihi standar baku mutu yang telah ditetapkan. Dapat dikatakan bahwa sampel limbah peternakan tersebut mengandung TSS yang tinggi, sehingga tidak aman dibuang ke badan air, apabila tetap dibuang ke badan air, maka akan menimbulkan dampak serius pada perairan. Sebaiknya pada limbah peternakan tersebut, sebelum dibuang ke badan air dilakukan dulu pengolahan limbah agar tidak mencemari perairan dan lingkungan sekitar. Pengolahan dapat dilakukan secara sederhana, mulai dari menyaring limbah sehingga dapat mengurangi dampak pencemar terhadap lingkungan. Dampak yang mungkin terjadi apabila kandungan zat padat ini masih tinggi dan melebihi standar baku mutu, maka akan mencemari air, eutrofikasi, residu pestisida, yang akan berpengaruh pada kematian biota dalam air. Dari hasil data yang didapatkan setelah melakukan percobaan, data yang didapatkan kurang representatif. Ini bisa disebabkan kesalahan-kesalahan kecil sewaktu melakukan percobaan. Hal ini dapat terlihat pada nillai hasil percobaan di atas, seharusnya nilau blanko pada TDS bernilai 0 mg/L, tapi pada saat melalakukan praktikum, kemudian didapat hasilnya, didapat nilai TDS pada blanko besar dari nol. Kesalahan ini bisa saja terjadi saat melakukan percobaan, massa zat tersebut terkontaminasi dengan yang lainnya, karena adanya partikel di cawan ataupun

yang ada di udara. Karena perlakuan pada alat dan sampel pada praktikum ini dilakukan secara steril, sehingga harus berhati-hati dalam melakukan

praktikumnya.

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Analisa zat padat pada blanko TSS, FSS, VSS, TDS, FDS, VDS, TS secara berurut adalah 2500 mg/L; -64620 mg/L; 67120 mg/L; 360 mg/L; -1800 mg/L; 2160 mg/L; 2860 mg/L 2. Analisa zat padat pada sampel TSS, FSS, VSS, TDS, FDS, VDS, TS secara berurut adalah 123620 mg/L; -65600 mg/L; 189220 mg/L; 120 mg/L; -660 mg/L; 780 mg/L; 123740 mg/L; 3. Berdasarkan standar baku mutu yang ditetapkan oleh Badan Pengendali Dampak Lingkungan (BAPEDAL) tentang limbah peternakan ayam, kadar TSS yang diperbolehkan adalah 200 mg/L, sehingga kadar TSS yang terdapat pada sampel telah melebihi standar baku mutu yang telah ditetapkan. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan percobaan ini adalah: 1. Berhati-hati dalam melakukan penimbangan; 2. Melakukan setiap langkah kerja dengan hati-hati dan dalam keadaan bersih; 3. Hendaknya melakukan penimbangan sesuai prosedur; 4. Hendaknya dilakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap air limbah pemotongan ini sebelum dibuang ke badan air.

DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Sri, Sumestari. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional Sawyer, Mc. Carty. 1987. Chemistry For Environmental Engineering. New York: Mc. Graw Hill. Sudiarto, Bambang. 2011. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan http://peternakan.litbang. deptan.go.id. Tanggal Akses: 01 Maret 2012. Anonim A, 2010. Analisis zat padat. http://wempigembul.blogspot.com/2010. Tanggal Akses: Februarri 2012.

You might also like