You are on page 1of 19

LAPORAN MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN UJI TARIK DAN UJI IMPACT

Disusun oleh : KELOMPOK 3 ADE G S 208131001 CANDRA BILLY A 208131006 IRNA JANUATI 208131014 ROBBI RAHMAN F 208131020 TAUFIK NASRUL A 208131023 GHENY FAUZANA 207341037 KELAS : 2MEA

TEKNIK MANUFAKTUR POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG


Jl. Kanayakan no. 21, DAGO 40235, Tromol Pos 851 BANDUNG 40008 Phone : 62 022 2500241 Fax : 62 022 2502649 Homepage : http ://www.polman.com, E-mail : polman@melsa.net.id

BAB I PENDAHULUAN
Pengujian bahan merupakan suatu dasar penelitian dengan tujuan untuk mengetahui sifat-sifat dari sebuah bahan uji, sehingga penggunaan semaksimal dan seaman mungkin bisa dilakukan, dan kerusakan yang mengakibatkan kerugian di dalam bidang teknologi dan ekonomi bisa dihindarkan. Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang biasa dilakukan, yaitu uji tarik (tensile test), uji tekan (compression test), uji torsi (torsion test), dan uji geser (shear test). Dalam tulisan ini kita akan membahas tentang uji tarik dan sifat-sifat mekanik logam yang didapatkan dari interpretasi hasil uji tarik. Hasil pengujian sebagai informasi keadaan bahan atau sifat bahan selalu diberikan kepada industri sebagai pemakai bahan, sehingga penulisan hasil pengujian harus disesuaikan dengan standar pengujian yang telah ditentukan oleh standar industri dari masing-masing negara atau standar industri internasional, yang kita kenal dengan ISO. Dalam kesempatan kali ini, makalah ini akan menjelaskan mengenai uji tarik dan uji impact(kejut). 1. UJI TARIK ( TENSILE TEST ) Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah antara lain adalah Shimadzu, Instron

dan Dartec. 2. UJI KEJUT ( IMPACT TEST ) Sebuah memberikan tegangan tes yang dirancang untuk informasi tentang bagaimana shock.

spesimen bahan yang diketahui akan merespon yang tiba-tiba, misalnya Banyak komponen yg akan mendapat beban impact (dynamic loading) dlm pengoperasian. Uji kejut dikembangkan utk menentukan kekuatan kejut (impact toughness) bahan logam dan non logam terhadap beban kejut.

BAB II ISI
1. Mengapa melakukan Uji Tarik? Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gbr.1. Kurva ini dalam desain yang memakai bahan tersebut menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan

Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan Hukum Hooke (Hooke's Law) Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut: rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan ini umumnya disebut "Ultimate Tensile Strength" disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik maksimum.

Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan.

Hubungan antara stress dan strain dirumuskan: E=/ Untuk memudahkan pembahasan, Gbr.1 kita modifikasi sedikit dari hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan (stress vs strain). Selanjutnya kita dapatkan Gbr.2, yang merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana "Modulus perbandingan tegangan () dan regangan () selalu tetap. E diberi nama stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Elastisitas" atau "Young Modulus". Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan

Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti pada Gbr.3 berikut.

Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila pengukur regangan ini mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan. 2. Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail. Untuk keperluan kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik dapat digeneralisasi seperti pada Gbr.5

Kita akan membahas istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan berpedoman pada hasil uji tarik seperti pada Gbr.5. Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai dari titik O sampai D sesuai dengan arah panah dalam gambar. Batas elastisE ( elastic limit) Dalam Gbr.5 dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula (tepatnya hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan nol pada titik O (lihat inset dalam Gbr.5). Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan permamen (permanent strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang dari 0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005% . Tidak ada standarisasi yang universal mengenai nilai ini. [1] Batas proporsional p (proportional limit) Titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis. Deformasi plastis (plastic deformation) Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.5 yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing. Tegangan luluh atas uy (upper yield stress) Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke plastis. Tegangan luluh bawah ly (lower yield stress) Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan ini. Regangan luluh y (yield strain) Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis. Regangan elastis e (elastic strain) Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan

regangan ini akan kembali ke posisi semula. Regangan plastis p (plastic strain) Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.

Regangan total (total strain) Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T = e+p. Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis. Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength) Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik C (), maksimum yang didapatkan dalam uji tarik. Kekuatan patah (breaking strength) Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau patah. Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan plastis Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset-strain (Gbr.6) merupakan besar tegangan

Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan. 3. Istilah lain Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil uji tarik. Kelenturan (ductility) Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas (brittle). Derajat kelentingan (resilience) Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience), dengan satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam Gbr.1, modulus kelentingan ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir. Derajat ketangguhan (toughness) Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam Gbr.5, modulus ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD. Pengerasan regang (strain hardening) Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding regangan setelah memasuki fase plastis. Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain) Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah dibahas di atas tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu tegangan dan regangan berdasarkan luas penampang bahan secara real time. Detail definisi tegangan dan regangan sejati ini dapat dilihat pada Gbr.7. Pengujian tarik ialah peregangan dari suatu batang uji yang secara kontinu bertambah akibat beban yang bekerja pada batang uji sampai batang uji tersebut putus. Pengujian ini merupakan salah satu bentuk "Pengujian Destructive" dan umum dilakukan pada bahan-bahan Iogam yang akan digunakan dalam lapangan teknik.

Dengan pengujian ini akan dapat diketahui; tegangan tarik. perpanjangan (regangan). penyusutan penampang (kontraksi), modulus elastis, tegangan mulur atau tegangan uji dari batang uji. Semua batang uji sudah dinormalisasikan. dan beban tarik yang bekerja meningkat secara teratur sampai batang uji putus. Beban yang digunakan dalam perhitungan tegangan tarik dari bahan adalah beban maksimum yang dapat ditahan oleh bahan uji tarik tersebut

B. Mesin Uji Tarik Dilihat dari cara pemberian beban atau gaya tarik pada batang uji maka mesin uji tarik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Mesin uji tarik mekanik. 2. Mesin uji tarik hidrolik. Mesin uji tarik mekanik, pemberian gaya tarik diperoleh melalui sistem mekanik rodaroda gigi yang digerakkan dengan tangan ataupun dengan motor listrik. Kapasitas mesin uji tarik mekanik ini biasanya relatif rendah dibandingkan dengan mesin hidrolik Mesin uji tarik hidrolik. gaya tarik dihasilkan oleh tekanan minyak didalam silindernya. Kapasitas mesin hidrolik relatif besar dan biasanya mesin ini universal sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan beberapa macam pengujian diantaranya : - Pengujian tarik - Pengujian tekan - Pengujian geser - Pengujian lengkung

C. Bentuk dan Ukuran Batang Uji Bentuk dan ukuran batang uji sudah dinormalisasikan, dengan kata lain bahwa batang uji harus mengikuti standar-standar tertentu. Dilihat dari bentuk dan jenis bahan, batang uji tarik dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : 1. Batang Uji Proporsional

Yang dimaksud dengan batang uji proporsional adalah panjang batang uji ditentukan dengan mempergunakan rumus :

Dimana : Lo = panjang batang uji k = konstanta So = luas penampang batang uji Konstanta (k) untuk baja dan baja tuang adalah 5,65 untuk logam bukan besi adalah 5,65 atau 11,3 dan besi tuang mampu tempa adalah 3,39

1. Batang Uji Sistem Dp Khusus untuk batang uji dengan penampang bulat diberlakukan juga sistem Dp, yaitu perbandingan antara diameter dan batang uji. Sesuai dengan standar industri Indonesia (SII), sistem Dp yang dipakai adalah Dp 10, Dp 5 dan Dp 3. Dp 10 artinya bahwa panjang batang uji (Lo) adalah 10 x diameter. Ukuran ini juga adalah pendekatan dari konstanta k = 11,3. Dp 5 artinya bahwa panjang batang uji (Lo) adalah 5 x diameter atau pendekatan dari k = 5,65 dan Dp 3 artinya bahwa Lo = 3 x diameter atau pendekatan dari k = 3,39. Berikut ini dilengkapi juga dengan tabel standar batang uji berdasarkan SII. 0148 - 76. Tabel la untuk Dp 5 dan Dp 10 Bentuk : Batang uji bulat untuk dijepit. Tabel 1 b untuk Dp 5 dan Dp 10 Bentuk : Batang uji bulat dengan kepala berbahu

Seperti terlihat pada tabel-tabel di atas, bahwa batang uji proporsional mempunyai bentuk-bentuk yang spesiftk serta ukuran-ukuran yang presisi. Pembentukan batang uji ini dilaksanakan dengan proses pemesinan terlebih dahulu. Pada saat pembentukan diusahakan agar tidak timbul panas yang terlalu tinggi yang akan mengakibatkan perubahan struktur bahan. . Batang uji yang mengalami pengerjaan ini harus dengan bentuk dan menurut ukuran-ukuran yang ditentukan dan tanda cacat-cacat luar. Selisih maksimum yang diperkenankan antara dua luas penampang pada bagian prismatisnya adalah 1 %. Bagian prismatis batang uji harus licin. Yang dimaksud dengan bagian prismatis adalah bagian batang yang akan diuji dengan kata lain bagian terkecil dari batang uji tarik.

Batang uji dari bahan yang berbentuk batangan atau profil-profil ringan dengan penarnpang yang tidak rnelebihi kernampuan mesin tarik. dapat diuji langsung sesuai dengan bentuk dan ukuran penampang asal. Apabila bahan-bahan tersebut harus rnelalui pemesinan/pengerjaan terlebih dahulu. proses pengerjaannya sarna dengan batang uji untuk yang proporsional.

D. Diagram Beban Perpanjangan

Deformasi suatu bahan akibat pembebanan dapat ditentukan sesuai dengan Hukum Hooke. Menurut Hooke, deformasi elastis sebuah batang dengan penampang So dan

panjang Lo, jika dibebani dengan gaya tarik atau tekan sebesar P, maka beban akan mengalami: 1. Deformasi elastis berbanding lurus dengan beban P. 2. Deformasi elastis berbanding lurus dengan panjang batang asal Lo. 3. Deformasi elastis berbanding terbalik dengan luas penampang Ao. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa; besarnya beban p, berbanding lurus dengan panjang batang Lo atau dengan kata lain "Tegangan sebanding dengan regangan ". Tegangan

Dimana E = modulus elastisitas. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar diagram tarik berikut :

Gambar 5 b. Diagram beban perpanjangan yang menunjukkan ada batas ulur atas dan batas ulur bawah. Batas Regang Adakalanya pada pengujian terhadap bahan-bahan tertentu tidak menunjukkan adanya penguluran. Untuk batang uji seperti ini ditetapkan batas regang (Proof Stress). Batas

regang adalah tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan perpanjangan elastis tetap. Beban pada batas regang biasanya ditentukan 0,2% dari panjang ukur Lo ditarik garis lurus sejajar dengan garis modulus pada diagram penarikan. Misalnya panjang ukur batang uji adalah 100 mm, maka untuk menghasilkan 0,2% perpanjangan tetap dari batang uji adalah 0,2% x 100 mm = 0,2 mm. Pada arah perpanjangan diukur jarak dari titik O sebesar 0,2 mm sehingga terdapat titik M. Dari titik M tarik garis sejajar dengan garis modulus hingga bertemu pada titik N (gambar 6). Beban pada N menyatakan besarnya beban yang bekerja pada 0,2% Lo (0,2 Proof Load) jadi tegangan pada batas regang 0.2% adalab :

You might also like