You are on page 1of 7

Pemeriksaan Forensik Tubuh pada Jenasah Pemeriksaan Luar Tubuh Jenasah Tanda-tanda yang ditemukan pada jenazah tidak

khas. Pada pemeriksaan mungkin hanya tercium bau khas dan tanda-tanda asfiksia.1

Pemeriksaan Dalam Tubuh Jenasah Pemeriksaan dalam tubuh pada jenazah a. Otak Pada pemeriksaan otak didapatkan adanya edema, pelebaran gyrus, petechiae.3,4 Pada potongan coronal pada otak dapat ditemukan adanya kerusakan pada substansia alba , nekrosis pada nukleus caudatus dan putamen.6,8 Pada pemeriksaan CT scan dan MRI sering ditemukan nekrosis bilateral pada putamen dan lesi pada substansia alba bersama dengan atrofi nervus optikus. Lesi pada putamen ini diperkirakan disebabkan difusi toksik asam format yang meningkat karena kerusakan sawar darah otak. 4 Selain lesi pada putamen dan substansia alba pada pemeriksaan imaging dari otak dapat juga ditemukan adanya edema serebri, infark serebri, dan perdarahan.7

Gambar 1. Edema otak berat, permukaan otak yang terlihat datar dengan pelebaran gyrus dan kongesti pembuluh darah Sumber: http://www.medica.ro/reviste_med/download/rmr/2009.4/RMR_Nr-4_2009_Art-8.pdf

Gambar 2. Potongan coronal pada hemisfer cerebri menunjukkan nekrosis hemoragik pada nukelus caudatus ( panah hitam pendek ) dan nekrosis putamen bilateral (panah hitam panjang) Sumber: http://thetruthaboutstuff.com/pdf/%2818%29%20Demyelination%20from%20Methanol %20in%20Human.pdf

b. Mata Pada pemeriksaan mata dapat ditemukan adanya papil edema dan hiperemia pada diskus optikus. Pada pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan adanya kerusakan myelin pada serabut saraf yang diperkirakan karena anoksia histotoksik yang disebabkan oleh asam format.4 Adanya perubahan pada retina dan nervus optikus diperkirakan merupakan pengaruh dari asam format yang menggangu produksi energi dari mitokondria. Studi in vitro menunjukkan bahwa asam format menghambat aktivitas sitokrom oksidase yang berperan pada sintesis ATP.2 c. Paru paru Pada paru dapat ditemukan adanya edema paru dan petechiae pada permukaan paruparu.1 Pada pemeriksaan mikroskopis dapat ditemukan adanya edema berat dan infark hemoragik parsial dengan dinding alveoli yang tidak jelas.3 d. Hati Pada hati dapat ditemukan adanya pembesaran dan kongesti pembuluh darah.3 Pada penelitian yang dilakukan pada tikus wistar pemberian metanol mengakibatkan terjadinya degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik, dan nekrosis pada sel-sel hepar yang ditemukan pada pemeriksaan mikroskopis.9 e. Ginjal

Pada beberapa kasus dapat ditemukan degenerasi tubular pada ginjal yang disertai dengan bercak- bercak nekrosis, kongesti dari kapiler peritubular, dilatasi kapiler glomerolus, dan pembengkakan endotelial.5 f. Lambung Pada lambung dapat ditemukan adanya kongesti dari pembuluh darah dan bercak- bercak perdarahan pada mukosa lambung.5 Pada penelitian yang dilakukan pada tikus wistar yang dilakukan pemberian metanol tampak perubahan pada intregitas epitel mukosa lambung. Perubahan-perubahan pada integritas epitel mukosa lambung yang dilihat secara mikroskopis tersebut antara lain adalah deskuamasi, erosi, dan ulserasi pada epitel mukosa lambung.10

Epitel mukosa lambung normal

Deskuamasi epitel mukosa lambung

Erosi epitel mukosa lambung

ulserasi epitel mukosa lambung

Sumber : Putri FP .Pengaruh lama pemberian metanol 50% per oral terhadap tingkat kerusakan sel gaster pada tikus wistar. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010.

Pemeriksaan Penunjang Bahan-bahan yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologi yaitu darah, otak, hati, ginjal, dan urin. Dalam urin dapat ditemukan metanol dan asam format sampai 12 hari setelah keracunan.11 Analisis Toksikologi Pemeriksaan Sederhana Keracunan akibat metanol harus dapat dibedakan dengan keracunan akibat etanol. Gas kromatografi memiliki sensitifitas dan spesifitas yang dibutuhkan untuk membedakannya tetapi tidak selalu ada pada di luar jam kerja laboratorium rutin. Disamping itu kebanyakan permintaan untuk tes metanol hasilnya negatif oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan sederhana terlebih dahulu sebelum diperiksa dengan pemeriksaan yang lebih lanjut. 12 Pemeriksaan sederhana kualitatif (spot test) Serum yang telah difiltrasi sehingga bebas protein sebanyak 1 ml ditambahkan dengan cairan 0,1 ml KMnO4 5% masukan ke dalam tabung tes dan aduk perlahan. Setelah 5 menit tambahkan bubuk sodium bisulfit untuk menghilangkan warna dari permanganate. Tambahkan cairan asam kromotropik 0,2 ml 0,5 % dan 6 ml H2SO4 pekat. Kemudian aduk dan panaskan dalam air mendidih selama 5 menit. Warna merah keunguan menunjukkan hasil yang positif dan spesifik untuk metanol.12 Pemeriksaan sederhana kuantitatif Dasar dari metode ini adalah mengukur intensitas warna dari reaksi formaldehid yang merupakan hasil oksidasi dari metanol dengan asam kromotropic. Intensitas warna diukur

dengan menggunakan Colorimetry dengan panjang gelombang 570 nm. Namun, pemeriksaan ini menjadi tidak valid bila terdapat senyawa etanol dalam sampel. 12

Pemeriksaan Kuantitatif Kromatografi Kromatografi berasal dari kata chroma yang berarti warna dan graphein yang berarti untuk menulis. Kromatografi adalah sebuah istilah kolektif untuk berbagai teknik laboratotium yang bertujuan memisahkan sebuah campuran. Terdiri dari dua fase, mobile phase dimana campuran terurai menjadi cairan, kemudian stationary phase dimana campuran terbawa ke struktur yang mengandung material tertentu. Berbagai senyawa yang terkandung dalam campuran akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda, membuat campuran tersebut terpisahkan. Pemisahan ini berdasarkan pada perbedaan teknik yang diterapkan pada kedua fase tersebut. 13 Teknik kromatografi dibedakan menjadi berbagai macam golongan, yaitu : Kromatografi berdasarkan bentuk dasarnya - Kromatografi Kolom Teknik kromatografi dengan bentuk dasar tabung. - Kromatografi Planar Teknik kromatografi dengan bentuk dasarnya adalah datar. Termasuk dalam teknik ini adalah kromatografi kertas dan Thin Layer Chromatography (TLC). Perbedaan antara keduanya terletak pada bahannya dimana TLC menggunakan bahan adsorbent seperti gel silica, alumunium oksida dan selulosa. Kromatografi kertas sudah banyak digantikan dengan TLC. Kromatografi berdasarkan bentuk fisik saat fase mobile :

- Kromatografi gas - Kromatografi cairan Salah satu jenis kromatografi cairan adalah High-Performance Liquid Chromatography (HPLC). Jenis kromatografi ini tergolong kromatografi kolom, tetapi jenis ini dapat memisahkan campuran lebih baik dibandingkan kromatografi kolom biasa.12

Interpretasi Analisis Toksikologi Dalam stadium lanjut seluruh metanol dalam darah mungkin sudah seluruhnya dimetabolisme. Kadar metanol normal dalam darah adalah antara 2-30 mg/L. Kadar metanol dalam darah kurang memiliki korelasi dengan gejala klinis yang terjadi, sedangkan kadar asam format memiliki korelasi yang baik dengan gejala klinik yang timbul. Kadar normal asam format dalam darah pada manusia yaitu dibawah 18 mg/L. Namun sumber lain menyebutkan dibawah 12 mg/L. Kadar toksik dalam darah melebihi 200 mg/L dapat menimbulkan kerusakan pada mata dan mengakibatkan asidosis. Kadar normal dalam urin antara 2-30 mg/L. 12

Daftar pustaka 1. Turkmen N, Eren B, Cetin G. Fatal methanol ingestion in a child: case report. Revista Medicala Romana [internet].c2009 [cited 2011 nov 13]; 4: 309-311. Available from: http://www.medica.ro/reviste_med/download/rmr/2009.4/RMR_Nr-4_2009_Art-8.pdf 2. Seme MT, Summerfelt P, Neitz J, Eells JT, Henry MM. Differential recovery of retinal function after mitochondrial inhibition by methanol intoxication [internet].c2001 [cited 2011 nov 13]; 42(3): 834-841. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11222547 3. Pla A, Hernandez AF, Gil F, Alonso MG, Villanueva E. A fatal case of oral ingestion of methanol, distribution in postmortem tissues and fluids including pericardial fluid and viterous humor. Forensic Science International [internet].c1991 [cited 2011 nov 13]; 49:

193-196.

Available

from:

http://www.ugr.es/~fgil/ficheros/publicaciones/For%20Sci%20Inter%201991.pdf 4. Onder F, Ilker S, Kansu T, Tatar T, Kurali G. Acute blindness and putaminal necrosis in methanol intoxications. International Ophtamology [internet].c1999 [cited 2011 nov 13]; 22: 81-84. Available from: http://www.springerlink.com/content/t776406475l5054t/ 5. Mittal BV, Desai AP, Khade KR.Methyl alcohol poisoning: an autopsy study of 28 cases. Journal of Postgraduate Medicine [internet]. C1991. [cited 2011 nov 14] ]; 37(1): 9-13. Available from: http://www.jpgmonline.com/article.asp?issn=0022-

3859;year=1991;volume=37;issue=1;spage=9;epage=13;aulast=Mittal 6. Sharpe JA, Hostovsky M, Bilbao JM, Rewcastle NB. Methanol optic neurophaty: a histopathologycal study. Neurology [internet].c1982 [cited 2011 nov 13]; 32: 1093-1100. Available from: http://www.whilesciencesleeps.com/pdf/148.pdf 7. Pedapati E. Methanol poisoning. Medicine central [internet].c2011 [cited 2011 nov 14]. Available from: http://im.unboundmedicine.com/medicine/ub/view/5-Minute-ClinicalConsult/116381/all/Methanol_Poisoning 8. Gaul HP, Wallace CJ, Auer RN, Fong TC. MR findings in methanol intoxications. AJNR [internet].c1995 [cited 2011 nov 14]. Available from:

http://thetruthaboutstuff.com/pdf/%2818%29%20Demyelination%20from%20Methanol %20in%20Human.pdf 9. Hapsari RA .Pengaruh lama pemberian metanol 50% per oral terhadap tingkat kerusakan sel hepar pada tikus wistar. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010.

10. Putri FP .Pengaruh lama pemberian metanol 50% per oral terhadap tingkat kerusakan sel gaster pada tikus wistar. 11. Ilmu kedokteran forensik UI 12. Metanol 13. Wikipedia Semarang: Universitas Diponegoro; 2010.

You might also like