You are on page 1of 17

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP ISOLASI SENYAWA BIOAKTIF KLTP

OLEH : NAMA : ANNISYIAH WIRA M. NIM : N11109108 KELOMPOK : III (TIGA) GOLONGAN : KAMIS ASISTEN : SRI FEBRIANTI

MAKASSAR 2011

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan yang besar di dunia yang memiliki wilayah

laut sangat luas, dua pertiganya merupakan wilayah laut, Indonesia memiliki sumber daya alam hayati laut yang besar. Salah satu sumber daya alam tersebut adalah ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang bisa hidup lebih dari 300 jenis karang, lebih dari 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis moluska, krustasea, sponge, algae, lamun dan biota lainnya. Beberapa tahun terakhir ini peneliti kimia memperlihatkan perhatian pada spons, karena keberadaan senyawa bahan alam yang dikandungnya. Senyawa bahan alam ini banyak dimanfaatkan dalam bidang farmasi dan harganya sangat mahal dalam katalog hasil laboratorium. Ekstrak metabolit dari spons mengandung senyawa bioaktif yang diketahui mempunyai sifat aktifitas seperti: sitotoksik dan antitumor, antivirus, anti HIV dan antiinflamasi, antifungi, antileukimia, serta penghambat aktivitas enzim. Pemanfaatan spons laut sekarang ini cenderung semakin meningkat, terutama untuk mencari senyawa bioaktif baru dan memproduksi senyawa bioaktif tertentu. Pengumpulan spesimen untuk pemanfaatan tersebut, pada

umumnya diambil secara langsung dari alam dan belum ada dari hasil budidaya. Cara seperti ini, jika dilakukan secara terus menerus diperkirakan dapat mengakibatkan penurunan populasi secara signifikan karena terjadi tangkap lebih (overfishing), terutama pada jenis-jenis tertentu yang senyawa bioaktifnya sudah diketahui aktifitas farmakologiknya dan sulit dibuat sintesisnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemanfaatan yang berkesinambungan, kelestarian sumber daya ini perlu dijaga dan

dipertahankan. Hal-hal yang dapat merusak dan mengancam kelestariannya harus dicegah dan dikendalikan. Untuk itu, perlu adanya pemanfaatan kekayaan laut Indonesia dalam bidang medis dan pengobatan. Mengingat prospek yang besar dari sumbersumber hayati di laut sebagai bahan-bahan obat-obatan itu, laboratorium fitokimia memanfaatkan biota laut, salah satunya dengan isolasi senyawa bioaktif. Salah satu pemisahan yang memberikan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar ialah kromatografi lapis tipis preparatif. Proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sam, maka komponen bergerak dengan kecepatan berbeda sehingga dapat menyebabkan pemisahan.

I.2 I.2.1

Maksud dan Tujuan Percobaan Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara dan prinsip dasar dari isolasi dengan

metode KLTP dengan menggunakan hasil fraksinasi dari sampel spons Aapthos sp. yang tidak larut etil asetat. I.2.2 Tujuan Percobaan Melakukan isolasi komponen kimia dari sampel spons Aapthos sp. dengan metode KLTP dimana ekstrak yang digunakan adalah ekstrak tidak larut etil asetat.

I.3

Prinsip Percobaan Pemisahan komponen kimia senyawa-senyawa dari fraksi C sampel

Aapthos sp. berdasarkan prinsip absorbsi dan partisi dengan menggunakan lempeng kromatografi lapis tipis preparatif berukuran 20x20 cm dengan ketebalan 0,5-2mm dan sampel ditotolkan berupa garis lurus pada salah satu sisi lempeng.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu pemisahan yang memberikan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar ialah kromatografi lapis tipis preparatif. Proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sam, maka komponen bergerak dengan kecepatan berbeda sehingga dapat menyebabkan pemisahan.(1:9) Absorbsi dan partisi berdasarkan pada jumlah dan cara penotolan yang berkesinambungan dengan hasil akhir membentuk pita. KLTP merupakan metode isolasi dari suatu simplisia untuk mendapatkan senyawa tunggal.(2:54) KLT preparatif dilakukan dengan menggunakan lapisan tebal sampai dengan 1mm sebagai pengganti lapisan penjerap yang tipis (0,1-0,25mm). pelat preparatif yang dibuat oleh pabrik dapat dibeli. Kandungan yang sudah terpisah dapat dibeli kembali dengan cara mengerok penjerap di tempat yang sesuai pada pelat yang telah dikembangkan, lalu serbuk dielusi dengan pelarut seperti eter dan akhirnya dipusingkan untuk menghilangkan penjerap.(3:14)

Penjerap yang paling umum digunakan adalah silika gel dan dipakai untuk pemisahan campuran senyawa lipofil maupun hidrofil. Dilakukan pencuplikan dengan cara melarutkan cuplikan dengan sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada pelat KLTP. Cuplikan yang ditotol harus sesempit mungkin karena pemisahan bergantung pada lebar pita, penotolan dapat dilakukan dengan pipa kapiler akan tetapi lebih baik jika menggunakan penotol otomatis.(1:10) Lempeng yang sudah ditotolkan dikembangkan pada chamber yang jenuh dengan cairan pengembang yang cocok secara tegak lurus, sehingga komponen kimia akan terpisah membentuk pita yang berupa garis horizontal yang tampak di bawah sinar UV. (1:10) Demikian kuatnya lapisan penjerap melekat pada kaca sehingga memungkinkan penggunaan pelat berulang-ulang dengan pengembang yang sama atau beberapa pengembang yang berbeda, dengan mengeringkan plat sebelum pengembangan berikutnya.(3:15) Pada KLTP terdapat banyak peubah tetapi sebagai petunjuk umum, cuplikan 10-100mg dapat dipisahkan pada lapisan silika gel atau alumunium oksida 20x20 cm yang tebalnya 1mm. Jika tebalnya diduakalikan, maka banyaknya cuplikan yang dapat dipisah bertambah 50%. (1:10) Fase gerak biner ialah (dalam berbagai perbandingan) sangat sering dipakai dalam pemisahan secara KLTP : n.heksana-etil asetat, n.heksanaaseton, kloroform-metanol. Penambahan sedikit asam asetat atau dietilamina

berguna untuk memisahkan, berturut-turut, senyawa asam dan senyawa basa. (1:10) Kebanyakan penjerap KLTP mengandung indikator flourosensi ynag membantu mendeteksi kedudukan pita yang terpisah sepanjang senyawa yang dipisahkan menyerap sinar UV. Akan tetapi, beberapa indikator menimbulkan masalah yaitu bereaksi dengan asam kadang-kadang bahkan dengan asam asetat. Untuk senyawa yang tidak menyerap sinar UV, ada beberapa pilihan yaitu, menyemprot dengan air (misalnya saponin), menggunakan chamber iodin, menutup pelat dengan sepotong kaca menyemprot salah satu sisi dengan pereaksi semprot, dan dengan menambahkan senyawa pembanding.(1:11) Deteksi senyawa pada pelat KLT biasanya dilakukan dengan penyemprotan dan karena permukaan pelat lebih sempit (20x20cm) maka penyemprotannya merupakan prosedur yang nisbi sederhana. Satu

keuntungan bila dibandingkan kromatografi kertas ialah pelat kaca dapat disemprot dengan asam sulfat pekat, yaitu pereaksi pendeteksi untuk senyawa umum.(3:14)

BAB III METODE KERJA

III.1

Alat dan Bahan

III.1.1 Alat Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah chamber, labu Erlenmeyer, lampu UV 254nm dan 366nm, oven, pelat kaca ukuran 20x20 cm, pipa kapiler, pipet skala, pipet tetes, serta vial. III.1.2 Bahan Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah air suling, alumunium foil, etil asetat, kloroform p.a,, metanol p.a, sampel Aapthos sp. fraksi C ekstrak tidak larut etil asetat, serta silika gel PF254.

III.2

Cara Kerja

III.2.1 Pembuatan Lempeng KLTP Disiapkan alat dan bahan. Ditimbang silika gel 15 g, disiapkan aquadest 30 ml (dua kali bobot silika). Dibebas lemakkan pelat KLTP 20x20 dengan menggunakan metanol. Disuspensikan silika dengan aquadest. Dituangkan suspensi silika tadi ke pelat KLTP. Diratakan silika yang tertuang hingga terbentuk pelat KLTP yang baik. Dikeringkan pelat KLTP yang sudah jadi tadi pada permukaan yang datar. Diaktifkan pelat KLTP di oven 10501100C selama 2-3 jam.

III.2.2 Isolasi Sampel Disiapkan alat dan bahan. Dilarutkan sampel dengan metanol dan kloroform, 1:1. Ditotolkan sampel pada pelat KLTP dengan menggunakan pipa kapiler. Dibuat eluen metanol-etil asetat 1:1, lalu dijenuhkan chamber dengan eluen tersebut. Dielusi pelat KLTP tadi hingga terelusi sempurna kemudian angkat dan keringkan. Ditandai pita-pita pemisahan yang muncul pada UV 254nm dan 366nm atau H2SO4,lalu dikerok pitanya menggunakan spatula. Dilarutkan sampel tadi dengan metanol dan kloroform, 1:1, kemudian dipisahkan antara silika gel dan komponen kimianya dengan cara sentrifugasi atau penyaringan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1

Hasil Percobaan

IV.1.1 Data Percobaan Pita 1 (lempeng 1) 2 (lempeng 1) 1 (lempeng 2) 2 (lempeng 2) UV 254nm UV 366nm H2SO4 jingga kuning

IV.1.2 Gambar

LAB.FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

LAB.FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMPENG 1 UV 254nm, bawah : pita 1, atas : pita 2

LEMPENG 1 UV 366nm, bawah : pita 1, atas : pita 2

LAB.FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

LAB.FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMPENG 2 UV 254nm, bawah : pita 1, atas : pita 2

LEMPENG 2 UV 366nm, bawah : pita 1, atas : pita 2

LAB.FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

LAB.FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMPENG 1 H2SO4, bawah : pita 1, atas : pita 2

LEMPENG 2 H2SO4, bawah : pita 1, atas : pita 2

IV.2

Pembahasan Kromatografi lapis tipis preparatif merupakan salah satu metode

pemisahan yang paling murah dan memakai peralatan yang paling dasar. Proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang bergerak mengikuti kepolaran eluen. Mula-mula dibuat pelat KLTP dengan cara disiapkan alat dan bahan. Kemudian silika gel ditimbang 15 g, disiapkan aquadest 30 ml (dua kali bobot silika). Lalu, disuspensikan silika dengan aquadest. Kemudian, dibebas lemakkan pelat KLTP 20x20 dengan menggunakan methanol, karena lemak dapat larut dengan metanol. Selanjutnya, dituangkan suspensi silika tadi ke pelat KLTP. Lalu, diratakan silika yang tertuang hingga terbentuk pelat KLTP yang baik. Dikeringkan pelat KLTP yang sudah jadi tadi pada permukaan yang datar. Diaktifkan pelat KLTP di oven 1050-1100C selama 2-3 jam. Setelah pelat KLTP telah siap, dilakukan isolasi sampel. Mula-mula disiapkan alat dan bahan. Kemudian, dilarutkan sampel dengan metanol dan kloroform, 1:1, digunakan kedua pelarut tersebut agar komponen kimia yang ada pada sampel dapat ditarik, baik yang polar, maupun yang semi polar. Lalu, ditotolkan sampel pada pelat KLTP dengan menggunakan pipa kapiler. Selanjutnya, dibuat eluen metanol-etil asetat 1:1, lalu dijenuhkan chamber dengan eluen tersebut. Dielusi pelat KLTP tadi hingga terelusi sempurna kemudian angkat dan keringkan. Ditandai pita-pita pemisahan yang muncul

pada UV 254nm dan 366nm atau H2SO4,lalu dikerok pitanya menggunakan spatula. Dilarutkan sampel tadi dengan metanol p.a dan kloroform p.a, 1:1, digunakan yang pro analisis karena memiliki kemurnian yang lebih tinggi daripada yang teknis. Kemudian dipisahkan antara silika gel dan komponen kimianya dengan cara sentrifugasi atau penyaringan. Untuk memastikan noda yang nampak adalah noda tunggal, maka sebaiknya dilakukan penotolan terlebih dahulu terhadap masing-masing pita pada lempeng KLT GF254 kemudian dilakukan kembali pendeteksian noda di UV 254nm, UV 366nm dan H2SO4 atau dengan pereaksi identifikasi. Apabila masih terdapat noda yang terpisah, maka sebaiknya noda yang terpisah tersebut di KLTP ulang kemudian dikerok dan disentrifugasi ulang lalu ditotol kembali di lempeng KLT GF254. Jika masih terdapat noda yang terpisah, maka dilakukan kembali KLTP dan seterusnya hingga didapatkan noda tunggal.

BAB V PENUTUP

V.1

Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,maka dapat disimpulkan

bahwa untuk sampel spons Aapthos sp. fraksi C ekstrak tidak larut etil asetat memiliki 2 pita hasil KLTP yang mana pita 1 berwarna jingga dan pita 2 berwarna kuning.

V.2

Saran Sebaiknya laporan KLTP dan Identifikasi digabung menjadi satu.

Sebaiknya laboratorium menyediakan silika gel PF254 yang lebih banyak guna memperlancar jalannya praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Alam, Gemini, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Isolasi Senyawa Bioaktif. Makassar : FFUH

2.

Wall, E.Peter, et al. 2005. Thin-Layer Chromatography : A Modern Practical Approach. United Kingdom :Royal Society of Chemistry

3.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : ITB Press

LAMPIRAN

SKEMA KERJA Pembuatan Lempeng KLTP Ditimbang silika PF254 Disiapkan aquadest 2 kali bobot silika PF254 Disuspensikan silika dan aquadest

Disiapkan lempeng KLTP yang telah dibebas lemakkan memakai metanol Dituangkan suspensi silika tadi ke lempeng KLTP

Diratakan silika di lempeng KLTP

Dikeringkan dan disimpan lempeng KLTP Diaktifkan pada suhu 1000-1100C 2-3 jam

Isolasi Sampel Dilarutkan dengan metanol:kloroform 1:1

Ditotol dilempeng KLTP, dikeringkan

Dimasukkan ke chamber yang berisi eluen metanol:etil asetat 1:1 yang telah jenuh

Dielusi Ditandai pita muncul pada UV 254nm, 366nm, H2SO4 Dikerok lempeng KLTP

Dilarutkan dengan metanol p.a:kloroform p.a 1:1

Disentrifugasi

You might also like