You are on page 1of 14

Jurnal 28

PERANAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN TERHADAP PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. CABANG PUTRI HIJAU MEDAN

MARLIANA PRATIWI Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara SYAHELMI Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Abstract The supply of credit by bank to its customer is conducted to realize a mutual cooperation between bank and customer in economic sector in addition to achieve the goal of credit determined by bank previously. But in fact, the objective of credit supply is not achieved because there are any obstacles such as the bad credit. Therefore, the credit for the customer is a process that required consideration and seriously analysis by bank to avoid any losses. The role of controlling is one of efforts to know the feasibility of customer to get credit in order to minimize the credit bad risk. In decision making for supply credit, the bank applies the controlling efforts to analyze whether the credit feasible for the customer or not. This condition encourage the writer to do a research at PT. Bank Rakyat Indonesia branch of Putri Hijau Medan and take a title A Role of Control to the Credit Supply at PT. Bank Rakyat Indonesia branch of Putri Hijau Medan. In this writing of Thesis, the writer applies a descriptive study. The data are primary and secondary data. The data collecting method is interview and library researchy to any people related to the required data in this writing. The data analysis method is a descriptive method where the data is collected, arranged and analyzed to provide information for the problem solving. The writer do the analysis and evaluation about the role of control in credit supply and its procedure. Based on the analysis and evaluation, the writer draw a condlucsion that the role of control to the credit supply had applied effectively and efficiently either in the administration or juridical aspect. The bank applies a procesure of credit supply effectively and efficiently that minimize the bad credit. In analysis process, the bank must apply the principles of credit supply that consist of available fact to make an accurate and professional decision.

Keyword: Role, control, customer, credit , bank.

1. Pendahuluan

Pemberian kredit bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah dan kesalahan dalam pemberian kredit akan memperbesar resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Berbagai cara dilakukan oleh nasabah untuk bisa melakukan kredit kebank. Seperti yang kita ketahui dalam melakukan pinjaman kredit kebank, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu dilihat dari pekerjaannya, penghasilan perbulan, usaha yang dimiliki, serta jaminan yang diberikan. Dengan banyaknya syarat yang diajukan oleh pihak bank kepada calon nasabah yang ingin melakukan kredit, dibutuhkan suatu bentuk usaha dari pihak bank agar pemberian kredit dapat berjalan dengan baik. Untuk itu diperlukan suatu pengendalian internal yang baik. Khususnya dalam lingkungan pengendalian. Seperti yang kita ketahui didalam lingkungan pengendalian ada terdapat 7 faktor utama yaitu : Integritas dan nilai etika, Komitmen terhadap kompetensi, Dewan direksi dan komite audit, Filosofi dan gaya opersai manajemen, Struktur organisasi, Penetapan wewenang dan tanggung jawab dan yang terakhir adalah Kebijakan dan praktek sumber daya manusia. Hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain sangat berhubungan satu sama lainnya. Sebagai contoh yang terjadi sekarang ini berhubungan dengan lingkungan pengendalian adalah Auditor harus menilai integritas pihak manajemen perusahaan. Reputasi dan integritas manajemen adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan majunya suatu perusahaan. Dengan adanya reputasi dan integritas serta etika yang baik, sangat menentukan kegiatan operasi suatu perusahaan. Karena bisa saja berbagai peluang memberikan kesempatan kepada pihak intern seperti manajemen untuk melakukan kecurangan ataupun penipuan yang dapat merugikan perusahaan. Adapun berbagai kondisi memungkinkan pihak manajemen suatu perusahaan melakukan penipuan adalah seperti kurangnya modal kerja yang memadai, peringkat kredit buruk dan syarat ekstrim dari bank atau perjanjian yang mengikat. Dalam penulisan skripsi ini saya mengambil PT. Bank Rakyat Indonesia untuk dijadikan sebagai contoh kasus. PT. Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank terbesar milik negara. Banyaknya aktivitas yang dilakukan setiap harinya meliputi simpan, tarik, pinjam, deposito, giro, penyimpanan surat-surat berharga dan lain-lain. Tapi pada penulisan karya ilmiah ini, saya hanya menitikberatkan pada masalah pemberian kredit. PT Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank yang low profile, yang memberikan kesempatan yang luas bagi setiap nasabah yang ingin mengajukan kredit. BRI tidak memandang status, pekerjaan, golongan dan lain-lain. Asalkan syarat dan ketentuan yang diberikan pihak bank dapat dipenuhi oleh calon nasabah. Dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan setiap harinya khususnya dalam pemberian kredit, memungkinkan terdapat banyak terjadi kecurangan, kekeliruan atau penyelewengan pada PT. BRI yang dilakukan oleh pihak intern maupun pihak ekstern.

Sebagai contoh bisa saja dalam penyaluran kreditnya, nasabah melakukan penipuan seperti memalsukan syarat-syarat yang terdapat pada saat prosedur pemberian kredit, bentuk jaminan yang diberikan, dan masih banyak kecurangan lainnya yang terjadi. Karena itu pihak bank perlu memperhatikan beberapa hal untuk mencapai lingkungan pengendalian yang baik seperti pihak manajemen harus mempertimbangkan personel ataupun karyawan pada setiap bagian. Setiap karyawan harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Sehingga dibutuhkan adanya pelatihan dan juga adanya pengalaman sesuai dengan bidangnya masing-masing khususnya pada bagian yang menangani masalah kredit. Selain itu pihak bank khususnya BRI dalam hal ini harus memiliki struktur organisasi yang baik dan menyediakan kerangka kerja menyeluruh atas perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas berhubungan dengan masalah pemberian kredit yang didalamnya terdapat wewenang dan tanggung jawab serta mencakup penjelasan mengenai bagaimana dan kepada siapa wewenang dan tanggung jawab semua aktivitas entitas dibebankan. PT. BRI sebagai salah satu lembaga keuangan perbankan yang dijadikan sebagai kasus dalam penulisan skripsi ini masih sangat fokus dalam melakukan pemberian kredit dan juga melakukan pengawasan kredit sebagai upaya untuk mewujudkan suatu perkreditan yang sehat pada umumnya dan memperkecil masalah yang timbul pada khususnya, serta mencegah terjadinya kredit macet.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Pengertian dan Jenis-jenis Kredit Pemberian kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh suatu bank. Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari kata credere, yang artinya adalah kepercayaan. Maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan bagi sipemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali. Menurut UU Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah :Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan menurut Boymont P. Kent, dikutip oleh Thomas Suyatno dkk (1990:15): Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang.

Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah dilihat dari segi kegunaan terdiri dari kredit investasi dan kredit modal kerja, dilihat dari segi tujuan kredit terdiri dari kredit produktif, kredit konsumtif dan kredit perdagangan, dilihat dari segi jangka waktu terdiri dari jangka pendek dan jangka menengah, dilihat dari segi jaminan terdiri dari kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan dan yang terakhir adalah dilihat dari segi sektor usaha yang terdiri dari kredit pertanian, perternakan, industri, pertambangan, pendidikan, profesi, perumahan, dll.

2.2. Prosedur Pemberian Kredit Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus melalui tahap demi tahap penilaian mulai dari pengajuan proposal kredit dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit dikucurkan. Beberapa tahapan dalam memberikan kredit ini kita kenal dengan nama Prosedur Pemberian Kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit ini adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum yaitu pengajuan proposal, penyelidikan berkas pinjaman, penilaian kelayakan kredit, wawancara pertama, peninjauan ke lokasi (On the Spot), wawancara kedua, keputusan kredit, penandatanganan akad kredit/ perjanjian lainnya, realisasi kredit.

2.3. Bentuk Jmainan Yang Diterima Dalam prakteknya yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah jaminan dengan barang-barang, jaminan surat berharga, jaminan orang atau perusahaan, jaminan asuransi. Selain itu barang yang dapat dijadikan jaminan memiliki syarat-syarat seperti memiliki harga pasar, tidak dalam keadaan sedang dijaminkan, memiliki bukti-bukti kepemilikan, memiliki nilai yang cukup untuk menjamin kredit. Adapun harga dari suatu barang jaminan ditentukan oleh sifat barang, jenis barang, stabilitas harga barang, luasnya pasar.

2.4. Upaya Penanggulangan Kredit Bermasalah Jika bank terjerat dengan kredit bermasalah atau kredit macet, maka bank pun akan mengalami kerugian. Untuk mengatasi kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan dapat dilakukan dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu pembayaran atau jumlah angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau dengan melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar.

Penyelamatan terhadap kredit macet atau kredit bermasalah dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu rescheduling, reconditioning, restructuring, kombinasi dan penyitaan jaminan.

2.5. Peranan Lingkungan Pengendalian Terhadap Pemberian Kredit Menurut laporan COSO (Modern Auditing 2003) mengidentifikasikan lima komponen pengendalian intern (components of internal control) yang saling berhubungan yaitu lingkungan pengendalian (control environment), penilaian resiko (risk assessment), aktivitas pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information and communication), pemantauan (monitoring). Salah satu komponen dari pengendalian intern yang dibahas dalam peneltian ini adalah Lingkungan Pengendalian (control environment). Lingkungan pengendalian (control environment) menetapkan suasana dari suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan fondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya yang menyediakan disiplin dan stuktur. Menurut AU 319.25 (Boynton, dkk) Lingkungan pengendalian memiliki 7 elemen penting yaitu integritas dan nilai kerja, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, penetapan wewenang dan tanggung jawab dan kebijakan dan praktek sumber daya manusia. Dengan melihat definisi diatas dan juga komponen-komponen yang terdapat pada lingkungan pengendalian, sangatlah jelas, bahwa lingkungan pengendalian sangat penting bagi perusahaan. Karena lingkungan pengendalian menetapkan arah perusahaan dan mempengaruhi kesadaran pihak manajemen dan karyawannya akan pengendalian. Adanya peran lingkungan pengendalian terhadap pemberian kredit sangatlah dibutuhkan, karena dapat digunakan sebagai alat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti adanya kasus penipuan khususnya pada kasus kredit yang dapat dilakukan pihak intern seperti pihak manajemen. Didalam kegiatan kredit bisa saja banyak terjadi kasus penipuan ataupun kecurangan yang dilakukan baik oleh calon nasabah, maupun yang dilakukan oleh pihak manajemen yang tugasnya berkaitan dengan pemberian kredit. Selain itu dapat menilai integritas pihak manajemen apakah memiliki etika yang baik atau tidak. Apabila manajemen memiliki integritas dan etika yang baik, maka akan membawa perusahaan kearah yang baik pula khususnya pada kegiatan kredit. Itulah beberapa peran dari lingkungan pengendalian yang berkaitan dengan pemberian kredit.

2.6. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui pada masalah tertenttu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antar variabel-variabel penelitian (Erlina dan Sri Mulyani, 2007:28)

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk

PEMBERIAN KREDIT INTERNAL CONTROL (LINGKUNGAN PENGENDALIAN)

Kegiatan kredit bukanlah kegiatan yang mudah untuk dilakukan. Karena banyak sekali hal-hal yang harus dipikirkan agar kredit tersebut berjalan dengan lancar. Banyaknya prosedur yang harus dilakukan mulai dari pengajuan permohonan sampai dengan kredit tersebut diberikan. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kecurangan ataupun kesalahan dalam pemberian kredit perlu adanya internal kontrol yang baik. Khususnya pada lingkungan pengendalian. Dengan adanya lingkungan pengendalian yang baik, maka akan mengurangi atau menghambat terjadinya kecurangan ataupun kesalahan yang dapat terjadi pada saat dilakukannya proses pemberian kredit baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh pihak-pihak yang terkait baik pihak intern maupun ekstern.

3. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian secara langsung dengan mendatangi objek penelitian yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Putri Hijau Medan guna memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan melalui bagian-bagian yang terkait dalam penyaluran kredit, khususnya mengenai sistem pengendalian internal terhadap penyaluran kredit. Jenis data yang dikumpulkan adalah berupa data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sukunder. Data primer yaitu data yang belum diolah yang diperoleh langsung dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Putri Hijau Medan, seperti hasil wawancara dengan cara tanya jawab kepada bagian-bagian yang berhubungan dengan pemberian kredit dan pengendalian internal dalam sistem pengawasan perusahaan. Data sekunder adalah data yang diperoleh sehubungan dengan perusahaan yang telah terdokumentasi.

Teknik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah wawancara dan studi pustaka. Metode Analisis data yang digunakan adalah dengan metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang ditujukan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya bagaimana sistem pengendalian internal terhadap pemberian kredit pada perusahaan serta mengambil kesimpulan dan saran. Penelitian dimulai oleh penulis pada bulan Agustus 2009 sampai dengan selesai, yag dilakukan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk, jalan Putri Hijau No. 2 Medan.

4 Hasil Penelitian

4.1. Pengertian dan Jenis-Jenis Kredit Adapun jenis-jenis kredit yang diberikan oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri Hijau Medan dibedakan berdasarkan klasifikasi kreditnya. Berdasarkan sumber dana dibedakan menjadi dua jenis yaitu one step loan dan two step loan. Berdasarkan jenis kredit tunai dibedakan menjadi dua jenis yaitu kredit tunai dan kredit non tunai. Berdasarkan sifat penggunaan dana dibedakan menjadi dua jenis yaitu revolving dan non revolving. Berdasarkan cara penarikan atau pembayaran dan yang terakhir adalah berdasarkan tujuan penggunaan dana yang etrdiri dari kredit komersial dan kredit konsumtif.

4.2. Prosedur Pemberian Kredit Adapun pengambilan keputusan pemberian kredit yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Putri Hijau Medan yang dimulai dari Tahap Pengajuan Permohonan Kredit, Tahap Analisa Kredit yang terdiri dari proses pre- screening dan proses colouring, Tahap Keputusan Kredit, Tahap Pengikatan Jaminan, dan yang terakhir adalah Tahap Penyelesaian Administrasi Kredit.

4.3. Bentuk Jaminan Yang Diterima Dalam menerima jaminan kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Putri Hijau Medan menetapkan syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh calon nasabah diantaranya jaminan kredit harus memiliki nilai ekonomis yang memadai, yaitu dapat diperjual belikan secara bebas, memiliki nilai bebas dari limit kredit, mudah dipasarkan tanpa mengeluarkan biaya pemasaran yang berarti memiliki nilai stabil atau memiliki prospek yang baik, mempunyai manfaat ekonomis dalam jangka waktu yang lebih lama dari jangka waktu kredit. jaminan kredit harus memiliki syarat atau nilai yuridis, yaitu milik Perusahaan calon debitur, ada dalam

kekuasaan calon debitur, tidak berada dalam persengketaan dengan pihak lain, dan memiliki bukti-bukti kepemilikan yang sah.

4.4. Upaya Penanggulangan Kredit Bermasalah Adapun berbagai cara dalam penyelamatan kredit macet yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Putri Hijau Medan dalam menanggulangi masalah kredit macet tersebut yang pertama adalah Rescheduling (Penjadwalan Kembali) yaitu suatu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran. Dalam hal ini pihak bank memberikan keringanan kepada si debitur dalam masalah jangka waktu pembayaran kredit. Kedua, Recondicioning (Persyaratan kembali) adalah kebijaksanaan yang diberikan kepada debitur berupa perubahan sebagian / syarat-syarat kredit yang mencakup penghitungan ulang bunga. Ketiga, Restructuring merupakan cara yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Putri Hijau Medan dalam mengatasi kredit macet. Hal ini dilakukan pihak bank kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan tambahan dana untuk membiayai usahanya. Dan pihak bank juga harus memantau dan memeriksa apakah usaha tersebut. Keempat, Penyitaan Jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benarbenar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua utangutangnya, tindakan bank adalah menyita jaminan yang telah diberikan oleh nasabah.

4.5. Peranan Lingkungan Pengendalian Terhadap pemberian Kredit . Adapun peran-peran dari elemen lingkungan pengendalian terhadap pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Putri Hijau Medan adalah: Pertama, Integritas dan Nilai Kerja. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Putri Hijau Medan mempunyai kode etik perusahaan yaitu: Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan dan Penghargaan Kepada Sumber Daya Manusia. Segala kegiatan yang dilakukan oleh karyawan yang ada di dalam bank tersebut harus berlandas pada lima kode etik diatas. Seluruh karyawan telah mengetahui jelas maksud dan tujuan serta memperhatikan kode etik tersebut khususnya pada hal pemberian kredit. Kedua, Komitmen Terhadap Kompetensi mencakup pertimbangan manajemen mengenai pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dan bauran dari intelegensi, pelatihan dan pengalaman yang diperlukan untuk mengembangkan kompetensi tersebut. Hal itulah yang dilakukan oleh manajemen dalam memilih karyawannya untuk ditempatkan pada suatu bidang sesuai dengan keahliannya. Ketiga, Dewan Direksi dan Komite Audit Fungsi dari Dewan Direksi dan Komite Audit dalam hal pemberian kredit adalah sebagai evaluator dari segala transaksi yang berhubungan dengan kredit. Keempat, Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen. Manajemen mempunyai hak untuk ikut campur, khususnya dalam hal menyetujui atau tidaknya kredit tersebut diberikan, serta dapat membantu dalam memonitor resiko kredit yang mungkin akan terjadi pada beberapa waktu kedepan. Kelima, Struktur Organisasi yang ada pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Putri Hijau Medan berkontribusi terhadap kemampuan sutau entitas untuk memenuhi tujuan dengan menyediakan kerangka kerja menyeluruh. Keenam, Penetapan wewenang dan tanggung jawab merupakan perpanjangan dari pengembangan suatu struktur organisasi. Wewenang dan tanggung jawab mencakup penjelasan mengenai bagaimana dan kepada siapa wewenang dan tanggung jawab semua aktivitas entitas dibebankan. Khususnya dalam pemberian kredit, bagaimana tugasnya, bagian-bagian apa saja yang terlibat di dalamnya dan bertanggung jawab kepada siapa semua itu sudah ditetapkan dan dijelaskan didalam Job Description. Dengan melihat Job Desription kita bisa mengetahui dengan jelas bagian-bagian apa saja yang terlibat dalam masalah kredit.. Ketujuh, Kebijakan dan Praktek Sumber Daya Manusia. Pada Bank Rakyat Indonesia peningkatan jenjang karir karyawan dilakukan dengan mengadakan Test Job Opening yang dilakukan dengan syarat melihat jenjang waktu sudah berapa tahun pegawai terebut bekerja pada Bank Rakyat Indonesia. Lamanya masa kerja pegawai jika telah memenuhi syarat yang ditetapkan, maka pegawai tersebut berhak mengikuti tes tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan jenjang kariernya. Menurut laporan COSO (Modern Auditing 2003) mengidentifikasikan lima komponen pengendalian intren (components of internal control) yang saling berhubungan yaitu:lingkungan pengendalian (control environment), penilaian resiko (risk assessment), aktivitas pengendalian (control activities,), informasi dan Komunikasi (information and communication), pemantauan (monitoring). Kelima komponen diatas mempunyai hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Di dalam masalah kredit khususnya dalam hal pemberian kredit kepada calon nasabah banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh pihak bank. Penaksiran atau penilaian resiko dilakukan secara periodik yaitu satu kali setahun atau dua kali setahun yang dilakukan oleh Audit Internal dan juga Audit Eksternal. Audit Eksternal dalam hal ini adalah Bank Indonesia (BI) dan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Komite Audit juga selalu melakukan pemantauan atau mengidentifikasi adanya resiko kredit setelah kredit tersebut diberikan kepada nasabah. Bank Rakyat Indonesia mengklasifikasikan resiko ada dua yaitu resiko bisnis dan resiko intern. Apabila kecurangan yang terjadi karena kelalaian atau disengaja oleh pihak intern bank teridentifikasi dan terbukti kebenarannya, maka tindakan yang dilakukan pihak Bank Rakyat Indonesia adalah memecat pegawai yang terlibat dalam kecurangan tersebut. Penyimpangan dalam kinerja yang dilakukan oleh pegawai ataupun karyawan khususnya pada PT. Bank Rakyat Indonesia yang ada di seluruh kota Medan dilaporkan kepada Koordinator Pimpinan Wilayah yang membawahi 19 Cabang. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan ataupun kecurangan yang terjadi, perusahaan harus membuat dan menyiapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan pemberian kredit. Adapun fungsi dari laporan keuangan tersebut adalah untuk mengetahui seluruh transaksi yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Komponen faktor pengendalian intern yang terakhir adalah pemantauan atau monitoring. Internal Auditor dan Eksternal Auditor mempunyai wewenang dan juga ikut andil dalam memantau segala sesuatu yang berkaitan dengan operasi perusahaan khususnya dalam hal pemberian kredit. Eksternal Auditor berfungsi sebagai pemantau tingkat kesehatan Perbankan Nasional dan juga mengawasi Perbankan Nasional.

5. Kesimpulan Dan Saran

5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan mengenai Peranan Lingkungan Pengendalian Terhadap Pemberian Kredit , maka penulis mencoba untuk mengambil kesimpulan. 1) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Putri hijau Medan di jalankan dengan prinsip integritas, profesionalisme, kepuasan nasabah, keteladanan dan penghargaan kepada sumber daya manusia. 2) Adapun jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh perusahaan adalah diklasifikasikan menjadi lima bagian yaitu: berdasarkan sumber dana, kredit tunai / non tunai, sifat penggunaan dana, cara penarikan / pembayaran dan tujuan penggunaan dana. Prosedur pemberian kredit oleh perusahaan sudah sangat baik, dimana prosedur pemberian kredit sangat sederhana, tidak berbeli-belit dan relatif singkat.

3)

4) Dalam menghadapi kredit bermasalah / kredit macet perusahaan sudah berupaya untuk menyelesaikan / menyelamatkan kredit tersebut dengan berbagai cara tergantung dari kondisi nasabah atau penyebab kredit tersebut macet. 5) Peranan lingkungan pengendalian terhadap pemberian kredit sangat berguna keberadaannya karena dapat meminimalisasikan tingkat penyelewengan dan penipuan yang akan dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab. Peranan lingkungan pengendalian terhadap pemberian kredit sudah berjalan cukup efektif. Dimana dalam prosesnya, lingkungan pengendalian sangat berperan serta dalam pemberian kredit mulai pada saat nasabah mengajukan kredit sampai dengan kredit tersebut diberikan.

6)

5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mencoba memberikan saran. 1) Dalam menganalisa, pihak Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Putri Hijau Medan sebaiknya tetap memegang teguh prinsip-prinsip pemberian kredit yang meliputi pencarian fakta yang lengkap sehingga keputusan yang diambil akan lengkap, dan pihak bank bersifat profesional dalam menilai jaminan.

2)

Selain dari pentingnya peranan lingkungan pengendalian, yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan oleh pihak bank dalam melakukan pemberian kredit adalah pihak bank harus memperhatikan karakter nasabah, kapasitas dan kemampuan modal jaminan yang diberikan oleh nasabah dan juga keadaan perkembangan usaha ataupun perusahaan nasabah. Semua hal di atas tersebut berguna untuk mencegah terjadinya kredit macet yang mungkin saja terjadi di kemudian hari.

3) Pihak bank hendaknya melakukan penilaian yang lebih ketat lagi terhadap jaminan yang diterima agar tingkat pengembalian lebih terjamin dan lancar. Disamping itu hendaknya dilakukan pengecekan terhadap barang jaminan yang diberikan calon nasabah guna memperkecil kemungkinan terjadinya kerugian. 4) Sistem pengendalian intern terhadap pemberian kredit pada perusahaan harus terus di tingkatkan mengingat teknologi terus meningkat begitu juga dengan perkembangan ekonomi, sehingga segala bentuk penyelewengan yang baru dapat dihindari. Masalah perkreditan selalu berorientasi untuk masa yang akan datang. Oleh sebab itu, aparat perbankan dituntut untuk memiliki kemampuan dalam penyusunan perencanaan yang baik bagi usahanya agar dapat terus bersaing dengan bank-bank lain. Serta harus mampu menciptakan, mengembangkan dan memperkenalkan produk/jasa yang baru yang dibutuhkan masyarakat. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kolusi antar nasabah dengan pihak intern yang terkait dalam pemberian kredit, perusahaan perlu untuk melibatkan fungsi lain dalam hal pemeriksaan atas saldo nasabah sebelum jaminan dikeluarkan.

5)

6)

Daftar Pustaka

Boynton, Johnson, Kell, 2003. Modern Auditing, Edisi Ketujuh. Jilid 1, alih bahasa, Paul A. Rajoe, Gina Gania, Ichsan Setiyo Budi; editor Yati Sumiharti Penerbit Erlangga, Jakarta.

Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Perbankan, Salemba Empat, Jakarta.

Djohan, Warman, 2000. Kredit Bank, Cetakan Pertama, PT Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Kasmir. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 2008, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.

Simorangkir, O.P, 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank & Non Bank, Ghalia Indonesia, Bogor.

Susilo, Y. SRI, 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suyatno, Thomas DKK, 2003. Dasar-dasar Perkreditan. Edisi Keempat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Yusnidawati, Ranti. 2006. Pengendalian Internal Terhadap Pemberian Kredit pada PT. BPR Bumiasih NBP 17.

Yatmira. 2006. Sistem Pengawasan Intern Terhadap Pemberian Kredit pada PT. Bank Muamalat Medan.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Sumatera Utara , 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.

Undang-undang Republik Indonesia No.14 Tahun 1967. Perbankan. Cetakan Keenam. Jakarta. 2003.

Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998. Perbankan. Cetakan Keenam. Jakarta. 2003.

You might also like