You are on page 1of 11

SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN

Penerapan Lean-Sigma untuk Mengidentifikasi Pemborosan pada PT. Ekamas Fortuna


Dosen: Dr. Dra. Wiwiek Prihandini, Ak., M.M.

DISUSUN OLEH :

Disusun Oleh: Chusnul Hadi Sumitro Yohanes Paulus Satrio Ridho Abdillah 0811000096 0811000297 0811000402

PERBANAS INSTITUTE JAKARTA PROGRAM STUDI AKUNTANSI JAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Memasuki zaman globalisasi dan perdagangan bebas terdapat beberapa aspek yang perlu menjadi pertimbangan yang serius oleh kalangan bisnis apabila ingin memenangkan pasar, yaitu akses pasar, teknologi dan efisiensi. Kunci sukses yang dianggap penting adalah efisiensi. Maka dengan dilegalkannya perdagangan bebas pada saat ini, tidak ada lagi batasan maupun proteksi dalam perdagangan sehingga iklim kompetisi akan semakin ketat. Persaingan pada pasar bebas saat ini tidak hanya datang dari pesaing di dalam negeri tetapi juga dari pesaing di luar negeri. Agar dapat bertahan pada persaingan yang semakin ketat ini maka perusahaan harus terus menerus memperbaiki kinerja perusahaanya serta dapat mengidentifikasi adanya pemborosan di dalam perusahaan sehingga proses produksi di dalam perusahaan menjadi lebih efisien. Tanpa diberlakukannya efisiensi, maka dapat menyebabkan keuntungan yang seharusnya diperoleh perusahaan menjadi berkurang karena adanya pemborosanpemborosan yang terjadi. Ironisnya, sebanding dengan efisiensi, pemborosan justru lebih sering terjadi dalam suatu perusahaan. Adanya markup yang dilakukan terhadap suatu proyek di dalam pengadaan, pembelian, maupun pengiriman barang yang dilakukan oleh internal perusahaan menyebabkan pemborosan menjadi hal yang dianggap biasa. Hal ini dapat menyebabkan pemborosan tersebut menjadi kebiasaan dan apabila terus dilakukan berulang-ulang menyebabkan kerugian yang signifikan bagi perusahaan. Pemborosan tidak bisa dibiarkan terus-menerus di dalam perusahaan. Hal ini bisa direduksi dengan konsep Lean-Sigma. Lean-Sigma berarti mengerjakan sesuatu dengan cara yang sederhana dan seefisien mungkin, namun tetap menghasilkan kualitas superior dan pelayanan yang sangat cepat. Menurut Gasperz kelemahan terbesar manajemen perusahaan di Indonesia maupun Negara lain adalah kurangnya pemahaman terhadap pemetaan proses produk sepanjang value steam untuk menghilangkan pemborosan yang berbentuk E-DOWNTIME. Dengan demikian maka sesungguhnya peluang perusahaan di Indonesia untuk dapat bersaing masih besar sepanjang dapat menghilangkan atau setidaknya mereduksi pemborosan yang berbentuk E-DOWNTIME.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas apa saja dari proses produksi yang merupakan aktivitas yang tidak menambah nilai produk (pemborosan). Manfaat dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pemborosan yang ada untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Lean Metode Lean sangat efektif dalam mengeleminasi proses dan mempercepat proses yang pada akhirnya mempercepat Lead Time. Karena sasaran lean adalah untuk meningkatkan kecepatan proses menurut PQM Consultants (2011), maka variabilitas pada proses tersebut dapat menjadi penghalang yang akhirnya akan mempengaruhi kecepatan proses itu sendiri. Oleh karena itu, lean dipengaruhi oleh variabilitas proses, lean membutuhkan proses dengan variabilitas yang kecil dan stabil sehingga aliran proses bisa berjalan dengan lancer. Lean sendiri tidak mempunyai tool yang spesifik untuk mengurangi variabilitas, maka six sigma merupakan konsep yang sangat efektif untuk mengurangi variabilitas pada proses yang menghilangkan akar penyebabnya. Sasaran dari lean sendiri adalah untuk menghilangkan pemborosan, memperlancar aliran material, produk dan informasi di sepanjang value stream.

2.2 Six Sigma Six Sigma adalah metode yang digunakan untuk variabilitas dan meningkatkan kapabilitas proses mencapai zero defect di sepanjang value stream. Six Sigma dengan DMAIC dan kemampuan analisa statistiknya akan memberikan kekuatan untuk mengeleminasi variabilitas. Proses diukur, data dikumpulkan, dianalisa dan tindakan untuk improvement dilakukan. Dengan menerapkan Six Sigma, manfaat yang telah didapat adalah mengeleminasi defect dan variabilitas berdasarkan konsep DMAIC dan analisa statistic. Namun perusahaan masih perlu berjuang untuk mentransformasi prosesnya menjadi proses yang low cost dan high speed (lead time cepat). Six Sigma belum memiliki pendekatan yang spesifik untuk mengeleminasi pemborosan selain eleminasi defect. Sementara lean memiliki tools yang dapat mengeleminasi pemborosan disepanjang value stream. Menurut Heizer dan Reinder (2009:309) Six Sigma adalah sebuah program dirancang guna mengurangi cacat untuk membantu mengurangi biaya, menghemat waktu, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Six Sigma merupakan sebuah system yang menyeluruh untuk memperoleh dan mempertahankan kesuksesan dalam bisnis.

2.3 Lean-Sigma Konsep Lean-Sigma adalah suatu konsep menyeluruh tentang sistem bisnis yang dikembangkan belum lama ini di Amerika Serikat. Konsep sistem Lean-Sigma telah menjadi sangat popular di Negara-negara industry maju terutama di Amerika Serikat dan

Kanada.konsep lean berakar dari konsep sistem manajemen Toyota yang dikembangkan dan diperluas, sedangkan konsep six-sigma berakar dari konsep sistem manajemen Motorola. Kekuatan dari dari konsep ini dipersatukan atau digabungkan menjadi konsep lean-sigma. Sasaran dari lean adalah untuk menciptakan aliran lancer produk sepanjang value stream dan menghilangkan semua jenis pemborosan, sedangkan sasaran six-sigma adalah untuk meningkatkan kapabilitas proses sepanjang value stream untuk menciptakan aero defects dan menghilangkan variasi. APICS Dictionary (2005) dalam Gaspersz (2006) mendefinisikan value stream sebagai proses-proses untuk membuat, memproduksi, dan menyerahkan produk ke pasar. Untuk proses-proses pembuatan barang, value stream terdiri dari pemasok bahan baku, manufaktur dan perakitan barang, dan jaringan pendistribusian kepada pengguna hanya memproduksi 3,4 cacat untuk setiap satu juta kesempatan atau operasi. Lean Sigma berarti menjelaskan sesuatu dengan cara sederhana dan seefesien mungkin, namun tetap menghasilkan kualitas superior dan pelayanan yang cepat. Manajemen informasi perlu menyerap pemikiran lean-sigma agar menjadi L.E.A.N (Lean Sigma Enterprise Achievment Number), yaitu suatu kriteria tertentu yang diciptakan oleh Prof. Dr. Vincent Gaspersz, CMQOE, CQE, SSMBB, CFPIM untuk menetapkan skor minimum bagi perusaan yang telah dikategorikan L.E.A.N. Lean Sigma perlu dibangun melalui penanaman kultur, ukuran-ukuran, kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur dan akhirnya alat-alat atau teknik-teknik lean-sigma. Terdapat prinsip dasar Lean-Sigma antara lain : 1. Profits (keuntungan perusahaan) akan meningkat apabila kinerja produk meningkat sesuai atau melebihi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. 2. Products akan meningkat apablia proses dalam menghasilkan produk tersebut juga ikut meningkat. 3. Processes akan meningkat hanya apabila dilakukan peningkatan proses value stream melalui Lean Sigma Contnuous Improvement Projects. 4. Projects akan berhasil apabila People meningkatkan pembelajaran dan pertumbuhan.

2.4 Lean-Sigma di Perusahaan Manufaktur Dalam pengimplementasiannya dalam perusahaan manufaktur beberapa langkah dibawah ini dapat dijadikan panduan untuk mengimplementasian Lean Sigma dalam industry manufaktur. 1. Identifikasi nilai produk manufaktur yang akan ditawarkan kepada pelanggan berdasarkan prospektif dari pelanggan. Pada umumnya nilai produk manufaktur yang ditawarkan kepada pelanggan berkaitan dengan: a. Kualitas produk sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dan disepakati bersama.

b. Harga produk yang kompetitif dibandingkan harga yang ditetapkan oleh competitor lain. c. Penyerahan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan kontrak pembelian. d. Pelayanan yang berakitan dengan produk, penyerahan produk, dan pelayanan setelah penjualan. e. Hal-hal spesifik lain yang ditentukan oleh pelanggan atau regulator apabila berkaitan dengan produk yang diatur. 2. Transformasi nilai-nilai persyaratan yang telah disepakati bersama kedalam CTQ (critical to quality) agar dapat diukur, dipantau, dan dikendalikan oleh manajemen perusahaan. 3. Melakukan pemetaan produk individual, kelompok produk, atau lini produk sepanjang value stream processes, untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas nilai tambah dan bukan berarti nilai tambah yang merupakan suatu pemborosan. Dapat menggunakan formulir E-DOWNTIME Waste. 4. Menentukan beberapa ukuran kinerja kunci value stream process sekarang contohnya adalah. Process Cycle Efficiency = value added time/total lead time

2.5 Pemborosan Kecurangan yang dilakukan oleh berbagai macam entitas pada masa sekarang ini sangatlah beragam mulai dari penggelapan, bribery, mark up dan bernagai macam jenis kecurangan lainnya. Diantara berbagai macam jenis kecurangan yang biasa dilakukan oleh suatu perusahaan adalah pemborosan. Pemborosan dapat diartikan sebagai penggunaan suatu sumber daya yang sebenarnya tidak perlu digunakan dalam proses produksi. Purwengtyas (1997) menyatakan bahwa pemborosan adalah segala sesuatu yang tidak penting, namun digunakan dalam proses suatu produksi dalam menghasilkan output. Apabila pemborosan ini terus menerus dibiarkan terjadi dan baru disadari dalam jangka panjang, sudah terlambat bagi sang manajer untuk memutus lingkaran setan tersebut yang diakibatkan oleh hal tersebut. Akibat yang ditimbulkan oleh pemborosan akan berdampak sangat besar bagi semakin menurunnya keuntungan perusahaan. Akibat yang paling tampak akibat adanya pemborosan adalah pada biaya produksi. Pemborosan yang lebih tinggi berarti biaya produksi per unit produksi dan biaya pelayanan yang lebih tinggi pula. Pemborosan juga tampak terakumulasi ke dalam biaya bahan baku produksi dan biaya operasional, dimana kedua biaya tersebut akan semakin bertambah seiring dengan tingkat pertambahan pemborosan yang terjadi. Sehingga hasil-hasil produksi yang tidak punya proses pemborosan, biasanya hanya akan mendapatkan pembagian alokasi sisa biaya operasional dan pemborosan yang terjadi dalam proses produksi lain. Akibat lain, perusahaan juga terpaksa harus mengaplikasikan formula biaya tambahan (cost plus formula) dan biaya-biaya yang lebih besar yang berarti juga

menambah harga barang hasil produksi tersebut. Pembagian pasar akan mengecil dan pelanggan-pelanggan setia perusahaan tersebut akan meninggalkan akibat dari harga barang yang semakin membumbung tinggi sebagai hasil dari pemborosan tersebut. Demikian pula dengan keuntungan yang akan mengecil karena biaya yang bertambah besar dan pembagian pasar yang sempit. Penagruh lain dari pemborosan ada pada kualitas hasil produksi dan pengiriman. Pemborosan biasanya menimbulkan akses pada masalah-masalah kualitas, tingkat kerusakan barang, pembongkaran, dan perbaikan hasil-hasil produksi yang rusak dan cacat. Pemborosan juga menambah ketidak efisienan waktu, seperti waktu yang diperlukan dalam memproduksi satu unit barang, dan waktu yang diperlukan dalam memenuhi proses pemesanan serta persediaan bahan baku. Hasilnya adalah pengiriman yang tertunda dan pelangganharus menunggu terlalu lama. Padahal kualitas dan sistem pengiriman yang buruk sebagai akibat dari pemborosan yang akan mengarah pada pembagian yang semakin sempit, hilangnya pelanggan-pelanggan setia, dan keuntungan yang semakin rendah. Apabila tidak segera diatasi, biasanya hal ini terus berlangsung dan tidak akan pernah berakhir.

2.6 Jenis Pemborosan Gaspertz menerangkan pemborosan dalam bentuk E-DOWNTIME. E-DOWNTIME merupakan akronim yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Vincent Gasperz, CFPIM untuk memudahkan praktisi industry mengidentifikasi 9 jenis pemborosan, yaitu: 1. E = Environmental, Health and Safety (EHS) adalah jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian dalam hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS. 2. D = Defects adalah jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan produk (barang dan/ atau jasa). 3. O = Overproduction adalah jenis pemborosan yang terjadi karena menunggu. 4. W = Waiting adalah jenis pemborosan yang terjadi karena menunggu. 5. N = Not utilizing empoyees knowledge, skill and abilities adalah jenis pemborosan sumber daya manusia (SDM) yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karyawan secara optimal. 6. T = Transportation adalah jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream. 7. I = Inventories adalah jenis pemborosan yang terjadi karena persediaan yang berlebihan. 8. M = Motion adalah jenis pemborosan yang terjadi karena banyaknya pergerakan dari yang seharusnya sepanjang proses value stream. 9. E = Excess Processing adalah jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah proses yang panjang dari yang seharusnya sepanjang proses value stream.

BAB 3 PEMBAHASAN

PT. Ekamas Fortuna adalah perusahaan yang bergerak pada produksi kertas, dimana perlu untuk mencegah pemborosan sehingga dapat meningkatkan kinerja produktivitasnya untuk meningkatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan berusaha menurunkan biaya, meningkatkan kualitas dan tepat waktu dalam pengiriman ke pelanggan. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus mengetahui berbagai aktifitas apa saja yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (jasa/barang), pemborosan (waste) apa saja yang sering terjadi dan bisa memperpendek proses produksi. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan lean manufacturing. Dengan strategi lean, perusahaan diharapkan mempu meningkatkan rasio nilai tambah (valu added) terhadap pemborosan. Minimasi pemborosan akan sangat berguna bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin beratBerdasarkan pengolahan data didapatkan 4 skor rata-rata tertinggi yaitu waiting (29,17 %), Defect (21, 87 %), Unnecessary Motion (20, 83 %) dan Unnecessary Inventory (16, 67 %).

Identifikasi Waste
30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%

Akar penyebab pemborosan (waste) yang terjadi antara lain: a. Waiting (menunggu) merupakan jenis pemborosan yang memiliki skor 28 atau 29, 17 %. Pemborosan ini dapat disebabkan oleh keterlambatan kadatangan material, mesin yang rusak sehingga menunggu perbaikan, maupun suku cadang untuk mesin yang belum tersedia, keterbatasan tenaga kerja untuk menangani order yang terlalu banyak. b. Defect (cacat) merupakan jenis pemborosan yang memiliki skor 21 atau 21, 87 %. Pemborosan ini dapat disebabkan oleh ketidaksempurnaan produk dan kurangnya tenaga kerja pada saat proses berjalan. c. Unnecessary motion (pergerakan yang berlebihan/tidak perlu) memiliki skor 20 atau 20, 83 %. Pemborosan ini dapat disebabkan oleh pergerakan terhadap material, manusia yang tidak perlu pada saat proses produksi sehingga mengakibatkan rendahnya aliran kerja, layout yang buruk, dan komponen atau kontrol yang jauh dari jangkauan. d. Unnecessary Inventory (persediaan yang tidak perlu) merupakan jenis pemborosan yang memiliki skor 16 atau 16, 67 %. Pemborosan ini dapat disebabkan oleh penyimpanan inventory yang melebihi volume gudang yang ditentukan, material yang rusak karena terlalu lama disimpan atau terlalu cepat dikeluarkan dari gudang, dan material yang kadaluarsa.

BAB IV KESIMPULAN & SARAN

4,1 Kesimpulan Dengan mengelompokkan jenis pemborosan, maka perusahaan akan lebih mudah mengidentifikasi pemborosan yang biasa terjadi dan dapat mengambil langkah tepat di dalam mereduksi pemborosan tersebut. Penerapan Lean-Sigma dalam perusahaan manufaktur dapat mengurangi pemborosan sehingga dapat meningkatkan efisiensi perusahaan. Efisiensi yang diperoleh perusahaan setelah mereduksi pemborosan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

4.2 Saran Saran perbaikan untuk mengatasi pemborosan (waste) yang terjadi: a. Waiting : Perhitungan waktu order yang tepat, sehingga dapat segera ditindaklanjuti oleh supplier, Perlu adanya pelatihan terhadap karyawan, penjadwalan shift kerja yang tepat, Maintenance mesin secara rutin dan tepat. b. Defect : Ketepatan setingan pada mesin produksi, sehingga bisa mengurangi defect kertas, Perlu penyesuaian jumlah karyawan pada saat proses produksi, salah satunya dengan cara menambah jam kerja (lembur). c. Unnecessary Motion : Penataan layout mesin yang mudah untuk dijangkau dan aman untuk operator. d. Unnecessary Inventory : Memproduksi kertas sesuai pesanan konsumen dan tidak melebihi kapasitas gudang, Segera menjadwal untuk mendaur ulang produk yang cacat atau rusak

DAFTAR PUSTAKA

Fanani & Singgih. (2011). Implementasi Lean Manufacturing Untuk Peningkatan Produktivitas (Studi Kasus Pada PT. Ekamas Fortuna Malang). Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII: 1-9. Gaspersz, V (2007), Lean Six Sigma For Manufacturing and Service Industries, Gramedia Pustaka Utama., Jakarta. Heizer, Jay & Render, Barry (2009). Manajemen Operasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Purwengtyas, Setijanti. (1997). Mengidentifikasi Masalah Pemborosan Dalam Perusahaan. Gema Stikubank: 64-70.

You might also like