You are on page 1of 39

KEMENTRIAN PERTANIAN BADAN PENYULUH DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MODUL PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN FUNGSIONAL BAGI PENGAWAS MUTU PAKAN LEMBAR PESERTA

1 2 3 4 5

Kelompok Jabatan Jenis Pendidikan Pelatihan Kelompok Materi Judul Mata Diklat Deskripsi Mata Diklat

PENGAWAS MUTU PAKAN dan Dasar Terampil Kelompok Inti Persiapan dan Pelaksanaan Pengujian Mutu Pakan Modul ini berisi tentang tugas pokok pengawas mutu pakan terampil tentang: rencana kerja dan penyiapan bahan dan peralatan pengujian mutu pakan serta memeriksa dan mengambil sampel dan menguji. a. Persiapan pengujian mutu pakan b. Pelaksanaan pengujian mutu pakan Peserta dapat membuat rencana kerja pengujian mutu pakan; Menerima/menangani/menyiapkan/ menginventarisasi/memeriksa sampel pakan, bahan kimia dan peralatan; Membuat/mencampur larutan; Melakukan ekstraksi, destruksi, titrasi, pengabuan, sentrifuse, evaporasi, pemusnahan sampel. Peserta dapat: a. Menyusun rencana kerja dan penyiapan peralatan pengujian mutu pakan. b. Memeriksa, mendata dan mengambil sampel. (8 x 45 menit)/(10 x 45 menit) = 18 JP 1. Ceramah, 2. Tanya Jawab, 3. Diskusi, 4. Studi kasus, 5. Praktik LCD, laptop, kertas koran, selotip, alat tulis menulis

6 7

Pokok Bahasan Kompetensi Dasar

Indikator Hasil Belajar

9 10

Waktu Pembelajaran (T/P) Metode Pembelajaran

11

Alat dan Bahan

LANGKAH KEGIATAN

No 1.

Kegiatan Pengantaran: Perkenalan Fasilitator memperkenalkan diri; Masing-masing peserta memperkenalkan nama, asal daerah dan status. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator keberhasilan belajar yang ingin dicapai serta membangkitkan minat belajar Penyampaian materi tentang a. Rencana Persiapan dan pelaksanaan pengujian mutu pakan, b. Pelaksanaan pengujian mutu pakan -Peserta membagi diri ke dalam 5 - 6 kelompok. -Fasilitator menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan diskusi kelompok dan studi kasus. Peserta melakukan diskusi untuk: a. Penyusunan Rencana pesiapan dan Pelaksanaan pengujian mutu pakan, b. Melaksanaan pengawasan mutu pakan Presentasikan hasil diskusi kelompok (diskusi pleno) a. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok secara berurutan, b. Beri kesempatan bagi kelompok non penyaji untuk bertanya dan kelompok penyaji untuk menjawab, c. Setiap kelompok penyaji menyimpulkan hasil diskusi - Fasilitator menjelaskan tentang hasil diskusi masing-masing kelompok. - Tanggapan dari kelompok lain yang berbeda Fasilitator menyampaikan kesimpulan dari hasil proses belajar

Waktu (menit) 20

2.

65

180

75

5.

200

6.

130

7.

110

8.

30

BAB I PENDAHULUAN

Pakan merupakan faktor penting dan strategis dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, sehingga perlu dijaga agar pakan yang diedarkan terjamin mutunya sesuai persyaratan mutu pakan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, maka persiapan pengujian mutu pakan dan pelaksanaan pengujian mutu pakan perlu diketahui terutama untuk dapat dilakukan oleh Pengawas Mutu Pakan dengan baik dan benar sehingga tidak membahayakan ternak yang mengkonsumsi pakan tersebut serta peternak/konsumen dapat dilindungi dari kerugian akibat mutu pakan yang tidak memenuhi syarat Terkadang sangatlah sulit untuk menentukan kualitas suatu bahan baku pakan/pakan, jika hanya dilakukan dengan indera saja, juga dalam membandingkan dua atau lebih bahan pakan tanpa analisis baik secara fisik, khemis, maupun biologis, sehingga analisis/pengujian lainnya juga harus dilakukan. Analisis kimia saja tidak akan cukup, percobaan dengan menggunakan ternakpun harus dilakukan karena bahan pakan yang bernutrisi tinggi tapi mempunyai daya cerna yang rendah adalah hanya pengisi perut saja. Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kualitas suatu bahan pakan sudah dilakukan sejak tahun 1800, cara ini terus berkembang dan memungkinkan pengujian bermacam-macam bahan pakan yang lebih detail. Pengetahuan dasar biokimia sejajar dengan ilmu nutrisi dapat diadopsikan untuk menganalisis dan mengevaluasi bahan pakan. Cara-cara baru dan canggih banyak digunakan didalam industri pakan ternak dapat mendeteksi komponen bahan pakan sampai berukuran 10-6. Nilai komposisi bahan pakan dalam beberapa buku menyajikan rataan dari sekumpulan data yang diperoleh dari beberapa hasil analisis yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan komposisi kimia suatu bahan pakan. Tetapi karena komposisi kimia suatu bahan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti umur tanaman, kondisi tanah, iklim dan lain-lain. Analisis bahan pakan hanya akan dicapai secara baik jika pengambilan sampel dilakukan secara benar dan representative Sampel merupakan bagian dari suatu bahan baku pakan/pakan yang diambil secara acak dari bahan tersebut untuk selanjutnya dievaluasi. Dalam pengambilan sampel suatu bahan baku pakan/pakan harus dilakukan secara benar agar diperoleh sampel yang benar-benar representatif, yang mampu menggambarkan keadaan bahan yang diambil sampelnya secara tepat. Prosedur pengambilan sampel pakan dengan benar. untuk tujuan analisis harus dilakukan Apabila terjadi kesalahan di dalam pengambilan sampel, maka hasil

analisis yang diperoleh tidak menggambarkan komposisi yang sebenarnya dari bahan yang dianalisis. Oleh karena itu prosedur di dalam pengambilan dan penanganan bahan pakan harus dilaksanakan dengan benar dan cermat. Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopik, kimia dan biologis, semua sampel harus digiling lebih dahulu sehingga diperoleh sampel yang halus. Untuk menganalisis bahan pakan secara kimiawi dapat dilakukan dengan beberapa cara., salah satunya yaitu Analisis proksimat yang merupakan salah satu cara yang sering dilaksanakan. Ada 2 kegiatan yang menjadi tanggungjawab Pengawas Mutu Pakan dalam hal persiapan pengujian mutu pakan meliputi :

A. Menyusun rencana kerja pengujian bahan baku pakan/pakan, selama periode waktu 1
tahun. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah : waktu, lokasi, jenis kegiatan, tenaga yang terlibat, biaya serta fasilitas pendukung yang diperlukan.

B. Menyiapkan peralatan sampling yang sesuai dengan metoda yang ditentukan.


Kegiatan lainnya adalah : penerimaan sampel, penanganan sampel basah, melakukan homogenisasi sampel dan menyiapkan sample sebelum diuji baik secara makroskopis, mikroskopis, dan analisis lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses persiapan bahan baku pakan/pakan antara lain:

1. Pengambilan sampel
Prinsip pengambilan sampel yang penting adalah pada dasarnya menggunakan rasio untuk mendapatkan sampel yang benar-benar mewakili seluruh bahan pakan yang diambil sampelnya (representatives sampel). Salah satu faktor yang menentukan tingkat representatif sampel yang diambil adalah homogenitas bahan yang akan diambil sampelnya. Pengambilan sample dapat dilakukan secara aselektif dan selektif. a. Aselektif : sebaik Sampel dipilih dari sejumlah bahan pakan yang dapat dicampur mungkin sehingga tidak memungkinkan untuk adanya pilihan

terhadap suatu keadaan. Cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dari keseluruhan bahan pakan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian-bagian dari bahan pakan tersebut. Setelah pengambilan sampel pakan kemudian dicampur secara merata agar diperoleh bahan yang benar-benar homogen, sehingga sampel yang diambil benar-benar representatif. b. Selektif : Hanya bagianbagian tertentu dari bahan pakan yang ingin

diketahui nilai nutrisinya saja yang akan diambil. Misalnya ingin mengetahui kadar nutrisi dari menir saja atau dedak saja. Cara pengambilan sampel ini juga dilakukan secara acak dari bagian-bagian tertentu suatu bahan.

2. Segregasi.
Efek ukuran dan berat partikel bahan pakan sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan, dimana bagian yang berukuran berat dan lebih besar kemungkinan akan berpisah dengan bagian yang lebih kecil dan ringan (segregasi). Sehingga pada bahan pakan yang ditumpuk atau dimuat di atas truk, bagian bahan yang mempunyai ukuran dan berat partikel yang lebih besar akan terletak bagian bawah atau bagian dasar dari tumpukan tersebut. Bila kita mengambil dari atas truk, maka komposisi bagian atas akan berbeda dengan bagian yang ada di bawah. Oleh karena itu sebelum bahan baku pakan diambil sampelnya, maka harus dicampur secara merata sehingga bahan benarbenar homogen, atau sampel diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian dasar, tengah, maupun bagian atas sehingga diperoleh sampel yang benar-benar representatif.

Walaupun telah tercampur secara merata akan tetapi bahan tersaebut dapat memisah lagi. Dalam keadaan bahan pakan yang digiling, maka bahan yang ringan akan tertinggal. Ini berarti bahwa walaupun bahan telah dicampur dengan sebaik mungkin maka bagianbagian yang lebih berat dan yang lebih ringan pasti akan terpisah lagi (segregation).

3. Jumlah sampel.
Jumlah sampel yang akan diambil tergantung pada nilai nutrisi apa yang akan diinginkan/dianalisis, bagaimana homogenitas bahan pakan dan tingkat kepastian untuk mengambil keputusan yang akan dipilih. Selain itu juga jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif dari seluruh bahan pakan. Jumlah sampel yang diambil sangat tergantung pada kebutuhan untuk evaluasi dan jenis analisis. Jumlah sampel yang akan dianalisis, cukup antara 1,0 1,5 kg, tergantung dari jumlah total bahan yang akan diuji. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10% dari jumlah bahan. Pada bahan yang jumlahnya banyak misalnya lebih dari 100 kg, sampel diambil sebanyak 10% dari jumlah tersebut secara acak, kemudian sampel diambil lagi sebanyak 10% dari sampel yang terambil tersebut.

4. Pengamanan sampel.
Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau berubah sehingga mempunyai sifat yang berbeda dengan bahan asal dari mana sampel tersebut diambil. Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan atau tumbuhnya jamur, ketengikan dan lain-lain. Sampel yang diperoleh dari kadar air rendah (kurang dari 15%), kemungkinan terjadi kerusakan sampel sangat kecil sekali. Sehingga sampel dapat langsung dimasukkan kedalam kantong plastik dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Bila keadaan sampel bahan pakan dalam keadaan basah, maka harus dikeringkan agar dapat digiling. Perlu dikeringkan dahulu melalui pengeringan dengan menggunakan sinar matahari atau dengan di oven pada suhu 60 - 70o C, baru kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik, selanjutnya disimpan di tempat yang kering. Bahan baku pakan berupa biji-bijian disimpan dalam silo atau dalam karung yang diatur sedemikian rupa, sehingga mudah mengeceknya, sedangkan yang dalam bentuk cair disimpan ditempat khusus. Bahan baku pakan berupa pelengkap pakan (feed supplement) dan imbuhan pakan (feed additive) disimpan di ruang pendingin.

5. Prosesing sampel untuk di analisis.


Untuk tujuan analisis kimiawi, prinsipnya adalah semua bahan yang akan di analisis harus dalam bentuk halus. Oleh karena itu semua sampel harus digiling terlebih dahulu. Untuk konsetrat seperti bekatul, jagung dan sebagainya bisa langsung digiling.

Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopik, kimia dan biologis, semua sampel harus digiling lebih dahulu sehingga diperoleh sampel yang halus. Untuk menganalisis bahan pakan secara kimiawi dapat dilakukan dengan beberapa cara.

6. Kerusakan dan perubahan selama prosesing.


Selama proses pengambilan sampel sampai pelaksanaan analisis, komposisi sampel bisa jadi secara terpaksa akan berubah. Misalnya proses penggilingan yang terlalu panas, akan berakibat banyak air yang menguap dan zatzat lain berubah. Demikian pula bahanbahan yang halus akan mudah terbawah angin, bahanbahan menjadi busuk dan lainlain. Kesalahankesalahan atau kerusakankerusakan demikian hendaknya harus dihindarkan sejauh mungkin.

7. Penyiapan Sampel untuk dianalisa. a. Semua sampel yang akan dianalisa harus ditimbang dengan segera. b. Semua sampel yang akan dianalisa harus dihaluskan terlebih dahulu dengan cara
digiling dan setelah itu disaring dengan menggunakan saringan yang berdiameter 1 (satu) mm.

c. Semua sampel yang akan dianalisa harus diberi code dan arti dari code tersebut,
serta harus dicatat dalam buku khusus.

BAB II PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENGUJIAN MUTU PAKAN TERAMPIL Jenis-jenis kegiatan dalam pelaksanaan pengujian sampel Pakan pada kelompok Terampil adalah sebagai berikut: I. PENGAWAS MUTU PAKAN PELAKSANA PEMULA (II/a). 1. Menyusun rencana kerja pengujian bahan baku pakan dan pakan. a. Penyusunan rencana kerja pengujian bahan baku pakan materi, lokasi, dan obyek pengujian bahan baku pakan; atau b. Penyusunan rencana kerja pengujian pakan meliputi: waktu, materi, lokasi, dan obyek pengujian bahan baku pakan/pakan. 2. Menyiapkan peralatan sampling sesuai dengan metode yang ditentukan. Peralatan yang disiapkan antara lain trier atau probe, sabit, increment scoop, kemasan sampel, segel sampel, alat timbangan, gunting, tali dan alat tulis. 3. Menerima sampel dalam rangka pengujian. Penerimaan sampel dalam rangka pengujian meliputi: pencatatan jenis, berat sampel, tanggal pengambilan sampel, tanggal penerimaan sampel, dan data pengirim sampel, pemeriksaan kelayakan sampel, pemberian kode sampel, pembuatan berita acara penerimaan sampel. 4. Menangani sampel basah dalam rangka pengujian. Penanganan sampel basah dalam rangka pengujian meliputi tempat dan alat pengeringan, sarung tangan, masker, penimbangan sampel sebelum pengeringan, pelaksanaan pengeringan, pendataan hasil penimbangan sampel setelah pengeringan, serta pengecilan ukuran sampel. 5. Melakukan homogenisasi sampel dalam rangka pengujian. Melakukan homogenisasi sampel dalam rangka pengujian meliputi: penyiapan alat untuk penggilingan sampel, pengadukan sampel, penggilingan sampel, pembagian sampel, pengemasan sampel kerja, dan arsipo sampel ke dalam botol, meliputi: waktu, bahan baku

pakan/pakan sesuai dengan masing-masing jenjang jabatan fungsional Pengawas Mutu

pengkodean kemasan sampel kerja dan arsip sampel, penimbangan sampel kerja, pendistribusian sampel kerja dan penyimpanan arsip sampel. 6. Menyiapkan sampel dalam rangka pengujian Penyiapan sampel kerja dalam rangka pengujian meliputi: pemeriksaan kode,

tanggal penyiapan, berat dan kondisi sampel. 7. Melakukan pemanasan dan menganalisis hasil rangka pengujian air/kadar abu/lemak kasar/serat kasar/ADF dan NDF. a. Pemanasan sampel dalam rangka pengujian kadar air meliputi: penyiapan alat oven, alat timbangan, alat penunjang sampel, pencatatan data penimbangan sampel sebelum pemanasan, pelaksanaan pemanasan sampel, dan pendinginan sampel dengan alat desikator; dan Analisa pengujian kadar air meliputi: pencatatan data sampel setelah pemanasan, penghitungan hasil pemanasan sampel, dan pengolahan data hasil uji kadar air. b. Pemanasan sampel dalam rangka pengujian kadar abu meliputi: penyiapan alat oven, alat timbangan, alat penunjang sampel, pencatatan data penimbangan sampel sebelum pemanasan, pelaksanaan pemanasan sampel, dan pendinginan sampel dengan alat desikator; dan Analisa pengujian kadar abu meliputi: pencatatan data sampel setelah pemanasan, penghitungan hasil pemanasan sampel, dan pengolahan data hasil uji kadar abu. c. Pemanasan sampel dalam rangka pengujian lemak kasar meliputi: kadar

penyiapan alat oven, alat timbangan, alat penunjang sampel, pencatatan data penimbangan sampel sebelum pemanasan, pelaksanaan pemanasan sampel, dan pendinginan sampel dengan alat desikator; dan Analisa pengujian lemak kasar meliputi: pencatatan data sampel setelah pemanasan, penghitungan hasil pemanasan sampel, dan pengolahan data hasil uji lemak kasar. d. Pemanasan sampel dalam rangka pengujian penyiapan alat oven, sampel, alat tanur, alat timbangan, serat kasar meliputi: pelaksanaan pemanasan

pendinginan dengan alat desikator; penimbangan sampel setelah

pemanasan, dan Analisa pengujian serat kasar meliputi: pencatatan data sampel setelah pemanasan, penghitungan hasil pemanasan sampel, dan pengolahan data hasil uji serat kasar. e. Pemanasan sampel dalam rangka pengujian ADF meliputi: : penyiapan alat oven, alat tanur, alat timbangan, ADF pelaksanaan pemanasan sampel, pencatatan data sampel setelah pendinginan dengan alat desikator; penimbangan sampel setelah pemanasan, dan Analisa pengujian hasil uji ADF. meliputi: pemanasan, penghitungan hasil pemanasan sampel, dan pengolahan data

f.

Pemanasan sampel dalam rangka pengujian NDF meliputi: : penyiapan alat oven, alat tanur, alat timbangan, NDF meliputi: pelaksanaan pemanasan sampel, pencatatan data sampel setelah pendinginan dengan alat desikator; penimbangan sampel setelah pemanasan, dan Analisa pengujian hasil uji NDF. pemanasan, penghitungan hasil pemanasan sampel, dan pengolahan data

8. Melakukan ekstraksi lemak kasar secara manual. Pengujian ekstraksi lemak kasar secara manual meliputi: penyiapan alat soxhlet dan alat kondensor soxhlet; penimbangan sampel;pencatatan data ahasil penimbanagan sampel; pengisian bahan kimia pada labu soxhlet; pemasukan sampel pada timbel atau kertas saring; dan pelaksanaan ekstraksi sampel. 9. Melakukan pengabuan sampel dalam rangka pemeriksaan Mineral/Urea. Pengabuan sampel dalam rangka pemeriksaan Mineral/Urea meliputi: penyiapan alat kompor pemanas, tanur, penyiapan alat penunjang sampel, penimbanagan sampel, pencatatan data penimbanagan sampel, pembakaran sampel dengan kompor pemanas, pengabuan dengan tanur, pendinginan dengan alat desikator.

II.

PENGAWAS MUTU PAKAN PELAKSANA

(II/b s.d II/d).

1. Menyusun rencana kerja pengujian bahan baku pakan dan pakan. a. Penyusunan rencana kerja pengujian bahan baku pakan materi, lokasi, dan obyek pengujian bahan baku pakan; atau b. Penyusunan rencana kerja pengujian pakan meliputi: waktu, materi, lokasi, dan obyek pengujian bahan baku pakan/pakan. 2. Melakukan ekstraksi lemak kasar secara mekanik. Eksraksi lemak secara mekanik meliputi: penimbangan sampel; pencatatan data penimbangan sama; penyiapan alat soxhlet; penyiapan pelarut organic; penyiapan selongsong; penyiapan kapas; penyiapan botol aluminium penampung, pelaksanaan ekstraksi, pemeriksaan cooling unit, pemeriksaan suhu dan silicon bath pada service unit. 3. Melakukan ekstraksi serat kasar/ADF/NDF. a. Ekstraksi serat kasar meliputi: penimbangan sampel, pencatatan data penimbangan sampel, penyiapan alat eksraksi serat kasar, penyiapan pelarut meliputi: waktu,

organic, penyiapan pelarut asam, penyiapan pelarut basa, perlakuan defatting, perlakuan ekstraksi asam, perlakuan ekstraksi basa, penyaringan sampel, pencucian sampel hasil ekstraksi. b. Ekstraksi ADF meliputi: penimbangan sampel, pencatatan data penimbangan sampel, penyiapan alat eksraksi , penyiapan pelarut dekalin, penyiapan larutan asam detegent, perlakuan ekstraksi, penyaringan sampel, pencucian sampel hasil ekstraksi. c. Ekstraksi NDF untuk sampel yang tidak mengandung pati meliputi:

penimbangan sampel, pencatatan data penimbangan sampel, penyiapan alat eksraksi, penyiapan pelarut dekalin, penyiapan atau, d. Ekstraksi NDF untuk sampel yang mengandung pati meliputi: penimbangan sampel, pencatatan data penimbangan sampel, penyiapan alat eksraksi, penyiapan larutan amylase, penyiapan kalsium, ekstraksi. 4. Melakukan destruksi dalam rangka pemeriksaan kadar protein kasar. Destruksi dalam rangka pemeriksaan kadar protein kasar meliputi: penyiapan alat destruksi, penyiapan lemari asam, penimbangan sampel, pencatatan data penimbangan sampel, penimbangan katalisator atau penambahan katalis kjeltab, perlakuan destruksi, pendinginan labu hasil destruksi. 5. Melakukan destilasi secara manual dalam rangka pemeriksaan kadar proteinkasar atau Nitrogen bebas. a. Destilasi secara manual dalam rangka pemeriksaan kadar protein kasar meliputi: penyiapan alat destilasi, penyiapan larutan basa, penyiapan larutan penerima, penyiapan mix indicator, penambahan air pada hasil larutan sampel, penambahan larutan basa pada larutan sampel, pencampuran larutan penerima dengan mix indicator, pemeriksaan kondensor, dan pelaksanaan destilasi pada larutan sampel, atau b. Destilasi secara manual dalam rangka pemeriksaan kadar nitrogen bebas meliputi: penimbangan sampel, pencatatan data hasil penimbangan sampel, penyiapan larutan anti busa, penambahan air pada labu destruksi berisi sampel, penyiapan alat destilasi, penyiapan larutan basa, penyiapan larutan penerima, penyiapan mix indicator, penambahan larutan basa pada larutan sampel, pencampuran larutan penerima dengan mix indicator, pemeriksaan pelarut dekalin, penyiapan larutan netral detergent, perlakuan shaking culture, penyiapan larutaan asam asetat perlakuan ekstraksi, penyaringan sampel, pencucian sampel hasil larutan netral detegent, perlakuan ekstraksi, penyaringan sampel, pencucian sampel hasil ekstraksi

10

kondensor, pelaksanaan destilasi pada larutan sampel, dan penamabahan air pada hasil larutan sampel. 6. Membuat larutan titran dalam rangka pemeriksaan kadar protein kasar atau Nitrogen bebas. a. Pembuatan larutan titran dalam rangka pemeriksaan kadar protein kasar pemipetan larutan HCl pekat,

meliputi: penyiapan larutan HCl pekat,

penambahan aquades, dan pengudukan dengan stirrer, atau b. Pembuatan larutan titran dalam rangka pemeriksaan kadar Nitrogen bebas meliputi: penyiapan larutan HCl pekat, penambahan aquades, dan pengudukan dengan stirrer. 7. Melakukan titrasi Nitrogen bebas. a. Pelaksanaan titrasi dalam rangka pemeriksaan kadar protein kasar meliputi: penyiapan alat titrasi, penyiapan larutan titran dan pelaksanaan titrasi, atau b. Pelaksanaan titrasi titrasi. 8. Mencampur larutan sampel dan larutan standar mineral/urea dalam rangka pemeriksaan mineral/urea. a. Pencampuran larutan sampel dalam rangka pemeriksaan mineral meliputi: penyiapan larutan asam, penyiapan abu sampel, penyiapan glass ware, penyiapan kompor pemanas, pencampuran abu sampel dengan larutan asam, pemanasan larutan sampel, penyaringan larutan sampel, dan penambahan aquades pada larutan sampel. b. Pencampuran larutan standar dalam rangka pemeriksaan mineral dalam rangka pemeriksaan kadar Nitrogen bebas dalam rangka pemeriksaan kadar protein kasar atau

meliputi: penyiapan alat titrasi, penyiapan larutan titran dan pelaksanaan

meliputi: penimbangan bahan kimia, pemipetan larutan stok standar, penambahan asam pekat, penambahan aquades atau,

c. Pencampuran penyiapan alat

larutan sampel dalam rangka pemeriksaan timbangan, penimbangan sampel,

urea meliputi: data

pencatatan

penimbangan sampel, penyiapan alat glass ware, enyiapan larutan buffer, penyiapan larutan DMAB, penyiapan larutan Zinc acetat, penyiapan larutan potassium ferrosianida, pembuatan larutan sampel.

11

d. Pencampuran

larutan sampel dalam rangka pemeriksaan

urea

meliputi:

penimbangan bahan kimia, penyiapan larutan stok standar, pencampuran standar urea dengan aquades. 9. Melakukan ekstraksi dalam rangka pemeriksaan urea. Ekstraksi dalam rangka pemeriksaan urea meliputi: penyiapan alat shaker, penyiapan larutan sampel, pelaksanaan ekstraksi, dan penyaringan sampel. 10. Menyiapkan sampel kerja dan peralatan dalam rangka Pemeriksaan alfatoksin menggunakan Thin Layer Chromatoghraphi (TLC) atau Elisa Reader a. Penyiapan sampel kerja dengan TLC meliputi: Penimbangan sampel, pencatatan data penimbangan sampel, penyiapan regen, pencampuran sampel dengan regen, pengkocokan larutan sampel, pelaksanaan shaker pada sampel, Pelaksanaan sentrifuse, penyaringan larutan sampel. b. Penyiapan peralatan TLC meliputi: penyiapan plate TLC, penyiapan oven, pemanasan, pendinginan, serta pengkodean sampel dan standar pada plate TLC: atau c. Penyiapan sampel kerja dengan elisa reader meliputi: penyiapan timbangan, penimbangan sampel, pencatatan data-data penimbangan sampel, penyiapan reagen, penyiapan glassware, pencampuran sampel dengan reagen, pelaksanaan shaker pada sampel, pelaksanaan sentrifuse. d. Penyiapan peralatan elisa reader meliputi: pemeriksaan switch power supply, penyiapan kertas printer, pengesetan elisa reader. 11. Menyiapkan energy/NaCl a. Penyiapan sampel kerja dalam rangka pemeriksaan gross energy dengan alat bomb calorimeter meliputi: pembuatan pellet sampel, penyiapan timbangan, penimbangan sampel, pencatatan data penimbangan sampel, pengikatan sampel dengan kawat platina, penimbangan kawat platina. b. Penyiapan peralatan dalam rangka pemeriksaan gross energy meliputi: sampel kerja dan perlatan dalam rangka pemeriksaan Gross

pemeriksaan aliran listrik, pencucian bomb calorimeter, pemeriksaan bucket dan thermometer; atau c. Penyiapan sampel kerja dalam rangka pemeriksaan NaCl meliputi: penyiapan timbangan, penimbangan sampel, pencatatan data penimbangan sampel; d. Penyiapan peralatan dalam rangka pemeriksaan NaCl meliputi: penyiapan glass ware, tanur, timbangan, kompor pemanas.

12

12. Menganalisis gross energy dengan bomb kalorimeter Pelaksanaan analisis gross energy dengan bomb calorimeter meliptui: penambahan sedikit aquades pada bomb calorimeter, pengikatan kawat platina berisi sampel pada kedua tiang di dalam bomb calorimeter di atas wadah kecil, penambahan air secukupnya pada bucket, pengisian bomb calorimeter dengan gas oksigen, pemasangan arus listrik antara bucket dengan bomb calorimeter, penembakan arus listrik, pencatatan suhu thermometer sebelum dan sesudah penembakan arus listrik. 13. Mencampur larutan sampel (NaCl) dan melakukan titrasi dalam rangka pemeriksaan gross energi dan NaCl a. Pencampuran larutan sampel dalam rangka pemeriksaan NaCl meliputi: penyiapan regen dan larutan asam, pencampuran sampel dengan reagen penyaringan sampel; b. Pelaksanaan titrasi dalam rangka pemeriksaan NaCl meliputi: penyiapan larutan titran, penimbangan bahan kimia dan pelaksanaan titrasi; atau c. Pelaksanaan titrasi gross energi dalam rangka pemeriksaan gross energi meliputi : pencucian larutan sampel dari bomb calorimeter ke beaker glass, penyiapan larutan titran, penyiapan larutan indicator, pencampuran larutan sampel dengan indicator, dan pelaksanaan titrasi atau dalam rangka pemeriksaan NaCl meliputi: penyiapan larutan titran, penimbangan bahan kimia, dan pelaksanaan titrasi.

III.

Pengawas Mutu Pakan Pelaksana Lanjutan (III/a s.d III/b).

1. Menusun rencan kerja pengawasan dan pengujian bahan baku pakan/pakan a. Penyusunan rencana kerja pengujian bahan baku pakan, antara lain meliputi waktu, materi, lokasi dan objek pengujian bahan baku pakan; atau b. Penyusunan rencana kerja pengujian pakan, antara lain meliputi waktu, materi, lokasi dan objek pengujian pakan. 2. Memeriksa kondisi bahan baku pakan secara fisik kualitatif a. Pemeriksaan kondisi bahan baku pakan secara fisik kualitatif meliputi:

pemeriksaan benda asing, warna, tekstur, bau di produsen bahan baku; atau b. Pemeriksaan kondisi bahan baku pakan secara fisik kualitatif meliputi:

pemeriksaan benda asing, warna tekstur, bau di agen/distributor; atau c. Pemeriksaan kondisi bahan baku pakan secara fisik kualitatif meliputi:

pemeriksaan benda asing, warna, tekstur, bau di pengguna. 3. Mengambil sampel bahan baku pakan

13

a. Pengambilan sampel bahan baku pakan di produsen/importer bahanbaku pakan; b. Pengambilan sampel bahan baku pakan di agen/distributor; atau c. Pengambilan sampel bahan baku pakan di pengguna.

4. Memeriksa pakan secara fisik kualitatif a. Pemeriksaan kondisi pakan secara fisik kualitatif meliputi: pemeriksaan benda asing, warna, tekstur, bau di produsen; b. Pemeriksaan kondisi pakan secara fisik kualitatif meliputi: pemeriksaan benda asing, warna, tekstur, bau di agen/distributor; atau c. Pemeriksaan kondisi pakan secara fisik kualitatif meliputi: pemeriksaan benda asing, warna, tekstur, bau di pengguna. 5. Mengambil sampel pakan dalam rangka mengawasi hasil produksi pakan a. Pengambilan sampel pakan di produsen pakan; atau b. Pengambilan sampel pakan di agen/distributor; atau c. Pengambilan sampel pakan di pengguna. 6. Melakukan destilasi secara mekanik dalam rangka Pemeriksaan Kadar Protein Kasar atau Nitrogen Bebas a. Pelaksanaan destilasi secara mekanik dalam rangka pemeriksaan kadar protein kasar meliputi: penambahan air pada larutan sampel hasil destruksi, penyiapan larutan penerima, penyiapan larutan mix indikator, pencampuran larutan penerima dengan larutan mix indikator, penyiapan alat destilasi pengisian larutan basa pada larutan sampel secara automatis, pelaksanaan destilasi secara semi automatis, pencucian tabung destruksi, pengeluaran erlenmeyer larutan penerima; atau b. Pelaksanaan destilasi secara mekanik dalam rangka pemeriksaan Nitrogen bebas meliputi: penambahan air pada larutan sampel hasil destruksi, penyiapan larutan penerima, penyiapan larutan mix indikator, pencampuran larutan penerima dengan larutan mix indikator, penyiapan alat destilasi pengisian larutan basa pada larutan sampel secara automatis, pelaksanaan destilasi secara semi automatis, pencucian tabung destruksi, pengeluaran erlenmeyer larutan penerima; atau

14

7. Menganalisis data hasil pengujian protein kasar/nitrogen bebas a. Pelaksanaan analisis data hasil pengujian protein kasar meliputi pencatatan data hasil pengujian, pemeriksaan faktor sampel, perhitungan hasil pengujian, pemeriksaan prosentase perbedaan presisi hasil uji; atau b. Pelaksanaan analisis data hasil pengujian nitrogen bebas meliputi pencatatan data hasil pengujian, pemeriksaan faktor sampel, perhitungan hasil pengujian, pemeriksaan prosentase perbedaan presisi hasil uji; 8. Menyiapkan bahan pengujian dan alat spektrofotometer dalam rangka

Pemeriksaan Mineral/Urea a. Penyiapan bahan pengujian dalam rangka pemeriksaan mineral meliputi: penyiapan larutan sampel, penyiapan larutan basa, penyiapan larutan asam, penyiapan larutan indikator, penyiapan larutan standar, penyiapan reagen; dan penyiapan alat spektrofotometer meliputi: penyiapan cuvet, pemanasan alat spektrofotometer, pemeriksaan wavelength, pelaksanaan scanning wavelength, pelaksanaan kalibrasi, pengisian data sampel, pemeriksaan data standar; atau b. Penyiapan bahan pengujian dan alat spektrofotometer dalam rangka pemeriksaan urea meliputi: penyiapan larutan buffer, penyiapan dimethyl amino benzene (DMAB); dan penyiapan alat spektrofotometer meliputi; penyiapan cuvet, pemanasan data standar. 9. Menganalisis hasil pengujian mineral atau urea secara manual a. Pelaksanaan analisis hasil pengujian mineral secara manual meliputi: alat spektrofotometer, pemeriksaan wavelength, pelaksanaan scanning wavelength, pelaksanaan kalibrasi, pengisian data sampel, pemeriksaan

pencampuran larutan sampel dengan regen, penambahan aquades, pengendapan sampel, penyaringan, pelaksanaan titrasi, pencatatan data titrasi, dan perhitungan; atau b. Pelaksanaan analisis hasil pengujian Urea secara manual. 10. Melakukan pengabuan serta mencampur larutan sampel dan larutan standar dalam rangka pemeriksaan mineral atau logam berat menggunakan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (ASS) a. Pelaksanaan pengabuan meliputi: penyiapan alat kompor pemanas, tanur, penyiapan alat penunjang sampel, penimbangan sampel, pencatatan data penimbangan sampel, pembakaran sampel dengan kompor pemanas, pengabuan dengan tanur; pencampuran larutan sampel meliputi: penyiapan larutan asam, penyiapan abu sampel, penyiapan glass ware, penyiapan kompor pemanas, pencampuran abu sampel dengan larutan asam, pemanasan larutan sampel,

15

penyaringan larutan sampel, dan penambahan aquades pada larutan sampel; pembuatan larutan standar meliputi: pemipetan larutan stok standar, penammbahan asam pekat, penambahan aquades dalam rangka pemeriksaan mineral dan atau logam berat menggunakan ASS; atau b. Pelaksanaan destruksi meliputi: penyiapan alat destruksi; penyiapan lemari asam; penimbangan sampel; pencatatan data penimbangan sampel; penyiapan larutan asam pekat; perlakuan destruksi; pendinginan labu hasil destruksi; pencampuran larutan sampel meliputi: penyiapan larutan asam, penyiapan abu sampel, penyiapan glass ware, penyiapan kompor pemanas, pencampuran abu sampel dengan larutan asam, pemanasan larutan sampel, penyaringan larutan sampel, dan penambahan aquades pada larutan sampel; pembuatan larutan standar meliputi: pemipetan larutan stok standar , penambahan asam pekat, penambahan aquades dalam rangka pemeriksaan logam berat menggunakan ASS. 11. Menyiapkan alat pengujian dan alat ASS dalam rangka pemeriksaan mineral

atau logam berat menggunakan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (ASS) a. Penyiapan bahan pengujian meliputi: penyiapan larutan lanthanum, pengambilan larutan sampel, penambahan larutan lanthanum dan aquabides pada larutan sampel; dan penyiapan larutan ASS meliputi: pengaturan alat ASS dan pemasukan sata sampel, dalam rangka pemeriksaan mineral menggunakan ASS; atau b. Penyiapan bahan pengujian meliputi: penyiapan larutan asam, pengambilan larutan sampel, penambahan larutan asam dan aquabides pada larutan sampel; dan penyiapan alat ASS meliputi: pengaturan alat ASS, dan pemasukan data sampel, dalam rangka pemeriksaan logam berat menggunakan ASS. 12. Menganalisis hasil pengujian mineral atau logam berat secara manual a. Pelaksanan analisa hasil pengujian mineral secara manual meliputi: pencampuran larutan sampel dengan aquades, larutan indicator, larutan basa dan larutan asam, penyetaraan pH, penambahan aquades, penambahan reagen, pemanasan reagen, pemipetan reagen, pengendapan sampel, penyaringan, pencucian, penambahan aquades, penambahan asam pekat, pemanasan larutan sampel, pelaksanaan titrasi, pencatatan data titrasi, dan perhitungan pengujian mineral; atau b. Pelaksanaan analisa hasil pengujian logam berat secara manual meliputi: penyiapan larutan sampel dengan aquades, larutan indicator, larutan basa dan larutan asam, pembuatan reagen, pemipetan reagen pada larutan sampel, pengendapan sampel, pelaksanaan titrasi, pencatatan data titrasi, dan perhitungan pengujian logam berat. 13. Melakukan verifikasi metode pengujian mineral atau logam berat secara manual

16

a. Pelaksanaan verifikasi metode pengujian mineral meliputi pengujian mineral sebanyak 6-10 kali ulangan dengan sampel berupa bahan acuan standar dimulai dari atau b. Pelaksanan verifikasi metode pengujian logam berat meliputi pengujian logam berat sebanyak 6-10 kali ulangan dengan sampel berupa bahan acuan standar dimulai dari proses pengabuan/destruksi, pembuatan larutan sampel, pelaksanaan titrasi, perhitungan hasil pengujian dan pengolahan data hasil pengujian dengan statistic. 14. Menyiapkan sampel kerja dan peralatan dalam rangka pemeriksaan Feed Additive/Feed Supplement/ Aflatoksin menggunakan High Performance Liguid Chromatoghraphi (HPLC) a. Penyiapan sampel kerja meliputi: penyiapan alat timbangan, penyiapan glassware, penimbangan sampel, pencatatan data hasil penimbangan sampel dan penyiapan paralatan pengujian feed additive meliputi: pengaturan alat, pemasukan data sampel dan metode pada HPLC, penyiapan column, alat sentrifuse/evaporator/ oven; b. Penyiapan sampel kerja meliputi: penyiapan alat timbangan, penyiapan glassware, penimbangan sampel, pencatatan data hasil penimbangan sampel dan penyiapan paralatan pengujian feed Supplement meliputi: pengaturan alat, pemasukan data sampel dan metode pada HPLC, penyiapan column, alat sentrifuse/evaporator/ oven; c. Penyiapan sampel kerja meliputi: penyiapan alat timbangan, penyiapan glassware, penimbangan sampel, pencatatan data hasil penimbangan sampel dan penyiapan paralatan pengujian Aflatoksin meliputi: pengaturan alat, pemasukan data sampel dan metode pada HPLC, penyiapan column, alat sentrifuse/evaporator/ oven; proses pengabuan, pembuatan larutan sampel, pelaksanaan titrasi, perhitungan hasil pengujian dan pengolahan data hasil pengujian dengan statistic;

15. Mencampurkan sampel dengan larutan reagen/melakukan ektraksi aflatoksin atau pengenceran dalam rangka pemeriksaan Feed Additeve/Feed Supplement/ Aflatoksin menggunakan High Performance Liquid Chromatoghraphi (HPLC) a. Pencampuran sampel dengan larutan reagen dalam rangka pemeriksaan feed additive menggunakan HPLC meliputi: penyiapan larutan asam, penyiapan larutan buffer, penyiapan reagen, pelaksanaan hidrolisis/pelaksanaan derivatisasi, pelaksanaan pengenceran; b. Pencampuran sampel dengan larutan reagen dalam rangka pemeriksaan feed Supplement menggunakan HPLC meliputi: penyiapan larutan asam, penyiapan

17

larutan buffer, penyiapan reagen, pelaksanaan hidrolisis/pelaksanaan derivatisasi, pelaksanaan pengenceran; atau c. Pencampuran sampel dengan larutan reagen dalam rangka pemeriksaan aflatoksin menggunakan HPLC meliputi: penyiapan reagen, pelaksanaan pencampuran sampel dengan reagen, pelaksanaan ektraksi, pelaksanaan evaporasi, dan pelaksanaan pengenceran

16. Melakukan sentrifuse aflatoksin/feed additive/feed supplement dalam rangka pemeriksaan Feed additive/ Feed supplement/ Aflatoksin menggunakan High Performance Liquid Chromatoghraphi (HPLC) a. Pelaksanaan sentifuse aflatoksin meliputi penyiapan larutan sampel dan

pelaksanaan sentrifuse; b. Pelaksanaan sentrifuse feed additive meliputi penyiapan larutan sampel dan pelaksaan sentrifuse;atau c. Pelaksanaan sentrifuse feed supplement meliputi penyiapan larutan sampel dan pelaksanaan sentrifuse.

17. Mencampur larutan sampel dan larutan standar dalam rangka pemeriksaan aflatoksin menggunakan Thin Layer Chromatoghraphi (TLC) atau Elisa Reader a. Pencampuran larutan sampel meliputi: penyiapan reagen, hasil ektrak sampel, pelaksanaan pencampuran ekstrak sampel dengan reagen; dan pencampuran larutan standar meliputi: penyiapan reagen, penyiapan stok standar aflatoksin, pelaksanaan pencampuran larutan standar dengan reagen dalam rangka pemeriksaan aflatoksin menggunakan TLC;atau b. Pencampuran larutan sampel meliputi: penyiapan reagen, hasil ektrak sampel, pelaksanaan pencampuran ekstrak sampel dengan reagen; dan pencampuran larutan standar meliputi: penyiapan reagen, penyiapan stok standar aflatoksin, pelaksanaan pencampuran larutan standar dengan reagen dalam rangka pemeriksaan aflatoksin menggunakan Elisa Reader.

18. Melakukan evaporasi dalam rangka pemeriksaan aflatoksin menggunakan Thin Layer Chromatoghraphi (TLC)

18

Pelaksanaan evaporasi dalam rangka pemeriksaan aflatoksin menggunakan TLC meliputi: penyiapan alat evaporator, penyiapan kompresor, penyiapan glassware, penyiapan larutan sampel, pengaturan suhu dan kecepatan putar evaporator, dan pelaksanaan evaporasi. 19. Menganalisis hasil pengujian sampel dalam rangka pemeriksaan Gross energi/NaCl a. Pelaksanaan analisis hasil pengujian sampel dalam rangka pemeriksaan gross energi meliputi: pengumpulan data pembacaan pada alat bomb calorimeter dan pelaksanaan perhitungan kadar gross energi;atau b. Pelaksanaan analisis hasil pengujian sampel dalam rangka pemeriksaan NaCl meliputi pengumpulan data titrasi dan pelaksanaan perhitungan kadar NaCl 20. Melakukan penilaian kelayakan terhadap Larutan Reagen/Titran/Standar a. Pelaksanaan kelayakan terhadap larutan reagen meliputi: pemeriksaan,

penyimpanan, pemeriksaan tanggal pembuatan, dan pengamatan fisik; b. Pelaksanaan kelayakan terhadap larutan titran meliputi: penyiapan alat glassware, penyiapan alat timbangan, penyiapan alat oven, penimbangan bahan kimia, pencatatan hasil penimbangan bahan kimia, pemanasan bahan kimia, pembuatan reagen dan /atau penyiapan indikator, pelaksanaan standarisasi;atau c. Pelaksanaan kelayakan terhadap larutan standar meliputi: pemeriksaan

penyimpanan, pemeriksaan tanggal pembuatan, pengamatan fisik, pelaksanaan uji verifikasi larutan standar. 21. Melakukan penilaian kelayakan terhadap bahan kimia habis pakai yang digunakan dalam pengujian Pelaksanaan penilaian kelayakan terhadap bahan kimia habis pakai yang digunakan dalam pengujian meliputi: pembuatan cek list bahan kimia, pemeriksaan tanggal kadarluasa, pemeriksaan penyimpanan, pemeriksaan kemasan, dan pemeriksaan tutup segel. 22. + Melakukan pengambilan sampel tanah untuk pengujian di laboratorium. Pengambilan sampel tanah untuk di uji di laboratorium

IV. 1.

Pengawasan mutu pakan penyelia (III/c s.d III/d) Menyusun rancana kerja pengawasan dan pengujian bahan baku pakan /pakan a. Penyusunan rencana kerja pengawasan bahan baku pakan antara lain meliputi waktu, materi, lokasi dan objek pengawasan bahan baku pakan;

19

b. Penyusunan rencana kerja pengawasan pakan, antara lain meliputi waktu, materi, lokasi dan objek pengawasan bahan baku pakan; c. Penyusunan rencana kerja pengujian bahan baku pakan antara lain meliputi waktu, materi, lokasi dan objek pengawasan bahan baku pakan; atau d. Penyusunan rencana kerja pengujian pakan, antara lain meliputi waktu, materi, lokasi dan objek pengawasan bahan baku pakan; 2. Memeriksa ijin usaha a. Pemeriksaan ijin usaha meliputi: SIUPP dan/atau Tanda Daftar Perusahaan di produsen bahan baku pakan; b. Pemeriksaan ijin usaha meliputi: SIUPP dan/atau Tanda Daftar Perusahaan di agen/distributor bahan baku pakan; c. Pemeriksaan ijin usaha meliputi: SIUPP dan/atau Tanda Daftar Perusahaan di produsen pakan; atau d. Pemeriksaan ijin usaha meliputi: SIUPP dan/atau Tanda Daftar Perusahaan di agen/distributor pakan. 3. Memeriksa sarana laboratorium pengujian pakan a. Pemeriksaan peralatan pengujian proksimat meliputi: pendataan alat pengujian, pemeriksaan kelayakan alat, pemeriksaan instruksi kerja alat, prosedur pengujian, rekaman alat; b. Pemeriksaan peralatan laboratorium pengujian mineral meliputi: pendataan alat pengujian, pemeriksaan kelayakan alat, pemeriksaan instruksi kerja alat, prosedur pengujian, rekaman alat; c. Pemeriksaan peralatan laboratorium pengujian pengujian, rekaman alat; 4. Memeriksa bahan baku pakan secara kemik kualitatif Pemeriksaan bahan pakan secara kemik kualitatif dilakukan dengan cara pengujian quitk test meliputi: penyiapan reagen, pembuatan reagen, penyiapan cawan petri, penyiapan sampel, pelaksanaan uji kemik kualitatif, dan pengambilan kesimpulan. 5. Memeriksa kalayakan pakan hijauan yang diawetkan a. Pemeriksaan kelayakan pakan silase dengan uji organoleptik meliputi tekstur, bau, kekeringannya; residu meliputi: pendataan alat

pengujian, pemeriksaan kelayakan alat, pemeriksaan instruksi kerja alat, prosedur

20

b. Pemeriksaan kelayakan pakan hay dengan uji organoleptik meliputi tekstur, bau, dan kekeringannya. 6. Memeriksa sampel secara makroskopis atau mikroskopis a. Pemeriksaan bahan baku pakan/pakan secara makroskopis dengan pengujian organoleptik meliputi: penyiapan sampel, penyiapan alat, pelaksanaan uji bau, warna, tekstur, bendan asing;atau b. Pemeriksaan bahan baku pakan/pakan secara mikroskopis meliputi kegiatan: penyiapan sampel, penyiapan alat mikroskop, penyiapan cawan petri, penyiapan kaca preparat, penyiapan bahan kimia, pelaksanaan pengamatan dengan mikroskop, pembandingan dengan standar, pengambilan kesimpulan. 7. Melakukan verifikasi metode pengujian kadar protein/Nitrogen bebas a. Pelaksanaan verifikasi metode pengujian kadar protein meliputi pengujian protein kasar sebanyak 6-10 kali ulangan dengan sampel berupa bahan acuan standar dimulai dari proses destruksi, distilasi, dan pelaksanaan titrasi, perhitungan hasil pengujian dan pengolahan data hasil pengujian dengan statistic; atau b. Pelaksanaan verifikasi metode pengujian kadar nitrogen bebas meliputi pengujian protein kasar sebanyak 6-10 kali ulangan dengan sampel berupa bahan acuan standar dimulai dari proses destruksi, dan pelaksanaan titrasi, perhitungan hasil pengujian dan pengolahan data hasil pengujian dengan statistic; 8. Menganalisis hasil pengujian mineral atau Urea secara mekanik a. Pelaksanaan analisis hasil pengujian secara mekanik meliputi: penyiapan larutan sampel, laturan standar dan larutan blanko, penambahan reagen, penambahan aquades, pembacaan larutan blanko, larutan standar, dan larutan sampel, pencatatan data pembacaan, perhitungan rumus linearitas, perhitungan hasil pengujian;atau b. Pelaksanaan analisis hasil pengujian urea secara mekanik meliputi: penyiapan larutan sampel, laturan standar dan larutan blanko, penambahan reagen, penambahan aquades, pembacaan larutan blanko, larutan standar, dan larutan sampel, pencatatan data pembacaan, perhitungan rumus linearitas, perhitungan hasil pengujian 9. Melakukan verifikasi terhadap metode pengujian mineral atau Urea secara manual a. Pelaksanaan verifikasi metode pengujian mineral meliputi pengujian mineral sebanyak 6-10 kali ulangan dengan sampel berupa bahan acuan standar dimulai dari proses pengabuan, pembuatan larutan sampel, pelaksanaan titrasi,

21

perhitungan hasil pengujian dan pengolahan data hasil pengujian dengan statistic;atau b. Pelaksanaan verifikasi metode pengujian Urea meliputi pengujian urea sebanyak 6-10 kali ulangan dengan sampel berupa bahan acuan standar dimulai dari pembuatan larutan sampel, pelaksanaan ektraksi, pelaksanaan titrasi, perhitungan hasil pengujian dan pengolahan data hasil pengujian dengan statistic. 10. Menganalisis hasil pengujian mineral atau logam berat secara mekanik a. Pelaksanaan analisa hasil pengujian mineral secara mekanik meliputi: penyiapan larutan sampel, larutan standar dan larutan blanko, penambahan reagen, penambahan aquades, pembacaan larutan blanko, larutan standar, dan larutan sampel, pencatatan data pembacaan, perhitungan hasil pengujian; atau b. Pelaksanaan analisa hasil pengujian logam berat secara mekanik meliputi: penyiapan larutan sampel, larutan standar dan larutan blanko, penambahan reagen, penambahan aquades, pembacaan larutan blanko, larutan standar, dan larutan sampel, pencatatan data pembacaan, perhitungan hasil pengujian 11. Melakukan verifikasi metode pengujian mineral atau logam berat secara mekanik a. Pelaksanaan verifikasi metode pengujian mineral meliputi: pengujian mineral sebanyak 6-10 kali ulangan dengan sampel berupa bahan acuan standar dimulai dari proses pengabuan, pembuatan larutan sampel,larutan standar, dan larutan blanko, pembacaan larutan blanko, larutan standar dan larutan sampel, perhitungan hasil pengujian dan pengolahan data hasil pengujian dengan menggunakan statistic; atau b. Pelaksanaan verifikasi metode pengujian logam berat meliputi: pengujian mineral sebanyak 6-10 kali ulangan dengan sampel berupa bahan acuan standar dimulai dari pengabuan dan/atau pelaksanaan destruksi, pembuatan larutan sampel,larutan standar, dan larutan blanko, pembacaan larutan blanko, larutan standar dan larutan sampel, perhitungan hasil pengujian dan pengolahan data hasil pengujian dengan menggunakan statistic. 12. Menyiapkan larutan standar aflatoksin/feed additive/feed supplement/residu dalam rangka pemeriksaan Feed additive/ Feed supplement/ Aflatoksin menggunakan High Performance Liquid Chromatoghraphi (HPLC) a. Penyiapan larutan standar aflatoksin dalam rangka pemeriksaan aflatoksin

menggunakan HPLC meliputi: penyiapan standar, penyiapan bahan kimia, pembuatan larutan standar stok dengan mencampur larutan standar dan larutan kimia, pembuatan larutan standar seri dengan pemipetan sedikit larutan standar stok dicampur dengan larutan bahan kimia;

22

b. Penyiapan larutan standar Feed additive dalam rangka pemeriksaan Feed additive menggunakan HPLC meliputi: penyiapan standar, penyiapan bahan kimia, pembuatan larutan standar stok dengan mencampur larutan standar dan larutan kimia, pembuatan larutan standar seri dengan pemipetan sedikit larutan standar stok dicampur dengan larutan bahan kimia; c. Penyiapan larutan standar Feed Supplement dalam rangka pemeriksaan Feed Supplement menggunakan HPLC meliputi: penyiapan standar, penyiapan bahan kimia, pembuatan larutan standar stok dengan mencampur larutan standar dan larutan kimia, pembuatan larutan standar seri dengan pemipetan sedikit larutan standar stok dicampur dengan larutan bahan kimia; d. Penyiapan larutan standar residu dalam rangka pemeriksaan residu

menggunakan HPLC meliputi: penyiapan standar, penyiapan bahan kimia, pembuatan larutan standar stok dengan mencampur larutan standar dan larutan kimia, pembuatan larutan standar seri dengan pemipetan sedikit larutan standar stok dicampur dengan larutan bahan kimia; 13. Menyiapkan larutan fase gerak dalam rangka pemeriksaan Feed additive/ Feed supplement/ Aflatoksin menggunakan High Performance Liquid Chromatoghraphi (HPLC) a. Penyiapan larutan fase gerak dalam rangka pemeriksaan Feed additive menggunakan HPLC meliputi: penyiapan bahan kimia, pencampuran bahan kimia, penempatan larutan fase gerak, pemeriksaan larutan fase gerak dalam HPLC; b. Penyiapan larutan fase gerak dalam rangka pemeriksaan Feed supplement menggunakan HPLC meliputi: penyiapan bahan kimia, pencampuran bahan kimia, penempatan larutan fase gerak, pemeriksaan larutan fase gerak dalam HPLC; atau c. Penyiapan larutan fase gerak dalam rangka pemeriksaan Aflatoksin menggunakan HPLC meliputi: penyiapan bahan kimia, pencampuran bahan kimia, penempatan larutan fase gerak, pemeriksaan larutan fase gerak dalam HPLC; 14. Melakukan pengujian sampel dan pengolahan hasil uji aflatoksin feed additive/ feed supplement/ residu dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatographi (HPLC) a. Pengujian sampel dan pengolahan hasil uji aflatoksin dengan menggunakan HPLC meliputi: penyiapan larutan sampel dan larutan standar, penginjekan larutan standar dilakukan 2-3 kali sampai muncul puncak hingga didapatkan waktu retensi yang stabil, penginjekkan larutan sampel sampai muncul puncak terakhir, interpretasi chromatogram, pencatatan data uji, perhitungan hasil uji;

23

b. Pengujian sampel dan pengolahan hasil uji Feed additive dengan menggunakan HPLC meliputi: penyiapan larutan sampel dan larutan standar, penginjekan larutan standar dilakukan 2-3 kali sampai muncul puncak hingga didapatkan waktu retensi yang stabil, penginjekkan larutan sampel sampai muncul puncak terakhir, interpretasi chromatogram, pencatatan data uji, perhitungan hasil uji; atau c. Pengujian sampel dan pengolahan hasil uji Feed suplement dengan menggunakan HPLC meliputi: penyiapan larutan sampel dan larutan standar, penginjekan larutan standar dilakukan 2-3 kali sampai muncul puncak hingga didapatkan waktu retensi yang stabil, penginjekkan larutan sampel sampai muncul puncak terakhir, interpretasi chromatogram, pencatatan data uji, perhitungan hasil uji; 15. Melakukan spotting dan developing larutan sampel dan larutan standar dalam rangka pemeriksaan aflatoksin menggunakan Thin Layer Chromatographi (TLC). a. Pelaksanaan spotting larutan sampel dan larutan standar dalam rangka pemeriksaan aflatoksin menggunakan Thin Layer Chromatographi (TLC) meliputi: penyiapan larutan sampel dan larutan standar, pelaksanaan spotting larutan sampel, pelaksanaan spotting larutan standar mulai dari konsentradsi rendah sampai konsentrasi tinggi, b. Pelaksanaan developing larutan sampel dan larutan standar dalam rangka pemeriksaan aflatoksin menggunakan Thin Layer Chromatographi (TLC) meliputi: penyiapan bahan kimia, pencampuran bahan kimia, developing larutan sampel, dan larutan standar. 16. Merencanakan sampel yang akan dimusnahkan. Perencanaan sampel yang akan dimusnahkan meliputi: pemeriksaan, tanggal pembuatan laporan hasil pengujian, penentuan tanggal pemusnahan, pendataan kode dan jenis sampel baik sampel kerja maupun sampel arsip. 17. Merencanakan dan melaksanakan kalibrasi peralatan. Perencanaan dan melaksanakan kalibrasi peralatan.secara internal meliputi: pendataan alat, satus kalibrasi alat, penyiapan alat dan bahan kalibrasi, penetapan waktu pelaksanaan kalibrasi, perhitungan kalibrasi internal dengan statistic, hasil kalibrasi. 18. Melakukan pengujian dengan menggunakan wet ashing. pelaksanaan

LATIHAN

24

1. 2. 3.

Buatlah satu contoh dari form rencana kerja pengujian bahan baku pakan/pakan. Buatlah satu contoh dari form Berita Acara Penerimaan Sampel. Diskusikan jenis-jenis kegiatan dari salah satu jenjang jabatan fungsional Pengawas Mutu Pakan pada kelompok Terampil (Pelaksana Pemula, Pelaksana, Pelaksana Lanjutan atau Penyelia). Presentasikan secara berkelompok. Presentasikan salah satu jenis kegiatan dalam pengujian pakan dari salah satu jenjang jabatan fungsional Pengawas Mutu Pakan pada kelompok Terampil (Pelaksana Pemula, Pelaksana, Pelaksana Lanjutan atau Penyelia). Presentasikan secara berkelompok.

4.

PROSEDUR PENGUJIAN MUTU PAKAN Pakan yang telah memenuhi persyarata mutu, harus dinyatakan lulus uji oleh lembaga Penguji dan diberikan Sertifikat Mutu Pakan kepada pemohon dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kepala Dinas. I. ANALISIS PROKSIMAT

A. PENETAPAN KADAR AIR Kadar Air dalam bahan pakan dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain; 1. Metoda pengeringan (Thermogravimetri) 2. Metoda destilasi (Thermovolumetri) 3. Metoda khemis 4. Metoda fisis 5. Metoda khusus misalnya dengan Kromatografi; Nuclear Magnetic Resonance /NMR Penentuan Kadar Air Cara Pengeringan (Thermogravitimetri). Prinsipnya yaitu : menguapkan air yang ada dalam bahan pakan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan pakan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahan cara ini adalah: bahan lain di samping air, juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya: alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain lain. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain contoh; gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya. Bahan pakan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan. Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya.

25

Untuk bahan bahan yang mempunyai kadar gula tinggi pemanasan dengan suhu + 100O C dapat mengakibatkan terjadinya pengerakan pada permukaan bahan. Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan ternyata lebih bersifat higroskopis daripada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum penimbangan, bahan selalu ditempatkan dalam ruang tertutup yang kering misalnya dalam eksikator atau dessikator yang telah diberi zat penyerap air. Penyerap air/uap air ini dapat menggunakan kapur aktif; asam sulfat ; silika gel; alluminium oksida; kalium khlorida; kalium khidroksida; kalsium sulfat atau barium oksida. Silika gel yang digunakan sering diberi warna guna memudahkan apakah bahan tersebut sudah jenuh dengan air atau belum. Bila sudah jenuh akan berwarna merah muda dan bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru. Alat yang diperlukan: 1. Cawan Porselin.

2. Oven dengan temperature > 100o C.


3. Eksikator dan silika gel 4. Penjepit. 5. Timbangan analitis. Langkah Kerja :

1. Ambil cawan porselin, masukkan cawan ke dalam oven, kemudian dipanaskan


dengan temperature 105o C selama 1 jam. 2. Cawan diambil dengan menggunakan penjepit, kemudian dimasukkan ke dalam eksikator dan didinginkan selama 1 jam. 3. Cawan ditimbang dengan teliti (berat cawan A gram). 4. Timbang sampel dengan teliti sebanyak 3 5 gram, lalu dimasukkan ke dalam cawan (berat sampel sebelum dioven = B gram).

5. Dipanaskan di dalam oven selama 4 jam dengan temperatur 105o C.


6. Cawan diambil dari dalam oven, dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 1 jam. 7. Cawan dan pakan ditimbang dengan teliti. Penimbangan diulangi sebanyak 3 kali dengan interval waktu 1 jam, sampai beratnya tetap (berat cawan dan sampel setelah dioven = C gram). Perhitungan : Kadar Bahan Kering Keterangan : (BK) = --------------------B C A

x 100%

A = Berat cawan. B = Berat sampel sebelum dioven. C = Berat cawan ditambah berat sampel setelah dioven.

Untuk mengetahui berapa % kadar air dalam bahan pakan, maka perhitungannya adalah : Kadar Air = 100 % - % Kadar Bahan Kering.

26

B. PENETAPAN KADAR ABU (BAHAN ORGANIK) Alat yang diperlukan : 1. Aluminium disk (Al-disk).

2. Tanur dengan tempetatur 550 650o C.


3. Eksikator (silicagel). 4. Penjepit. 5. Timbangan analitis. Langkah Kerja :

1. Ambil Al-disk, dan masukkan ke dalam tanur 600o C selama 1 jam.


2. Ambil Al-disk dari dalam tanur dengan menggunakan penjepit, masukkan ke dalam eksikator selama 1 jam. Kemudian ditimbang dengan teliti (berat Al-disk = A gram). 3. Timbang sampel bahan pakan dengan teliti seberat 3 5 gram, lalu masukkan ke dalam Al-disk (berat sampel yang masih asli/sebelum menjadi abu = B gram).

4. Al-disk dengan sampel pakan yang telah ditimbang, dimasukkkan ke dalam tanur
dengan temperature 600o C selama 4 jam, sampai seluruh sampel berubah warna menjadi putih atau menjadi abu. Perlu diperhatikan bahwa : tidak boleh ada sampel pakan yang masih berwarna hitam. 5. Al-disk diambil dengan menggunakan penjepit, dan masukkan ke dalam eksikator untuk didinginkan selama 1 jam, kemudian ditimbang dengan teliti (Berat Al-disk dan sampel setelah menjadi abu = C gram). Perhitungan : Kadar abu = C - A ----------------------B

x 100%

Catatan : Jika sampel mengandung banyak protein atau lemak, tidak boleh langsung dimasukkan ke dalam tanur, tetapi harus terlebih dahulu dipanaskan diatas kompor (di dalam lemari asam) sampai tidak ada uap yang keluar agi pada saat dipanaskan.

C. PENETAPAN KADAR PROTEIN KASAR

Prinsip : Asam sulfat pekat dengan katalisator dapat memecah ikatan N organik dalam bahan makanan menjadi ammonium sulfat, kecuali ikatan N = N; NO; dan NO2. Ammonium sulfat dalam suasana basah akan melepaskan NH 3 yang kemudian disuling (destilasi). Hasil sulingan ditampung dalam beaker glass yang berisi H2SO4 0,1n yang telah diberi campuran. Setelah selesai destilasi, larutan penampung dititrasi dengan NaOH 0,1n sampai warna berubah.

27

Cara yang umum digunakan adalah cara Kjeldahl : a. Proses destruksi (oksidasi) Pengubahan N-protein menjadi ammonium sulfat. Sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat (H2SO4) dan katalisator dapat memecah semua ikatan N dalam bahan pakan menjadi (NH4) 2SO4 kecuali ikatan N = N, NO dan NO2 Amoniak dalam asam sulfat terdapat dalam bentuk ammonium sulfat. CO2 dan H2O terus menguap. SO2 yang terbentuk adalah hasil reduksi dari sebagian asam sulfat, SO 2 pun menguap.

N-organik + H2SO4

CO2 + H2O + (NH4)2SO4 + SO2

Dalam reaksi ini digunakan katalisator Selenium/Hg/Cu. Destruksi dihentikan setelah larutan berwarna hijau jernih.

b.

Proses distilasi (penyulingan) Setelah larutan menjadi jernih dan berwarna hijau labu destruksi didinginkan

kemudian dengan pengeceran 60 ml aquades larutan dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 300 ml. Pengenceran dilakukan untuk mengurangi kehebatan reaksi jika larutan ditambah alkali. Larutan dijadikan basah dengan menambahkan NaOH 40%, labu dipasang pada alat penyuling. Hasil sulingan (uap NH3 dan air) ditangkap oleh larutan H2SO4 yang terdapat dalam labu Erlenmeyer dan membentuk senyawa (NH4)2SO4. Senyawa ini dalam suasana basah akan melepaskan NH3. NH3 yang dilepaskan, diikat kembali oleh H2SO4 membentuk ammonium sulfat. Penyulingan dihentikan jika semua N sudah tertangkap oleh asam sulfat dalam labu Erlenmeyer (2/3 bagian cairan dalam labu penyuling telah menguap).

2 NH3 + 2 H2SO4

(NH4)2SO4 + H2SO4

c.

Proses titrasi Kelebihan H2SO4 yang digunakan untuk menangkap N dititrasi dengan natriun

hidroksida. Titrasi dihentikan jika larutan berubah ungu ke biru kehijauan.

28

Alat-alat : Timbangan analitis Labu didih kjeldahl (50 ml) Gelas ukur 5 ml atau dispenser Erlenmeyer (300 ml) Beaker gelas (300 ml) Alat untuk destilasi Pipet volume 25 ml atau dispenser Buret 50 ml

Bahan kimia

H2SO4 pekat (95-97%) Katalisator (seleniumgemisch, buatan merck). Aquades NaOH 40% H2SO4 0,1N Indikator (2 gram methyl red + methyl blue per liter etanol 96%) NaOH 0,1N Batu didih

Cara kerja

1. DESTRUKSI Timbang kertas minyak, misal berat A gram. Ambil sampel kira-kira 0,3 gram untuk bahan yang mengandung protein rendah atau 0,2 gram untuk bahan yang mengandung protein tinggi, tuangkan dalam kertas minyak dan timbang kembali, missal beratnya B gram. Masukkan sampel (tidak dengan kertas minyak) ke dalam labu kjeldahl.

29

Tambahkan 1,4 gram kalisator dan batu didih. Kemudian tambahkan 5 ml H2SO4 pekat (di dalam lemari asam) dengan menggunakan dispenser.

Didestruksi sampai warna menjadi hijau. Biarkan menjadi dingin. Tambahkan 60 ml aquades (dibagi 4 kali) kocok dan masukkan larutan ke dalam Erlenmeyer 300ml.

2. DESTILASI Ambil beaker glas 300 ml, isi dengan H2SO4 0,1N sebanyak 25 ml dengan menggunakan dispenser. Tambahkan 3 tetes indikator mix, warna menjadi ungu. Kemudian letakan beaker glas dibawah ujung alat destilasi (ujung alat destilasi harus masuk ke dalam cairan penampung, agar tidak ada NH3 yang hilang). Untuk destilasi, tambahkan 20 ml NaOH 40% dalam Erlenmeyer hasil destruksi, kemudian dengan cepat (agar tidak ada NH3 yang hilang) pasang dalam alat destilasi. Selama destilasi warna tetap ungu. Destilasi selesai kalau larutan di dalam Erlenmeyer 300 ml mulai mendidih tidak lancar lagi. 3. TITRASI Beaker glas yang berisi hasil sulingan dititrasi dengan NaOH 0,1N sampai warna berubah menjadi hijau jernih. Missal jumlah NaOH untuk titrasi C ml. Buat blanko, caranya sama tetapi tidak memakai sampel (misal untuk titrasi perlu D ml NaOH 0,1N).

Perhitungan

Kadar Protein Kasar

Keterangan : A = berat kertas minyak B = berat kertas minyak plus sampel C = jumlah NaOH untuk titrasi sampel

30

D = jumlah NaOH untuk titrasi blanko

D. PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR

Prinsip : Eter dipanaskan terus menerus kemudian didinginkan secara kondensasi akan mengekstrak semua bahan-bahan yang larut dalam eter. Bahan ekstrasi dikumpulkan dalam suatu tabung. Jika proses sudah selesai (4 jam) eter dikumpulkan di tempat lain dan sisa lemak kasar dikeringkan dalam oven, setelah dingin ditimbang. Lemak adalah sekelompok zat-zat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter, kloroform, dan benzene. Yang termasuk dalam golongan lipida adalah lemak, fosfatida, seterol, dll. Lemak merupakan bagian yang terpenting dari golongan zat-zat tersebut. Lemak mengandung C, H, dan O. dalam perbandinganya lemak lebih banyak mengandung C dan H daripada O, misalnya C57H110O6. Lemak memberikan 2,25 kali energi lebih banyak dari pada karbohidrat jika mengalami metabolisme karena lemak mengandung unsur H lebih banyak dari pada unsur O. Alat-alat : Alat ekstraksi Goldfish Beaker glas khusus untuk lemak Alat porselin atau selongsong S Gelas ukur Oven vacum 80oC Timbangan analitis Eksikator Penjepit

Bahan kimia : Cara kerja : Masukkan beaker glas yang sudah diberi 2-3 buah batu didih ke dalam oven dengan suhu 105oC selama 1 jam. Ambil beaker glas dan masukkan dalam eksikator selama 1 jam. Pekerjaan ini biasanya sudah dilakukan oleh laboran. n hexan batu didih

31

Timbang kertas saring bebas abu, misal A gram. Ambil sampel kira-kira 35 gram taruh di atas kertas saring dan timbang kembali, misa beratnya B gram. Bungkus sampel dengan menggunakan kertas saring tersebut, kemudian masukkan sampel ke dalam alat porselin atau selongsong S.

Ambil beaker glas khusus untuk analisis lemak dari eksikator dan ditimbang, misal bertanya C gram. Isi beaker glas dengan 50 ml n-hexan dengan menggunakan gelas ukur.

Kemudian beaker glas dan alat porselin (atau selongsong S) dipasang ke alat ekstraksi Goldfish, dan di ekstraksi selama 4 Jam.

Ambil alat porselin atau selongsong S dengan sampel dan ganti dengan labu khusus untuk mengumpulkan hexan lagi, sampai hexan dalam beaker glas tinggal sedikit saja.

Beaker glas yang telah berisi lemak dimasukkan ke dalam oven vacuum 80oC. lalu dihisap udara dari oven. Beaker glas di oven selama 1,5 jam.

Beaker glas dimasukkan ke dalam eksikator selama 1 jam, dan ditimbang dengan teliti, misal beratnya D gram.

Perhitungan Kadar lemak =

E. PENETAPAN KADAR SERAT KASAR

Prinsip : Serat kasar adalah suatu indikator dari daya cerna dan bulkiness dari suatu bahan. Serat kasar merupakan senyawa yang tidak larut jika direbus berturut-turut dalam larutan H2SO4 0,3n selama 30 menit dan NaOH 1,5n selama 25 menit. Tujuan penambahan H2SO4 untuk menguraikan senyawa N dalam pakan, penambahan NaOH untuk menguraikan/penyabunan senyawa lemak dalam pakan sehingga mudah larut. Sisa bahan pakan yang tidak tercerna setelah proses perebusan kemudian ditimbang dan diabukan. Perbedaan berat residu pertama dan berat residu setelah diabukan menunjukkan jumlah serat yang terdapat dalam suatu bahan pakan.

32

Fraksi serat kasar terdiri dari selulosa, hemi selulosa dan lignin. Pada ternak ruminansia dan herbivora non ruminansia selulosa dapat dicerna melalui degradasi microbial. Mendekati 95% dari serat kasar adalah selulosa. pakan yang dapat dicerna. Alat-alat : Timbangan analitis Beaker glas untuk serat kasar Alat untuk mendidihkan Cawan filtrasi (crucible) serta alat filtrasinya Oven 140oC Tanur 550 600oC Sistem ini dikembangkan oleh Van Soest untuk mengevaluasi fraksi-fraksi dari suatu bahan

Bahan kimia : H2SO4 0,3n NaOH 1,5n HCl EDTA Aceton Aquadest panas. Pasir bersih dan batu didih. 0,3n

Cara kerja : - Timbang kertas minyak, misal kertas A gram. Ambil sampel kira-kira 1 gram taruh di atas kertas minyak dan timbang kembali, misal beratnya B gram. Tuangkan sampel (kertas minyak tidak diikutkan) dalam beaker glas khusus untuk analisa serat kasar dan tambahkan H2SO4 0,3n sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas ukur, didihkan selama 30 menit. - Selanjutnya dengan cepat ditambahkan 25 ml NaOH 1,5n dan didihkan lagi selama 25 menit tepat. - Dengan cepat pula ditambahkan 0,5 gram EDTA kemudian didihkan lagi selama 5 menit tepat. - Matikan tombol pemanas. Ambil beaker glas.

33

- Saring dengan cawan filtrasi yang sebelumnya sudah diisi dengan pasir. - Bersihkan beaker glas dengan aquadest panas sesedikit mungkin sampai semua larutan masuk ke cawan filtrasi. - Lalu tambahkan 50 ml HCl 0,3n diamkan 1 menit lalu dihisap dengan pompa vacuum. - Ditambahkan dengan 10 ml aquadest panas (sampai 5 kali). - Kemudian ditambahkan 10 ml aceton dan dihisap dengan pompa vacuum - Kemudian ditambahkan lagi 40 ml aceton, diamkan 1 menit lalu dihisap sampai kering. - Selanjutnya di oven pada temperatur 140oC selama 1,5 jam, kemudian masukkan ke dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang dengan teliti (beratnya C gram). - Setelah itu masukkan ke dalam tanur 550 600 oC selama 2 jam, keluarkan dengan tang penjepit dan masukkan kembali ke dalam eksikator, diamkan selama 1 jam dan timbanglah dengan teliti (beratnya D gram).

Perhitungan :

Kadar Serat Kasar

II.

PENETAPAN KANDUNGAN ENERGI BRUTO

Energi suatu bahan dapat diketahui dengan membakar seluruh bahan tersebut dalam bom calorimeter, panas yang dihasilkan dari proses oksidasi disebut gross energy. Bahan yang akan diuji ditimbang dalam bentuk kapsul (pellet) kemudian diletakan dalam bon yang berisi 25 - 30 atm oksigen. Bom yang dilindungi oleh air sebanyak 2000 gram selubung adiabatik. Setelah bom dan calorimeter diatur pada posisi yang tepat dan temperature konstan, bahan yang akan diuji dibakar melalui kawat pembakar yang dialiri listrik. Kenaikan temparatur diukur dalam keadaan adiabatik (suatu keadaan dimana tidak ada panas yang keluar dan tidak ada panas yang masuk). Dari perubahan suhu tersebut dapat diketahui kandungan gross energy suatu bahan. Bom calorimeter dapat digunakan untuk mengukur gross energy dari bahan pakan, hasil sisa bahan pakan (faeses, urine, dsb) dan jaringan.

34

Satu kalori adalah sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur 1oC dari 1 g air, tepatnya dari 14,5 ke 15,5oC. Dari kenyataan ini kita dapat memikirkan bagaimana cara bekerja sebuah bom calorimeter. Kawat beraliran listrik ditempatkan (disentuhkan) pada contoh bahan pakan yang akan dianalisah, dengan dialiri listrik kawat akan membakar contoh bahan. Air dituangkan disekitar bon dan ditambahkan 25-30 atm oksigen. Panas yang dihasilkan dari pembakaran akan memanaskan air dan kenaikan panas ini akan dicatat oleh thermometer. Pembakaran yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh : 1. Penambahan gas ke dalam bon terlalu cepat menyebabkan partikel-partikel bahan terhambur keluar cawan. 2. Proses pemadatan bahan yang tidak sempurna. 3. Contoh bahan mengandung partikel-partikel yang sulit terbakar. 4. Kawat patah sebelum pembakaran berlangsung karena arus listik terlalu rendah/terlalu tinggi. 5. Penempatan kawat tidak menyentuh contoh bahan yang dibakar. 6. Penggunaan oksigen yang tidak cukup untuk pembakaran

Alat-alat : Pelleting mechine Perangkat bon calorimeter Timbangan analitis

Cara kerja : Sampel dibuat pellet dengan berat kira-kira antara 1 - 1,5 gram. Misal

beratnya A gram Timbang kawat (7 - 10 cm) misal beratnya B gram. Letakkan sampel pada crucible. Kawat dipasang pada bomb. Hubungkan sampel dengan kawat dengan

menggunakan benang. Timbang air sebanyak 2000 gram masukkkan pada bucket. Isi bomb dengan 1 ml methyl red Sampel dimasukkan ke dalam bomb dan ditutup rapat.

35

Isi bomb dengan 5 atm O2 kemudian keluarkan dan selanjutnya diisi lagi

dengan 25 - 30 atm O2. Sekrup pada bomb dikencangkan. Masukkan bomb ke dalam bucket. Masukkan bucket ke dalam jaket dan ditutup. Periksalah pengaduk dan thermometer. Hubungkan dengan arus listrik. Tunggu sampai suhu menjadi konstan, dan catat (T1). Catat suhu akhir setelah 7 - 10 menit (T2) Matikan aliran listrik. Buka tutup jaket dan keluarkan bomb. Keluarkan oksigen dari dalam bomb, (minimal 1 menit) Cuci bagian bomb sebelah dalam crucible dan tempat melekatnya kawat,

dengan aquadest sehingga mencapai volume kira-kira 50 ml. Tuangkan aquadest tersebut, pada beaker glas dan tambahkan 2 - 3 tetes indikator. Titrasi dengan NaOH 0,1N. Timbang sisa kawat (C gram).

Perhitungan : (GE dalam satuan kal/gr)

GE =

III. PETUNJUK PRAKTIKUM DI LABORATORIUM 1. Sebelum mengerjakan praktikum, hendaknya terlebih dahulu mempelajari materi praktikum. 2. 3. Dilarang memulai praktikum sebelum mendapat arahan dari asisten yang bertugas. Pahami langkah demi langkah pada setiap acara, alat dan kemikalia dapat diminta pada petugas/asisten laboratorium. 4. Semua praktikum diwajibkan memakai jas praktikum.

36

5. 6.

Setiap kali selesai menimbang sampel atau kemikalia, timbangan harus dibersihkan. Berhati-hatilah dalam menuangkan reagen dari botol. Tuanglah dengan etiket botol ada disebelah atas dan jangan sampai tetesan tertinggal pada botol.

7.

Bila memanaskan sesuatu mulailah dengan api kecil kemudian berangsur-angsur dibesarkan. Jangan sekali-kali mulai dengan api besar.

8.

Jika mencampur H2SO4 pekat dengan air, maka H2SO4 lah yang dituangkan kedalam air dan bukan sebaliknya. Karena H2SO4 bersifat menarik air.

9. 10.

Jangan mencampur asam pekat dan basa pekat (reaksi akan hebat berbahaya). Cawan, piala dan alat-alat lain dari gelas yang masih panas jangan langsung dimasukkan kedalam air, atau diletakkan di atas meja yang dicat tetapi letakkanlah pada kayu yang tidak dicat yang tersedia.

11. 12.

Selesai menjalankan praktikum semua alat harus dibersihkan. Alat-alat yang dipecahkan/dirusakkan menjadi tanggung jawab praktikan untuk memperbaiki atau mengganti.

13. 14.

Setiap kali menjalankan praktikum HARUS mengisi daftar hadir. Ketentuan-ketentuan : a. Alkohol 95% adalah ethyl alcohol. X% alkohol dapat dibuat dengan mencampur X ml alkohol 95% sampai 95 ml dengan aquadest. b. Indikator : Phenolphtalin Methyl orange Methyl red : 1% dalam alcohol : 0,1% dalam aquadest : 0,1 dalam alkohol

Kegiatan Pengujian Mutu Pakan meliputi :

A. Persiapan Pengujian Mutu Pakan. 1. Menyusun rencana kerja pengujian bahan baku pakan/pakan. 2. Menyiapkan peralatan sampling sesuai metode yang ditentukan. 3. Penerimaan sampel, persiapan sampel; penanganan sampel, homogenisasi sampel. 4. Pemeriksaan Mikroskopis dan makroskopis.

37

B. Pelaksanaan Pengujian Mutu Pakan. 5. 6. 7. 8. 9. Analisis serat/ADF/NDF. Analisis Proksimat. Pengujian mineral/urea dengan Spektrofotometer. Pengujian mineral/logam berat dengan Atomic Absorbtion Spektrofotometer (AAS) Pengujian aflatoksin/feed additive/feed suplement/residu dengan High Performance Liquid Chromatographi (HPLC). 10. Pengujian aflatoksin dengan TLC/Elisa reader. 11. Pemeriksaan gross energy dengan bomb calorimeter. 12. Pemusnahan sampel. 13. Penilaian kelayakan terhadap larutan reagen, bahan kimia habis pakai, data hasil pengujian/analisis pakan dan peralatan laboratorium. 14. Mengevaluasi pengujian arbitrase/uji banding. 15. Mengestimasi ketidakpastian pengukuran dalam pengujian. 16. Merencanakan dan melaksanakan kalibrasi peralatan.

Batasan Kegiatan Terampil meliputi : 1. Menerima/menangani/menyiapkan/menginventarisasi/memeriksa sampel pakan, bahan kimia dan peralatan. 2. Membuat/mencampur larutan. 3. Melakukan: ekstraksi, destruksi, titrasi, pengabuan, sentrifuse, evaporasi, pemusnahan sampel. 4. Mendokumentasikan: berita acara, data, foto.

Batasan Kegiatan Ahli dan Alih Kelompok meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Melakukan verifikasi. Melakukan validasi. Melakukan pengujian. Menganalisis hasil pengujian. Melakukan penilaian kelayakan data, hasil analisis dan peralatan. Mengestimasi bahan dan data. Merencanakan dan menyusun dan mengevaluasi program dan rencana kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Kerja Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT) tahun 2010. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Bekasi Jawa Barat. Kepmentan. 240/Kpts/OT. 210/4/2003. Tentang Pedoman Cara Pembuatan Pakan yang Baik (CPPB). Kepmentan. Kep/31/M.PAN/ 2004. Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Pakan. Permentan 19/Permentan/OT.140/4/2009. Tentang, Syarat dan Cara Pendaftaran Pakan. 8 April 2009.

38

Permentan. 65/ permentan/ OT. 140/9/2007. Tentang Pedoman Pengawasan Mutu Pakan. 28 september 2007. Permentan. 111/kpts/OT.140/3/2005. Tentang : Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Pakan dan Angka Kreditnya. 31 Maret 2005. SNI. Standar Nasional Indonesia. 19-0428-1998 tentang Petunjuk Pengambilan Contoh Padatan. SNI.Standar Nasional Indonesia. 190429-1989 tentang Petunjuk Pengambilan Contoh Semi Padat dan Cair. Sudarmadji, S., B Haryono dan Suhardi. 1989. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. PAU Pangan dan Gisi . UGM. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

39

You might also like