You are on page 1of 18

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari tiga fase yakni bahan-bahan padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir menempati 50% volume tanah sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan sebagian lainnya bahan organik. Yang terakhir ini dijumpai dalam jumlah yang besar pada tanah organik. Sisa volume selebihnya merupakan ruang pori yang ditempati sebagian oleh fase cair dan gas yang perbandingannya selalu bervariasi menurut musim dan pengolahan tanah. Dengan demikian, perbandingan keempat komponen utama tanah partikel-partikel anorganik, bahan organik, air, dan udara sangat bervariasi menurut jenis tanah lokasi dan ke dalaman. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif berat dari pasir, debu dan liat atau kelompok partikel ukuran lebih kecil dari kerikil. Kelas tekstur tanah perlu diketahui karena mempunyai hubungan erat dengan kemampuan tanah menyimpan, memengang air, aerasi, permeabilitas, dan kapasitas tukar kation. Data tekstur tanah juga sangat diperlukan untuk evoluasi tata air tanah, konduktivitas dan kekuatan tanah. Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam sebaran besar butir (particle size distribution) yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih besar / kasar dari pasir. Berdasarkan uraian di atas maka perlu suatu pengamatan untuk mendapat pengetahuan tentang tekstur tanah, dimana tekstur adalah ciri tanah

yang paling permanen dan paling penting untuk diketahui karena sangat berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman yang sangat cocok tumbuh. 1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) adalah untuk menentukan dan mengidentifikasi kelas tekstur pada tiap-tiap lapisan serta mengetahui perbandingan relatif persentase antara fraksi pasir, liat, dan debu. Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk pengolahan tanah lebih lanjut dan penentuan varietas tanaman apa saja yang dapat ditanam pada daerah (tanah) tersebut. Dan selain itu untuk menambah pengetahuan tentang kelas tekstur tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekstur Tanah Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Foth, 1994). Tekstur tanah menunjukkkan kasar dan halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butirbutir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkkan kedalam 12 kelas tekstur dibedakan berdasarkan presentase kandungan pasir, debu dan liat (Hardjowigeno, 2003). Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (nisbi) dari pasir, debu, dan liat. Nama tekstur melukiskan penyebaran butiran secara plastisida, keteguhan, penyediaan hara dan produktivitas suatu wilayah geografis. Di dunia dikenal dua sistem penggolongan ukuran fraksi berdasarkan USDA (United Department Of Agriculture) dan ISSS (International Sociaty of Soil Scince) (Pairunan, dkk, 1985). Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus. Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur. Kelas kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung. Kelas agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung berpasir halus. Telah diketahui bahwa pasir dan debu terutama berasal dari pecahnya butir-butir mineral tanah yang ukurannya berbeda-beda dari satu jenis tanah dengan jenis tanah yang lain. Luas

permukaan debu jauh lebih besar dari luas permukaan pasir per gram. Tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akar lebih besar daripada pasir (Foth, 1994). 2.2 Karakteristik Tekstur Tanah Tanah-tanah yang bertekstur pasir, yaitu butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satua berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara dan tanah-tanah bertekstur liat, yaitu lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi, sedangkan tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003). Di dalam tanah ditemukan butir-butir primer tanah berbagai ukuran yang dapat dikelompokkan sebagai fraksi tanah halus (fine earth fraction) dan fragmen batuan (rock fragment). Fraksi tanah halus adalah fraksi tanah berukuran < 2 mm yang terdiri dari pasir (50 - 2 mm), debu (2 - 50 ), dan liat (< 2 ) (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002). Fragment batuan adalah fraksi tanah berukuran 2 mm hingga ukuran horisontalnya lebih kecil dari sebuah pedon (kerikil, kerakal, dan batu-batu kecil). Kecuali itu, sering ditemukan juga fragmen batuan semu (para rock fragment) yang berukuran sama dengan batuan, tetapi dapat hancur menjadi > 2 mm pada persiapan tanah untuk analisa, sehingga dianggap sebagai fraksi tanah halus (Hardjowigeno, 2003). Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan

air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003). Telah diketahui bahwa pasir dan debu terutama berasal dari pecahnya butir-butir mineral tanah yang ukurannya berbeda-beda dari satu jenis tanah dengan jenis tanah yang lain. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari luas permukaan pasir per gram. Tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsurunsur hara untuk diserap akar lebih besar daripada pasir.TAMBAH LITERATUR Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung (powder) dan kurang melekat. Tanah-tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi liat. Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan pasir dan debu (Hakim, dkk. 1986). 2.3 Hubungan Tekstur Dengan Pertumbuhan Tanaman Tanah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan lebih subur daripada tanah gundul atau ada tumbuh-tumbuhannya, karena didalamnya terkandung lapisan bunga tanah yang tidak terkena erosi. Akan tetap, bila hutan-hutan ditebang tanpa batas, apalagi di daerah yang miring, maka erosi oleh air maupun angin dapat dengan mudah terjadi di tanah bekas injakan-injakan binatang. Ciri-ciri tanah subur antara lain: tekstur dan struktur tanahnya baik, yaitu butir-butir tanahnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil; banyak mengandung garam yang berguna untuk makanan tumbuh-tumbuhan; dan banyak mengandung air untuk melarutkan garam-garaman (Rahmah, 2009).

Tekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas, kekerasan, kemudahan oleh, kesuburan, dan produktivitas tanah pada daerahdaerah geografis tertentu. Akan tetapi berhubung dengan adanya variasi yang terdapat dalam sistem mineralogi fraksi tanah, maka belum ada ketentuanketentuan umum yang berlaku untuk semua jenis tanah di permukaan bumi (Hakim dkk, 1986). Banyak hubungan yang berguna antara hasil tanaman dan tekstur tanah yang ada dipermukaan bumi. Misalkan tanaman jagung dan oak banyak diproduksi pada tanah yang bersifat lempung. Kentang dan pinus yang baik tumbuh pada tekstur tanah lempung berpasir. Hal ini menunjukkan bahwa kesuburan suatu tanaman dipengaruhi oleh tekstur tanah tersebut (Foth, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi kelas tekstur tanah adalah kemampuan tanah memegang dan menyimpan air, aerasi, serta permeabilitas, kesuburan tanah, komposisi mineral dan batuan/bahan induk. Kemampuan tanah

memegang dan menyimpan air dimadsudkan partikel pasir berbentuk bulat tak teratur dan jika tidak diliputi oleh liat ataupun debu maka keadaannya akan mudah dipencarkan, kapasitas mengikat airnya rendah, ruang-ruang antara partikel dapat dikatakan longgar sehingga kemampuannya dalam meneruskan air adalah demikian cepat (Buckman & Brady, 1974). Aerasi dimadsudkan keluar masuknya udara dari dan ke dalam tanah. Jika suatu lahan terjadi aerasi maka terjadi penghambatan terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman. Sehingga lahan tersebut tergolong lahan dengan tekstur tanah yang kurang baik. Yang jika ditanami tanaman akan menghambat akar dan pertumbuhan tanaman (Baver, 1951).

Tanah subur, sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah tersebut. tekstur tanah dengan tekstur yang kasar atau mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung bias dikatakan memiliki tanah yang subur.laju infiltrasi air hujan dan perlokasinya dalam tanah dipengaruhi oleh jenis tanaman yang tumbuh di atasnya (Buckman & Brady, 1974).

III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Analisis Tekstur TANAH dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Pada Hari Senin, 9 April 2012, pukul 13.00 selesai. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (tekstur) adalah timbangan, erlenmeyer, cawan petridish, sprayer, corong, saringan, mesin pengocok (mixer), pengaduk, silinder sedimentasi, hydrometer,

termometer, karet gelang, gelas tekstur, kantung plastik, dan oven. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel tanah kering, larutan Calgon 0.05%, aquadest, tissu rol, dan kertas label. 3.3 Prosedur Kerja 1. Menimbang 20 gram tanah kering udara, butir-butir tanah ini berukuran kurang dari 2 mm 2. Memasukkan tanah tersebut ke dalam erlenmeyer atau botol tekstur dan menambahkan 10 ml larutan Calgon 0,05% dan aquadest secukupnya 3. Menutup dengan plastik, kemudian mengocok dengan mesin pengocok selama 1-2 jam 4. Menuangkan secara kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 500 ml yang diatasnya dipasangi saringan dengan diameter lubang sebesar 0,05 mm dan membersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot

5. Menyemprot dengan sprayer sambil mengaduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada saringan sehingga semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah jernih) 6. Memindahkan pasir yang tertinggal ke dalam cawan dengan pertolongan botol semprot kemudian memasukkan ke dalam oven bersuhu 1050C selama 2 x 24 jam, selanjutnya memasukkannya ke dalam desikator dan menimbangnya hingga berat pasir diketahui 7. Mencukupkan larutan suspensi dalam silinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 500 ml 8. Mengangkat silinder sedimentasi, menyumbat baik-baik dengan karet lalu mengocok dengan membolak-balik tegak lurus 1800C sebanyak 20 kali, atau dapat juga memasukkan pengocok ke dalam silinder sedimentasi lalu mengaduk naik turun selama 1 menit 9. Menuangkan dengan cepat kira-kira 3 tetes amyl alkohol ke permukaan suspensi untuk menghilangkan gangguan buih yang mungkin timbul 10. Memasukkan hidrometer ke dalam suspensi dengan hati-hati setelah 15 detik agar suspensi tidak banyak terganggu 11. Setelah 40 detik, membaca dan mencatat pembacaan hidrometer pertama (H1) dan suhu suspensi (t1) 12. Mengeluarkan hidrometer dari suspensi dengan hati-hati 13. Setelah menjelang 8 jam, memasukkan hidrometer dan mencatat pembacaan hidrometer kedua (H2) dan suhu suspensi (t2) 14. Menghitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan : Berat debu dan liat = [ ] - 0,5 .....................(a)

Berat liat

=[

]........................(b)

Berat debu

= Berat (debu + liat) Berat liat ................(a+b)

15. Menghitung persentase pasir, debu, dan liat dengan persamaan :

% Pasir =

C x 100 % ac
( a b) x 100 % ac

% Debu =

% Liat

b x 100 % ac

16. Masukkan nilai yang didapat ke dalam segitiga tekstur

1 4 2 6 5 8 9 7 12 11

10

Keterangan: 1. Liat 2. Liat Berpasir 3. Lempung Berliat 4. Liat Berdebu 5. Lempung Liat Berpasir 6. Lempung Liat Berdebu 7. Lempung Berpasir 8. Lempung 9. Lempung berdebu 10. Debu 11. Pasir 12. Pasir berlempung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Berdasarkan data pengukuran dan analisis perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: Lapisan lap I lap II % Pasir 5,25% 2% % Debu 54,48% 20% % Liat 40% 82% Kelas Liat berdebu Liat

DATA 4.2 Pembahasan Setelah dilakukan pengolahan data didapatkan bahwa pada tanah alfisol, lapisan I termasuk dalam kelas tekstur liat berdebu dengan persentase pasir 5,25%, debu 54,48%, dan liat 40%. Sedangkan pada lapisan II juga termasuk dalam kelas tekstur liat. Dengan persentase pasir 2%, debu 20%, dan liat 82%. Hal ini disebabkan karna adanya partikel yang berpori-pori kecil. Pada lapisan I, kelas teksturnya liat berdebu yaitu dengan persentase yang lebih besar dibanding persentase pasir dan debu. Pada lapisan II, tekstur tanahnya juga liat yang memiliki warna agak kegelapan. Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum Analisis Ukuran Praktikel, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Lapisan I termasuk kelas tekstur liat berpasir, dengan persentase pasir 5,25%, debu 54,48%, dan liat 40%. Sedangkan pada lapisan II juga termasuk kelas tekstur liat dengan persentase pasir 2%, debu 20%, dan liat 82%. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu kesuburan tanah, kemampuan memegang air, menyimpan air aerasinya, permeabilitas, dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau kesuburan tanah. 5.2 Saran Sebaiknya, dalam melakukan suatu percobaan, diperlukan ketelitian dan keseriusan dalam penggunaan alat agar mencapai hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Baver. 1951. Tekstur Tanah. Dalam www. Google. Com. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2011. Pukul 19.10 WITA Makassar. Brady. 1974. Tekstur tanah. Dalam www. Google. Com. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2011. Pukul 19.10 WITA Makassar. Foth. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga. Hakim, dkk. 1986. Ilmu tanah. Dalam www. Google. Com. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2011. Pukul 19.10 WITA Makassar. Hardjowigeno. 2002. Ilmu Tanah. Penerbit; Akademika Pressindo. Pairunan, dkk. 1985. Ilmu Tanah. Penerbit; Akademika Pressindo. Rahmah, Raifatur Ririn. 2009. Tekstur dan Kesuburan Tanah.

http://belajargeo-erinz.comoj.com. Sutedjo, M.M. dan Kartasapoetra, A.G. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta:Jakarta.

LAMPIRAN

Hasil Perhitungan Analisis Partikel Tanah Lapisan I

Dik :

H1 =5 cm H2 =2 C= 1,03

t1 =27 t2 =27

Berat debu dan liat

=[ =[ =[

] 0,5 ] 0,5 ] 0,5

=19,8 0,5 =18,58

Berat liat

=[ =[ =[

] 0,5 ] 0,5 ] 0,5

=8,28 0,5 =7,70 Berat debu = berat ( debu + liat )- berat liat =18,58 + 7,70 = 88,58 (a+b)

Hitungan persentase pasir, debu, dan liat % pasir = = = =5,25% % debu = =

= =55,48%

% liat

= =

=40%

Hasil Perhitungan Analisis Partikel Tanah Lapisan 2

Dik :

H1 =6 H2 =5 C= 0,3

t1 =26 t2 =26

Berat debu dan liat

=[ =[ =[ =[

] 0,5 ] 0,5 ] 0,5 ] 0,5

=19,06 0,5 =19,03

Berat liat

=[ =[ =[ =[

] 0,5 ] 0,5 ] 0,5 ] 0,5

=16,43 0,5 =15,93 Berat debu : berat ( debu + liat )- berat liat = 19,03+15,93 = 34,96 (a+b)

Hitungan persentase pasir, debu, dan liat % pasir = = = =2% % debu = =

= =20%

% liat

= =

=82%

You might also like