Professional Documents
Culture Documents
Jusuf Kalla. TEMPO/Zulkarnain TEMPO Interaktif, MAKASSAR - Eks Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla mengaku prihatin karena masih banyak mahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan yang bersikap layaknya manusia primitif. "Saya katakan primitif, karena mahasiswa tersebut lebih banyak menggunakan batu dan api dari pada nalar masing-masing," tuturnya di kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), Sabtu (31/7) Menurutnya, sebagai orang terdidik, seharusnya mahasiswa lebih mengutamakan logika dalam menyelesaikan berbagai persoalan. "Yang lebih menyedihkan lagi, sebagian besar tawuran ini dikarenakan persoalan yang sepele dan tidak perlu sampai menggunakan kekerasan," ungkapnya. Bahkan, katanya, aksi kekerasan itu dilakukan mahasiswa kampus-kampus besar seperti Universitas Hasanuddin, UNM, dan Universitas Muhammadiyah Makassar. "Sangat menyedihkan ketika melihat mahasiswa membakar kampus yang merupakan sarana pendidikan, dan lempar-lemparan batu, apalagi mahasiswa yang saling berkelahi hanya karena ingin mempertahankan eksistensi," imbuhnya. Ia mengatakan, masyarakat Sulawesi Selatan dikenal dengan karakter keras, dinamis, dan suka berterus terang. "Karakter itulah yang harus disandingkan dengan dunia pendidikan ke arah yang lebih positif," tuturnya. Oleh karena itu, peran rektor sangat penting untuk bisa segera mengatasi persoalan tersebut. "Kalau ada mahasiswa yang bertindak anarkis, hanya ada dua pilihan, yaitu tetap kuliah dengan syarat tidak lagi melakukan aksi anarkis atau drop out (keluar)," tandasnya.WDA | ANTARA
Boediono. ANTARA/Saptono TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Sekitar 150 mahasiswa di Universitas Gadjah Mada (UGM) menyambut kedatangan Wakil Presiden Boediono ke kampus itu dengan aksi demonstrasi, Senin (3/5). Mereka menuntut Boediono turun dari jababatannya. Sebab ia dianggap orang yang bertanggungjawab atas kasus Bank Century. Aksi di Bunderan, di depan kampus tertua itu dijaga ratusan polisi dari Poles Sleman dan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta. Boediono datang ke UGM untuk memberi kuliah umum di Balai Senat almamaternya. ''UGM ternyata selain menghasilkan para pemimpin bangsa yang luar biasa bagus, tetapi juga mengasilkan pemimimpin yang korup,'' kata Fiky Akhmad, Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia saat beraksi di Bunderan UGM, Senin (3/5). Para mahasisa meneriakkan kata-kata turun-turun, Boediono turun sekarang juga. Selain itu mereka membawa keranda mayat, poster dan spanduk yang bertuliskan "aksi tuntut Boediono mundur, "ini Budi ini duit, Budi suka bermain duit dan "mana ada maling ngaku". Menurut mahasisa, ada 9 indikasi pelanggaran hukum yang ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dalam kasus bail out Bank Century yang melibatkan Boediono. Di antaranya penyalahgunaan wewenang Boediono yan saat itu menjabat Gubernur Bank Indonesia atas penyaluran Fasilitas Jangka Pendek, Penyertaan Modal Sementara oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan yang diketuai Sri Mulyani Indrawati. Selain itu, ada dugaan korupsi kebijakan dan pelanggaran hukum. ''Kami malu sebagai mahasiswa UGM, ada alumninya seperti dia (Boediono), dia harus minta ma kepada rakyat," kata Fiky. Aksi di lokasi yang sama juga digelar oleh Komite Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara itu polisi dikerahkan sebanyak 800 personil dari Polres Sleman dan seratusan personil dari Polda Daerah Istimewa Yogyakarta. "Kami harap meskipun ada aksi demonstrasi, keadaan tetap kondusif, jangan sampai berbuat anarkis," kata Ajun Komisaris
Besar Yulza Sulaiman, Kapolres Sleman di lokasi aksi demonstrasi. MUH SYAIFULLAH TWITTER RSS FORUM
Usai melakukan konsolidasi dan pematangan rencana aksi yang bertempat di Masjid Fathullah UIN Ciputat pada Senin kemarin, Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) berserta seluruh komponen Lembaga Dakwah Kampus (LDK), BEM dan OMEK yang tergabung dalam GERAKAN SUMPAH MAHASISWA 18 OKTOBER 2009 secara mantap untuk menggelar aksi di Istana Negara, besok (Rabu/27/01). Rencananya, sebelum bertolak menuju Istana Negara di Jalan Merdeka Utara, seluruh komponen lembaga dakwah kampus ini akan berkumpul di Masjid Istiqlal. Usai shalat Zuhur, peserta aksi akan melakukan longmarch dari Masjid Istiqlal menuju istana. Tidak perlu menunggu 100 hari. Di hari ke-99 pemerintahan SBY-Boediono, kami menuntut untuk segera mengganti sistem kapitalisme bobrok dan mengganti rezim komprador korup kapitalisme di negeri ini, ujar para perwakilan aksi dari berbagai kampus di Jakarta.
Selain itu, menurut mereka, aksi juga dilatarbelakangi oleh fakta-fakta kasus seperti KPK Vs Polri, koruptor berkeliaran, mafia hukum, ketidakadilan hukum, kemiskinan dan naiknya harga barang serta yang juga tidak kalah penting adalah Century Gate. Dengan sangat jelas, uang rakyat digunakan untuk mengganti kerugian dan usaha para pemilik modal yang sebenarnya kerugian itu bukan karena rakyat tapi karena mereka sendiri yang sekaligus perampok itu, ucap koordinator aksi, Fikri.
Para perwakilan lembaga dakwah kampus lain pun menambahkan, Bila sistem kapitalisme busuk dan rezim pemerintahan korup terus legal keberadaannya, maka rakyat akan terus menerus dikadalin dan tinggal menunggu waktu saja Indonesia akan mati. Dengan alasan itu, dalam aksi nanti kita akan membawa keranda bergurita sebagai simbol sinyal kematian Indonesia akibat cengkeraman kapitalisme-neolib yang semakin menggurita (pro asing, pro pasar, melegalkan perselingkuhan penguasa dan pemilik modal). Dalam aksi besok, panitia mewajibkan kepada semua peserta yang ikut untuk mengenakan pakaian berwarna hitam polos, sebagai wujud kemuakan mereka pada sistem dan rezim kapitalis-neolib yang semakin merajalela. Sekaligus bertujuan untuk menghitamkan Istana Negara. Dalam aksi itu pula akan dibacakan kembali sumpah mahasiswa yang merupakan hasil Kongres Mahasiswa Islam Indonesia pada tanggal 18 Oktober 2009 lalu oleh BKLDK yang berhasil menghadirkan mahasiswa se-Indonesia sekitar 5000 orang. Aksi ini akan dilakukan oleh lebih dari 200 jaringan lembaga dakwah kampus, BEM dan OMEK di hampir seluruh kampus di Indonesia. Tidak hanya dilakukan di Jakarta, tetapi aksi ini juga dilakukan serentak di beberapa kota-kota besar lainnya seperti di: Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Riau, Medan, Banjarmasin, Palangkaraya, Makasar, Kendari, Solo Raya, Cirebon Raya. mnh