You are on page 1of 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi merupakan sumber utama kehidupan makhluk hidup.

Makhluk hidup memerlukan energi untuk melakukan kegiatan dalam upaya mempertahankan keberadaan kehidupan di lingkungannya. Selain makhluk hidup, sebuah teknologi harus menggunakan sumber energi untuk menimbulkan potensi usahanya guna menjalankan fungsi kinerjanya. Sumber energi dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik sumber energi yang dapat terbarukan (renewable energy) ataupun tak terbarukan (unrenewable energy). Sumber energi ini digunakan untu keperluan industri, rumah tangga, ataupun bahan bakar transportasi. Dari ketiga sektor tersebut yang paling besar penggunaan adalah sektor transportasi. Salah satu bentuk sumber energi yang digunakan sebagai konsumsi teknologi pembakaran kendaraan bermotor yang menjadi peran vital sarana transportasi untuk mobilitas manusia adalah bahan bakar minyak. Keberadaan transportasi di Indonesia sangat tinggi dan memunculkan berbagai permasalahan dalam penyediaan sumber energi untuk pembakaran kendaraan. Peningkatan jumlah kendaraan baik roda dua atau empat, mobil pribadi, angkutan umum ataupun angkutan niaga tidak sebanding dengan proses produksi bahan bakar. Dari data menyebutkan bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia terus meningkat yang jumlahnya mencapai 2.784.613 untuk mobil penumpang, 1.598.901 mobil beban, 630.812 bus dan 12.741.158 untuk kendaraan bermotor roda dua sehingga total kendaraan mencapai 17.765.484 buah (Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Direktorat Lalu Lintas Januari 2000). Sampai dengan saat ini jumlah kendaraan bermotor di seluruh Indonesia telah mencapai lebih dari 20 juta yang 60% adalah sepeda motor sedangkan pertumbuhan populasi untuk mobil sekitar 3-4% dan sepeda motor lebih dari 4% pertahun. (http://www.usembassyjakarta.org/ptp/udara1.html#sumber%20Pencemaran %20Udara)

Pemenuhan kebutuhan konsumsi bahan bakar cair sepenuhnya ditopang dari sumber energi bahan bakar fosil yang bersifat tidak terbarukan dan lama kelamaan seiring dengan bertambahnya kendaraan bermotor akan berkorelasi terhadap peningkatan konsumsi sehingga keberadaan ketersediaan sumber ini akan habis. Cadangan minyak bumi nasional apabila tidak ditemukan sumur baru melalui eksplorasi diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 10-15 tahun yang akan datang, sehingga pencarian sumber energi baru merupakan suatu keharusan (Taryono, 2006). Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai berbagai jenis flaora yang dapat digunakan sebagai bahan bakar terbarukan (bio fuel). Indnsia harus menciptakan suatu terobosan dalam penyeiaan sumber bahan bakar terbarukan untuk mensuplai energi tersebut. Pemerintah dalam hal ini mengeluarkan implementasi Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional dan Inpres No.1 Tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar alternatif. Implementasi dari peraturan pemerinta tersebut maka seluruh satuan daerah yang termasuk dalam kesatuan wilayah negara Indonesia dapat membentuk suatu lembaga ekspolitasi sumber energi untuk keperluan sumber kehidupan. Dalam satuan wilayah terkecil berupa Desa dapat menciptakan suatu lapangan pengelolaan hasil kekayaan alam yang dapat digunakan untuk kesejahteraan orang banyak. Desa mandiri energi merupakan replikasi dari impementasi peraturan pemerintah untuk mengelola, memanfaatkan, mengolah, potensi sumber bahan baku dalam suatu desa tertentu untuk digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan energi desa itu sendiri. Tidak menutup kemungkinan dapat digunakan sebagai pemenuhan keluar dalam rangka mendapatkan pendapatan daerah. Desa mandiri energi merupakan desa yang menyiapkan, mengolah dan memproduksi kebutuhan energinya sehingga tidak tergantung dengan pihak

lain Disamping itu, juga dapat membuka lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan serta memberikan kegiatan-kegiatan yang sifatnya produktif. Di Indonesia, terdapat sekitar 70 ribu desa, dimana 45 persen diantaranya adalah desa tertinggal. Ada dua tipe Desa Mandiri Energi. Pertama adalah Desa Mandiri Energi yang dikembangkan dengan non BBM, seperti desa yang menggunakan mikrohidro, tenaga surya, dan biogas. Yang kedua adalah Desa Mandiri Energi yang menggunakan bahan bakar nabati atau bioufuel. Total Desa Mandiri Energi yang terletak di 81 kabupaten berjumlah sekitar 100 desa yang menggunakan biofuel dan 40 desa menggunakan non BBM. Tahun ini berusaha untuk meningkatkan jumlah dari 150 Desa Mandiri Energi ditingkatkan menjadi 200 Desa Mandiri Energi. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah pertanian dengan potensi alam yang tinggi. Daerah Yogyakarta memiliki berbagai karakter keadaan geografis dari setiap kebupatennya. DIY juga memiliki luas lahan yang tinggi yang belum teroptmalkan sepenuhnya baik untuk kegiatan pertanian ataupun perkebunan. Potensi untuk program desa mandiri sangat baik untuk penanaman sumber bahan bakar berupa pohon jarak untuk menghasilkan biodisel. Menurut data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang luas areal dan produksi perkebunan rakyat (menurut jenis dan keadaan tanaman) tahun 2006 bahwa penanaman jarak tersebar dalam lima kabupaten. Data tersebut menyebutkan bahwa luasan areal yang ada di Kabupaten Bantul yaitu seluas 55 Ha. Desa Mandiri Energi di Yogyakarta khususnya di Desa Sidomulyo, Bantul mengembangkan untuk memanfaatkan jarak pagar sebagai bahan bakar nabati cukup potensial dikembangkan yang membuat para investor mulai tertarik menanamkan investasinya.

B.

Identifikasi Masalah Uraian latar belakang masalah dapat diidentifikasi masaah sebagai berikut

1.

Energi sebagai sumber kehidupan bagi makhluk

hidup serta tingginya jumlah kebutuhan pemakai sumber energi bahan bakar 2. 3. 4. raah lingkungan 5. C. Batasan Masalah Pemanfaatan dan penyediaan sumber energi harus dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan kehidupan. Pemanfaatan sumber energi akan terfokus pada sumber bahan bakar terbarukan yaitu pengembangan bidiesel berbasis jarak pagar. Untuk daerah pemanfaatan di lakukan pada suatu satuan wilayah desa dengan pertimbangan keterbatasan manajemen pengelolaannya. D. Rumusan Masalah Bagaimana model pengembangan desa mandiri energi berbasis pengolahan biodiesel Jatropa curcas di Sidomulyo Bantul ? E. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui model pengembangan desa mandiri energi berbasis pengolahan biodiesel Jatropa curcas di Sidomulyo Bantul. F. Manfaat Penulisan 1. Memberi informasi kepada masyarakat dan kalangan industri tentang bahan bakar biodiesel. 2. Memberikan informasi model pemanfaatan pengembangan desa mandiri sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayah tertentu. 3. Upaya alternatif untuk menaikkan nilai manfaat hasil pertanian dan perkebunan. 4. Sebagai acuan bagi penelitian dan penulisan selanjutnya. Pemanfaatan suatu daerah untuk mengembangkan pengelolaan sumber energi untuk kesejahteraan rakyat. Menipisnya sumber energi tidak terbarukan Diperlukan suatu eksploitasi dan eksplorasi Biodiesel sebagai penyedia sumber bahan bakar

sumber energi terbarukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Desa Mandiri Wilayah geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Desa Mandiri Energi Bahan bakar Biodiesel Jatrpha Curcas Manajemen Desa mandiri Energi
BAB III METODE PENULISAN

Penulisan karya tulis ini dilakukan dengan berbagai tahap : 1. Mengamati dan menganalisis permasalahan tentang kebutuhan atau persediaan bahan bakar di Indonesia serta meihat potensi suatu dareah untuk mengatasi permasalahan dari berbagai segi keunggulannya. 2. Mempelajari informasi dari kajian pustaka dan berbagai hasil penelitian tentang pemanfaatan desa mandiri energi 3. Merumuskan masalah tentang model pengembangan desa mandiri energi berbasis pengolahan jarak pagar untuk menghasilkan biodiesel. 4. Mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber, yaitu literatur pada media cetak dan elektronik serta data-data akurat yang diperoleh dari jurnal dan laporan hasil penelitian. 5. Mengolah dan menganalisis permasalahan berdasarkan data dan informasi serta telaah pustaka yang telah diperoleh untuk mendapatkan jawaban dari perumusan masalah. Jawaban tersebut kami sajikan pada pembahasan karya tulis ini. 6. Mengambil kesimpulan sesuai dengan perumusan masalah. 7. Merekomendasikan saran-saran untuk penerapan model pengembangan desa mandiri energi maupun untuk penelitian dan penulisan selanjutnya.

Masalah

Kajian Teori

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Simpulan

Saran

Gambar 2. Skema Penulisan Karya Tulis

You might also like