You are on page 1of 79

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PINTU GARASI OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN REMOTE BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS AKHIR Disusun

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Program Studi Teknik Telekomunikasi Oleh : MUTIARA W. SITOPU NIM : 0905063308

ERIKSON TARIGAN NIM : 0905063304

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK NEGERI MEDAN MEDAN 2011

LEMBAR PENGESAHAN 1
Yang bertanda tangan dibawah, Pembimbing Penulis, Kepala Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Medan, menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dari : NAMA NIM NAMA NIM Dengan judul : PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PINTU GARASI OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN REMOTE BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51. Telah diperiksa dan dinyatakan selesai, serta dapat diajukan dalam sidang ujian. : MUTIARA W. SITOPU : 0905063308 : ERIKSON TARIGAN : 0905063304

Medan, Agustus 2011 Dosen Pembimbing Kepala Program Studi Teknik Telekomunikasi

Ir. Indrayadi NIP. 19610714 199003 1 001

Ir. Suhaili, M.Eng NIP. 19600502 199802 1 001

ABSTRAK

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin banyak memberikan kemudahan kepada kita untuk melakukan berbagai aktivitas mulai dari hal-hal yang mudah sampai yang rumit sekalipun. Dimana banyak diterapkan ilmu pengetahuan dan teknologi baik mesin ataupun elektronika, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat waktu. Melihat kemungkinan dan kenyataan yang ada maka diciptakanlah suatu alat yang dapat digunakan untuk menggantikan kegiatan manusia untuk membuka dan menutup pintu garasi dari jarak jauh. Tugas akhir ini menjabarkan tentang pembuatan pintu otomatis dengan menggunakan remote control sebagai pengendalinya. Tujuan utama dari penciptaan pintu garasi otomatis ini adalah untuk menciptakan suatu perangkat yang dapat berfungsi untuk mempermudah aktifitas manusia dalam membuka dan menutup pintu garasi dari jarak jauh. Seluruh gerakan dari perangkat ini dapat dikendalikan oleh sebuah pengendali jarak jauh yang menggunakan gelombang radio dengan frekuensi sebesar 38 KHz sebagai frekuensi pembawa data yang akan diterima oleh receiver dibagian pintu. Sebagai perangkat pengendali pintu digunakan transceiver (Tx) untuk mengirimkan data ke receiver (Rx) yang telah terhubung dengan Mikrokontroller AT89S51 dan Motor DC sebagai pengatur gerakan dari pintu. Dapat disimpulkan bahwa pembuatan pintu garasi otomatis menggunakan Remote Control telah berhasil dikembangkan.

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN 1i LEMBAR PENGESAHAN 2...ii KATA PENGHANTAR. ABSTRAK. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang Masalah. Tujuan Penulisan Batasan Masalah Metode Pembahasan. Sistematika Penulisan..

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 2.2 Resistor. Kapasitor.. 2.2.1 Rangkaian Kapasitor. 2.2.2. Fungsi Kapasitor 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 Transistor.. Led. Pemancar dan Penerima FM... Catu Daya. Modulasi dan Demodulasi FM... Motor DC Remote Control Mikrokontroller AT89S51.. 2.10.1 Arsitektur Mikrokontroller AT89S51

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Hardware. 3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.1.5 3.1.6 Diagram Blok Sistem Rangkaian Remote Control.. Rangkaian Driver Motor Rangkaian Led Infra Merah.. Rangkaian ADC dan DAC.. Rangkaian IC L293D Penerima. Perancangan Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 ..

3.1.7. Rangkaian Motor DC.. 3.1.8

BAB 4 PENGUKURAN DAN ANALISA 4.1 Analisa Hardware.. 4.1.1 4.1.2 4.1.3 4.1.4 4.1.4 4.1.5 4.2 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51. Rangkaian Remote Control.. Rangkaian Led Infra Merah. Rangkaian IC Penerima... Rangkaian Driver Motor.. Rangkaian Motor DC...

Analisa Software.. Kesimpulan. Saran..

BAB 5 PENUTUP 5.1 5.2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini banyak memberikan kemudahan kepada kita untuk melakukan berbagai aktivitas mulai dari hal-hal yang mudah sampai yang rumit sekalipun. Hal ini jelas menunjukkan bahwa saat ini terdapat kecenderungan untuk melakukan berbagai aktivitas pengontrolan jarak jauh dan hal ini akan semakin populer pada berbagai aplikasi konsumen. Pengontrolan jarak jauh saat ini yang populer digunakan adalah remote control dengan menggunakan infra merah, seperti remote control pada televisi. Infra Merah cukup efektif digunakan jika alat yang dikontrol terdapat pada lokasi yang sama dan tidak terlalu jauh (kurang lebih 10 meter dan tidak ada penghalang). Dalam penelitian ini, penulis mencoba merancang dan

mengimplementasikan peralatan untuk memberikan kemudahan kepada manusia dalam mengendalikan pintu. Pengendalian yang peneliti maksud adalah untuk membuka dan menutup pintu garasi dengan memanfaatkan teknologi remote infra merah. Beranjak dari latar belakang permasalahan di atas maka penulis mempunyai gagasan atau ide untuk merancang suatu rangkaian interface yang berjudul Perancangan dan Pembuatan Pintu Garasi Otomatis Dengan Remote Control Berbasis Mikrokontroler AT89S51. Penulis berharap rangkaian tersebut dapat memberi manfaat bagi pemakainya serta mampu dikembangkan menjadi
teknologi yang lebih canggih.

1.2

Tujuan Adapun tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk melengkapi syarat kelulusan Program Diploma III Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Medan. 2. Menerapkan ilmu yang diperoleh diperkuliahan untuk merancang alat elektronika yang berguna dan bernilai tambah.

3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang mikrokontroller AT89S51 dengan bahasa assembly. 4. Untuk mengetahui secara mudah fungsi dari mikrokontroler AT89S51 sebagai pusat kendali peralatan. 5. Sebagai tambahan pengetahuan bagi para pembaca untuk melakukan penelitian sejenis secara lebih mendalam.

1.3

Batasan Masalah Dalam pembahasan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini penulis

membatasi permasalahan pada lingkup : 1. Bagaimana prinsip kerja blok diagram rangkaian yang digunakan. 2. Bagaimana prinsip kerja dan fungsi dari rangkaian pendukung, antara lain rangkaian led infra merah, rangkaian remote control, rangkaian IC Penerima, Rangkaian Mikrokontroller AT89S51, Rangkaian Driver Motor DC, Rangkaian Driver Motor. 3. Bagaimana perancangan dan pembuatan software dengan bahasa assembly yang digunakan pada sistem.

1.4

Metode Pembahasan Adapun dalam perancangan dan pembuatan sistem pintu otomatis berbasis

mikrokontroller AT89S51, penulis melakukan berbagai metode pembahasan antara lain : 1. Study literature Mengumpulkan info dan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan topik TA dari berbagai masalah melalui buku-buku yang berhubungan dengan judul laporan tugas akhir. 2. Konsultasi Dalam perancangan proyek ini terlebih dahulu penulis mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing maupun dosen yang lain serta rekanrekan seangkatan yang telah memperoleh pengalaman sehingga

mendukung proyek ini.

3. Diskusi Saling bertukar ide dan pendapat dengan satu tim terus-menerus dalam upaya penyelesaian proyek. Melakukan perancangan alat dan melakukan pengetesan pengukuran. 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika pembahasan yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul, tujuan penulisan laporan, batasan masalah, metode

pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan. BAB II : DASAR TEORI Bab ini berisi teori-teori pendukung dalam perancangan alat dan komponen-komponen yang digunakan dalam membangun seluruh peralatan yang direncanakan. BAB III : PERANCANGAN SISTEM Bab ini membahas tentang bagaimana langkah-langkah

merancang dan menguraikan prinsip kerja dari alat ini. BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas mengenai test hasil pengujian dan pengukuran dari alat yang dirancang serta analisa hasil program yang digunakan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penulisan tugas akhir ini.

BAB II DASAR TEORI

2.1

Resistor Resistor adalah komponen elektronika yang selalu digunakan dalam setiap

rangkaian elektronika yang berfungsi sebagai pembatas aliran arus listrik, misalnya resistor ditempatkan secara seri dengan dioda pemancar cahaya (LED) untuk membatasi arus yang melalui LED. Didalam rangkaian elektronika resistor dilambangkan dengan huruf " R ". Ada beberapa jenis resistor yang ada dipasaran antara lain : Resistor Carbon, Wirewound, dan Metal Film. Ada juga Resistor yang dapat diubah-ubah nilai resistansinya antara lain : Potensiometer dan Trimpot. Selain itu ada juga Resistor yang nilai resistansinya berubah bila terkena cahaya namanya LDR ( Light Dependent Resistor ) dan Resistor yang nilai resistansinya berubah tergantung dari suhu disekitarnya namanya NTC ( Negative Thermal Resistance ). Jenis-jenis dan lambang resistor ditunjukkan pada gambar 2.1 dan 2.2.

Gambar 2.1 Jenis Resistor

Potensiometer L D R N T C

Trimpot

Gambar 2.2 Lambang Resistor Untuk resistor jenis carbon maupun metalfilm biasanya digunakan kodekode warna sebagai petunjuk besarnya nilai resistansi ( tahanan ) dari resistor. Kode-kode warna itu melambangkan angka ke-1, angka ke-2, angka perkalian dengan 10 ( multiflier ), nilai toleransi kesalahan, dan nilai kualitas dari resistor. Kode warna itu antara lain Hitam, Coklat, Merah, Orange, Kuning, Hijau, Biru, Ungu, Abu-abu, Putih, Emas dan Perak. ( lihat tabel 2.1). Warna hitam untuk angka 0, coklat untuk angka 1, merah untuk angka 2, orange untuk angka 3, kuning untuk angka 4, hijau untuk angka 5, biru untuk angka 6, ungu untuk angka 7, abu-abu untuk angka 8, dan putih untuk angka 9. Sedangkan warna emas dan perak biasanya untuk menunjukan nilai toleransi yaitu emas nilai toleransinya 10 %, sedangkan perak nilai toleransinya 5 %. Jika disatukan akan menjadi sebuah kata yang mungkin mudah untuk menghafalnya ( Hi Co Me O Ku Hi B U A P). Kode warna resistor ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kode Warna Resistor APPLET WARNA

KODE WARNA Hitam Coklat Merah Orange Kuning Hijau Biru Ungu Abu-abu Putih Emas Perak

NILAI 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.1 0.05

TOLERANSI ----------------------------------------10 % 5%

2.2

Kapasitor Kapasitor (Kondensator) dalam rangkaian elektronika dilambangkan dengan huruf C adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867). Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad = 9 x 1011 cm2 yang artinya luas permukaan kepingan tersebut. Struktur sebuah kapasitor

terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Bentuk kapasitor ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kapasitor 2.2.1 Rangkaian Kapasitor Rangkaian kapasitor secara seri akan mengakibatkan nilai kapasitansi total semakin kecil. Kapasitor yang dirangkai secara seri ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Rangkaian Seri Kapasitor Pada rangkaian kapasitor yang dirangkai secara seri diperoleh persamaan 2.1 :

.. Persamaan (2.1) Rangkaian kapasitor secara paralel akan mengakibatkan nilai kapasitansi pengganti semakin besar. Kapasitor yang dirangkai secara paralel ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Rangkaian Pararel Pada rangkaian kapasitor paralel diperoleh persamaan 2.2 :

.Persamaan (2.2) 2.2.2. Fungsi Kapasitor Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian adalah : 1. Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain (pada PS = Power Supply). 2. Sebagai filter dalam rangkaian PS. 3. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antena. 4. Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon.

3.3

Transistor Transistor adalah semikonduktor perangkat yang digunakan untuk

memperkuat dan beralih elektronik sinyal. Transistor bipolar memiliki terminal basis, kolektor, dan emitor. Sebuah arus yang kecil pada terminal basis (yaitu, mengalir dari basis ke emitor) dapat mengontrol atau switch arus yang jauh lebih besar antara terminal kolektor dan emitor. Transistor bipolar dinamakan demikian karena dengan menggunakan kedua pembawa mayoritas dan minoritas. Persimpangan transistor bipolar (BJT), jenis pertama dari transistor untuk diproduksi secara massal, adalah kombinasi dari dua dioda junction, dan terbentuk baik lapisan tipis semikonduktor Tipe-P terjepit di antara dua semikonduktor Tipe-N (NPN Transistor), atau lapisan tipis semikonduktor Tipe-N terjepit di antara dua semikonduktor Tipe-P (Transistor PNP). Tipe Transistor ini ditunjukkan pada Gambar 2.6.

a. Simbol Gambar 2.6 Simbol dan Struktur NPN BJT

b. NPN BJT

NPN adalah satu dari dua tipe BJT, dimana huruf N dan P menunjukkan pembawa muatan mayoritas pada daerah yang berbeda dalam transistor. Hampir semua BJT yang digunakan saat ini adalah NPN karena pergerakan elektron dalam semikonduktor jauh lebih tinggi daripada pergerakan lubang, memungkinkan operasi arus besar dan kecepatan tinggi. Transistor NPN terdiri dari selapis

semikonduktor Tipe-P di antara dua lapisan Tipe-N. Arus kecil yang memasuki basis pada tunggal emitor dikuatkan di keluaran kolektor. Dengan kata lain, Transistor NPN hidup ketika tegangan basis lebih tinggi daripada emitor. Tanda panah dalam simbol diletakkan pada kaki emitor dan menunjuk keluar (arah aliran arus konvensional ketika peranti dipanjar maju). Tipe kapasitor ini ditunjukkan pada Gambar 2.7.

a. Simbol

b. PNP BJT

Gambar 2.7 Simbol dan Struktur PNP BJT Jenis lain dari BJT adalah PNP. Transistor PNP terdiri dari selapis semikonduktor Tipe-N di antara dua lapis semikonduktor Tipe-P. Arus kecil yang meninggalkan basis pada moda tunggal emitor dikuatkan pada keluaran kolektor. Dengan kata lain, Transistor PNP hidup ketika basis lebih rendah daripada emitor. Tanda panah pada simbol diletakkan pada emitor dan menunjuk kedalam. 2.4 LED (Ligh Emitting Diode) Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (Light Emitting Diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Gejala ini termasuk bentuk elektroluminesensi. Warna yang dihasilkan bergantung pada bahan semikonduktor yang dipakai, dan bisa juga ultraviolet dekat atau inframerah dekat. Ligh Emitting Diode ini ditunjukkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 LED 2.5 Antena Pemancar dan Penerima FM Antenna yang digunakan pada proyek pembuatan pintu garasi otomatis ini penulis menggunakan Antena Pemancar dan Penerima FM (Frekuensi Modulasi). Berikut ini adalah penjelasan dari Antena Pemancar dan Penerima FM. 2.5.1 Antena Pemancar FM Dalam sistem radio antena terdiri dari dua macam, yaitu Pemancar (Transceiver) dan Penerima (Receiver). Pemancar digunakan untuk menampung dan mengolah segala informasi yang dibutuhkan (berupa musik, komunikasi dan lain-lain) kemudian diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan dipancarkan ke udara melalui sistem pemancar (antena). Tujuan dari Pemancar FM adalah untuk merubah satu atau lebih sinyal input yang berupa Frekuensi Audio (AF) menjadi gelombang termodulasi dalam sinyal RF (Radio Frekuensi) yang dimaksudkan sebagai output daya kemudian diumpankan ke sistem antena untuk dipancarkan. Dalam bentuk sederhana dapat dipisahkan atas modulator FM dan sebuah power amplifier RF dalam satu unit. Blok Diagram Pemancar FM ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Blok Diagram Pemancar FM

Pada gambar 2.9 pemancar FM memiliki komponen komponen yang mempunyai masing-masing fungsi yaitu : 2.5.1.1 Osilator Inti dari sebuah pemancar adalah osilator. Untuk dapat membangun sistem komunikasi yang baik harus dimulai dengan osilator yang dapat bekerja dengan sempurna. Pada sistem komunikasi, osilator menghasilkan gelombang sinus yang dipakai sebagai sinyal pembawa. Sinyal informasi kemudian ditumpangkan pada sinyal pembawa dengan proses modulasi. Pada perancangan dan pembuatan alat ini penulis menggunakan Osilator Kristal. 2.5.1.1.1 Osilator Kristal Kristal lazimnya digunakan untuk rangkaian osilator yang menuntut stabilitas frekuensi yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang. Alasan utamanya adalah karena perubahan nilai frekuensi kristal seiring dengan waktu, atau disebut juga dengan istilah faktor penuaan frekuensi (frequency aging), jauh lebih kecil dari pada osilator-osilator lain. Faktor penuaan frekuensi untuk kristal berkisar pada angka 5ppm/tahun, jauh lebih baik dari pada faktor penuaan frekuensi osilator RC ataupun osilator LC yang biasanya berada diatas 1%/tahun. Material yang mempunyai bentuk struktur kristalin, seperti quartz, mempunyai satu sifat unik yaitu mampu menghasilkan tegangan listrik ketika diberi tekanan mekanikal dan juga sebaliknya, berubah bentuk mekanikalnya ketika diberi tegangan listrik. Sifat ini dikenal dengan nama efek piezo-electric.Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk menghasilkan resonansi listrik-mekanik, sehingga kristal akan bergetar pada frekuensi alami tertentu jika diberi tegangan listrik bolak-balik. Frekuensi alami ini ditentukan oleh potongan dan dimensi keping kristal, yang ditetapkan pada saat pembuatan. Potongan keping kristal mengacu kepada orientasi sudut pemotongan keping kristal terhadap garis struktur kristalin, dan juga bentuk keping kristal tersebut. Ada banyak standar potongan keping kristal, yang masing-masing

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Sebagai contoh, potongan AT yang populer mempunyai frekuensi fundamental maksimum yang tidak terlalu tinggi dan koefisien suhu yang cukup baik (berbentuk kurva fungsi kubik). Contoh lain adalah potongan BT, yang mempunyai frekuensi fundamental maksimum yang lebih tinggi tetapi koefisien suhunya lebih buruk (berbentuk kurva parabolik). Kristal dapat dioperasikan pada frekuensi fundamental atau salah satu dari frekuensi-frekuensi harmonik ganjil (odd harmonics) yang biasa disebut dengan istilah overtones. Frekuensi fundamental maksimum sebuah kristal ditentukan oleh potongan dan dimensi keping kristal. Semakin tinggi frekuensi fundamental sebuah kristal, semakin tipis keping kristal tersebut, sehingga keping kristal menjadi rapuh dan mudah patah. Jadi untuk mencapai spesifikasi frekuensi getar yang lebih tinggi, kristal harus beroperasi menggunakan salah satu overtone yang ada. Walaupun quartz adalah material yang paling sering digunakan untuk membuat kristal, material lain seperti lithium-niobate, lithium-tantalate, bismuthgermanium oxide dan alumimium-phosphate juga dapat dipakai untuk membuat kristal. Material lain yang juga dapat digunakan adalah sejenis keramik yang terbuat dari padatan timbal, zirconium dan titanium dan material polimer seperti polyvinyl chloride dan difluorpolyethylene. Rangakaian Ekuivalen Osilator Kristal ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Rangkaian Ekuivalen Osilator Kristal

Rangkaian Ekuivalen Kristal Dari sudut pandang bidang elektronika, tata kerja kristal dapat diilustrasikan melalui rangkaian ekuivalen yang terdiri dari dua buah kapasitor, satu buah induktor dan satu buah resistor. Induktor L1 (motional inductance) adalah padanan dari massa keping kristal yang bergetar, kapasitor C1 (motional capacitance) adalah padanan dari kekakuan keping kristal melawan getaran dan resistor R1 adalah padanan dari energi yang hilang diserap oleh kristal karena bentuknya mengalami perubahan ketika bergetar. Kapasitor C0 (shunt capacitor) adalah kapasitansi yang terbentuk diantara dua elektroda yang mengapit potongan kristal. 2.5.1.2 Penyangga (Buffer) Semua jenis osilator membutuhkan penyangga. Penyangga berfungsi untuk menstabilkan frekuensi dan/ atau amplitudo osilator akibat dari pembebanan tingkat selanjutnya. Biasanya penyangga terdiri dari 1 atau 2 tingkat penguat transistor yang dibias sebagai kelas A. Dengan penguat kelas A akan didapatkan penguatan dan linearitas yang tinggi meskipun demikian penguat kelas A memiliki effisiensi yang paling rendah dibandingkan kelas yang lain. Osilator yang dilengkapi dengan penyangga biasanya disebut sebagai exciter. Dan exciter sebenarnya sudah bisa dipakai sebagai pemancar FM dengan daya yang relatif kecil. 2.5.1.3 Penguat Daya Sinyal yang didapat dari exciter masih relatif lemah. Untuk mendapatkan daya yang lebih besar dibutuhkan penguat daya frekuensi radio. Parameterparameter yang perlu diperhatikan pada penguat daya frekuensi radio adalah : 2.5.1.3.1 Bandwidth dan Faktor Kualitas Tiap kanal dari pemancar FM stereo membutuhkan bandwidth 75kHz. Sedangkan bandwidth frekuensi kerja radio FM adalah 20MHz. Frekuensi kerja

dari rangkaian (f) dibandingkan dengan bandwidthnya (Bw) dapat dinyatakan dengan faktor kualitas (Q). Q = f / Bw ...persamaan (2.3) Rangkaian penguat dengan faktor kualitas yang sangat tinggi sulit sekali dibuat dan rangkaian cenderung berosilasi. Contoh dari penguat dengan faktor kualitas tinggi dan memang didesain agar berosilasi adalah osilator. Biasanya penentuan faktor kualitas penguat didapatkan dari frekuensi tengah dari frekuensi kerja dibandingkan dengan bandwidth. Sebagai contoh diinginkan penguat yang bekerja pada frekuensi 88MHz sampai 108MHz. Berarti frekuensi tengahnya adalah 100MHz. Sedangkan bandwidthnya adalah 20MHz. Dengan demikian dibutuhkan penguat dengan faktor kualitas Q = 100MHz / 20MHz = 5 Dengan faktor kualitas penguat yang makin rendah memang akan didapatkan daya keluaran yang lebih kecil tetapi akan didapatkan kemudahan pada penalaan. 2.5.1.3.2 Penguatan Tiap Tingkat dan Daya Input Output Tiap Tingkat Transistor dengan daya keluaran besar biasanya membutuhkan daya masukan yang besar pula. Karena itu penguat dengan daya keluaran besar biasanya dibuat beberapa tingkat agar didapatkan daya yang cukup untuk menggerakkan transistor tingkat akhir. Tiap transistor mempunyai penguatan. Untuk transistor dengan daya keluaran yang kecil biasanya mempunyai penguatan yang besar. Sebaliknya untuk transistor dengan daya keluaran yang besar penguatannya justru mengecil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penguatan dan daya keluaran adalah hal yang saling bertolak belakang.

2.5.1.3.3. Impedansi Input dan Output Tiap Tingkat Pada penguat daya frekuensi radio impedansi sumber dan impedansi beban tiap tingkat harus sama. Dengan demikian semua daya yang dihasilkan sumber akan diserap seluruhnya oleh beban (terjadi transfer daya maksimal). Keadaan dimana terjadi kesamaan impedansi dinamakan keadaan match. Jika impedansi yang ada belum sama maka impedansi tersebut harus disamakan dengan matching network. 2.5.1.3.4 Linearitas dan Effisiensi Linearitas dan effisiensi adalah hal yang bertolak belakang. Dengan linearitas penguat yang tinggi akan didapatkan effisiensi yang rendah. Dan dengan linearitas penguat yan rendah akan didapatkan effisiensi yang tinggi. Pada pemancar FM, linearitas dari sinyal tidak begitu berpengaruh karena informasi dari sinyal FM ada frekuensinya. Lain dengan pemancar AM yang memerlukan linearitas sinyal yang tinggi karena informasi dari sinyal AM terletak pada amplitudonya. Untuk pemancar FM penguat transistor yang dibias sebagai kelas C bisa menjadi pilihan. Pada penguat kelas C, transistor tidak dibias sama sekali sehingga transistor akan menghantar hanya pada saat ada separuh gelombang positif pada basisnya (transistor NPN). Walaupun demikian keluaran penguat kelas C masih dapat menghasilkan gelombang sinus yang utuh karena adanya induktor pada kolektor akan menghasilkan setengah gelombang. Jika dibandingkan dengan sistem AM, maka FM memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : a. Lebih tahan noise Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 88 108 MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif bebas dari gangguan baik

atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan. Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh, jika dibandingkan pada sistem modulasi AM dimana panjang gelombangnya lebih panjang. Sehingga noise yang diakibatkan oleh penurunan daya hampir tidak berpengaruh karena dipancarkan secara LOS (Line Of Sight). b. Fidelitas Tinggi Respon yang seragam terhadap frekuensi audio (paling tidak pada interval 50 Hz sampai 15 KHz), distorsi (harmonik dan intermodulasi) dengan amplitudo sangat rendah, tingkat noise yang sangat rendah, dan respon transien yang bagus sangat diperlukan untuk kinerja Hi-Fi yang baik. Pemakaian saluran FM memberikan respon yang cukup untuk frekuensi audio dan menyediakan hubungan radio dengan noise rendah. Karakteristik yang lain hanyalah ditentukan oleh masalah rancangan perangkatnya saja. c. Transmisi Stereo Alokasi saluran yang lebar dan kemampuan FM untuk menyatukan dengan harmonis beberapa saluran audio pada satu gelombang pembawa, memungkinkan pengembangan sistem penyiaran stereo yang praktis. Ini merupakan sebuah cara bagi industri penyiaran untuk memberikan kualitas reproduksi sebaik atau bahkan lebih baik daripada yang tersedia pada rekaman atau pita stereo. Munculnya compact disc dan perangkat audio digital lainnya akan terus mendorong kalangan industri peralatan dan teknisi siaran lebih jauh untuk memperbaiki kinerja rantai siaran FM secara keseluruhan. d. FM Exciter FM exciter berfungsi merubah sinyal audio menjadi frekuensi RF yang sudah termodulasi Intermediate Power Amplifier (IPA) dibutuhkan pada beberapa pemancar untuk meningkatkan tingkat daya RF agar mampu menghandle final stage Power Amplifier di tingkat akhir menaikkan power dari sinyal sesuai yang

dibutuhkan oleh sistem antena Catu daya (power supply) merubah input power dari sumber AC menjadi tegangan dan arus DC atau AC yang dibutuhkan oleh tiap subsistem Transmitter Control System memonitor, melindungi dan memberikan perintah bagi tiap subsistem sehingga dapat bekerja sama dan memberikan hasil yang diinginkan RF Low Pass Filter membatasi frekuensi yang tidak diingikan dari output pemancar Directional Coupler yang mengindikasikan bahwa daya sedang dikirimkan atau diterima dari sistem antena. e. Bandgfrekuensi Gelombang elektromagnetik (gelombang radio) yang dipancarkan ke udara melalui antena pemancar akan memiliki kecepatan, frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Gelombang radio yang dipancarkan di udara ini secara bersamaan akan bertemu dengan gelombang elektromagnetik lainnya, sehingga tidak menghilangkan kemungkinan akan terjadi saling mengganggu. Untuk mengatasi hal ini dilakukan alokasi frekuensi menurut masing-masing jalur yang digunakan. Secara internasional, pembagian alokasi frekuensi radio itu meliputi 10KHz sampai 40GHz, atau terbagi dalam 7 daerah frekuensi. f. Propagasijgelombangkradio Propagasi gelombang radio hampir terjadi pada semua daerah frekuensi, baik frekuensi rendah maupun frekuensi tinggi. Dan propagasi gelombang elektromagnetik (gelombang radio) itu dapat berupa gelombang langsung, gelombang pantulan bumi, gelombang troposfer, gelombang pembiasan troposfer, gelombang pemancaran trofosfer, gelombang pantulan ionosfer maupun gelombang pemancaran ionosfer.Ionosfer merupakan lapisan partikel-partikel gas bermuatan listrik dan berada di sekeliling bumi meluas dari 60 mil sampai 250 mil di atas permukaan bumi, sedangkan troposfer berada dibawahnya.

Gelombang Langsung adalah gelombang yang berasal dari pemancar yang langsung diterima oleh antena penerima tanpa terhalang sedangkan Gelombang

Pantulan Tanah adalah gelombang yang diterima antena penerima yang berasal dari tanah akibat pancaran. g. Fading Fading yaitu pengaruh naik turunnya isyarat radio ketika sampai pada penerima, sehingga daya yang bisa dihasilkan oleh penerima menjadi tidak stabil, kadang kuat dan kadang lemah.Peristiwa terjadinya fading sebenarnya akibat isyarat langsung dan tidak langsung. Bila keduanya sampai pada penerima dalam keadaan yang sefasa, keduanya akan saling memperkuat ,sehingga hdaya terima pesawat akan menjadihbagus. Keadaan sebagaimana di atas sebenarnya karena pengaruh perubahan lapisan E dan F. Kedua lapisan ini umumnya dalam kondisi tidak tetap, selalu berubah-ubah setiap saat. Perubahan itu jelas mempengaruhi jalannya gelombang radio. Akibatnya kedua gelombang itu senantiasa hsaling berubah fasa terhadaphsatuhsamahlain. 2.5.2. Antena Penerima FM Rx adalah singkatan dari Receive atau penerima. Semua radio mempunyai titik minimal, dimana jika sinyal yang diterima lebih rendah dari titik minimal tersebut maka data yang dikirim tidak dapat di terima. Titik minimal sensitifitas Rx didefinisikan dalam dBm atau W. Bagi sebagian besar radio, sensitifitas Rx di definisikan sebagai level dari Bit Error Rate (BER). Biasanya kita mengunakan standard Bit Error Rate (BER) sama dengan 10-5 (99.999%). Pada peralatan WiFi, sensitifitas penerima ini biasanya dalam range -79 sampai -80-an dBm. Biasanya sinyal yang di terima lebih tinggi dari sensitifitas penerima dan akan berubah-ubah tergantung pada banyak faktor. Noise / derau harus jauh lebih rendah dari sensitifitas penerima. Para peralatan WiFi, noise / derau biasanya sekitar -90 sampai -96 dBm. Noise di definisikan sebagai sinyal yang tidak kita inginkan yang di terima oleh pesawat penerima. Blok diagram Antena Penerima FM Mono dan Blok Diagram

Penerima FM Stereo ditunjukkan pada Gambar 2.11 dan 2.12.

Gambar 2.11 Blok Diagram Antena Penerima FM Mono

Gambar 2.12 Blok Diagram Penerima FM Stereo Antena Penerima FM terdiri dari Antena Penerima FM Stereo dan Antena Penerima FM mono dimana setiap blok memiliki fungsinya masing masing yaitu sebagai berikut : Fungsi Masing-masing Blok yaitu : 1. Antena berfungsi menangkap sinyal-sinyal bermodulasi yang berasal dari antena pemancar. 2. Penguat RF berfungsi unutk menguatkan sinyal yang ditangkap oleh antena sebelum diteruskan ke Blok Mixer (pencampur). 3. Osilator Lokal berfungsi untuk membangkitkan getaran frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi sinyal keluaran RF. Dimana hasilnya akan diteruskan ke Blok Mixer.

4. Mixer atau pencampur berfungsi untuk mencampurkan ke dua frekuensi yang berasal dari RF Amplifier dan Osilator Lokal. Hasil dari olahan mixer adalah Intermediate Frequency (IF) dengan besar 10.7 MHz. 5. Penguat IF digunakan untuk menguatkan Frekuensi Intermediet (IF) sebelum diteruskan ke blok limiter. 6. Limiter atau pembatas berfungsi untuk meredam amplitudo gelombang yang sudah termodulasi (sinyal yang dikirim pemancar) agar terbentuk sinyal FM murni (beramplitudo rata). 7. Detektor FM digunakan untuk mendeteksi perubahan frekuensi bermodulasi, menjadi sinyal informasi (Audio). 8. De-emphasis berfungsi untuk menekan frekuensi audio yang besarnya berlebihan (tinggi) yang dikirim oleh pemancar. 9. AFC (Automatic Frequency Control / Pengendali Frekuensi Otomatis) : berfungsi unutk mengatur frekuensi osilator lokal secara otomatis agar tetap stabil. 10. Dekoder Stereo digunakan unutk memproses sinyal Stereo, sehingga hasilnya diteruskan pada 2 buah penguat AF (FM Stereo). 11. Penguat Audio digunakan untuk menyearahkan getaran/ sinyal AF serta meningkatkan level sinyal audio dan kemudian diteruskan penguat AF ke suatu pengeras suara. 12. Speaker (pengeras suara) digunakan untuk mengubah sinyal atau getaran listrik berfrekuensi AF menjadi getaran suara yang dapat didengar oleh telinga manusia. 2.6. Catu Daya Secara umum istilah catu daya biasanya berarti suatu sistem penyearah filter (rectifier filter ) yang berfungsi mengubah AC menjadi DC murni. Banyak rangkaian catu daya yang berlainan yang digunakan untuk pekerjaan tersebut. Komponen dasar yang digunakan untuk rangkaian yang lebih sederhana adalah transformator, penyearah, resistor, kapasitor dan inductor.catu yang diatur secara lebih kompleks dapat menambahkan transistor atau triode sebagai pengindera-

tegangan dan pengontrolan tegangan, ditambah dengan diode zener atau tabung VR untuk menyediakan tegangan acuan (refrence). Catu daya memiliki jenis rangkaian penyearah gelombang yaitu : 2.6.1 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Rangkaian penyearah yang paling sederhana adalah rangkaian setengah gelombang. Masukkan AC menghasilkan GGL (Gaya Gerak Listrik) bolak- balik dibagian sekunder transformator, yang berusaha mendorong arus melalui rangkaian sekunder, saat pertama ke salah satu arah dan kemudian kea rah yang berlawanan secara bergantian. Tanpa penyearah AC akan mengalir melalui resistor beban. Dengan penyearah, arus dapat mengalir pada satu arah saja. Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang ditunjukkan pada Gambar 2.13.

Gambar 2. 13 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang dengan filter C Gambar 2.13 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata. Gambar2.14 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.

Gambar 2.14 Bentuk Gelombang dengan filter kapasitor 2.6.2 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4 dioda dan Rangkaian penyearah Gelombang Penuh ditunjukkan pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh 2.7 Modulasi dan Demodulasi FM Pada frekuensi Modulasi terdapat proses Modulasi dan Demodulasi. Dibawah ini adalah penjelasan dari Proses Modulasi dan Demodulasi FM tersebut.

2.7.1

Modulasi Frekuensi Modulasi frekuensi yaitu proses modulasi yang terjadi dengan mengubah-

ubah frekuensi gelombang pembawa sesuai dengan perubahan frekuensi sinyal informasi. Di pemancar radio dengan teknik modulasi FM, frekuensi gelombang carrier akan berubah seiring perubahan sinyal suara atau informasi lainnya. Amplitudo gelombang carrier relatif tetap. Setelah dilakukan penguatan daya sinyal (agar bisa dikirim jauh), gelombang yang telah dimodulasi dipancarkan melalui antena. Seperti halnya gelombang termodulasi AM, gelombang ini pun akan mengalami redaman oleh udara dan mendapat interferensi dari frekuensifrekuensi lain, noise, atau bentuk-bentuk gangguan lainnya. Tetapi, karena gangguan itu umumnya berbentuk variasi amplitudo, kecil kemungkinan dapat mempengaruhi informasi yang menumpang dalam frekuensi gelombang carrier. Sehingga, mutu informasi yang diterima tetap baik. Dan, kualitas audio yang diterima juga lebih tinggi daripada kualitas audio yang dimodulasi dengan AM. Proses modulasi yang terjadi pada FM dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pembawa RF merupakan proses ini menghasilkan gelombang yang sudah dimodulasi dengan frekuensi yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan frekuensi gelombang informasi yang dimodulasikan. b. Disaat kurva gelombang informasi sedang mengarahkan ke puncak, frekuensi gelombang FM menjadi lebih rendah dari frekuensi gelombang AM. Oleh sebab itu di katakan bahwa band frekuensi yang dipakai pada radio FM lebih lebar di bandingkan dengan frekuensi yang dibutuhkan oleh sistem radio AM,yaitu band frekuensi diatas HF. Akibat penggunaan band frekuensi yang lebar ini, sistem FM memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sistem AM.

Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain: a. Pengurangan Interferensi : Bila dibandingkan dengan AM, FM menawarkan peningkatan yang nyata dalam gangguan. Mengingat fakta bahwa sebagian besar diterima kebisingan - kebisingan amplitudo, penerima FM dapat menghapus sensitivitas amplitudo dengan

mengendarai jika diperlukan. b. Penghapusan banyak efek variasi kekuatan sinyal : FM banyak digunakan untuk aplikasi mobile karena variasi amplitudo tidak menyebabkan perubahan dalam tingkat audio. Seperti audio dibawa oleh variasi frekuensi daripada yang amplitudo, di bawah kondisi kekuatan sinyal yang baik, ini tidak memanifestasikan dirinya sebagai perubahan dalam tingkat audio. c. Transmitter efisiensi penguat : Sebagai modulasi dilakukan dengan variasi

frekuensi, ini berarti bahwa pemancar daya amplifier dapat dibuat non-linear. Penguat ini dapat dibuat menjadi jauh lebih efisien daripada yang linier, sehingga menghemat daya baterai berharga - komoditas yang berharga untuk peralatan mobile atau portable

Gambar 2.16 Bentuk Gelombang Modulasi FM 2.7.2 Demodulasi FM Demodulasi digital adalah proses untuk mendapatkan sinyal informasi kembali dari sinyal termodulasi pada gelombang pembawa (carrier) yang berupa sinyal digital.

Gambar 2.17 Diagram Blok Demodulasi FM 2.8 Motor DC Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah ( Listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau mekanik, dimana tenaga gerak tersebut berupa putaran dari pada motor. Motor arus searah, sebagaimana namanya, menggunakan arus langsung yang tidak langsung/directunidirectional. Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas. Motor DC ditunjukkan pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18 Motor DC Motor DC memiliki tiga komponen yaitu : 2.8.1 Kutub medan. Secara sederhana digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo yang menggerakan bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur medan. 2.8.2 Dinamo. Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke As penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo.

2.8.3

Commutator. Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah

untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo. Commutator juga membantu dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber daya. Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali kecepatan, yang tidak mempengaruhi kualitas pasokan daya. Motor ini dapat dikendalikan dengan mengatur:
a.

Tegangan dinamo meningkatkan tegangan dinamo akan meningkatkan kecepatan Arus medan menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan.

b.

Dengan bertambah majunya teknologi magnet permanen, motor DC tersebut banyak sekali mempergunakan magnet permanen bagi pembangkitan medan magnetnya. Juga terdapat motor DC daya kecil, yang mempunyai konstruksi rotor khususnya yaitu tanpa memakai besi, yang sering disebut moving coil motor, atau mur dengan lilitan berputar. 2.8.4 Stator Stator adalah bagian yang tak berputar (diam) yang mempunyai bagian terdiri dari rangka stator yang merupakan salah satu bagian utama dari generator yang terbuat dari besi tuang dan ini merupakan rumah dari semua bagian-bagian generator..Didalam stator generator terdapat belitan belitan penghantar yang disusun sedemikian rupa sesuai kaidah baik jumlah lilitan, jarak antara lilitan (pitch factor) dan beda sudut antara phase, sehingga dapat menghasilkan n tegangan 3 phase yang mempunyai sudut 120 derajat terhadap phase lainnya. Bagian-bagiannya secara sistematis sebagai berikut :

a. Kerangka Stator Sebagai rumah dari kesemua komponen generator atau bisa disebut bagian terluar dari generataor. Terbuat dari besi cor yang kuat dan kokoh. Bentuknya relatif silinder dengan dudukan di salah satu bagianya dan kedua tutup pada ujungnya. b. Name Plate Sebuah plat yang menempel pada kerangka yang memuat keterangan dari generator mulai dari tegangan, putaran arus, merk, model jumlah alur dll. c. Terminal Bagian yang digunakan untuk menyambung keluaran / output dari generator d. Bearing/laker Sebagai tempat lubang masukan untuk stator, dibuat untuk memperkecil rugi gesek antara stator dengan rotor. Dipasang pada tutup atas dan bawah kerangka stator. e. Inti stator Terbuat dari lembaran-lembaran atau lberlapisbesi elektris yang

tereliminasi satu dengan yang lain. Lembaran-lembaran ini kemudian diikat menjadi satu membentuk stator, laminasi digunakan agar rugi-rugi arus kecil. Inti stator mempunyai alur-alur slots dimana kumparan stator diletakkan f. Slot/alur Bagian dari inti stator yang bentuknya sebuah cekungan, yang di dalamnya nanti diisi dengan lilitan

g. Pelindung lilitan Pelindung ini biasanya menggunakan kertas prespan maupun plastic isolator. Ditempatkan pada alaur/slot yang fungsinya untuk membungkus belitan agar tidak tergores saat proses pemasangan ke alur h. Lilitan/ belitan Lilitan ini merupakan kumpulan dari kawat email yang ditata sedemikian rupa menempati slot/alur.. Pada kumparan stator terdapat sisi kumparan yang terletak dalam alur-alur, dan kepala-kepala kumparan yang menghubungkan sisi-sisi kumparan diluar alur-alur satu sama lain. Tiap-tiap kumparan terdiri atas satu lilitan atau lebih disesuaikan menurut besar tegangan. Jumlah kawat tiap sisi kumparan sama banyaknya dengan jumlah lilitan pada tiap-tiap kumparanBisa berupa lilitan utama dan lilitan Bantu. i. Benang Benang disisni digunakan untuk mengikat kepala belitan agar tidak bergerak dari posisi awal. Sehingga kemungkinan bergesekan dengan rotor kecil j. Serlak Bentuk awalnya berupa cairan, setelah kering akan mengeras. Setelah lilitan dipasang ndan diikat dengan benang, untuk membuatnya semakin kuat diberi lapisan serlak untuk menjaga lilitan semakin kuat dan bertahan pada posisis semula. Serlak ini berfungsi menjaga agar tidak terjadi hubungan pendek dan meningkatkan tahannan isolasi.

2.8.5 Rotor Rotor pada motor arus searah mempunyai kumparan tidak hanya satu . rotornya terdiri dari kumparan dan komutator yang banyak untuk mendapatkan momen gaya yang terus menerus (continue). Moment Gaya pada mesin berkutup empat ditunjukkan pada Gambar 2.19.

Gambar 2.19 Moment Gaya Total Pada Mesin Berkutup Empat Besarnya momen gaya pada rotor adalah :

..persamaan (2.4) Dimana : P A Z Ia : jumlah kutub. : jumlah cabang paralel lilitan pada motor. : jumlah kawat penghantar pada kumparan lilitan rotor (sisi kumparan). : arus yang mengalir pada rotor .

Dari persamaan diatas ternyata bahwa momen gaya motor dc sebanding dengan arus yang mengalir pada rotor dan fluks magnet yang melewati rotor. 2.8.6 Jenis-Jenis Generator DC Generator DC berdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar (anker) dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Generator penguat terpisah 2. Generator shunt 3. Generator kompon 2.8.6.1 Generator Penguat Terpisah Pada generator penguat terpisah, belitan eksitasi (penguat eksitasi) tidak terhubung menjadi satu dengan rotor. Terdapat dua jenis generator penguat terpisah, yaitu: 1. Penguat elektromagnetik (Gambar 2.20.a) 2. Magnet permanent / magnet tetap (Gambar 2.20.b)

Gambar 2.20. Generator Penguat Terpisah Energi listrik yang dihasilkan oleh penguat elektromagnet dapat diatur melalui pengaturan tegangan eksitasi. Pengaturan dapat dilakukan secara elektronik atau magnetik. Generator ini bekerja dengan catu daya DC dari luar yang dimasukkan melalui belitan F1-F2. Penguat dengan magnet permanen menghasilkan tegangan output generator yang konstan dari terminal rotor A1-A2. Karakteristik tegangan V relatif konstan dan tegangan akan menurun sedikit ketika arus beban I dinaikkan mendekati harga nominalnya.

Gambar 2.21. Karakteristik Generator Penguat Terpisah Dari gambar 2.21 menunjukkan karakteristik sebagai berikut : a. karakteristik generator penguat terpisah saat eksitasi penuh (Ie 100%) dan saat eksitasi setengah penuh (Ie 50%). Ie adalah arus eksitasi, I adalah arus beban.Tegangan output generator akan sedikit turun jika arus beban semakin besar. b. Kerugian tegangan akibat reaksi jangkar.

c. Perurunan tegangan akibat resistansi jangkar dan reaksi jangkar, selanjutnya mengakibatkan turunnya pasokan arus penguat ke medan magnet, sehingga tegangan induksi menjadi kecil. 2.8.6.2 Generator Shunt Pada generator shunt, penguat eksitasi E1-E2 terhubung paralel dengan rotor (A1-A2). Tegangan awal generator diperoleh dari magnet sisa yang terdapat pada medan magnet stator. Rotor berputar dalam medan magnet yang lemah, dihasilkan tegangan yang akan memperkuat medan magnet stator, sampai dicapai tegangan nominalnya. Pengaturan arus eksitasi yang melewati belitan shunt E1-E2 diatur oleh tahanan geser. Makin besar arus eksitasi shunt, makin besar medan penguat shunt yang dihasilkan, dan tegangan terminal meningkat sampai mencapai tegangan nominalnya. Diagram rangkaian generator shunt dapat dilihat pada Gambar 2.22.

Gambar 2.22 Diagram Rangkaian Generator Shunt Jika generator shunt tidak mendapatkan arus eksitasi, maka sisa megnetisasi tidak akan ada, atau jika belitan eksitasi salah sambung atau jika arah putaran terbalik, atau rotor terhubung-singkat, maka tidak akan ada tegangan atau energi listrik yang dihasilkan oleh generator tersebut.

Gambar 2.23. Karakteristik Generator Shunt. Generator Shunt mempunyai karakteristik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.23 Tegangan output akan turun lebih banyak untuk kenaikan arus beban yang sama, dibandingkan dengan tegangan output pada generator penguat terpisah. Sebagai sumber tegangan, karakteristik dari generator penguat terpisah dan generator shunt tentu kurang baik, karena seharusnya sebuah generator mempunyai tegangan output yang konstan, namun hal ini dapat diperbaiki pada generator kompon. 2.8.6.3 Generator Kompon Generator kompon mempunyai dua penguat eksitasi pada inti kutub utama yang sama. Satu penguat eksitasi merupakan penguat shunt, dan lainnya merupakan penguat seri. Diagram rangkaian generator kompon ditunjukkan pada Gambar 2.24. Pengatur medan magnet (D1-D2) terletak di depan belitan shunt.

Gambar 2.24. Diagram Rangkaian Generator Kompon Gambar 2.25 menunjukkan karakteristik generator kompon. Tegangan output generator terlihat konstan dengan pertambahan arus beban, baik pada arus eksitasi penuh maupun eksitasi 50%. Hal ini disebabkan oleh adanya penguatan lilitan seri, yang cenderung naik tegangannya jika arus beban bertambah besar. Jadi ini merupakan kompensasi dari generator shunt, yang cenderung tegangannya akan turun jika arus bebannya naik.

Gambar 2.25 Karakteristik Generator Kompon

2.9

Remote Control Remote control adalah komponen dari elektronik perangkat, yang

digunakan untuk mengoperasikan perangkat nirkabel dengan jarak jauh. Remote control dapat dikontrak untuk jarak jauh atau controller. Hal ini dikenal dengan banyak nama lainnya juga, seperti konverter clicker, "Kotak" didge, sirip, tuner, changer, atau tombol. Umumnya, remote control IR Konsumen perangkat yang digunakan untuk mengeluarkan perintah dari jarak jauh untuk televisi atau lainnya elektronik konsumen seperti stereo sistem, DVD player dan Dimmer . Remote control untuk perangkat ini biasanya kecil benda genggam nirkabel dengan berbagai tombol untuk menyesuaikan berbagai pengaturan seperti saluran televisi, nomor track, dan volume suara. Bahkan, untuk sebagian besar perangkat modern dengan kontrol seperti ini, remote berisi semua fungsi kontrol sementara perangkat yang dikendalikan itu sendiri hanya memiliki sedikit kontrol utama yang penting. Sebagian besar perangkat remote berkomunikasi dengan masingmasing melalui inframerah (IR) dan beberapa sinyal melalui sinyal radio. 2.10 Mikrokontroller AT 89C51 Mikrokontroler AT89S51 ialah mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 4KB Flash Programmable dan Erasable Read Only Memory (PEROM).

Mikrokontroler berteknologi memori non volatile kerapatan tingi dari Atmel ini kompatibel dengan mikrokontroler standar industri MCS-51 (seperti

mikrokontroler 8031 yang terkenal dan banyak digunakan beberapa waktu lalu) baik pin kaki IC maupun set instruksinya serta harganya yang cukup murah. AT89S51 mempunyai memori yang terdiri dari RAM internal sebesar 128 byte dengan alamat 00H-7FH dapat diakses menggunakan RAM address register. RAM Internal ini terdiri dari Register Banks dengan 8 buah register (R0R7).Memori lain yaitu 21 buah Special Function Register dimulai dari alamat 80H-FFH. RAM ini beda lokasi dengan Flash PEROM dengan alamat 000H 7FFH.

Dalam penerapanya, mikrokontroler bekerja sebagai pengendali kerja penampil LED matriks secara keseluruhan mulai dari penulisan dan pembacaan data untuk perubahan karakter tampilan, pengontrolan scanning system hingga antarmuka keyboard sebagai data masukan sebuah karakter ke dalam penampil LED matriks 732.Penggunaan mikrokontroler bekerja dalam ragam single chip operation (mode operasi keping tunggal) yang tidak memerlukan memori luar atau sering disebut juga dengan sistem minimum mikrokontroler. 2.10.1 Arsitektur Mikrokontroller AT89S51 Mikrokontroller AT89S51 mempunyai 40 pin, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.18 Arsitektur Pin AT89S51

Deskripsi pin a. Pin 1 sampai 8 (Port 1) Merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah. Dengan internal pull-up yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Pada port ini juga digunakan sebagai saluran alamat pada saat pemograman dan verifikasi. b. Pin 9 (Reset) Merupakan masukan reset (aktif tinggi), pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset Mikrokontroller ini. c. Pin 10 sampai 17 (Port 3) Merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pull-ups yang memiliki fungsi pengganti. Bila fungsi pengganti tidak dipakai, maka ini dapat digunakan sebagai port paralel 8 bit serbaguna. Selain itu sebagian dari port 3 dapat berfungsi sebagai sinyal kontrol pada saat proses pemograman dan verifikasi. Adapun fungsi penggantinya seperti pada tabel 2.3. berikut ini. Tabel 2.2 Fungsi Khusus dari Port 3

d. Pin 18 dan 19 Ini merupakan masukan ke penguat osilator berpenguat tinggi. Pada

Mikrokontroller ini memiliki seluruh rangkaian osilator yang diperlukan pada serpih yang sama (on chip) kecuali rangkaian kristal yang mengendalikan frekuensi osilator. Karenanya 18 dan 19 sangat diperlukan untuk dihubungkan dengan kristal. Selain itu XTAL 1 dapat juga sebagai input untuk inverting

oscilator amplifier dan input ke rangkaian internal clock sedangkan XTAL 2 merupakan output dari inverting oscilator amplifier e. Pin 20 Merupakan ground sumber tegangan yang diberi simbol GND f. Pin 21 sampai 28 (Port 2) ini adalah port 2 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pull-ups. Saat pengambilan data dari program memori eksternal atau selama mengakses data memori eksternal yang menggunakan alamat 16 bit (MOVX @ DPTR), port 2 berfungsi sebagai saluran/bus alamat tinggi (A8 A15). Sedangkan pada saat mengakses ke data memori eksternal yang menggunakan alamat 8 bit (MOVX @ R1), port 2 mengeluarkan isi dari P2 pada Spesial Function Register. g. Pin 29 (PSEN) Program Store Enable (PSEN) merupakan sinyal pengontrol untuk mengakses program memori eksternal masuk ke dalam bus selama proses

pemberian/pengambilan instruksi (fetching). h. Pin 30 (ALE/PROG) Address Latch Enable (ALE/PROG) merupakan penahan alamat memori eksternal (pada port 1) selama mengakses ke memori eksternal. Pena ini juga sebagai pulsa/sinyal input pemograman (PROG) selama proses pemograman. i. Pin 31 External Access Enable (EA) merupakan sinyal kontrol untuk pembacaan memori program. Apabila diset rendah (L) maka Mikrokontroller akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori program eksternal, sedangkan apabila diset tinggi (H) maka Mikrokontroller akan melaksanakan instruksi dari memori program internal ketika isi program counter kurang dari 4096. ini juga berfungsi sebagai tegangan pemograman (VPP = +12V) selama proses pemograman. j. Pin 32 sampai 39 Ini adalah port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open colector, dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Pada saat proses pemograman dan verifikasi

port 0 digunakan sebagai saluran/bus data. External pull-ups diperlukan selama proses verifikasi. k. Pin 40 Merupakan sumber tegangan positif yang diberi simbol VCC (power supply).

Gambar 2.19 Struktur Memori I/O AT89S51


.

2.10.2 Organisasi Memori Mikrokontroller AT89S51 AT89S51 yang merupakan versi EEPROM dari 8051 yang program memorinya dapat diprogram dan dihapus secara elektrik. AT89S51 mempunyai lokasi alamat yang terpisah untuk program memori dan data memori.

2.10.3 Memori Program Memori program hanya bisa dibaca saja karena bersifat sebagai ROM. Memori ini disimpan dalam Flash PEROM.Memori program yang bisa diakses langsung hingga64 Kbyte. Pada gambar memori program terdapat strobe (tanda) untuk akses memori program eksternal melalui sinyal (Program Strobe Enable). Mikrokontroler AT89S51 mempunyai 4 K byte memori program internal.

Bila memakai memori program eksternal, maka pin diberi Logika Low. Apabila ingin memakai memori program internal pin diberi Logika High. 2.10.4 Memori Data Memori data menempati ruang alamat terpisah. Memori eksternalnya dapat diakses secara langsung hingga 64 Kbyte. CPU akan memberikan sinyal

baca dan tulis selama mengakses memori data eksternal. 1. Akumulator ACC atau akumulator menempati lokasi E0H dan digunakan sebagai register untuk penyimpanan data sementara dalam program. 2. Register B Register B terletak pada lokasi F0H. Register ini digunakan selama operasi perkalian dan pembagian. Saat intstruksi MUL AB terjadi perkalian antara akumulator dengan data yang tersimpan dalam register B dan hasilnya16 bit disimpan dalam register B dan akumulator (A) . Instruksi DIVA B melakukan pembagian antara akumulator dengan data yang tersimpan dalam register B. 3. Stack Pointer (SP) Register SP terletak pada lokasi 81H. SP merupakan register dengan panjang 8 bit dan digunakan dalam proses simpan dan ambil dari/ke stack. 4. Data Pointer Register Data Pointer atau DPTR mengandung byte tinggi DPH) dan byte rendah (DPL) masing-masing berada di lokasi 83H dan 82H. DPTR dapat dimanipulasi sebagai dua register 8 bit yang terpisah. Register Kontrol (Control Register) pada register kontrol terdapat TMOD sebagai pewaktu. Timer Register merupakanregister pencacah 16 bit.Timer 0 high dan timer 0 low terdapat pada

masing-masing 8CH dan8AH. Timer1 high dan timer 1 low terdapat dilokasi 8DH dan 8BH.

2.10.5 Memori Eksternal Selain PEROM dan internal RAM yang terdapat pada mikrokontroler AT89S51, DT51 juga mempunyai memori eksternal berjenis EEPROM (Electrical Erasable Programmable Read Only Memory). Sesuai dengan

namanya maka EEPROM dapat ditulis dan dihapus secara elektrik, mirip seperti RAM namun bersifat non volatile sehingga data yang tersimpan dalam EEPROM tidak hilang meskipun catu daya dimatikan.

2.10.6 Set Instruksi Ada beberapa instruksi yang dikenal oleh mikrokontroler AT89S51 yaitu: 2.10.6.1 Instruksi Aritmatika (Instruksi Perhitungan ) Operasi dasar aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dimiliki oleh AT89S51 dengan mnemonic, INC, ADD, ADDC, SUBB, DEC, MUL, dan DIV. Deskripsi mnemonic tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. INC = Menambahkan satu isi sumber operand dan hasilnya disimpan operand. b. ADD = Penjumlahan antara akumulator dengan sumber operand dan hasilnya disimpan di akumulator. c. ADDC = Hasil dari instruksi ADD ditambah satu bila CY diset. d. SUBB = Pengurangan akumulator dengan sumber operand, lalu kurangi satu bila CY diset, hasilnya disimpan dalam operand tersebut. e. DEC = Mengurangi sumber operand dengan satu, dan hasilnya disimpan dalam operand tersebut. f. MUL = Perkalian antara akumulator dengan register B. g. DIV = Pembagian antara akumulator dengan register B dan hasilnya disimpan dalam akumulator, sisanya di register B.

2.10.6.2 Intruksi Logika Mikrokontroller AT89S51 dapat melakukan operasi logika bit maupun operasi logika byte. Operasi logika tersebut dibagi atas dua bagian yaitu : 1. Operasi logika operand tunggal, yaitu terdiri dari : CRL, SETB, CPL, RCL, RR, RRL, dan SWAB. 2. Operasi logika dua operand, yaitu terdiri dari : ANL, ORL, dan XRL. Operasi yang dilakukan oleh AT89S51 dengan pembacaan instruksi logika dapat dijelaskan sebagai berikut : b. CLR -- Menghapus bit atau byte menjadi satu.

c. SETB -- Menset bit atau byte menjadi satu. d. CPL e. RL f. RR g. RRL -- Mengkomplementasikan akumulator. -- Rotasi akumulator 1 bit digeser melalui carry flag. -- Rotasi akumulator 1 bit ke kanan. -- Rotasi akumulator 1 bit ke kiri.

h. SWAB -- Pertukaran nibble order rendah dengan nibble orded tinggi. i. ANL -- Operasi logika AND dan hasilnya disimpan dalam operand pertama. j. ORL -- Operasi logika OR dan hasilnya disimpan dalam operand pertama. k. XRL -- Operasi logika X-OR dan hasilnya disimpan di operand pertama. 2.10.6.3 Instruksi Transfer Data Instruksi transfer data terbagi menjadi dua belas operasi sebagai berikut : a. Transfer data umum (General Purpose Transfer), yaitu : MOV, PUSH, dan POP. b. Transfer spesifikasi akumulator (Accumulator Specific Transfer), yaitu : XCH, XCHD, dan MOVC. Instruksi transfer data adalah instruksi pemindahan atau pertukaran antara operand sumber dengan operand tujuan. Operand-nya dapat berupa register, memori atau suatu memori. Deskripsi instruksi transfer data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. MOV -- Transfer bit atau byte dari operand sumber ke operand tujuan. b. PUSH -- Transfer byte dari operand sumber ke suatu lokasi dalam stack yang ditujukan oleh register penunjuk (stack pointer). c. POP -- Transfer byte dalam stack ke operand tujuan.

d. XCH -- Pertukaran data antara operand akumulator dengan operand sumber. e. XCHD -- Pertukaran nibble rendah anatar RAM internal (lokasi ditujukkan oleh R0 dan R1) dengan akumulator.

BAB III Perancangan Sistem Pintu Garasi Otomatis ini diawali dengan pembuatan blok diagram dari sistem tersebut. Dimana tiap-tiap blok berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Perancangan sistem ini dibagi atas dua bagian yaitu perancangan secara hardware dan software. 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware berupa rangkaian-rangkaian yang ada pada tiap komponen-komponen yang dibutuhkan dalam perancangan dan pembuatan Pintu Garasi Otomatis. 3.1.1 Diagram Blok Sistem Perancangan Hardware dapat digambarkan melalui diagram blok. Diagram blok merupakan salah satu cara yang paling sederhana untuk menjelaskan cara kerja dari suatu sistem dan memudahkan untuk melokalisir kesalahan dalam suatu sistem. Diagram blok dapat menganalisa cara kerja rangkaian dan merancang hardware yang akan dibuat secara umum. Diagram blok merupakan pernyataan hubungan yang berurutan dari satu atau lebih komponen yang memiliki satu kesatuan kerja tersendiri, dan setiap blok rangkaian mempengaruhi blok rangkaian yang lain. Diagram blok sistem ini mempunyai beberapa blok penting. Adapun diagram blok sistem ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Tombol Buka

Mikrokontroller

Mikrokontroller

Led Infra Merah

Tombol Tutup

IC Penerima IR

Driver Motor

Pintu

Motor Dc

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem

Adapun fungsi dari masing-masing blok tersebut adalah : Rangkaian Led Infra Merah : Rangkaian Ic Penerima IR Rangkaian Driver Motor Rangkaian Motor DC Rangkaian Mikrokontroller sistem pintu otomatis ini. : : : : rangkaian ini merupakan inti dari diagram blok

3.1.2

Rangkaian Remote Control Pada remote control terdapat dua bagian yang utama yaitu : bagian

transceiver dan bagian receiver. Bagian transmitter dalam hal ini menggunakan remote yang sudah jadi, yaitu remote untuk TV. Sedangkan bagian penerimanya dibangun dari dioda infra merah, filter, dan penguat sinyal/amplifier. 3.1.2.1 Rangkaian Receiver Untuk dapat mengambil data yang dipancarkan oleh remote maka harus dibuat rangkaian penerima yang terdiri dari op-amp, IC 74LS04 (inverter), multi tune variable resistor, IR dioda (receiver) dan beberapa komponen penunjang. Rangkaian receivernya dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Rangkaian Receiver Remote Penggunaan dari op-amp ini untuk mengatur penguatan dari sinyal yang diterima oleh IR dioda. Sinyal yang diterima oleh IR dioda ini akan dimasukkan rangkaian High Pass Filter (C dan R). Kombinasi nilai dari C dan R ini diperoleh dengan menggunkanan rumus :

.persamaan(3.1) Sinyal yang keluar dari rangkaian High Pass Filter dikuatkan dua kali. Rangkaian penguat 1 adalah non-inverting amplifier dengan menggunakan opamp LM358. Kemudian output dari rangkaian penguat 1 dikuatkan sekali lagi dengan penguatan non inverting amplifier juga dengan op-amp LM358. Sinyal yang keluar dari rangkaian penguat 2 ini masih mengandung sinyal carrier. Untuk itu sinyal carriernya perlu dihilangkan dengan cara menambahkan rangkaian Low Pass Filter (R dan C).

Penggunaan rangkaian High Pass Filter dan Low Pass Filter ini untuk membatasi frekuensi yang diterima, sinyal yang berada di bawah 159.23 Hz dan di atas 7.24 kHz tidak dilewatkan. Dengan rangkaian Low Pass Filter tersebut maka sinyal carrier dari remote TV Sony tidak akan dilewatkan Kemudian sinyal itu disempurnakan dengan menambahkan rangkaian comparator dengan mengunakan op-amp tipe LM339. Komparator ini berfungsi jika tegangan yang masuk kurang dari tegangan referensinya maka outputnya akan low sebaliknya jika tegangan yang masuk melebihi tegangan referensi maka outputnya akan high. Output dari LM339 ini akan dimasukkan IC 74LS04 sebagai inverter.

Remote Control dibagi menjadi 3 menurut jenis pengkodeannya : 1. Pulses coded Jenis ini mengatur panjang pulsanya, sehingga pulsanya divariasi untuk menunjukkan data itu berlogic high atau low. Yang dijadikan variasi adalah pulsa highnya. Metode ini dipakai oleh remote Sony.

Gambar 3.3 Pulses Coded 2. Space coded Metode ini juga mengatur panjang pulsanya untuk menunjukkan data tersebut berlogic low atau high. Tetapi yang diatur adalah lebar pulsa lownya. Jenis ini diterapkan oleh remote Panasonic

Gambar 3.4 Space Coded 3. Shift coded Metode ini yang paling berbeda diantara kedua metode di atas. Metode ini menggunakan prinsip perbedaan fase untuk menunjukkan data yang dikirim berlogic low atau high. Metode pengiriman data ini diterapkan oleh remote Philips.

Gambar 3.5 Shift Coded Penggunaan infra red sangat bagus dalam komunikasi dan kontrol suatu sistem. Infra red adalah frekuensi radiasi yang bekerja di bawah tingkat sensitivitas mata manusia. Jadi manusia tidak dapat melihat sinar tersebut. Gambaran sinyal yang dikirimkan oleh transmitter dan diterima oleh IR demodulator dapat ditunjukkan pada Gambar 3.6 sebagai contoh yang dikirimkan adalah header:

Gambar 3.6 Hubungan Antara Sinyal Tx dan Rx

Jika transmitter mengirimkan sinyal on dan off maka pada receiver juga menerima sinyal on dan off. Tetapi receiver hanya mendeteksi ada carrier atau tidak. Jika ada data carrier maka pulsa yang dikirimkan adalah high sebaliknya jika tidak ada carrier maka pulsa yang dikirimkan adalah low. Sinyal carrier sebesar 40 kHz yang diterima oleh receiver akan hilang, karena pada receiver sudah dibatasi dengan menggunakan rangkaian High Pass Filter dan Low Pass Filter, frekuensi yang kurang dari 159.23 Hz dan lebih dari 7.24 kHz tidak dilewatkan. Sedangkan sinyal informasi sebesar 4T=2200s (454.54 Hz) akan diterima begitu juga pulsa lownya sebesar 1T=550s (1.82 kHz) akan diterima

untuk diolah sebagai data header. Salah satu contoh aplikasi dari penggunaan infra red adalah pada TV/VCR remote control. Infra red ini bekerja pada range frekuensi antara 30-60 kHz. 3.1.3 Rangkaian Driver Motor Rangkaian driver motor stepper merupakan rangkaian driver yang sangat sederhana dan mudah dibuat hanya dengan beberapa komponen. Rangkaian driver ini menggunakan satu buah transistor pada setiap input cacahan motor stepper sebagai driver. Transistor juga berfungsi sebagai pelewat arus kumparan motor, sehingga pada terminal output gerbang tidak akan terbebani. Pada kolektor masing-masing transistor dipasang dioda dengan reverse bias atau bias mundur, posisi masing-masing dioda ini adalah paralel dengan kumparan motor, hal ini dimaksudkan supaya dioda dapat meredam arus balik yang dibangkitkan oleh masing-masing kumparan motor tersebut. Peredaman berlangsung pada saat dioda bias maju, yakni dimana rangkaian yang paralel dengan dioda bias maju otomatis akan memperoleh tegangan sebesar 0,7 volt (silikon), 0.3 volt (germanium), atau bahkan 0 volt untuk dioda ideal. Kemudian sebagai pengatur kondisi logika rangkaian digunakan tiga buah gerbang logika, yaitu dua buah gerbang NOT dan satu buah gerbang XOR. Gerbang NOT berguna untuk membalik logika yang menuju basis Q1 dan Q2. Rangkaian Driver Motor ditunjukkan pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Rangkaian Driver Motor

Tabel 3.1 Tabel Kebenaran Rangkaian Motor Stepper INPUT D0 0 0 1 1 D1 0 1 0 1 KUMPARAN MOTOR YANG AKTIF KUMPARAN A, KUMPARAN B KUMPARAN B, KUMPARAN C KUMPARAN C, KUMPARAN D KUMPARAN D, KUMPARAN A

Dari tabel kebenaran diatas dapat kita peroleh Analisa dan Prinsip Kerja dari Rangkaian Driver Motor Stepper adalah sbb : 1. Putaran 360 derajat (satu kali putaran penuh) diperoleh dengan empat kali cacahan yakni 0 s/d 3. 2. Setiap satu kali cacahan motor akan berputar sebanyak 90 derajat atau dengan kata lain 360 derajat dibagi dengan jumlah cacahan. 3. Dengan cacahan maju (counter up) kumparan yang akan aktif adalah teratur membentuk putaran, sedangkan jika cacahan tidak teratur maka putaran motor juga tidak akan teratur sesuai dengan kondisi logika inputnya. 4. Dengan motor stepper ini bisa menentukan jangkah putaran juga arah putaran secara bebas, lain halnya dengan motor dc biasa yang jangkah putarannya tidak bisa kita tentukan. 5. Driver motor stepper ini sebenarnya hampir sama dengan driver motor dc biasa, hanya saja pada motor dc, transistor digunakan sebagai driver satu kumparan saja, sedangkan pada motor stepper digunakan transistor lebih banyak sesuai dengan jumlah kumparan motor yang ada. 6. Intinya digunakan driver motor adalah supaya rangkaian tidak akan terbebani oleh besarnya arus yang akan melewati kumparan, oleh karena itu dimanfaatkan transistor. 7. Rangkaian driver motor stepper ini biasanya dimanfaatkan pada rangkaian elektronika berbasis robot atau programmable control.

3.1.4

Rangkaian Led Infra Merah LED adalah singkatan dari Light Emiting Dioda, merupakan komponen

yang dapat mengeluarkan emisi cahaya. LED merupakan produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang dipakai adalah galium, arsenic danphos phor us. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula.

Gambar 3.8 Rangkaian Indikator LED (Light Emiting Dioda) 3.1.4.1 Prinsip Kerja LED Jika diberi tegangan maju, LED akan mengeluarkan cahaya. Warna cahaya yang akan dihasilkan tergantung dengan jenis material dari pertemuan intensitas cahayanya yang berbanding dengan arus maju yang mengalir. Arus maju yang diserap berkisar antara 10 sampai 20 mA untuk kecerahan nyala maksimum. LED juga dapat bekerja ketika kutub anoda dihubungkan pada tegangan listrik searah DC positif (+), dan kutub katode dihubungkan pada tegangan DC negative (-) . Dalam kondisi menghantar, tegangan maju pada LED merah adalah 1,6 sampai 2,2 volt, LED kuning 2,4 volt, LED hijau 2,7 volt. Sedangkan tegangan terbaik maksimum yang dibolehkan pada LED merah adalah 3 volt, LED kuning 5 volt, LED hijau 5 volt.

3.1.5.1 Rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) Rangkaian ADC adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital, dalam arti sinyal yang awalnya tidak bisa ditentukan nilai numeriknya menjadi sinyal yang mempunyai sifat numerik. Sebenarnya saat ini sudah banyak sekali IC yang dibuat khusus untuk kegunaan fungsi ADC, bahkan ada yang sudah terintegrated dengan IC Mikrokontroller yang pastinya lebih mendukung aplikasi rangkaian yang lebih kompleks. Tetapi dengan contoh rangkaian ADC dibawah ini setidaknya kita dapat memahami prinsip kerja dari rangkaian ADC yang sesungguhnya. Rangkaian ADC ditunjukkan pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Rangkaian ADC (Analog Digital Converter) Dari gambar 3.9 dapat dilihat analisa dan prinsip kerja rangkaian tersebut sebagai berikut : 1. Rangkaian ADC diatas memanfaatkan rangkaian pembanding op-amp sebagai rangkaian dasar. Dimana perbedaan yang sedikit pada kedua terminal input op-amp akan menghasilkan tegangan sebesar Vdd atau Vcc op-amp. Jika tegangan pada terminal positif input lebih besar dari pada terminal negatif input maka keluaran adalah 9 volt (sesuai dengan Vdd),

sedangkan jika tegangan pada terminal negatif input lebih besar maka tegangan keluarannya adalah 0 volt (sesuai dengan Vcc). 2. Menggunakan 3 (tiga) buah op-amp dengan tujuan setiap satu op-amp mewakili satu jangkah pembagian tegangan input. 3. Pada masing-masing terminal negatif input op-amp mendapatkan tegangan referensi (penentuan) yang ditentukan oleh pembagian tegangan antara R1, R2, R3 dan R4. 4. R2, R3 dan R4 sengaja dibuat dengan nilai yang sama dengan maksud supaya tegangan pada terminal negatif (referensi) masing-masing op-amp membentuk jangkah atau range yang teratur. 5. Masing-masing terminal positif input op-amp digabung dan digunakan sebagai jalur input sinyal analog. Hal ini sengaja diatur supaya posisi sinyal input analog tersebut bisa dibaca oleh masing-masing op-amp yang mana pada masing-masing terminal negatif input op-amp tersebut sudah dipasang tegangan penentu. 6. Tegangan pada terminal negatif input IC2 adalah = ((R3+R4) / (R1+R2+R3+R4)) x 9 volt = (20K / 31,2K) x 9 volt = 5.77 volt 7. Tegangan pada terminal negatif input IC1 adalah = ((R2+R3+R4) / (R1+R2+R3+R4)) x 9 volt = (30K / 31,2K) x 9 volt = 8,65 volt 8. Jadi dari perhitungan tegangan referensi pada terminal negatif input ketiga op-amp tersebut adalah mempunyai delta atau jangkah tegangan 2.88 volt. 9. Tegangan 2,88 volt ini yang disebut sebagai jangkah tegangan referensi atau penentu. Jadi bisa disimpulkan bahwa rangkaian diatas akan membaca sinyal input analog : - 0 sd 2,88 volt sebagai angka 0

- > 2,88 volt sd 5,77 volt sebagai angka 1 - > 5,77 volt sd 8,65 volt sebagai angka 2 - > 8,65 volt sebagai angka 3 3.1.5.2 Rangkaian DAC (Digital to Analog Converter) Pada dasarnya rangkaian DAC dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan besarnya pengaruh rangkaian elektronika digital dalam perkembangan dunia elektronika. Sejak ditemukannya bahan semikonduktor silikon dan germanium maka dengan cepat terjadi revolusi dalam hal penyederhanaan dan keakurasian suatu rangkaian elektronika. Disamping itu dengan diterapkannya rangkaian digital akan menunjang sekali dalam hal penyimpanan dan mobilitas data. Banyak sekali data-data yang sekarang bisa dioperasikan dengan komputer adalah merupakan data-data yang dikonversi dari sinyal-sinyal analog. Sebagai contoh sinyal suara ataupun video yang berbentuk analog bisa diputar dan disimpan dengan menggunakan komputer setelah sinyal-sinyal analog tersebut diubah menjadi data-data digital.

Gambar 3.10 Rangkaian DAC (Digital to Analog Converter) Pada rangkaian DAC diatas menggunakan dua buah IC Op-Amp LM741 yang sering digunakan sebagai amplifier. IC1 berfungsi sebagai penghasil sinyal analog yang terbalik dan IC2 berfungsi membalikkan kembali sinyal dari IC1. Rangkaian dasar dari DAC adalah rangkaian penguat biasa, hanya saja digunakan variasi dari beberapa resistor guna memperoleh sinyal penguatan yang teratur. Aturan yang harus dipahami dari rangkaian DAC ini adalah nilai dari resistorresistor pada bagian input op-amp. Nilai untuk resistor pada bit tinggi (R4) harus 2x dari resistor penguat (R5), kemudian untuk bit selanjutnya harus 2x dari nilai resistor pada bit yang lebih tinggi. Jadi jika rangkaian DAC menggunakan 4 bit maka pada bit satuan (bit paling rendah) nilainya harus 8x dari bit ke-4. Dari gambar diatas bit satuan diwakili oleh resistor 80 Kohm. Contoh Kondisi : 1. 0001 (1) = SW1 ditutup dan saklar lain dibuka, tegangan output yang dihasilkan adalah (5K/80K) x 9 volt = 0,5625 volt 2. 0010 (2) = SW2 ditutup dan saklar lain dibuka, tegangan outputnya adalah (5K/40K) x 9 volt = 1,125 volt 3. 0011 (3) = SW1 dan SW2 ditutup dan saklar lain dibuka, tegangan outputnya adalah (5K/R paralel 80K dan 40K) x 9 volt = (5K/26,667K) 9 volt = 1,6875 volt 4. 1000 (8) = SW4 ditutup dan saklar lain dibuka, tegangan outputnya adalah (5K/10K) x 9 volt = 4.5 volt.

Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahawa dengan tegangan output berbanding lurus dengan kondisi masukan, misal untuk 1 desimal adalah 0.5625 volt maka, desimal 2 = 2 x 0.5625 = 1.125 volt, desimal 3 = 3 x 0.5625 = 1.6875 volt dan begitu seterusnya. Kondisi ini dikarenakan adanya hubungan paralel antara resistor-resistor input. 3.1.6 Rangkaian IC L293D Penerima IC L293D ini adalah suatu bentuk rangkaian daya tinggi terintegrasi yang mampu melayani 4 buah beban dengan arus nominal 600mA hingga maksimum 1.2 A. Keempat kanal inputnya didesain untuk dapat menerima masukan level logika TTL. Biasa dipakai sebagai driver relay, motor DC, motor stepper maupun pengganti transistor sebagai saklar dengan kecepatan switching mencapai 5kHz. Driver tersebut berupa dua pasang rangkaian h-bridge yang masing-masing dikendalikan oleh enable 1 dan enable 2. IC driver L293D merupakan H-bridge driver dengan kemampuan yang jauh lebih unggul dibandingkan H bridge biasa (terbuat dari transistor yang dirangkai menjadi H-bridge). Kelebihannya antara lain: 1. lebih mudah pembuatannya 2. mampu menangani 2 motor 3. arus dan tegangannya relatif lebih besar daripada transistor

Gambar 3.11 Konfigurasi Pin ICL293D Cara kerjanya cukup sederhana dengan memberikan tegangan 5V sebagai Vcc pada pin 16 dan 9 Volt pada pin 8 untuk tegangan motor, maka IC siap digunakan. Saat terdapat tegangan pada input 1,2, dengan memberikan logika tinggi pada enable 1 maka output 1,2 akan aktif. Sedangkan jika enable 1 berlogika rendah, meskipun terdapat tegangan pada input 1 dan 2 output tetap nol (tidak aktif). Hal ini juga berlaku untuk input dan output 3,4 serta enable 2. Pada pembuatan alat ini kami menggunakan IC L293D sebagai motor driver. IC L293D mempunyai empat pin input dan empat pin output, dapat dilihat pada Gambar 3.13 IC L293D merupakan rangkaian penyangga (buffer) pada sistem digital yang dapat mempertahankan jumlah tegangan maupun arus sehingga dapat menggerakkan motor DC dengan stabil tanpa mempengaruhi rangkaian lainnya.

Gambar 3.12 Rangkaian Penyangga Ic L239D 3.1.7 Rangkaian Motor DC Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah ( Listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau mekanik, dimana tenaga gerak tersebut berupa putaran dari pada motor. Dalam kehidupan sehari hari motor DC dapat dilihat pada motor starter mobil, pada tape recorder, pada mainan anakanak dan pada pabrikpabrik motor DC digunakan untuk traksi, elevator, conveyor, dan sebagainya. dimana tidak ada perbedaan konstruksi antara motor DC dan generator DC.

Gambar 3.13 Rangkaian Ekivalen Motor DC Penguat Terpisah Pada gambar rangkaian 3.13 diatas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut : Va /Ea = tegangan jangkar (V).

Ia Ra La n

= arus Jangkar (A). = tahanan kumparan jangkar (). = induksi kumparan jangkar (Henry). = kecepatan jangkar (rad/sec).

n = Putaran (RPM). = Fluks / kutub. k = Konstanta.

..persamaan (3.2) Dalam aplikasinya seringkali sebuah motor digunakan untuk arah yang searah dengan jarum jam maupun sebaliknya. Untuk mengubah putaran dari sebuah motor dapat dilakukan dengan mengubah arah arus yang mengalir melalui motor tersebut. Secara sederhana seperti yang ada pada gambar 3.14, hal ini dapat dilakukan hanya dengan mengubah polaritas tegangan motor. Berikut ini adalah gambar rangkaian driver motor DC putar kiri dan putar kanan dengan diode :

Gambar 3.14 Rangkaian Driver Motor DC Putar Kiri dan Kanan

Driver Motor DC menggunakan IC L293D


Pada dasarnya beberapa aplikasi yang menggunakan motor DC harus dapat mengatur kecepatan dan arah putar dari motor DC itu sendiri. Untuk dapat melakukan pengaturan kecepatan motor DC dapat menggunakan metode PWM (Pulse Width Modulation) sedangkan untuk mengatur arah putarannya dapat menggunakan rangkaian H-bridge yang tersusun dari 4 buah transistor. Tetapi dipasaran telah disediakan IC L293D sebagai driver motor DC yang dapat mengatur arah putar dan disediakan pin untuk input yang berasal dari PWM untuk mengatur kecepatan motor DC. Jika diinginkan sebuah motor DC yang dapat diatur kecepatannya tanpa dapat mengatur arah putarnya, maka kita dapat menggunakan sebuah transistor sebagai driver. Untuk mengatur kecepatan putar motor DC digunakan PWM yang dibangkitkan melalui fitur Timer pada mikrokontroler. Sebagian besar power supply untuk motor DC adalah sebesar 12 V, sedangkan output PWM dari mikrokontroler maksimal sebesar 5 V. Oleh karena itu digunakan transistor sebagai penguat tegangan.

Gambar 3.15 Rangkaian Motor DC menggunakan IC L293D

Dari gambar diatas Pin EN1 merupakan sebuah pin yang difungsikan untuk meng-enable-kan motor DC (ON/OFF motor DC), oleh karena itu pin EN1 dapat dihubungkan dengan output PWM dari mikrokontroler. Sedangkan pin IN1 dan IN2 digunakan sebagai input logika untuk mengatur putaran motor DC dan dapat juga digunakan untuk memberhentikan motor DC secara cepat (fast motor stop). Untuk lebih jelas tentang pin IN1 dan IN2 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.2 Kondisi Motor DC pada PIN IN1 dan IN2
IN1 IN2 0 0 1 1 0 1 0 1 Kondisi Motor fast motor stop putar searah jarum jam putar berlawanan arah jarum jam fast motor stop

Jika diinginkan motor berputar searah jarum jam, maka pin mikrokontroler PD6 (IN1) diberi logika low dan PD7 (IN2) diberi logika high. Sedangkan EN1 dihubungkan dengan output PWM mikrokontroler (PD4). 3.1.8 Perancangan Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 Rangkaian ini merupakan rangkaian yang berfungsi untuk mengendalikan semua bagian yang bekerja pada sistem alat ini. AT89S51 memiliki rangkaian dalam yang cukup lengkap, dengan demikian komponen luar yang digunakan semakin sedikit, hanya merupakan pelengkap IC tersebut terdiri dari beberapa input yaitu : clock osilator Kristal dan rangkaian reset secara eksternal. IC ini dibuat dengan ukuran kecil, dengan penggunaan daya yang rendah dan dengan kinerja yang cukup tinggi. Operasi seluruh input dan output dari pena-pena tergantung pada pemrograman dengan menggunakan bahasa assembly. Adapun komponen yang digunakan untuk menyusun rangkaian minimum mikrokontroller tersebut antara lain : kapasitor 30F, 10f, Kristal 11.592 MHz, resistor 10 K

serta sebuah tombol power on reset. Dibawah ini ditunjukkan gambar rangkaian dari mikrokontroller.

Gambar 3.16 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

3.2 Perancangan Software 3.2.1 Flowchart Setelah perancangan hardware selesai, kemudian dimulailah dengan perancangan software. Dalam perancangan software ini terbagi atas dua bagian yaitu perancangan flowchart dan perancangan program. Adapun tujuan dari perancangan flowchart adalah untuk memudahkan kita di dalam perancangan program yang akan digunakan. Flowchart yang digunakan dalam perancangan alat ini adalah sebagai berikut :

Start

Inisialisasi sinyal Tx

Cek Received

Buka

Pintu Membuka dan LED menyala hijau

Ya

Tidak

Cek Received

Tutup

Pintu menutup dan LED menyala merah

End

Gambar 3.16 Flowchart Sistem

3.2.2 Bahasa Pemrograman Remote Pintu main: jb p1.1,cek acall utama1 acall utama1 acall utama1 acall utama1 sjmp main cek: jb p1.2,main acall utama2 acall utama2 acall utama2 acall utama2 sjmp main utama1: mov 70h,#4 mov 60h,#11 acall Kirim_Sinyal setb p1.0 acall delay

mov 60h,70h acall Kirim_Sinyal setb p1.0 acall delay sjmp main utama2: mov 70h,#8 mov 60h,#11 acall Kirim_Sinyal setb p1.0 acall delay mov 60h,70h acall Kirim_Sinyal setb p1.0 acall delay sjmp main Kirim_Sinyal: mov r1,60h frek38khz: mov r0,#14

loop: clr p1.0 nop nop nop nop nop nop nop nop nop nop nop nop setb p1.0 nop nop nop nop nop nop

nop nop nop nop djnz r0,loop djnz r1,frek38khz ret tunda: mov r7,#5 tnd: mov r6,#255 td: mov r5,#255 djnz r5,$ djnz r6,td djnz r7,tnd ret delay: mov r7,#6 dly: mov r6,#255

djnz r6,$ djnz r7,dly ret tunda1: mov r7,#5 tnd1: mov r6,#255 td1: mov r5,#255 djnz r5,$ djnz r6,td1 djnz r7,tnd1 ret

3.2.3 Bahasa Pemrograman Remote Penerima clr p1.0 clr p1.1

utama: mov 60h,#0 loop: jb p1.7,$ hitung: acall tunda inc 60h jnb p1.7,hitung mov a,60h mov b,#10 div ab cjne a,#11,utama mov 60h,#0 sjmp buka loop1: jb p1.7,$ hitung1: acall tunda inc 60h jnb p1.7,hitung1 mov a,60h mov b,#10 div ab mov 71h,a dec 71h mov a,71h

cjne a,#3,cek acall buka ljmp utama

cek: cjne a,#7,utama acall tutup ljmp utama

buka: setb P1.0 sjmp buka

tutup: setb P1.0 sjmp tutup

tadc: mov r7,#80h adc: mov r6,#20h djnz r6,$ djnz r7,adc ret

tunda: mov r7,#14 djnz r7,$ ret

You might also like