You are on page 1of 9

1

Biografi Sayyid Quthb

Seratus satu tahun berlalu setelah kelahiran salah satu tokoh Islam Sayyid Quthb. Tokoh kelahiran 9 Oktober 1906 itu adalah penulis kitab monumental Fii Zhilaal AlQur`an, Maaalim fi Thariiq dan Al-Mustaqbal li haadzaa Ad Diin. Tiga buku itu semuanya sudah diterjemahkan dengan bahasa Indonesia oleh sejumlah penerbit. Dan ketiga buku itu juga mendapat pasar yang luas di kalangan Muslim Dunia.

Memang ada perdebatan tentang metode berpikir Sayyid Qutb dalam tulisan-tulisannya yang tegas menyatakan kejahiliyahan masyarakat modern terkait keharusan hakimiyah (penghakiman) yang tidak merujuk kepada Allah swt. Tapi bagaimanapun, peri hidup Sayyid Qutb tetaplah penting diulas sebagai bagian dari perjalanan seorang yang rela mengorbankan dirinya untuk membela tauhid yang diyakini kebenarannya.

Sepintas Kehidupan Sayyid Qutb Sayyid Quthb gugur di tiang gantungan pada tanggal 20 Agustus 1966. Ia dikenal sebagai tokoh yang totalitas berjuang untuk agamanya, menyerahkan seluruh hidupnya untuk Allah, seorang mukmin yang begitu kuat keyakinannya. Ia persembahkan nyawanya yang murah kepada keyakinan dan akidahnya. Ia lewati bertahun tahun usia terakhirnya di penjara. Ia tuangkan jiwa dan pikirannya yang luar biasa dalam lembar-lembar tulisan tangannya dengan untaian kata yang penuh makna dan bernilai sastra. Hampir semua orang yang membacanya, bisa merasakan getar ruhani dan pikirannya dari bunyi tulisan penanya yang tercantum hebat dalam karya-karya tulisnya.

2
Sayyid Qutb mendapat pendidikan pertama di rumah dari orang tua yang kuat beragama. Usia 6 tahun, Qutb diantar ke sekolah rendah di kampungnya, Assiyut. Dan pada usia 7 tahun ia mulai menghafal Al-Quran. Dalam tiga tahun berikutnya, ia telah menghafal seluruh Al-Qur`an.

Awal dekade 1940-an, satu era baru telah mulai terjadi dalam kehidupan Sayyid Qutb, sebagai masa pencerahan kesadarannya terhadap Islam. Dalam karya tulisnya, ia mulai menulis beberapa seri At-Taswir Fanni Fil Quran pada tahun 1939. Tulisan ini mengupas indahnya seni yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Quran. Pada tahun 1945 ia menulis sebuah kitab bertajuk Masyahidul Qiamah Fil Quran yang isinya menggambarkan peristiwa hari kiamat dalam AlQur`an. Dan pada tahun 1948, Sayyid Qutb menghasilkan sebuah buku berjudul Al-Adalah AlIjtimaiyyah Fil Islam atau Keadilan Sosial dalam Islam. Dalam kitab ini, ia tegas menyatakan bahwa keadilan masyarakat sejati hanya akan tercapai bila masyarakat menerapkan sistem Islam.

Fase terakhir perjalanan Sayyid Qutb berawal pada tahun 1951, saat ia mulai bergabung dengan Jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun, sampai tahun wafatnya di tiang gantungan tahun 1966. Baginya, rentang masa itu sangat penting dan karenanya ia pernah mengatakan bahw tahun 1951 adalah tahun kelahirannya. Sayyid Qutb bergabung bersama Al-Ikhwan Al-Muslmun, dua tahun selah wafatnya Imam Hassan al-Banna yang merupakan pendiri Al-Ikhwan, pada tahun 1949. Mereka tidak pernah bertemu muka, meski dilahirkan di tahun yang sama 1906, dan dididik di tempat yang sama, di Darul Ulum.

Namun di antara mereka mempunyai kesatuan jiwa dan kesamaan orientasi berpikir. Sebelumnya, ketika Hasan Al-Banna membaca buku Al-Adalah Al-Ijtimaiyyah Fil Islam, karangan Sayyid Qutb, ia menganggap pengarangnya adalah bagian dari Al-Ikhwan. Lalu, al-Banna telah mengatakan bahwa orang ini (Sayyid Qutb) tidak lama lagi akan bergabung bersama Al-Ikhwan.

Sayyid Qutb juga mempunyai perasaan yang sama terhadap Hassan Al-Banna. Kematian Al-Banna sangat membekas dalam jiwanya, meski ia belum pernah bersama dengan Al-Banna. Berita kematian Al-Banna diterimanya dengan perasaan tragis saat ia dirawat di sebuah rumah sakit di Amerika. Karena orang-orang Amerika bergembira menyambut berita kematian Al-Banna. Pulang dari AS, Sayyid Qutb mengkaji kehidupan Al-Banna dan membaca seluruh risalah karangannya. Selanjutnya ia pun memutuskan untuk memikul amanah perjuangan Hassan al-Banna.

Beberapa karya Sayyid Qutb selanjutnya adalah: Haaza ad Din, Al-Musta qbal li hadza ad diin, khashaish tashawwur al-Islami, maalim fi thariq, dan tafsir fii zilali al-Qur`an. Pesan utama yang ditekankan Qutb di dalam tulisan-tulisannya adalah konsep al-Tauhid dari sudut al-Uluhiyyah. Menurutnya inti dari Tauhid Uluhiyyah adalah hak Allah dari sudut al-Hakimiyyah dan al-Tasyri

3
(pembuatan peraturan). Dan karenanya, menurut Qutb ikrar Lailaha ilalLah adalah pernyataan revolusi terhadap seluruh kedaulatan yang berkuasa di atas muka bumi Nya. Maka seluruhnya itu mesti dikembalikan kepada hakNya.

Pada13 Januari 1954, Revolusi Mesir melarang Al-Ikhwan Al-Muslimun dan para pimpinannya ditangkap karena dituduh sedang kudeta. Tanpa bukti yang jelas, tujuh orang pimpinan tertinggi AlIkhwan dijatuhi hukuman mati, termasuk Hasan Hudhaibi, Abdul Qadir Audah dan Syeikh Muhammad Farghali, ketua sukarelawan Mujahidin Ikhwan al-Muslimin di dalam Perang Suez 1948. Tapi hukuman terhadap Hasan Hudhaibi dirubah menjadi penjara seumur hidup dan Sayyid Qutb dihukum penjara lima belas tahun dengan kerja berat.

Pada tahun 1964, Sayyid Qutb telah dibebaskan atas permintaan pribadi Abdul Salam Arif, Presiden Iraq. Tapi Pemerintahan Revolusi Mesir belum menerima pembebasan tersebut. Setelah Presiden Abdul Salam Arif meninggal dalam satu musibah pesawat udara, Qutb ditangkap lagi pada tahun berikutnya. Alasannya adalah karena Qutb dituduh kembali merancang kudeta. Selain itu, Mahkamah Revolusi merujuk pada buku-buku Sayyid Quthb terutama Maalim Fi At Thariiq, yang mendasari pernyataan seruan revolusi terhadap seluruh kedaulatan yang tidak berdasarkan Syariat Allah.

Sayyid

Qutb

ditahan

bersama

seluruh

anggota

keluarganya.

Sebelum

hukuman

gantung

dilaksanakan, Presiden Naser menghantar utusan menemui Sayyid Qutb. Melalui utusan itu Presiden Naser meminta agar Sayyid Qutb menulis pernyataan meminta ampun agar ia dibebaskan. Tapi Sayyid Qutb dengan tegas menjawab; Telunjuk yang bersyahadah setiap kali dalam shalat menegaskan bahwa Tiada Ilah yang disembah dengan sesungguhnya melainkan Allah dan Muhamad adalah Rasulullah, dan aku takkan menulis satu perkataan yang hina. Jika aku dipenjara karena kebenaran aku ridha. Jika aku dipenjara secara batil, aku tidak akan menuntut rahmat daripada kebatilan.

Pagi hari Senin, 29 Agustus 1966, Sayyid Qutb digantung bersama-sama sahabat seperjuangannya, Muhamad Yusuf Hawwash dan Abdul Fatah Ismail. Dunia Islampun kehilangan salah satu pejuangnya yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk membela tauhid. (Lili Nur Aulia)

Biografi Sayyid Quth

b Sayyid Quthb adalah seorang ilmuwan, sastrawan, ahli tafsir sekaligus pemikir dari Mesir. Ia banyak menulis dalam berbagai bidang. Ia mempunyai nama lengkap Sayyid Qutb Ibrahim Husain Syadzili. Ia lahir di daerah Asyut, Mesir tahun 1906, di sebuah desa dengan tradisi agama yang kental. Dengan tradisi yang seperti itu,maka tak heran jika Qutb kecil menjadi seorang anak yang pandai dalam ilmu agama. Tak hanya itu, saat usianya masih belia, ia sudah hafal Quran. Bakat dan kepandaian menyerap ilmu yang besar itu tak disia-siakan terutama oleh kedua orang tua Qutb. Selama hidupnya selain aktif menulis, ia juga aktif dalam gerakan Islam yang dipimpin oleh Hasan Al-Banna. Biografi Sayyid Quthb dari Google Biografi Sayyid Quthb dilahirkan pada tanggal 9 Oktober 1906 M. di kota Asyut, salah satu daerah di Mesir. Dia merupakan anak tertua dari lima bersaudara, dua laki-laki dan tiga perempuan. Ayahnya bernama al-Haj Qutb Ibrahim, ia termasuk anggota Partai Nasionalis Musthafa Kamil sekaligus pengelola majalah al-Liw`, salah satu majalah yang berkembang pada saat itu. Qutb muda adalah seorang yang sangat pandai. Konon, pada usianya yang relatif muda, dia telah berhasil menghafal al-Qur`an diluar kepala pada umurnya yang ke-10 tahun. Pendidikan dasarnya dia peroleh dari sekolah pemerintah selain yang dia dapatkan dari sekolah Kuttb (TPA). Pada tahun 1918 M, dia berhasil menamatkan pendidikan dasarnya. Pada tahun 1921 Sayyid Qutb berangkat ke Kairo untuk melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah. Pada masa mudanya, ia pindah ke Helwan untuk tinggal bersama pamannya, Ahmad Husain Ustman yang merupakan seorang jurnalis. Pada tahun 1925 M, ia masuk ke institusi diklat keguruan, dan lulus tiga tahun kemudian. Lalu ia melanjutkan jenjang perguruannya di Universitas Dr al-Ulm hingga memporelah gelar sarjana (Lc) dalam bidang sastra sekaligus diploma pendidikan. Berbekal persedian dan harta yang sangat terbatas, karena memang ia terlahir dalam keluarga sederhana, Qutb di kirim ke Halwan. Sebuah daerah pinggiran ibukota Mesir, Cairo. Kesempatan yang diperolehnya untuk lebih berkembang di luar kota asal tak disia-siakan oleh Qutb. Semangat dan kemampuan belajar yang tinggi ia tunjukkan pada kedua orang tuanya. Sebagai buktinya, ia berhasil masuk pada perguruan tinggi Tajhisziyah Dar al Ulum, sekarang Universitas Cairo. Kala itu, tak sembarang orang bisa meraih pendidikan tinggi di tanah Mesir, dan Qutb beruntung menjadi salah satunya. Tentunya dengan kerja keras dan belajar. Tahun 1933 Qutb dapat menyabet gelar sarjana pendidikan. Sepanjang hayatnya, Sayyid Qutb telah menghasilkan lebih dari dua puluh buah karya dalam berbagai bidang. Penulisan buku-bukunya juga sangat berhubungan erat dengan perjalanan hidupnya. Sebagai contoh, pada era sebelum tahun 1940-an, beliau banyak menulis buku-buku sastra yang hampa akan unsur-unsur agama. Hal ini terlihat pada karyanya yang berjudul Muhimmat al-Syir fi al-Hayh pada tahun 1933 dan Naqd Mustaqbal al-Tsaqfah f Misr pada tahun 1939. Pada tahun 1940-an, Sayyid Qutb mulai menerapkan unsur-unsur agama di dalam karyanya. Hal itu terlihat pada karya beliau selanjutnya yang berjudul al-Tashwr al-Fanni fi al-Qur`an (1945) dan Masyhid al-Qiymah fi al-Qur`an.

5
Pada tahun 1950-an, Sayyid Qutb mulai membicarakan soal keadilan, kemasyarakatan dan fikrah Islam yang suci menerusi al-Adalah al-Ijtimaiyyah fi al-Islam dan Marakah al-Islam wa ar-Ras alMaliyyah. Selain itu, beliau turut menghasilkan F Zhill al-Qur`n dan Dirsat Islmiyyah. Semasa dalam penjara, yaitu mulai dari tahun 1954 hingga 1966, Sayyid Qutb masih terus menghasilkan karya-karyanya. Di antara buku-buku yang berhasil ia tulis dalam penjara adalah Hdza al-Dn, al-Mustaqbal li Hdza al-Dn, Khash`is al-Tashawwur al-Islmi wa Muqawwimtihi al-Islm wa Musykilah al-Hadhrah dan F Zhilal al-Qur`n (lanjutannya). Tak lama setelah itu ia diterima bekerja sebagai pengawas pendidikan di Departemen Pendidikan Mesir. Selama bekerja, Qutb menunjukkan kualitas dan hasil yang luar biasa, sehingga ia dikirim ke Amerika untuk menuntut ilmu lebih tinggi dari sebelumnya.Qutb memanfaatkan betul waktunya ketika berada di Amerika, tak tanggung-tanggung ia menuntut ilmu di tiga perguruan tinggi di negeri Paman Sam itu. Wilsons Teachers College, di Washington ia jelajahi, Greeley College di Colorado ia timba ilmunya, juga Stanford University di California tak ketinggalan diselami pula. Seperti keranjingan ilmu, tak puas dengan yang ditemuinya ia berkelana ke berbagai negara di Eropa. Itali, Inggris dan Swiss dan berbagai negara lain dikunjunginya. Tapi itupun tak menyiram dahaganya. Studi di banyak tempat yang dilakukannya memberi satu kesimpulan pada Sayyid Qutb. Hukum dan ilmu Allah saja muaranya. Selama ia mengembara, banyak problem yang ditemuinya di beberapa negara. Secara garis besar Sayyid Qutb menarik kesimpulan, bahwa problem yang ada ditimbulkan oleh dunia yang semakin matrealistis dan jauh dari nilai-nilai agama. Alhasil, setelah lama mengembara, Sayyid Qutb kembali lagi ke asalnya. Seperti pepatah, sejauh-jauh bangau terbang, pasti akan pulang ke kandang. Ia merasa, bahwa Quran sudah sejak lama mampu menjawab semua pertanyaan yang ada. Ia kembali ke Mesir dan bergabung dengan kelompok pergerakan Ihkawanul Muslimin. Di sanalah Sayyid Qutb benar-benar mengaktualisasikan dirinya. Dengan kapasitas dan ilmunya, tak lama namanya meroket dalam pergerakan itu. Tapi pada tahun 1951, pemerintahan Mesir mengeluarkan larangan dan pembubaran ikhwanul muslimin. Saat itu Sayyid Qutb menjabat sebagai anggota panitia pelaksana program dan ketua lembaga dakwah. Selain dikenal sebagai tokoh pergerakan , Qutb juga dikenal sebagai seorang penulis dan kritikus sastra. Kalau di Indonesia semacam H.B. Jassin lah. Banyak karyanya yang telah dibukukan. Ia menulis tentang banyak hal, mulai dari sastra, politik sampai keagamaan.Empat tahun kemudian, tepatnya Juli 1954, Sayyid menjabat sebagai pemimpin redaksi harian Ikhwanul Muslimin. Tapi harian tersebut tak berumur lama, hanya dua bulan tajam karena dilarang beredar oleh pemerintah. Tak lain dan tak bukan sebabnya adalah sikap keras, pemimpin redaksi, Sayyid Qutb yang mengkritik keras Presiden Mesir kala itu, Kolonel Gamal Abdel Naseer. Saat itu Sayyid Qutb mengkritik perjanjian yang disepakati antara pemerintahan Mesir dan negara Inggris. Tepatnya 7 Juli 1954. Sejak saat itu, kekejaman penguasa bertubi-tubi diterimanya. Setelah melalui proses yang panjang dan rekayasa, Mei 1955, Sayyid Qutb ditahan dan dipenjara dengan alasan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Tiga bulan kemudian, hukuman yang lebih berat diterimanya, yakni harus bekerja paksa di kamp-kamp penampungan selama 15 tahun lamanya. Berpindah-pindah penjara, begitulah yang diterima Sayyid Qutb dari pemerintahnya kala itu. Hal itu terus di alaminya sampai pertengahan 1964, saat presiden Irak kala itu melawat ke Mesir. Abdul Salam Arief, sang presiden Irak, memminta pada pemerintahan Mesir untuk membebaskan Sayyid Qutb tanpa tuntutan. Tapi ternyata kehidupan bebas tanpa dinding pembatas tak lama dinikmatinya. Setahun kemudian, pemerintah kembali menahannya tanpa alasan yang jelas. Kali ini justru lebih pedih lagi, Sayyid Qutb tak hanya sendiri. Tiga saudaranya dipaksa ikut serta dalam penahanan ini. Muhammad Qutb, Hamidah dan Aminah, serta 20.000 rakyat Mesir lainnya. Alasannya seperti semua, menuduh Ikhwanul Muslimin membuat gerakan yang berusaha menggulingkan dan membunuh Presiden Naseer. Ternyata, berjuang dan menjadi orang baik butuh pengorbanan. Tak semua niat baik dapat diterima dengan lapang dada. Hukuman yang diterima kali ini pun lebih berat dari semua hukuman yang pernah diterima Sayyid Qutb sebelumnya. Ia dan dua kawan seperjuangannya dijatuhi hukuman mati. Meski berbagai kalangan dari dunia internasional telah mengecam Mesir atas hukuman tersebut,

6
Mesir tetap saja bersikukuh seperti batu. Tepat pada tanggal 29 Agustus 1969, ia syahid di depan algojo-algojo pembunuhnya. Sebelum ia menghadapi ekskusinya dengan gagah berani, Sayyid Qutb sempat menuliskan corat-coret sederhana, tentang pertanyaan dan pembelaannya. Kini corat-coret itu telah menjadi buku berjudul, Mengapa Saya Dihukum Mati. Sebuah pertanyaan yang tak pernah bisa dijawab oleh pemerintahan Mesir kala itu.

Ahmad Khan

Sehubungan dengan pendapat hukum alam ini, Ahmad Khan mendapatkankritik dan tuduhan sebagai naturalis serta kafir, karena ia dianggap tidak lagi yakinakan adanya Tuhan. Di samping dari kalangan ulama tradisional India, kritik itudatang juga dari Jamaluddin al-Afghani dengan bukunyaAl Radd ala Dahriyyin(jawaban bagi kaum materialis). Banyaknya kritik itu karena Ahmad Khanmengadakan studi kritis terhadap konsep-konsep tradisional sekalipun telah dianggapbaku dan absolut seperti konsep malaikat dan mukjizat. Empat pendiri Mazhab hukum, kata Ahmad Khan sebenarnya telah mampumenyumbangkan pikiran orisinalnya dalam menjawab persoalan-

persoalan hukumpada masanya. Sayangnya, hasil pikiran itu dianggap final dan tuntas sehingga enggan untukditeliti kembali sesuai dengan problema-problema baru. Kondisi yang demikian inidalam pandangan Ahmad Khan harus diubah dengan menggalakkan ijtihad baruuntuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam dengan suasana masyarakatberubah itu. Studi kritis terhadap hadis sebagai sumber hukum kedua perludikembangkan, karena sangat banyak jumlah hadis yang tidak dapat dipercayakebenarannya; bahkan dalam hal ini, kesimpulan Ahmad Khan tidak jauh berbedadengan konklusi orientalis seperti Ignas Goldziher dan Joseph Schacht. 2)DalamBidang Hukum Pemikiran hukum Ahmad Khan antara lain adalah tentang tindak pidana.Hukum potong tangan bagi pencuri, misalnya, bukanlah suatu hukum yang harusdijalankan, melainkan merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan dalam kondisitertentu karena di samping potong tangan ada hukum penjara bagi pencuri. Hukumrajam bagi yang melakukan zina, menurutnya tidak terdapat

dalam Al-Qur'an, tetapiberasal dari tradisi Yahudi dan telah dimasukkan dalam praktek Islam dari sumberluar. Al-Qur'an menurutnya lebih sesuai dengan tuntutan modern yang tidakmenyatakan hukum rajam. 8 Hukum perkawinan juga menjadi perhatiannya. Poligami, menurutnya, bukandasar bagi sistem perkawinan dalam Islam. Dasar bagi sistem perkawinan dalamIslam adalah monogami. Poligami bukan merupakan anjuran, tetapi diperbolehkandalam kasus-kasus tertentu.11 Hukum lain yang terdapat dalam Al-Qur'an, yakni potong tangan bagipencuri. Dalam pandangan Ahmad Khan, hukuman itu bukan suatu hukum yangwajib dijalankan, melainkan hanya merupakan hukum maksimal yang dijalankandalam keadaan tertentu. Di samping hukum potong tangan, kata Ahmad Khan, masihada hukum penjara bagi pencuri.12 Perbudakan yang disebut dalam Al-Qur'an hanyalah terbatas pada hariharipertama dari perjuangan Islam. Sesudah jatuh dan menyerahnya kota Mekkah,perbudakan tidak perbolehkan lagi dalam Islam. Dalam memandang doa, Ahmad Khan mengatakan bahwa tujuan sebenarnyadari doa adalah merasakan kehadiran Tuhan; dengan kata lain doa diperlukan untukurusan spiritual dan ketenteraman jiwa. Pengertian bahwa tujuan doa adalah meminta sesuatu dari Tuhandan bahwa Tuhan mengabulkan permintaan itu, ia tolak. Kebanyakan doa, menurutKhan, tidak pernah dikabulkan Tuhan.13 3)B idang Politik Kondisi politik India, khususnya abad penengahan 19, sangat

mewarnaipemikiran politik Ahmad Khan. Hal ini bukan saja menimpa keluarganya, melainkanjuga karena kepentingan umatnya. Sebagaimana

dimaklumi bahwa setelahpemberontakan 1857, posisi kaum muslimin di mata pemerintah Inggris sangat sulit.Potensi pemberontakan umat Islam dalam pandangan Ahmad Khan sangat berbahayasehingga umat Islam akan

mendapatkan tekanan. Oleh karena itu, Ahmad Khanmenjelaskan bahwa pemberontakan itu bukan merupakan jihad. Kaum muslimin tidak 11 Nasution,Pe mbaha ru a n, h. 7 12I b id., h. 8 13I b id., h. 9 9 punya alasan religius untuk melawan pemerintah, selama mereka diberikan kebebasan untuk menjalankan ajaran agama. Ide-ide Ahmad Khan kemudian diwujudkan oleh para penerusnya setelah iawafat, antara lain dengan adanyaGerakanAligarh. Pusatnya adalah

sekolahMuhammad Anglo Oriental College (MAOC) yang didirikan Ahmad Khan. Setelahditingkatkan, sekolah itu menjadi universitas dengan nama Universitas Islam Aligarh.Perguruan tinggi ini meneruskan tradisi sebagai pusat gerakan pembaruan Islam diIndia. Gerakan inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya pembaruan dikalangan umat Islam India. Tanpa adanya gerakan ini, ide-ide pembaruan selanjutnyaseperu yang dicetuskan oleh Amir Ali, Muhammad Iqbal, Abul Kalam Azad danlainnya sukar untuk muncul. Gerakan inilah yang meningkatkan umat Islam Indiadari masyarakat yang mundur menjadi

masyarakat yang bangkit menuju kemajuan.Pengaruhnya terasa benar di golongan inteligensia Islam India. Setelah SayyidAhmad Khan menghadapi masa tua, pimpinan MAOC pindah ke tangan Sayid MahdiAll, dan para penerusnya seperti Nawab Muhsin Mulk dan Viqar Mulk. Setelah Sayid Ahmad Syahid meninggal dunia, para pengikutnya sebagian adayang meneruskan perjuangan gerakan mujahidin, sebagiannya lagi lebih memilih caricara damai dan moderat mengadakan dengan Inggris yaitu dengan membuka lebihluas lapangan pendidikan. Mereka dari lapangan kedua inilah kemudian mendirikansejumlah lembaga pendidikan tinggi atau universitas. Mereka selalu berusahamemajukan rakyat India secara umum juga memajukan

umat Islam di bidangpenguasaan iptek. Selain tentu saja lapangan agama semakin digalakkan pengkajiannya. Satu hal yang jadi anutan dalam jihad yang digelorakan Ahmad Syahid adalahtumbuhnya bintik-bintik nasionalisme yang mempunyai arti besar bagi kesadaranrakyat dan muslim India. Mereka pun akhirnya terbuka kesadarannya bahwa selamaini Inggris yang kadang-kadang memberikan fasilitas buat rakyat India hanyasemacam kedok untuk menarik simpati rakyat India agar mereka tidak merasa dijajah.Namun berkat adanya perlawanan dari gerakan Mujahidin telah membuka mata

You might also like