You are on page 1of 5

Survei Pilihan Semen [Liputan Khusus]

Referensi Kontraktor Menentukan Kepastian suplai, brand awareness, dan referensi kalangan ahli seperti kontraktor sangat menentukan pilihan developer terhadap produk semen. Di Indonesia banyak sekali merek semen. Ada Semen Tiga Roda, Semen Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa, Holcim, Semen Kupang, Semen Baturaja, Semen Andalas, dan lainlain. Tapi, dari sekian merek itu yang paling banyak dipakai di perumahan menengah dan menengah atas di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) hanya tiga merek: Tiga Roda, Gresik, dan Holcim. Sejak 1999 Semen Padang dan Tonasa diakuisisi Semen Gresik, sehingga menyebut Semen Gresik berarti mencakup kedua merek semen itu. Dari ketiga merek itu yang paling dominan Semen Tiga Roda. Semen produksi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk itu dipilih 35 dari 100 perumahan di Jabodetabek yang disurvei sepanjang Desember 2006 Mei 2007. Sementara Semen Gresik dipakai 14 perumahan dan Semen Holcim dipilih lima perumahan. Di luar itu pilihan merupakan kombinasi lebih dari satu merek, seperti Tiga Roda dan Holcim (11), Tiga Roda dan Gresik (10), dan lain-lain (lihat tabel). Semen Tiga Roda mendominasi di semua kawasan, baik di Jakarta (dipilih 5 dari 17 perumahan yang disurvei), Bogor (8 dari 24 perumahan yang disurvei), Depok (6 dari 14 perumahan yang disurvei), Tangerang (11 dari 32 perumahan yang disurvei), maupun Bekasi (5 dari 13 perumahan yang disurvei). Disusul Semen Gresik Group (PT Semen Gresik Tbk) dengan angka cukup jauh, dan Holcim (PT Holcim Indonesia Tbk). PT Indocement semula perusahaan kongsi Salim Group dengan pemerintah Indonesia. Setelah krisis diserahkan ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai jaminan utang, sebelum dibeli HeidelbergCement Group (Jerman). Pabriknya ada di Citeureup, Kabupaten Bogor, dan Cirebon (keduanya di Jawa Barat), serta Tarjun (Kalimantan Selatan) dengan produksi sekitar 15,5 juta ton terak atau clinker (semen mentah). Sedangkan Holcim awalnya dimiliki pengusaha Hashim Djojohadikusumo dengan nama PT Semen Cibinong dengan produk Semen Kujang dan Semen Nusantara, sebelum dibeli Holderfin BV Ltd, anak perusahaan Holcim Ltd (Swiss). Pabriknya di Cibinong, Kabupaten Bogor, dan Cilacap (Jawa Tengah) dengan produksi sekitar 8 juta ton clinker. Sementara PT Semen Gresik sekitar 51 persen sahamnya dikuasai pemerintah RI, 25 persen Rajawali Group (melalui Blue Valley Holding Pte Ltd), 24 persen publik, sisanya lain-lain. Pabriknya ada di Gresik dan Tuban (Jawa Timur), Padang (Sumatera Barat), dan Pangkep (Sulawesi Selatan), dengan produksi 17 juta ton clinker. Kenapa Tiga Roda sangat dominan di Jabodetabek dibanding dua merek lainnya?

Brand awareness Pertama, sebelum krisis ada semacam pembagian wilayah pemasaran antara produsen semen yang tergabung dalam Asosiasi Semen Indonesia (ASI), menurut lokasi pabrik masingmasing. Tiga Roda antara lain kebagian wilayah Jabodetabek sehingga brand awareness-nya paling kuat di wilayah itu dibanding semen lain. Dulu begitu. Kalau bisa memenuhi kebutuhan semen di suatu daerah, kenapa harus menjual ke daerah lain karena biaya transportasinya besar sekali. Baru sekarang ada kebutuhan produsen untuk berekspansi, kata Rusli Setiawan, Relationship Management Director PT Holcim Indonesia Tbk. Jadi, semen lain tidak dilarang memasuki Jabodetabek. Tapi, itu tadi, karena kendala biaya transportasi, suplainya lebih terbatas dan harganya lebih mahal. Padahal, kepastian suplai dan harga sangat menentukan pilihan developer. Kalau pabriknya dekat, delivery produk lebih fresh dan harga lebih kompetitif, kata Harimurti, Manager Operasional perumahan Puri Botanical Residence, Jakarta Barat. Bukan hanya itu. Menurut Alexander Mulyoto, kontraktor yang juga developer sebuah perumahan di Depok, Jawa Barat, sistem pembayaran yang diterapkan distributor Tiga Roda juga lebih lunak. Ini sangat membantu developer, ujarnya. Kedua, kapasitas dan agresifitas produsen menggarap pasar. Dibanding Holcim (sewaktu masih bernama Semen Cibinong) yang berada di wilayah yang sama, kapasitas produksi Tiga Roda paling besar sehingga mampu menyuplai pasar dalam jumlah besar pula. Produsennya pun agresif memasarkan produknya sehingga distribusinya sangat merata. Produk mudah didapat di mana-mana. Memang, saat ini secara nasional yang terbesar dan menjadi market leader dengan pangsa pasar sekitar 45 persen, adalah Semen Gresik. Perseroan memiliki pabrik di kawasan barat, tengah, dan timur Indonesia sehingga bisa menjual semennya ke berbagai wilayah dengan ongkos lebih murah. Untuk itu sistem pemasaran dan distribusi semua produknya sudah disinergikan. Namun, khusus wilayah Jabodetabek baru setelah krisis Semen Gresik kian intens menggarapnya. Sedangkan Holcim baru dua tahun ini gencar membangun brand awareness. Kita baru sejak 2006 bisa memakai nama Holcim. Dan, ini global brand. Jadi, pondasi bisnis (perusahaan yang lama) harus diperbaiki dulu, karena ada persyaratan mutu tertentu yang harus kita penuhi, tutur Rusli. Jadi, wajar saja posisi keduanya masih di bawah Tiga Roda.

Peran kontraktor Keempat, dengan brand awareness paling kuat dan jaringan distribusi paling merata, para kontraktor di Jabodetabek lebih familiar dengan Tiga Roda. Faktor ini juga penting karena banyak developer memutuskan pilihan berdasarkan referensi kontraktor atau bahkan menyerahkan pilihan kepada kontraktor, dengan alasan merekalah yang paling tahu soal semen. Kita terbuka dengan semen merek lain, tapi harus diuji dulu kualitasnya. Bikin mock up, tunggu sampai kering, dilihat hasilnya, baru diputuskan. Kita belum punya waktu

melakukannya. Jadi, pilihan berdasarkan referensi saja. Semen yang sekarang kita pakai sudah memenuhi kriteria kita: daya rekat kuat, cepat kering, tidak retak-retak, kuat, dan komposisi adukan tinggi, kata Konrad Adi Prabono, Kepala Seksi Operasi perumahan Tamansari Puri Bali, Depok-Jawa Barat. Sikap developer itu masuk akal mengingat karakteristik produk semen relatif sama, sehingga orang sukar membedakan kualitas produk yang satu dengan yang lain. Karena itu referensi pihak yang lebih ahli seperti kontraktor sangat menentukan. Kelima, pengetahuan atau pengalaman developer mengenai semen. Alex menyatakan, Tiga Roda disukai developer antara lain karena bisa dipakai untuk apa saja: pasangan, plesteran, maupun acian. Pokoknya all round. Semen lain kadang bagus untuk adukan, tapi tidak untuk acian. Bagi developer ini merepotkan, katanya. Hal senada diutarakan Harimurti. Semen lain kadang suka cracking (retak-retak, Red), ujarnya. Tentu saja pendapat itu subjektif. Joko Santoso, Manager Realty perumahan Graha Kalimas, Bekasi, menyatakan, dari hasil pengujian terhadap tiga merek, Semen Gresik terbukti lebih bagus. Daya rekatnya lebih kuat, struktur lebih kokoh, beton cepat kering, dan komposisi adukan lebih efisien. Untuk struktur misalnya, semen lain rasionya 1:3, Gresik bisa 1:4, katanya. Dia tidak asal bicara, karena perumahan itu dikembangkan PT Adhi Realty, anak perusahaan PT Adhi Karya, BUMN konstruksi terbesar di Indonesia yang pasti sudah sangat khatam soal semen. Pendapat senada diutarakan seorang kontraktor yang sedang mengerjakan sebuah perumahan menengah atas di Bogor. Menurutnya, Holcim tidak kalah bagus dibanding Tiga Roda. Hanya distribusinya di Jabodetabek belum seluas Tiga Roda dan Gresik, sehingga belum banyak pemborong yang mereferensikannya. Kita sendiri pakai Holcim kalau lagi nggak ada Tiga Roda, katanya. Jadi, jelaslah soalnya bukan pada kualitas tapi lebih pada penetrasi pasar. Karena itu sudah betul langkah Gresik dan Holcim melakukan brand building dan memperluas jaringan distribusi. Pasalnya, bagi peritel atau toko, semen adalah entry point konsumen untuk membeli bahan bangunan lain. Karena itu toko cenderung lebih suka menjual semen yang sudah banyak dikenal. Tepat pula langkah Holcim melansir semen serbaguna dan melakukan pelatihan tukang bekerjasama dengan perguruan tinggi, karena kehandalan semen juga ditentukan oleh pengetahuan mengenai jenis-jenis semen dan keahlian tukang mengaplikasikannya. Yoenazh K Azhar, Halimatussadiyah

BOX Lain Penggunaan, Lain Semennya Semen yang merupakan hasil penggilingan dan pembakaran batu kapur, tanah liat, pasir silika, dan pasir besi, ditambah gipsum, ada beragam jenis sesuai kegunaan dan aplikasinya. Holcim misalnya, memiliki semen tipe 1, tipe 2, blended cement, tipe 3, tipe 5, dan oil well cement. Sementara Semen Gresik mempunyai sembilan jenis: semen portland tipe satu atau ordinary portland cement (OPC), semen portland tipe dua, semen portland tipe tiga, semen

portland tipe lima, special blended cement, portland pozzolan cement (PPC), portland composite cement (PCC), super masonry cement (SMC), dan oil well cement (OWC). Dari sekian jenis semen itu yang ditujukan untuk bangunan rumah adalah OPC, PCC, dan PPC. OPC adalah semen hidrolis yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum atau bangunan yang tidak membutuhkan persyaratan khusus seperti perumahan, jembatan, bangunan bertingkat, landasan pacu, dan jalan raya. Sedangkan PCC adalah semen dari hasil penggilingan terak semen portland, gipsum, dan satu atau lebih bahan anorganik, untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata, plesteran, selokan, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, dan paving block. Sementara PPC adalah semen hidrolis yang terbuat dari penggilingan terak (clinker) semen portland dengan gipsum dan bahan pozzolan, untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang seperti jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, dan bangunan irigasi.

Akademi tukang Pengetahuan mengenai jenis semen itu penting karena pemilihan semen yang tepat akan menentukan kualitas aplikasinya. Selama ini banyak konsumen tidak tahu sehingga memakai sembarang semen. Dan, bila bangunan bermasalah yang disalahkan semennya. Misalnya, untuk plesteran dipakai semen tipe satu sehingga hasilnya sering retak. Padahal, semen tipe satu cocoknya untuk membuat beton (concrete) yang butuh kekuatan (strength), kata Rusli. Karena itu salah satu program brand building Holcim adalah mengedukasi pemakaian jenis semen yang tepat. Antara lain dengan melansir semen Serba Guna yang cocok untuk aneka kebutuhan. Itu portland composite cement, karena dari hasil survei kita 44 50 persen konsumen membeli semen untuk pasangan batu bata dan plesteran, ungkapnya. Dengan memilih semen itu, konsumen tidak perlu repot dan hasil aplikasi memuaskan. Jadi, kalaupun harga per kantong semen lebih mahal, setelah diaplikasikan justru lebih murah. Yang dilihat jangan harga kantong, tapi biaya per meter persegi plesteran. Dengan memakai semen kita, tebal plesteran bisa kurang dari semen merek lain sehingga daya sebarnya lebih luas. Pekerjaan juga lebih mudah, cepat, dan nggak banyak yang terbuang. Semua itu membuat biaya per meter persegi lebih rendah, tuturnya. Saat ini harga semen di toko antara Rp41.000 Rp42.000 per sak. Holcim juga membuat program pelatihan tukang bangunan (Mason Academy) yang memberikan pengetahuan tentang cara memilih dan mengaplikasikan semen secara tepat. Diajarkan pula tentang bagaimana memilih pasir, karena kualitas pasir ikut menentukan hasil aplikasi. Pasir yang dipakai juga tidak boleh sembarangan, karena ada pasir yang banyak mengandung bahan organik yang membuat aplikasi semen kurang lengket dan tidak kering sempurna. Dengan cara itu tukang mendapat pengetahuan yang lebih komprehensif mengenai semen, tidak hanya berdasarkan pengalaman. Peran para tukang itu penting, karena selama ini pemilik rumah cenderung menyerahkan pilihan bahan bangunan kepada mereka, jelasnya.

Sampai sekarang sudah sekitar 1.600 tukang yang mendapat pelatihan.

You might also like