You are on page 1of 12

MAKALAH

STUDI KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

Oleh:

Nanda Hanyfa Maulida 1115051026

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012

STUDI KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

A. PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN Pada hakikatnya setiap manusia adalah seorang pemimpin dan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Manusia sebagai pemimpin minimal harus mampu memimpin dirinya sendiri. Dalam lingkungan organisasi harus ada pemimpin yang secara ideal dipatuhi dan disegani oleh bawahannya. Kepemimpinan dapat terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal (formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership). Kepemimpinan formal terjadi apabila dilingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi, sedang kepemimpinan informal terjadi, di mana kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.

Kepemimpinan diartikan sebagai : Orang yang memiliki kemampuan mempengaruhi (karena wibawa, pengetahuan atau dapat melakukan komunikasi) Dan mengkoordinasikan untuk mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya Untuk mencapai tujuan

Kepemimpinan adalah : mengetahui apa tindakan berikutnya mengetahui mengapa tindakan itu penting mengetahui bagaimana menggunakan sumber-sumber yang ada

(Maka seorang pemimpin adalah orang yang bisa menjawab itu semua)

Dalam pandangan Islam kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan pada umumnya, karena prinsip-prinsip dan sistem-sistem yang digunakan terdapat beberapa kesamaan. Kepemimpinan dalam Islam pertama kali dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kepemimpinan Rasulullah tidak bisa dipisahkan dengan fungsi kehadirannya sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat. Prinsip dasar kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Dalam kepemimpinannya mengutamakan uswatun hasanah pemberian contoh kepada para sahabatnya yang dipimpin. Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang sangat agung, hal ini seperti yang digambarkan dalam AlQur'an, Dan Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam akhlak yang agung. (Q. S. al-Qalam: 4)

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa Rasullullah memang mempunyai kelebihan yaitu berupa akhlak yang mulia, sehingga dalam hal memimpin dan memberikan teladan memang tidak lagi diragukan. Kepemimpinan Rasullullah memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun setidaknya sebagai umat Islam harus berusaha meneladani kepemimpinan-Nya.

B. SIFAT-SIFAT DALAM KEPEMIMPINAN 1. Mengenal dakwah Pemimpin harus memahami dengan baik seluk beluknya yang bersifat ideology, doktrin dan organisasi serta menekuni kegiatan-kegiatannya dan menghayati segala aktivitas dan sepak terjangnya. Pertanggungjawaban kepemimpinan sungguh menuntut dari tokohnya hubungan yang terus menerus dengan bawahan serta mengenal berbagai pandangan dan problema

mereka termasuk penghayatan dan mempelajari pengalaman yang berguna bagi kedua belah pihak.

2. Mengenal diri sendiri Yaitu mengenal titik-titik kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Oleh sebab itu, ia harus : Mengakui & menyadari titik-titik kelemahan yang ada padanya serta berusaha memperkuatnya. Menemukan titik-titik kekuatan yang ada padanya serta berusaha pula memanfaatkan dan mengembangkannya. Berambisi mengembangkan pengetahuan umum dan menelaah berbagai obyek, pandangan dan pemikiran-pemikiran politik, social, ekonomi, dst. Mempunyai perhatian untuk mengkaji dan mempelajari berbagai tokoh pemimpin kaum Muslimin dan lainnya serta mengenal berbagai metode dan gaya kepeimpinan mereka demikian juga berbagai sarana dan factor kesuksesan dan kegagalan mereka.

3. Pengayoman yang kontinu/ Perhatian penuh Keterlibatan seorang pemimpin dalam mengawasi aktifitas individu-individu mengenal mereka dengan baik, menghayati ihwal dan kedudukan mereka secara khusus ataupun secara umum, kebersamaan dalam suka duka dan berusaha memecahkan segala problema mereka Semua itu membantu memantapkan mereka dan memperteguh kepercayaan mereka, selanjutnya dapat memanfaatkan tenaga mereka dengan baik.

4. Teladan yang baik

Tingkah laku, kegiatan vitalitas dan mobilitas, akhlak, perkataan dan aktifitas-aktifitas serta karya seorang pemimpin mempunyai dampak aktif terhadap seluruh jamaahnya.

5. Pandangan yang tajam Kemampuan seorang pemimpin melakukan penilaian dengan cepat dan tepat bagi berbagai keadaan dan memberikan keputusan yang tepat dalam bermacam-macam ihwal dan situasi kondisi, niscaya akan mengokohkan kepercayaan dan penghargaan para individu. Keragu-raguan, ketertutupan, kebingungan dan kerancuan dapat pula menciptakan kevakuman dan kelemahan kepercayaan serta melenyapkan disiplin.

6. Kemauan yang kuat Dimana dengan itu ia dapat mengatasi kesulitan dan menyelesaikan problema serta melewati liku-liku perjalanan.

7. Kharisma kepribadian yang fitrah Hal ini adalah sifat karakteristik bakat yang jika terdapat pada seorang pemimpin, ia akan mampu mempesona hati tanpa kesulitan. Unsur ini termasuk unsur yang paling kuat dalam membentuk pribadi pemimpin.

8. Optimisme Seorang pemimpin sepatutnya selalu diliputi cita-cita dan jiwa yang bersih serta lapang dada; tanpa memalingkannya dari sikap mawas diri. Keputus-asaan merupakan salah satu factor yang berbahaya diantara faktor-faktor penyebab keruntuhan dan kehancuran dalam kehidupan individu dan jamaah.

Jika pemimpin menjadi kendor dan putus asa, barisannya pun akan mengalami kekendoran dan keputus-saan. Jika pemimpin tangguh dihadapan berbagai tantangan, maka jiwa optimis dan maju akan meresap ke dalam setiap individu dan pasukan.

Di antara contoh kelemahan pemimpin adalah peristiwa dimana seorang penanggung jawab dari salah satu jamaah Islam merasa kecil hati terhadap para pasukan (anggotanya) jika mereka dirasa sudah melampauinya di bidang ilmu pengetahuan, kualifikasi organisasi, pendidikan, atau lain sebagainya. Hal demikian berakhir dengan melepaskan mereka, dan amal keislaman mereka dicukupkan dengan mendidik para pemula saja tiada lain.

C. RUANG LINGKUP KEPEMIMPINAN 1. Manusia kepada manusia lain (QS. Al-Anam 6:165)

2. Suami/Ayah kepada keluarga Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahriim 66:6)

3. Laki-laki terhadap perempuan

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah Melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) (QS. An-Nisaa 4:34)

4. Setiap manusia kepada dirinya sendiri Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggung jawaban tentang rakyatnya. Pemerintah adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Lelaki itu adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap keluarganya. Wanita itu adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan bertanggung jawab terhadap yang dimpimpinnnya (suami dan anak). Pembantu itu adalah pemimpin dalam menjaga harta majikannya dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya.

(Muttafaqalaih) Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (QS.Maryam 19:95)

5. Manusia kepada makhluk Allah lainnya Ingatlah ketika Tuhan-mu Berfirman kepada para Malaikat, Sesungguhnya Aku hendak Menjadikan seorang Khalifah di muka bumi. Mereka berkata, Mengapa Engkau hendak Menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyuci-kan Engkau? Tuhan Berfirman, Sesungguhnya Aku Menge-tahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al Baqarah 2:30). Sebaik-baik pemimpin :

Sebaik-baik pemimpinmu ialah yang kamu cintai dan cinta pada kamu dan kamu doakan dan mereka mendoakan kamu. Dan sejahat-jahat pemimpinmu ialah mereka yang kamu benci dan membenci kamu, dan kamu kutuk dan mengutuk kamu. Sahabat bertanya: Bolehkan kami menen-tang (melawan) mereka? Jawabnya: Tidak, selama mereka tetap menegakkan shalat. (HR. Muslim).

D. KEWAJIBAN PEMIMPIN KEPADA PENGIKUT 1. Menyampaikan amanat dengan adil : Apabila seorang hamba (manusia) yang diberikan kekuasaan memimpin rakyat mati, sedangkan di hari matinya dia telah mengkhianati rakyatnya maka Allah mengharamkan surga kepadanya. (Muttafaqalaih) Bersabda Nabi saw. : Tujuh macam orang yang bakal dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari tiada naungan kecuali naungan Allah; (1) Pemimpin (raja) yang adil. (2) Pemuda yang rajin dalam ibadat kepada Allah. (3) Seorang yang selalu gandrung hatinya pada masjid. (4) Dua orang yang kasih sayang karena Allah, baik di waktu berkumpul atau berpisah. (5) Seorang lelaki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan cantik kemudian ia berkata: Saya takut kepada Allah. (6) Seorang bersedekah dengan diam-diam sehingga tangan yang sebelah kanan tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan sebelah kirinya. (7) Seorang yang ingat (berdzikir) pada Allah dengan sendirian, maka mencucurkan air mata. (HR. Bukhari, Muslim) Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak di sisi Allah ditempatkan di atas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hukum

terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka. (HR. Muslim).

2. Menunjukkan ummatnya pada segala kebaikan yang ia ketahui dan memperingatkan mereka dari bahaya yang ia ketahui. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran 3:110) Tiada seorang Nabi sebelumku melainkan ia berkewajiban menunjukkan ummatnya pada segala kebaikan yang ia ketahui dan memperingatkan mereka dari bahaya yang ia ketahui. (HR. Muslim)

3. Tugas utama seorang pemimpin : Sebagai penengah Sebagai pengawas Sebagai koordinator Sebagai pengambil kebijakan Sebagai penanggung jawab Sebagai motivator

E. KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM


Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Jadi, pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi

bersifat vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah SWT di akhirat. Kepemimpinan sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyenangkan, tetapi merupakan tanggung jawab sekaligus amanah yang amat berat dan harus diemban sebaik-baiknya. Hal tersebut dijelaskan dalam Al Quran surat Al-Muminun:

Artinya: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji mereka dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Mukminun 8-11)

Selain dalam Al Quran Rasulullah SAW juga mengingatkan dalam Haditsnya agar dapat menjaga amanah kepemimpinan, sebab hal itu akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun dihadapan Allah SWT. Hal itu dijelaskan dalam Hadits berikut: Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya (H. R. Bukhori)

Di samping dalam hadits di atas Rasulullah juga mengingatkan pada Hadits lain agar umatnya tidak menyia-nyiakan amanah, karena hal tersebut akan membawa kehancuran. Penjelasan tersebut dijelaskan dalam Hadits beliau: Artinya: Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancuran. (Waktu itu) ada seorang sahabat yang bertanya, apa (indikasi) menyia-nyiakan amanah itu ya Rasul? Beliau menjawab: Apabila suatu perkara diserahkan orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya. (H. R. Bukhori)

Dari penjelasan Al Quran surat al-Mukminun 8-11 dan kedua Hadits di atas dapat

diambil suatu benang merah bahwa dalam ajaran Islam seorang pemimpin harus mempunyai sifat amanah, karena seorang pemimpin akan diserahi tanggung jawab, jika pemimpin tidak memiliki sifat amanah, tentu yang terjadi adalah penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, kepemimpinan sebaiknya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban sebaik-baiknya. Selain bersifat amanah seorang pemimpin harus mempunyai sifat yang adil. Hal tersebut ditegaskan oleh Allah dalam firmannya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat (Q. S. al- Nisa: 58)

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan (Q. S. al-Nahl: 90)

Dari penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah sebuah amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya, dengan penuh tanggung jawab, profesional dan keikhlasan. Sebagai konsekuensinya pemimpin harus mempunyai sifat amanah, profesional dan juga memiliki sifat tanggung jawab. Kepemimpinan bukan kesewenang-wenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan melayani untuk mengayomi dan berbuat seadil-adilnya. Kepemimpinan adalah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak yang seadil-adilnya. Kepemimpinan semacam ini hanya akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyansyah, M. Asrori. 2011. Pengertian Kepemimpinan Menurut Islam. http://www.asrori.com/2011/04/pengertian-kepemimpinan-menurut-islam.html. Diakses pada 13 April 2012 pukul 20:45

Siradj. 2006. Leadership 2. G:\Lembaga Dakwah\LDK\LDK\Materi-materi LKO (Dokumen Pribadi). Diakses pada 13 April 2012 pukul 20:17

Siradj. 2006. Leadership 3. G:\Lembaga Dakwah\LDK\LDK\Materi-materi LKO (Dokumen Pribadi). Diakses pada 13 April 2012 pukul 20:17

You might also like