You are on page 1of 19

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Pengertian komunikasi Interpersonal Kita dapat memahami makna atau pengertian dari komunikasi interpersonal dengan mudah jika sebelumnya kita sudah memahami makna atau pengertian dari komunikasi intrapersonal. Seperti menganonimkan saja, komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Jadi dapat diartikan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang. R Wayne Pace mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka. Komunikasi Interpersonal menuntut berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi Interpersonal juga berlaku secara kontekstual bergantung kepada keadaan, budaya, dan juga konteks psikologikal. Cara dan bentuk interaksi antara individu akan tercorak mengikuti keadaan-keadaan ini. Sistem Komunikasi Interpersonal Menurut Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. lewat bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, beliau menjelaskan tentang sistem dalam komunikasi interpersonal seperti:

Persepsi Interpersonal Konsep Diri Atraksi Interpersonal Hubungan Interpersonal. Dalam tulisan ini, Tim Penulis hanya menjelaskan point hubungan interpersonalnya

saja. Karena Tim Penulis beranggapan, pembahasannya terlalu rumit dan dianggap dalam point hubungan interpersonal pembahasannya jelas sehingga mudah dimengerti.

Hubungan Interpersonal Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Anita Taylor mengatakan Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah: 1. Percaya (trust) Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktor sebagai berikut: a. Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten. b. Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk. c. Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul. 2. Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa ciri perilaku suportif yaitu: a. Evaluasi dan deskripsi: maksudnya, kita tidak perlu memberikan kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.

b. Orientasi maslah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan dan menetukan cra mencapai tujuan. c. Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang pendendam. d. Empati: menganggap orang lain sebagai persona. e. Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak melihat perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa hormat terhadap perbedaanperbedaan pandangan dan keyakinan. f. Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali pendapat sendiri. 3. Sikap terbuka, kemampuan menilai secara obyektif, kemampuan membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah keyakinannya, profesional dll. Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi dan oleh kesombongan, sifat malu dll.

Sumber-sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_interpersonal Buku Psikologi Komunikasi, karangan Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. Penerbit Rosda

http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/01/komunikasi-interpersonal.html Apa itu Komunikasi Interpersonal : Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159). Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30). Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,

yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73) Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapatmemberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13). Klasifikasi Komunikasi Interpersonal Redding yang dikutip Muhammad (2004, p. 159-160) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara. a. Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili, dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat. b. Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi. Misalnya duaorang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi seperti isu politik, teknologi dan lain sebagainya. c. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain. Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi maka atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya. d) Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya atasan yang mewawancarai bawahannya untuk mencari informasi mengenai suatu pekerjaannya. Tujuan Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) : a. Menemukan Diri Sendiri Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal denganorang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita denganorang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.

b. Menemukan Dunia Luar Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal. c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial denganorang lain. d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal. e. Untuk Bermain Dan Kesenangan Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapatmemberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita. f. Untuk Membantu Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantuorang lain dalam interaksi interpersonal kita seharihari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).

1. Keterbukaan (Openness) Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepadaorang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal). 2. Empati (empathy) Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif denganorang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik;serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya. 3. Sikap mendukung (supportiveness) Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness) Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. 5. Kesetaraan (Equality) Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/komunikasi-interpersonal-definisi.html Komunikasi interpersonal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok-kecil. Model Jendela Johari memusatkan pada keseimbangan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal termasuk:

Pidato Komunikasi nonverbal penyimpulan parafrase

Memiliki komunikasi interpersonal yang baik mendukung proses-proses seperti:


perdagangan konseling

pelatihan bimbingan pemecahan konflik

Komunikasi interpersonal merupakan subyek dari beberapa disiplin dalam bidang psikologi, terutama analisis transaksional. Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi atau oleh kesombongan, sifat malu, dll. http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_interpersonal memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pihak-pihak yang melakukan komunikasi berada dalam jarak yang dekat.Pihak yang dapat dikatakan melakukan komunikasi interpersonal harus tidak berada dalam jarak jauh melainkan saling berdekatan/ face to face. Apabila salah satu lawan bicara menggunakan media dalam penyampaian pesan karena perbedaan jarak, itu tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi interpersonal. 2. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara spontan baik secara verbal maupun non verbal.Di dalam komunikasi interpersonal feed back yang diberikan oleh komunikan biasanya secara spontan begitu juga dengan tanggapan dari komunikator. Dengan respon yang diberikan secara spontan dapat mengurangi kebohongan salah satu lawan bicara dengan cara melihat gerak gerik ketika sedang berkomunikasi. 3. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para perserta komunikasi.Mutual understanding akan diperoleh dalam komunikasi interpersonal ini, apabila diantara kedua belah pihak dapat menjalankan dan menerapkan komunikasi ini dengan melihat syarat-syarat yang berlaku seperti, mengetahui waktu, tempat dan lawab bicara. 4. Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang dekat.Kita dapat membedakan seberapa dekat hubungan seseorang dengan lawan bicaranya, hal ini dapat dilihat dari respon yang diberikan. Misalnya kedekatan dalam berkomunikasi antara sepasang kekasih dengan sepasang persahabatan, melalui respon nonverbal kita dapat melihat mereka sepasang kekasih atau hanya teman biasa. Meskipun setiap orang berhak mengubah topik dalam pembicaraan, akan tetapi didalam kenyataannya komunikasi antarpersonal bisa saja didominasi oleh satu pihak misalnya komunikasi dosen-murid didominasi oleh dosen, komunikasi suami-istri didominasi oleh suami. Didalam komunikasi interpersonal sering kali kita menggangap pendengaran dan penglihatan sebagai indera primer, padahal sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya

dalam menyampaikan pesan-pesan bersifat intim. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa komunikasi interpersonal sangat pontensial dalam hal membujuk lawan bicara kita. Komunikasi interpersonal dikatakan lebih efektif dalam hal membujuk lawan bicara karena tanpa menggunakan media dalam penyampaian pesannya serta dapat langsung melihat reaksi dari lawan bicara. Komunikasi interpersonal sering dilakukan oleh semua orang dalam berhubungan dengan masyarakat luas. http://tukangbisnis.com/ciri-ciri-komunikasi-interpersonal.html
Saat berbicara mengenai komunikasi interpersonal, yang perlu kita lakukan adalah membedakan komunikasi interpersonal itu sendiri dengan jenis-jenis komunikasi lainnya. Sederhananya, komunikasi interpersonal bisa kita kaitkan dengan hal-hal seperti ini, apa yang menyebabkan sahabat atau keluarga menjadi dekat satu sama lainnya? Apa yang membuat seseorang tampak begitu menarik dan populer? Atau apa yang membuat seseorang menjadi sangat membosankan saat diajak berbicara? Semua pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya dapat dijawab dengan komunikasi interpersonal karena komunikasi interpersonal membangun kualitas hubungan antara individu. Secara kontekstual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang mana individu-individu tersebut secara fisik saling berinteraksi, saling memberikan umpan balik, dan menggunakan beberapa titik sensor pada tubuh. Akan tetapi, menggunakan definisi kontekstual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi interpersonal karena tiap-tiap hubungan yang dijalani individu berbeda satu dengan lainnya. Kita tidak mungkin memukul rata setiap jenis komunikasi antara dua individu atau sedikit individu. Komunikasi yang terjadi antara penjaga toko dengan konsumennya tentu saja berbeda dengan komunikasi antara dua orang yang sudah bersahabat baik, meskipun kedua bentuk komunikasi itu sama-sama merupakan jenis komunikasi antara dua individu. Oleh karena itu, beberapa peneliti membuat suatu definisi komunikasi interpersonal yang bersifat lebih lanjut. komunikasi interpersonal diistilahkan sebagai komunikasi yang terjadi antara beberapa individu(bukan banyak individu) yang saling kenal satu sama lainnya dalam periode waktu tertentu. Dengan kata lain, seseorang akan memandang individu lain sebagai seorang yang unik terlepas dari apakah kedudukan mereka terhadap individu tersebut. Efektifitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan, keluarga, dan klien bisnis. Sedikit yang menyadari pentingnya masalah interaksi antar manusia karena sebagian besar menganggap bahwa masalah kepemimpinan dan presentasi publik jauh lebih penting daripada hubungan antarmanusia, padahal pintar dalam komunikasi interpersonal merupakan aset yang penting dalam hubungan bermasyarakat. Banyak orang-orang menjadi sukses karena mereka memiliki hubungan yang sangat baik dengan orang lain. Mereka menanamkan identitas yang positif kepada orang lain sehingga mereka memiliki image yang baik di mata masyarakat. Dengan demikian, mereka memiliki kesempatan lebih untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Ada juga yang beranggapan bahwa, kemampuan komunikasi interpersonal adalah bakat yang jatuh dari langit yang dianugrahkan Tuhan untuk orang tertentu saja. Padahal, komunikasi interpersonal pun bisa dilatih layaknya kemampuankemampuan soft lainnya. Dengan menguasai komunikasi interpersonal sebenarnya kita membuka wawasan diri untuk mulai memahami orang lain di luar diri kita sendiri dengan demikian kita dapat berinteraksi secara positif dengan orang lain. Informasi-informasi yang kita dapatkan tentang orang lain dapat memudahkan

kita untuk memprediksi bagaimana pola pikir individu tersebut, bagaimana cara mereka menyikapi suatu permasalahan, bagaimana pendapat dan perasaan mereka terhadap sesuatu hal. Apabila kita memiliki informasi-informasi seperti di atas, maka kita akan lebih mudah dalam menghadapi individu tersebut dan dapat meminimalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya konflik antara cara pandang kita sendiri dengan cara pandang orang tersebut. Adapun cara-cara yang bisa digunakan sebagai panduan dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif adalah seperti di bawah ini : Menciptakan ketertarikan dan menangkap perhatian

Sudah menjadi sifat dasar manusia bahwa mereka lebih cenderung tertarik dengan dirinya sendiri ketimbang orang lain. Oleh karena itu, salah satu hal yang bisa kita lakukan agar orang lain menjadi tertarik dengan kita adalah dengan menumbuhkan ketertarikan kita terhadap orang tersebut. Dengan kata lain, berhentilah untuk membicarakan semua hal yang berkaitan dengan diri kita beserta tetek bengeknya, namun cobalah untuk lebih memberikan perhatian kepada lawan bicara kita. Ajaklah dia untuk mendiskusikan segala hal mengenai dirinya, seperti model pakaian yang ia sukai ataupun olahraga-olahraga yang ia gemari. Sejenak kita lupakan diri kita sendiri. Dengan menciptakan ketertarikan terhadap orang tersebut sebenarnya kita telah melakukan salah satu upaya pengumpulan informasi mengenai lawan bicara kita. Sedikit demi sedikit kita dapat membuka tabir misteri lawan bicara kita dan membuat kita memiliki pengetahuan dalam menyikapi lawan bicara kita di kemudian hari. Selain itu, manfaat dari poin ini adalah membuat lawan bicara kita merasa nyaman apabila berhadapan dengan kita. Ia akan merasa diperhatikan. Akan tetapi, dalam upaya menciptakan ketertarikan ini hendaknya kita juga memperhatikan hal-hal tertentu yang kira-kira tidak membuat lawan bicara kita merasa seperti diinvestigasi. Memulai pembicaran dengan mendiskusikan masalah cuaca, kemacetan lalu lintas, ataupun hal-hal umum lainnya kadang membuat lawan bicara menjadi bosan. Perlu juga diperhatikan, hendaknya kita tidak mengungkit-ungkit masalah- masalah yang sensitif seperti agama,ras, dan hal-hal tabu lainnya sesuai dengan daerah asal di mana lawan bicara kita berasal. Membangun rasa simpati

Maksudnya adalah bagaimana membangun suatu lingkungan komunikasi di mana lawan bicara kita merasa percaya diri saat berbicara dengan kita. Cara-caranya bisa dengan membuat suasana yang hangat saat berkomunikasi, menghilangkan suasana superior dan inferior, yakni bisa dengan kontak mata yang hangat dan bersahabat, menirukan bahasa tubuh lawan bicara, ataupun dengan menyebut-nyebut nama lawan bicara kita berulang-ulang untuk menunjukkan betapa kita menghormatinya. Percaya diri

Percaya diri sangat penting dalam berkomunikasi. Saat kita memiliki kepercayaan diri, maka yang terjadi kita akan membangun image diri kita kepada orang lain, akan tetapi kurangnya kepercayaan diri membuat kita akan dipandang sebagai seorang yang memiliki posisi yang lemah. Terkadang, kurang percaya diri membuat kita sendiri menjadi tidak nyaman dalam berkomunikasi, gugup, gemetaran, merasa setiap apa yang kita utarakan adalah hal-hal yang sama sekali tidak berguna, kekhawatiran mengenai pandangan orang lain terhadap kita dan berjuta-juta pikiran negatif lainnya dapat membuat komunikasi berjalan buruk karena kita hanya sibuk berkutat dengan ketakutan kita sendiri. Sebaliknya, percaya diri saat berkomunikasi dapat menciptakan energi yang positif. Komunikasi menjadi lancar dan jelas bahkan kita dapat mempengaruhi lawan bicara hanya dnegan bermodalkan kepercayaan diri.

Bagaimana mungkin kita dapat membuat orang lain percaya dengan apa yang kita utarakan apabila kita sendiri tidak memiliki kepercayaan pada diri sendiri saat mengutarakan hal tersebut.

Mengaplikasikan 3 hal penting

Ketiga hal penting itu adalah kemampuan bertanya, mendengarkan, dan diam. Sebagian besar komunikator efektif menggunakan ketiga skill ini. Siapa bilang orang yang aktif bicara adalah seorang yang mengagumkan dalam komunikasi. Akan tetapi orang yang lebih banyak mendengar justru menjadi orang yang disenangi dalam komunikasi. Diam dan mendengar di sini bukan berarti kita mendengar secara pasif. Akan tetapi, kita berusaha untuk mendengar secara aktif, memberikan respon-respon positif terhadap topik yang disampaikankan orang lain sembari sekali-sekali menimpali dengan pertanyaan-pertanyaan relevan yang menunjukkan bahwa kita memperhatikan apa yang sedang dibicarakan. Bayangkan betapa menjengkelkannya bila harus berlama-lama bicara dengan seseorang yang terus menerus berceloteh ini itu tanpa memberikan kesempatan kepada orang lain untuk bicara. Yang harus diperhatikan adalah kita tetap berusaha untuk membedakan antara pendiam dan diam aktif. Orang yang pendiam kadang juga menjengkelkan. Akan tetapi, bertanya, mendengarkan, dan diam di sini tidak menunjukkan bahwa kita adalah seorang yang pendiam, namun lebih kepada menempatkan diri untuk lebih banyak mencerna topik yang sedang dibicarakan. Proporsi diam dan bicara dapat kita sesuaikan sendiri dengan kondisi yang ada.

Kejujuran dan empati

Menciptakan ketertarikan pada orang lain seperti pada poin satu sebenarnya adalah bagaimana kita membuat suatu bentuk ketertarikan pada orang lain dengan sebenar-benarnya. Bukan dengan dibuat-buat ataupun pura-pura tertarik. Kejujuran disini maksudnya adalah jujur dalam tertarik pada orang lain. Hal ini sangat penting karena biasanya ketertarikan dan perhatian yang dibuat-dibuat justru mudah untuk dikenali.

Optimisme

Optimisme menekankan pada hal-hal positif yang didiskusikan dalam suatu komunikasi. Adakalanya dalam suatu komunikasi yang terjadi setiap harinya, ada banyak hal negatif yang dijadikan topik pembicaraan, seperti kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan. Komunikator yang baik tentu akan berusaha untuk menggiring setiap pembicaraan ke arah yang positif. Dengan kata lain, komunikator yang baik dapat memberikan respon positif yang dapat membuat komunikasi tidak hanya melulu berkutat pada hal-hal yang negatif, suasana optimis pun dapat tercipta. Itulah yang membedakan komunikator yang baik dengan orang yang hanya sekedar pandai bicara. Orang yang sekedar pandai bicara tidak serta merta dikatakan sebagai seorang yang pintar dalam komunikasi interpersonal, akan tetapi dalam komunikasi yang baik memiliki kemampuan dasar yang juga melibatkan talenta sosial. Itulah mengapa, banyak orang yang pandai bicara namun mereka tidak cukup disukai dalam komunikasi. Mereka sangat pintar merangkai kata namun mereka selalu dihindari untuk ditemui karena komunikasi interpersonal bukan sekedar kemampuan untuk berorasi dan berdiskusi, namun lebih dari itu semua, komunikasi interpersonal membutuhkan empati dan simpati yang membuat orang lain merasa nyaman dan dihargai.

http://akyndo.multiply.com/journal/item/25/Komunikasi_Interpersonal

Komunikasi interpersonal yang efektif telah lama dikenal sebagai salah satu dasar untuk berhasilnya suatu organisasi. Karena itu adalah perlu bagi sorang pemimpin untuk mengetahui konsep-konsep dasar dari komunikasi agar dapat membantu dalam mengelola organisasi dengan efektif. Pada bagian ini akan dibicarakan mengenai pengertian, klasifikasi, tujuan, aksioma interpersonal, kebutuhan komunikasi interpersonal dalam organisasi, kepercayaan interpersonal dan keterbukaan, hubungan interpersonal yang efektif dan hubungan power dengan komunikasi interpersonal. Sebelum membicarakan apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal, adalah penting untuk memahami lebih dulu apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal dan perannya terhadap komunikasi yang lain. Sesungguhnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri. Dalam diri kita masing-masing terdapat komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan, saluran, penerima dan balikan. Dalam komunikasi interpersonal hanya seorang yang terlibat. Pesan mulai dan berakhir dalam diri individu masing-masing. Komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi dan hubungan dengan orang lain. Wenburg dan Wimat (1973) menyatakan bahwa persepsi individu tidak dapat dicek oleh orang lain tetapi semua arti atribut pesan ditentukan oleh masing-masing individu. Persepsi seseorang memainkan peranan penting dalam menginterpretasikan pesan. Semua pesan diciptakan bermula dalam diri kita. Kita bereaksi menurut perbedaan personal kita terhadap pesan disekeliling kita. Inilah yang membuat komunikasi kejadian yang bersifat personal, karena tidak dapat pernah dipisahkan dari interaksi kita dengan orang yang lain. Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi bertambahlah persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut. Komunikasi interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang lain. Adalah bermacam-macam nama dalam komunikasi interpersonal antaranya komunikasi diadik, dialog, wawancara, percakapan, dan komunikasi tatap muka. Redding mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara. Dalam diri tiap-tiap orang ada kebutuhan yang berbeda-beda, yang bersifat fisik atau biologis. Diantara kebutuhan itu adalah kebutuhan makan, minum, dan udara. Selain dari kebutuhan itu individu juga mempunyai kebutuhan interpersonal atau kebutuhan sosial yang dipenuhinya melalui komunikasi interpersonal atau kebutuhan sosial yang dipenuhinya melaui komunikasi interpersonal.. Schutz (1966) mengidentifikasi tiga macam kebutuhan dasar ini, yaitu kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan diikutsertakan dan kebutuhan akan kekuasaan atau kontrol. Karena kebanyakan komunikasi dalam organisasi terjadi dalam tingkatan interpersonal, adalah penting untuk mengenal kebutuhan interpersonal yang kita punya semua. Meskipun tiaptiap kebutuhan itu berbeda-beda pada tiap orang atau dari satu situasi kepada situasi yang lain, pemahaman tentang kebutuhan ini akan dapat membantu dalam berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Tetapi disini hanya akan dibicarakan 6 di antaranya yang dianggap penting. Tujuan komunikasi ini tidak perlu disadari pada saat terjadinya pertemuan dan juga tidak perlui dinyatakan. Tujuan itu boleh disadari dan boleh tidak disadari dan boleh disengaja atau tidak disengaja. Di antara tujuan-tujuan itu adalah sebagai berikut: (1) menemukan diri sendiri; (2) menemukan dunia luar; (3) membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti; (4) berubah sikap dan tingkah laku; (5) untuk bermain dan kesenangan; (6) untuk membantu. Kita juga telah melihat tujuantujuan komunikasi interpersonal dari dua perspektif yang lain. Pertama, tujuan ini boleh dilihat sebagai faktor yang memotivasi atau alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi interpersonal. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa kita

terlibat komunikasi interpersonal untuk mendapatkan kesenangan, untuk membantu, dan mengubah tingkah laku seseorang. Kedua, tujuan ini boleh dipandang sebagai hasil atau efek umum dari komunikasi interpersonal yang berasal dari pertemuan interpersonal. Berdasarkan itu kita dapat mengemukakan tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang diri, membentuk hubungan yang lebih berarti dan memperoleh tambahan pengetahuan dunia luar. Komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang amat khusus. Komunikasi ini pada hakikatnya adalah komunikasi yang bersifat transaksi. Ada enam enam aksioma yang bersifat transaksi dari komunikasi interpersonal. Aksioma ini menjadi prinsip umum dari komunikasi interpersonal. Masing-masing aksioma tersebut adalah sebagai berikut: (1) komunikasi tidak dapat dielakkan; (2) komunikasi tidak dapat dibalikkan (3) komunikasi mempunyai isi dan dimensi; (4) komunikasi meliputi proses penyesuaian; (5) hubungan ditentukan oleh pemberian tanda; (6) nteraksi mungkin dipandang sebagai sesuatu yang simetris. Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk peristiwa komunikasi dalam masyarakat. Menurut Schramm (1974) di antara manusia yang saling bergaul, ada yang saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi gagasan dan sikap. Demikian pula menurut Errill dan Lownstein (1971), bahwa dalam pergaulan antar manusia selalu terjadi proses penyesuaian pikiran, penciptaan simbol yang mengandung suatu pengertian bersama. Theodorson (1969) selanjutnya mengemukakan pula bahwa, komunikasi adalah proses pengalihan informasi daru satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau satu kelompok lain. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu. Proses pengaruh tersebut merupakan suatu proses yang bersifat psikologis yang pada gilirannya membentuk proses sosial. Di sini komunikasi antar pribadi itu mempunyai keunikan karena selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis, dan proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Benar seperti diungkapkan Devito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung. Effendy (1986) mengemukakan juga bahwa, pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. Sifat dialogis itu ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung. Jadi komunikator mengetahui tanggapan komunikasi pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada komunikasi untuk bertanya. Sementara itu Dean C. Barnlund (1968) mengemukakan, komunikasi antar pribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga atau mungkin empatorang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur. Rogers dalam Depari (1988) mengemukakan pula, komunikasi antara pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara dua atau lebih orang. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas maka kita dapat menyimpulkan beberapa ciri khas komunikasi antar pribadi yang membedakan dia dengan komunikasi massa dan komunikasi kelompok. Menurut Barnlund (1968) ada beberapa ciri komunikasi antar pribadi, yaitu komunikasi antar pribadi selalu: (a) terjadi secara spontan, (b) tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur, (c) terjadi secara kebetulan, (d) tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu, (e) dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaan yang kadang- kadang kurang jelas, (f) bisa terjadi sambil lalu. Reardon (1987) mengemukakan juga bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai enam ciri, yaitu komunikasi antar pribadi: (a) dilaksanakan atas dorongan berbagai faktor, (b) mengakibatkan dampak yang disengaja dan yang tidak disengaja, (c) kerap kali berbalas-balasan,

(d) mengisyaratkan hubungan antar pribadi antara paling sedikit dua orang, (e) berlangsung dalam suasana bebas, bervariasi dan berpengaruh, (f) menggunakan pelbagai lambang yang bermakna. De vito (1976) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi mengandung lima ciri sebagai berikut: a) keterbukaan atau (openness), (b) empati (empathy), (c) dukungan (suportiveness), (d) perasaan positif (positiveness), dan (e) kesamaan (equality). Evert M. Rogers dalam Depari (1988) menyebutkan antar pribadi yaitu: (a) arus pesan cenderung dua arah, (b) konteks komunikasi adalah tatap muka, (c) tingkat umpan balik yang tinggi, (d) kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas (terutama selective expossure) sangat tinggi, (e) kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban, dan (f) efek yang terjadi antara lain perubahan sikap. Berdasarkan pelbagai pendapat tersebut di atas maka kita dapat merumuskan beberapa ciri komunikasi antar pribadi, yaitu ciri: (a) spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka, (b) tidak mempunyai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu, (c) terjadi secara kebetulan di antara peserta yang identitasnya kurang jelas, (d) mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja, (e) kerap kali berbalas-balasan, (f) mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas, (g) harus membuahkan hasil, dan (h) menggunakan lambang-lambang yang bermakna. Konsep Komunikasi Interpersonal Manusia merupakan makhluk sosial, karena itu kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia. Misalnya pergaulan dalam keluarga, kelompok pergaulan, tetangga, sekolah, tempat bekerja, organisasi sosial dan lain-lain. Hakekat pergaulan itu ditunjukkan antara lain oleh derajat keintiman, frekuensi pertemuan, jenis relasi, mutu interaksi diantara manusia, terutama faktor sejauh mana keterkaitan dan saling mempengaruhi. Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk peristiwa komunikasi dalam masyarakat. Menurut Schramm (1974) diantara manusia yang saling bergaul, ada yang saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi bahasan dan sikap. Demikian menurut Materil dan Lownstein (1971), bahwa dalam pergaulan antar manusia selalu terjadi proses penyesuaian pikiran, penciptaan symbol yang mengandung suatu pengertian bersama. Theodorson (1969) selanjutnya mengemukakan pula bahwa komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan symbol-symbol tertentu kepada satu atau kelompok lain. Proses pengalihan tersebut selalu menganmdung pengaruh. Proses pengaruh tersebut merupakan suatu proses yang bersifat psikologis yang pada gilirannya membentuk proses sosial. Disini komunikasi antar pribadi itu mempunyai suatu keunikan karena selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis dan proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Devito (1976) mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung (Liliweri, 1996: 11-12). Menurut Effendy (1986: 8) mengemukakan juga bahwa pada hakekatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seseorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sifat pendapat atau perilaku manusia berhubungan proses yang bersifat dialogis. Artinya difokuskan pula bahwa komunikasi diartikan pula tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan sambil saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji komunikan secara langsung. Sementara itu Dean C. Barnluci (1968) mengemukakan, komunikasi antar pribadi selalu berhubungan dengan pertemuan antar dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur. Rogers dalam Depari (1988) mengemukakan pula komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara

beberapa pribadi. Ton (1981) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua atau lebihorang (Liliweri, 1991: 12). Saluran komunikasi antar pribadi ini sangat efektif dalam menghadapi atau mengatasi penelaahan atau sifat apatis yang diberikan leh komunikan sebagai anggota dalam system sosial termasuk dalam komunikasi keluarga dan kelompok pergaulan. Untuk membedakan komunikasi interpersonal dengan bentuk komunikasi lain Weaver mengemukakan ada delapan karateristik, yaitu meliputi: (1) komunikasi interpersonal terbatas antara dua atau tiga orang, (2) komunikasi interpersonal menghasilkan umpan balik secara langsung, (3) komunikasi interpersonal tidak harus bersifat tatap muka akan tetapi harus terhubung, (4) komunikasi interpersonal menghasilkan efek, (5) komunikasi interpersonal tidak harus menggunakan kata-kata, yakni pesan verbal atau non verbal adalah sama kuat pengaruhnya, (6) komunikasi interpersonal adalah proses transaksional, (7) komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh suasana atau keadaan, dan (8) komunikasi interpersonal juga dipengaruhi oleh gangguan, bisa berupa suasana lingkungan fisik yang mengganggu ataupun gangguan yang ditimbulkan oleh kondisi kejiwaan. Pentingnya saluran komunikasi antar personal seperti itu bagi komunikator adalah karena ia dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya. Komunikator dapat mengetahui secara psikologis komunikan yang sedang dihadapinya. Ayah, remaja dan anak dalam satu keluarga maupun dalam kelompok pergaulan antar anak. Dengan demikian dalam komunikasi antar personal itu memiliki arti yang sangat penting untuk dapat mengubah sikap, pendapat dan tingkah laku. Komponen Komunikasi Gambaran kegiatan komunikasi dasar Lasswellian adalah dengan menjawab suatu pertanyaan who says what in which channel to whom with what effect? atau Siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan pengaruh bagaimana?, maka komponen komunikasi dasar yang harus ada meliputi: 1. Komunikator Yang dimaksud dengan komunikator dalam penelitian ini adalah petugas pengajar di lapangan sesuai pembagian tugas pembinaan wilayah kerja yang ditentukan di tingkat Kecamatan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik tutor diharuskan mempunyai etos kerja yang tinggi, demikian halnya dengan sebagian fungsinya sebagai komunikator dalam proses pembelajaran juga dibutuhkan etos agar kegiatan komunikasinya efektif. Arisoteles (Rakhmat, 2000: 255) menyebutkan etos terdiri dari pikiran yang baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will). Hovland dan Weiss (dalam Rakhmat, 2000: 256) menyebut etos ini credibility yang terdiri dari dua unsur :expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya). Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator tidak cukup hanya kredibilitas, akan tetapi terdapat dua unsur lainnya yang melengkapi yaitu : atraksi komunikator (source attractiveness) dan kekuasaan (source power). Semua faktor tersebut diatas sebagai etos (sebagai penghormatan kepada Aristoteles). Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasif. Ketertarikan kepada seseorang dapat pula disebabkan adanya beberapa kesamaan diantara keduanya. Adanya beberapa kesamaan tersebut menjadikan komunikan mudah menerima pesan komunikator.

Kekuasaan menurut teori Kelman adalah kemampuan untuk menimbulkan ketundukkan yang diperoleh dari interaksi komunikator dengan komunikan, sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Raven menyempurnakannya dengan menyebutkan jenis-jenis kekuasaan, meliputi : Koersif dengan menunjukkan kemampuan komunikator mendatangkan ganjaran atau memberikan hukuman Keahlian yang berasal dari pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan atau kemampuan komunikator Informasional yang berasal dari penguasaan isi pesan baru oleh komunikator Rujukan yang melekat pada diri komunikator Legal yang berasal dari seperangkat peraturan atau noema yang menjadikan komunikator berwenang untuk melakukan suatu tindakan (Rakhmat, 2000: 264-265). 2. Pesan Komunikasi pada dasarnya dilakukan untuk dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi dan menghasilkan efek seperti yang diharapkan. Menilik beberapa pengertian komunikasi yang dikemukakan dapat diketahui, bahwa kesamaan makna, kebersamaan dalam pemahaman makna, kesamaan interpretasi tentang pesan antara komunikator dan komunikan menunjukkan bahwa komunikasi efektif telah terjadi. Untuk menciptakan kebersamaan dalam makna (Commonness in meaning) tersebut pesan komunikasi diperlakukan sedemikian rupa agar mempunyai daya tarik kepada komunikan, dapat dipahami dengan makna yang sama seperti dimaksudkan oleh komunikator. Brodbeck mengemukakan bahwa makna tidak terletak pada kata-kata, tetapi pada pikiran orang dan pada persepsinya. Makna terbentuk karena pengalaman individu (pelaziman klasik), diperoleh karena asosiasi antara stimuli asal dengan stimuli yang terkondisikan. Berlo mengungkapkan bahwa orang-orang memiliki makna yang sama bila mereka mempunyai pengalaman yang sama atau dapat mengantisipasi pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesaamaan pengalaman masa atau kesamaan struktur kognitif disebut Isomorfisme yang terjadi bila komunikan-komunkan berasal dari budaya yang sama, ideologi yang sama bayak kesamaan penglaman lainnya yang pada kenyataannya tidak terdapat isomorfisme total, selalu tersisaa ada makna perseorangan (Rakhmat, 2000 : 278-280). Untuk memperkuat daya persuasi dalam pelaksanaankomunikasi interpersonal dapat digunakan pesan-pesan non verbal yang berfungsi sebagai: Repetisi, mengulang kembali pesan verbal Substitusi, menggantikan lambang-lambang verbal Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna lain pesan verbal Komplemen, melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal Aksentuasi, menegaskan atau menggarisbawahi pesan verbal. 3. Media /saluran

Media atau saluran merupakan sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Media dapat berupa pengeras suara, telepon, gambar (gerak-statis), kode-kode gerak, dan lainlain. 4. Komunikan/komunikate Daya persuasi berhubungan dengan sasaran penerima pesan menurut Smith (dalam Harun, 2000: 12) adalah terkait dengan aspek psikologis yang berhubungan dengan personality traits, keterlibatan komunikan komunikan dengan masalah komunikasi, dan sikap awalnya sehubungan topik pesan. Faktor-faktor tersebut adalah berhubungan dengan kondisi psikologis seseorng. Disamping itu kondisi lain yang juga mempengaruhi tingkat penerimaan pesan adalah pendidikan, kondisi sosial ekonomi, dan kedudukan, serta kondisi lingkungannya. Terkait dengan kondisi psikologis komunikan, disebutkan bahwa audiens yang mempunyai keyakinan rendah (self esteem atau self confidence) lebih mudah dipengaruhi daripada sebaliknya. Cox dan Bauer dalam penelitiannya menemukan bahwa pola esteem dan self confidence yang tinggi menghasilkan konfirmasi terhadap rekomendasi pesan persuasif, sebaliknya yang rendah cenderung menerima pesan persuasif (Harun, 2000: 12). Bila seseorang komunikan terlibat dalam suatu masalah komunikasi, dimana masalah tersebut sesuai dengan sikap dasarnya, maka mereka cenderung lebih cepat membangkitkan dukungan kognitif, atau dengan kata lain lebih mudah dipersuasi. 5. Efek Untuk mengetahui efek komunikasi persuasi yang menghasilkan penerimaan, pemahaman, persetujuan dan tindakan dalam penelitian ini dapat dikemukakan model yang dikemukakan oleh Cartwright (dalam Hanafi, 1984 : 146-148) dengan mengembangkan seperangkat prinsip untuk mencoba menjelaskan tingkatan efek yang berbeda, meliputi: (1) efek perhatian dan penerimaan, yaitu pesan (berupa informasi, gagasan, fakta dsbnya) dapat menarik perhatian, dan telah mencapai organ dria dari seseorang yang dipengaruhi, (2) efek pokok dengan perubahan atau pembentukan kognisi baru ,yakni setelah pesan mencapai organ-organ dria mestinya diterima sebagai bagian dari struktur kognitif seseorang, (3) efek persetujuan, konfirmasi dan dukungan, yakni untuk mengajak seseorang melakukan suatu tindakan dengan menggunakan persuasi massa, maka tindakan yang ditawarkan itu harus tampak sebagai jalan untuk mencapai tujuan seseorang yang diajak tersebut, (4) efek munculnya tindakan dan perubahan perilaku, yakni untuk mengajak pada suatu tindakan tertentu, perilaku seseorang harus dikendalikan oleh sistem kognitif dan motivasional yang tepat pada hal tertentu dan waktu tertentu pula. Berbagai faktor yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya kegagalan KF diantaranya disebabkan oleh faktor yang berasal dari komunikator (Tutor KF), isi pesan yang kurang menarik media (saluran) yang digunakan dan ataupun dari komunikanya (responden) sendiri. Menurut Jalaludin Rahmat (dalam Harun, 2000) menyebutkan banyak faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, antara lain: (a) persepsi interpersonal, (b) konsep diri, (c) atraksi interpersonal, dan (d) hubungan interpersonal Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut yang berasal dari unsur komunikasi dapat mengakibatkan kegagalan komunikasi. Kekurangan dari segi komunikator, dalam hal ini Tutor KF dalam melakukan aktivitasnya yaitu menyampaikan pesan-pesan melalui komunikasi interpersonal, disebabkan oleh etos kerja atau karateristik komunikator yang kurang berkenan, seperti tidak memiliki kredibilitas lahir dan daya tarik yang tinggi terhadap komunikanya. Ditinjau dari isi pesan, kegagalan kegiatan komunikasi dalam proses belajar KF dapat terjadi apabila isi pesan yang disampaikan kurang menarik perhatian, kurang berbobot, atau yang lainnya, sehingga minat atau daya beli masyarakat terhadap informasi yang disampaikan menjadi rendah. Penggunaan media atau cara penyampaian juga dapat dipakai sebagai alasan untuk kegagalan berkomunikasi, artinya pelaksanaan komunikasi interpersonal kurang memperhatikan

kaidah-kaidah yang berlaku dalam melaksanakan komunikasi yang baik sesuai dengan maksud dan tujuan yang diharapkan. Dari segi komunikasi dapat terjadi kegagalan apabila karateristik komunikasi yang kurang mendukung terlaksananya komunikasi interpersonal dengan baik, hal-hal tersebut terlepas dari perhatian komunikator. Komunikator kurang memperhatikan situasi dan kondisi wilayah, tingkat pendidikan, latar belakang budayanya dan lainnya pada komunikan. Komunikator menganggap komunikan sebagai obyek yang pasif, yang dapat dibentuk dan dipengaruhi sesuka hatinya melalui informasi yang disampaikan, sedangkan kenyataannya semua informasi yang diterima akan diseleksi sesuai tidaknya dengan dunia kognisinya. Hanafi (1984 : 185) mengemukakan bahwa perilaku komunikasi dipengaruhi oleh bagaimana sikap komunikator, karateristik penerimanya, cara memproduksi atau menggunakan pesan, dan bentuk-bentuk salauran atau pelaksanaan komunikasi yang akan dipilihnya. Menurut Kusnadi dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Keaksaraan Fungsional di Indonesia - Konsep, Strategi dan Implementasi (2003), hasil dari Deklarasi Dakkar mewajibkan bagi semua pemerintah untuk: (1) mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniksaraan orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi orang dewasa, (2) Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga hasil-hasil belajar diakui dan terukur dapat diraih oleh semua, terutama dalam keaksaraan, angka dan kecakapan hidup (life skills) yang penting. Sampai sejauh ini, banyak sekali program-program pendidikan luar sekolah yang dilaksanakan dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Berbagai program tersebut diselenggarakan dengan sasaran utama masyarakat yang termarginalkan oleh sistem, baik oleh sistem pendidikan maupun sistem ekonomi. Model komunikasi yang efektif telah banyak diteliti oleh para ahli. Pada dasarnya, keefektifan komunikasi sebuah organisasi atau kelompok melibatkan empat (4) faktor, yaitu: (a) penyampai pesan, (b) penerima pesan, (c) pesan yang dikirimkan, termasuk didalamnya sifat dan jenis pesan, dan (d) media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Keempat hal diatas sangat berpengaruh bagi lancar atau tidaknya suatu proses komunikasi di dalam organisasi atau kelompok. Terlebih lagi, komunikasi memegang peranan yang sangat penting bagi keefektifan sebuah kelompok atau organisasi. Dalam sebuah kelompok atau organisasi, komunikasi menjalankan empat (4) fungsi penting, yaitu: (a) kendali, (b) motivasi, (c) pengungkapan emosi, dan (d) informasi Menurut Sardiman A.M dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (1992), pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan, maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untk mencapai tujuan.Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai usaha untuk memberikan hasil yang diharapkan. Winarno Surakhmad memberikan keterangan bahwa rumusan dan taraf pencapaian tujuan pengajaran adalah merupakan petunjuk tentang sejauhmana interaksi educatif itu harus dibawa untuk mencapai tujuan akhir. Motivasi Motivasi berasal dari kata movere = to move = memindahkan, artinya pindah dari suatu kondisi tertentu ke kondisi yang lain (Islamy, 1995:21). Berelson dan Steiner (dalam Islamy 1995: 39) mengartikan motif sebagai sesuatu yang ada dalam manusia untuk membangkitkan, memindahkan, mengarahkan dan menyalurkan perilakunya menuju terciptanya tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi terjadi melalui suatu proses. (Bagan 1) http://www.bppnfi-reg4.net/index.php/pengaruh-komunikasi-interpersonal-tutor.html

You might also like