You are on page 1of 9

Nama : M.

Rizki Hasanuddin NIM : 108083000078 Seminar Proposal Skripsi

Proses Penerimaan Anggota Uni Eropa dengan studi kasus Upaya Keras Turki Untuk Bergabung Ke Dalam Uni Eropa
1.1 Pernyataan Masalah Turki yang sudah mencalonkan diri untuk bergabung kedalam keanggotaan Uni Eropa sejak tahun 1987 atau sekitar 24 tahun yang lalu tidak pernah sekalipun mendapatkan persetujuan dari Uni Eropa. Permasalahan ini telah menjadi pertanyaan di dunia internasional khususnya mengenai pembahasan mengenai masalah kontemporer di Uni Eropa. Kejadian ini menjadi wajar saat banyaknya negara yang ingin bergabung ke dalam Uni Eropa dan hanya Turki yang hingga saat ini masih tertahan proses penerimaannya dengan berbagai macam hambatan dan penolakan dari beberapa negara anggota di dalam Uni Eropa. Begitu banyaknya proses hambatan yang dialami oleh Turki ini sangat berbeda dengan proses yang dialami oleh Montenegro. Negara yang baru merdeka pada tahun 2006 ini sudah mendapat tawaran untuk bergabung kedalam Uni Eropa. Proses yang dialami oleh Montenegro pun tebilang cukup singkat, hanya dalam waktu 3 tahun sudah ditetapkan menjadi calon kandidat Uni Eropa. Uni Eropa adalah perihal supranasional. Banyak kalangan yang masih menganggap bahwa Uni Eropa merupakan organisasi supranasional yang berada diatas semua negara anggotanya. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar karena negara yang menjadi anggota di Uni Eropa masih memiliki kedaulatan sendiri. Uni Eropa bukanlah negara federal yang menganggap anggotanya sebagai negara bagian dan harus patuh sepenuhnya pada kebijakan pusat. 1

Setiap anggota Uni Eropa masih tetap memiliki kedaulatan dan segala aturan yang dibuat di Uni Eropa merupakan hasil kesepakatan bersama diantara sesama negara anggota. Konsep ini biasanya disebut sebagai Pooling Souverignty atau penggabungan kedaulatan1. Berbeda dengan organisasi internasional lainnya, Uni Eropa membuat kesepakatan bersama dan harus dipatuhi bersama pula. Bagi para pelanggar akan mendapat sanksi yang tegas bukan hanya sekedar sanksi moral saja seperti organisasi internasional lainnya. Secara teori, syarat untuk dapat menjadi anggota Uni Eropa sebenarnya sangat mudah. Hanya ada tiga syarat yakni; Negara Demokratis, Menerapkan konsep pasar bebas, dan mampu serta bersedia menerapkan semua hukum yang ada di Uni Eropa.2 Adapun terkait masalah geografis, apakah negara tersebut masuk kedalam wilayah eropa atau bukan, dinilai secara politis oleh lembaga di Uni Eropa. Jika negara tersebut memang layak untuk dianggap sebagai negara eropa maka akan dimasukkan kedalam kategori negara Eropa. Namun pada prakteknya, sangat sulit untuk dapat menembus keanggotaan Uni Eropa. Mereka sangat selektif dalam memilih anggota, meskipun secara teori ketiga syarat tersebut sudah terpenuhi, akan tetapi jika secara politis tidak dapat diterima oleh Uni Eropa maka lamaran yang diajukan akan langsung ditolak. Sebagai contoh pada saat Uni Soviet runtuh, banyak negara bekas Uni Soviet yang menyatakan sikap untuk bergabung kedalam Uni Eropa namun sebagian besar ditolak. Belarus terlalu otoriter, Moldova terlalu miskin, Ukraina terlalu besar, dan Rusia terlalu menakutkan bagi Uni Eropa.3 Banyak alasan politis lain yang menjadi penghambat masuknya suatu negara kedalam Uni Eropa. Tetapi bukan berarti Uni Eropa selalu menghambat semua
1

Pendapat ini disampaikan oleh Robert Cooper dalam artikelnya di The Guardian dengan judul Why we still need empires pada tanggal 7 April 2002. 2 Diambil dari ec.europa.eu, tanggal 30 Oktober 2010. 3 Heather Grabe dari Pusat Reformasi Eropa dalam artikelnya Ever Expanding Union? di Economist pada taggal 29 April 2004.

negara yang ingin menjadi anggotanya. Banyak pula negara yang diberikan tawaran untuk bergabung kedalam Uni Eropa, bahkan Kosovo yang notabene belum sepenuhnya dianggap sebagai negara merdeka sudah diberikan tawaran untuk bergabung kedalam Uni Eropa.4 Dalam catatan sejarah, Turki memang selalu menunjukkan minat yang sangat besar untuk dapat bergabung dengan Uni Eropa. Besarnya minat ini ditunjukkan dengan bergabungnya Turki ke berbagai kegiatan yang ada di Eropa. Negara ini pernah menjadi anggota Council of Europe pada tahun 1949, kemudian menjadi associate member of European Union pada tahun 1963.5 Turki tidak hanya sekedar ikut-ikutandalam kegiatan di Uni Eropa. negara ini juga menjadi salah sau pendiri Organization for Economic Co-operation and Development6 pada tahun 1961 dan juga Organization Security and Co-operation in Europe pada tahun 1971. Keaktifannya dalam berbagai kegiatan di Uni Eropa ini membuat Turki memberanikan diri untuk mengajukan lamaran menjadi anggota Uni Eropa pada tanggal 14 April 1987. Sayang lamaran dari Turki ini tidak segera diterima oleh Uni Eropa karena ada beberapa perbedaan antara Turki dengan Uni Eropa terutama dalam hal masalah ekonomi sehingga Turki harus menyesuaikan diri terlebih dahulu. Namun Turki tidak patah semangat, bahkan semakin aktif menyesuaikan diri dan menarik simpati dari Uni Eropa. Turki menjadi anggota Western European Union pada tahun 1992, lalu aktif juga pada Western Union and Others Group (WEOG) di PBB. Usaha Turki ini ternyata membuahkan hasil dengan diundangnya Turki untuk menandatangani Customs Union Agreement pada tahun 1995. Turki diundang pula pada Helsinki Summit of the European Council pada tanggal 12 Desember 1999 untuk membahas masalah kandidatnya sebagai
4 5

Diambil dari reuters.com. Berita tanggal 23 April 2008. European Information on Enlargementand Neihbours. Euractive.com. tanggal 23 September 2004. 6 Organisasi ini sebenarnya sudah mulai dirancang sejak tahun 1948, Turki menjadi salah satu dari 18 negara yang aktif dalam mendirikan organisasi ini.

anggota Uni Eropa. Pembahasan dilanjutkan kembali pada 3 Oktober 2005, namun berbagai pertemuan tersebut tidak kunjung membuahkan hasil. Melihat perjuangan Turki untuk memasuki Uni Eropa tersebut, kita menjadi bertanya tentang kepentingan apa yang dimiliki oleh Turki hingga sedemikian semangat untuk masuk kedalam Uni Eropa. Meskipun berkali-kaki ditolak, namun berkali-kali pula Turki berusaha kembali. 1.2 Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan yang muncul pada penelitian ini adalah: 1. Apa kepentingan nasional Turki untuk bergabung ke dalam Uni Eropa? Dan 2. Apa faktor yang menghambat Turki bergabung ke dalam Uni Eropa? 1.3 Kerangka Pemikiran Pada tulisan ini saya sebagai penulis akan mencoba untuk menjawab pertanyaan pertama dengan menggunakan konsep kepentingan nasional demi mengetahui apa sebenarnya yang sangat diinginkan oleh Turki untuk bergabung ke dalam Uni Eropa. Menurut Hans J. Morgenthau, kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan, yakni apa saja yang dapat membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu negara atas negara lain, yang dapat diciptakan melalui tehnik-tehnik paksaan maupun kerja sama.7 Pelaksaan oleh kepentingan nasional menurut Morgenthau seharusnya nasional

disesuaikan dengan kapabilitas Negara tersebut. Hal serupa juga diungkapkan Gilpin, yang mengatakan disesuaikan bahwa pelaksaan kondisi-kondisi kepentingan tertentu seharusnya dengan berdasarkan

perhitungan untung rugi. Jadi pelaksaan kepentingan nasional itu tidaklah statis
7

Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe, Introduction to International Relations: Power and Justice, fourth Edition (New Jersey: Prentice-Hall International, Inc., 1990), hal. 103.

karena suatu Negara hanya akan mengambil suatu kebijakan apabila kebijakan itu dirasa menguntungkan baginya. Keuntungan yang dimaksud bias merupakan keuntungan jangka pendek maupun keuntungan jangka panjang.8 Selain itu menurut Morgenthau, kepentingan nasional suatu negara seharusnya dihubungkan dengan kepentingan negara lain.9 Dalam pengertian ini, pelaksaan kepentingan nasional suatu negara haruslah disesuaikan denga kepentingan negara lain yang dituju dalam kepentingan nasional itu. Akibatnya dalam menganalisa pelaksaan kepentingan nasional suatu negara terhadap negara lain memerlukan analisa baik kepentingan negara lain tersebut terhadap negara yang melaksanakan kepentingan nasionalnya tadi. Kepentingan nasional sering dijadikan tolak ukur atau kriteria pokok bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai Kepentingan Nasional10 Dengan bergabungnya Turki ke Uni Eropa diharapkan dapat memberikan keuntungan serta peningkatan di berbagai aspek, salah satunya adalah perekonomian Turki. Dalam Uni Eropa terdapat integrasi ekonomi dimana kawasan perekonomian nya cukup luas dan mata uang bersama yang digunakan adalah euro, ini merupakan sebuah keuntungan besar untuk Turki karena euro merupakan mata uang yang cukup diakui di dunia internasional. Dengan bergabung bersama Uni Eropa Turki berharap dapat lebih bergengsi. Perekonomian Turki yang dirasa kurang stabil akan tersokong oleh Uni Eropa,

Robert Gilpin, War and Changes in World Politics (Cambridge: Cambridge University Press, 1985, hal. 50-51. 9 Couloumbis, Op. Cit., hal. 104. 10 T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin, Refika Aditama, Bandung, 2002, hal 116

karena Uni Eropa akan selalu berusaha keras untuk memakmurkan negara anggotanya. Ada beberapa alasan yang membuat Uni Eropa masih enggan untuk menerima Turki. Pertama, Turki dianggap belum dapat menyesuaikan dengan peraturan yang ada di Uni Eropa. Dari 33 peraturan yang dimiliki oleh Uni Eropa, ada 11 peraturan yang belum dapat diterapkan di Turki.11 Kondisi ini biasanya terjadi karena adanya perbedaan antara aturan nasional Turki dan Uni Eropa. Kedua, Turki masih memiliki masalah politis dengan Uni Eropa yakni terkait dengan kasus Cyprus. Sebagaimana kita ketahui, pulau Cyprus yang terletak diatara Yunani dan Turki ini telah lama menjadi ajang perebutan diantara kedua negara. Keduanya saling mengklaim pulau tersebut, bahkan Turki secara sepihak mendirikan negara baru diatas pulau tersebut. Sikap Turki ini membuatnya banyak dikecam oleh negara anggota Uni Eropa. Meskipun pada akhirnya diputuskan bahwa Cyprus dinyatakan sebagai negara merdeka yang bebas dari pengaruh Turki ataupun Yunani, namun kasus ini tidak serta merta selesai begitu saja. Masih ada dendam lama yang ada didalam Yunani sehingga menghalangi Turki masuk ke Uni Eropa. Perdana Menteri Yunani, Kostas Karamanlis pada tahun 2006 sempat menyebutkan bahwa penerimaan Turki sebagai anggota baru hanya akan menimbulkan sesuatu yang disebut, Full Compliance, Full Accession12 Turki sendiri masih tetap tidak mau mengalah dan menganggap bahwa Cyprus masih menjadi bagian dari Turki, bahkan hingga saat ini masyarakat Turki semakin banyak berdatangan ke Cyprus dan menguasai wilayah itu. Dewan Komisi Uni Eropa mengkhawatirkan bahwa pemerimaan Turki sebagai anggota Uni Eropa aka menimbulkan perpecahan internal didalam
11 12

Halaman Lampiran 1. Tabel Sinkronisasi antara Turki dan Uni Eropa. A. Panagopoulis, 18 Desember 2006, Karamanlis Hails EUs Historic Decision to Admit Bulgaria, Rumania, Greek News

oganisasi. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Presiden Komisi Uni Eropa, Jose Manuel Baroso yang mengatakan bahwa Turki belum siap untuk bergabung kedalam Uni Eropa, Tomorrow nor after the day tomorrow. 13 Namun peluang Turki untuk masuk ke Uni Eropa masih sangat terbuka. Ketiga, masih banyak pertentangan pendapat diantara sesama anggota Uni Eropa terkait peluang masuknya Turki kedalam organisasi tersebut. Perdana Menteri Inggris, David Cameron sangat mendukung masuknya Turki kedalam Uni Eropa karena Turki telah memiliki banyak jasa terhadap Uni Eropa. ia mengatakan bahwa Uni Eropa tanpa Turki ibarat hati yang not stronger but weaker, not more secure but less, not richer but poorer.14 Pendapat Cameron ini didukung pula oleh Perdana Menteri Spanyol Jose Luiz Rodriguez Zapatero yag juga sangat mendukung masuknya Turki kedalam Uni Eropa dan menegaskan bahwa we must open the door for Turkey to enter the EU peace and cooperation project. Dia juga menambahkan bahwa masuknya Turki kedalam Uni Eropa akan menguntungkan kedua pihak.15 Berbeda dengan Presiden Perancis, Nicholas Sarkozy yang cenderung menolak masuknya Turki karena menganggap Turki bukan Eropa tetapi lebih cenderung ke Asia. Turki hanya cocok untuk dijadikan sebagai partner Uni Eropa tetapi bukan sebagai anggota Uni Eropa.16 Pendapat Sarkozy ini didukung pula oleh Angela Markel, Konselor Jerman yang mengatakan bahwa Turkey could be in deep, deep trouble when it comes to its aspirations to join the European union.17 Permasalahan yang dimaksud oleh Merkel disini adalah konflik terkait masalah Cyprus antara Yunani dan Turki.

13

Barroso says Turkey not ready for EU membership urges continued negotiations, Javno Zaman, DPA, Reuters (Shouteast European Times) 14 Cameron anger at slow pace of Turkish EU Negotiations, BBC News 15 Harian La Mancloa, Spanish Government: Spain Supports Turkeys candidature to the EU. 16 http://turquieeuropeenne.eu/article2371.html 17 http://www.spiegel.de/international/0,1518,446747,00.html

Dari sini sudah nampak jelas bahwa sulitnya Turki menembus penerimaan anggota baru di Uni Eropa lebih banyak disebabkan oleh alasan politis yang terjadi terkait masalah Cyprus. Seandainya Turki bisa menyesuaikan diri terhadap segala peraturan yang ada di Uni Eropa, belum tentu dapat menjadi jaminan bahwa Turki pasti akan diterima sebelum masalah Cyprus terselesaikan. 1.4 Metode Penulisan Penulisan skripsi ini akan dilakukan dengan memakai metode penulisan deskriptif analisis, yaitu dengan menguraikan secara rinci permasalahan dan selanjutnya akan menganalisa hubungan antar variable dari permasalahan itu berdasarkan suatu model analisis. Untuk itu penulis akan mengambil studi kepustakaan sebagai dasar data dan analisisnya. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan A. Pernyataan Masalah B. Pertanyaan Penelitian C. Kerangka Pemikiran i) Konsep kepentingan nasional
D. Metode Penulisan

E. Sistematika Penulisan F. Daftar Pustaka BAB II Sejarah Turki A. Turki dan Peradaban Islam B. Turki sekarang BAB III Keanggotaan Uni Eropa A. Mengenal Uni Eropa B. Copenhagen Criteria BAB IV Turki dan Uni Eropa A. Tujuan Utama Turki B. Alasan Penolakan dari Uni Eropa

BAB V Penutup A. Kesimpulan 1.6 Daftar Pustaka Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe, Introduction to International Relations: Power and Justice, fourth Edition (New Jersey: Prentice-Hall International, Inc., 1990). Robert Gilpin, War and Changes in World Politics (Cambridge: Cambridge University Press, 1985. T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin, Refika Aditama, Bandung, 2002. Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional, Jakarta, 1990.

You might also like