You are on page 1of 10

` LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSIS PARU-PARU

Disusun oleh : Firdaus Dwi Kuncara G2B009027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

Pengertian Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000). Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001). Etiologi TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium. Tanda Dan Gejala Tanda 1. Penurunan berat badan 2. Anoreksia 3. Dispneu 4. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning. Gejala 1. Demam Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk. 2. Batuk Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif menghasilkan (sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus. 3. Sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru. 4. Nyeri dada Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)

5. Malaise Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Patofisiologi Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.

Proses Penularan Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab

dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan. Di samping penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang). Pemeriksaan Penunjang Pembacaan hasil tuberkulin dilakukan setelah 48 72 jam; dengan hasil positif bila terdapat indurasi diameter lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9 mm. Uji tuberkulin bisa diulang setelah 1-2 minggu. Pada anak yang telah mendapt BCG, diameter indurasi 15 mm ke atas baru dinyatakan positif, sedangkan pada anak kontrak erat dengan penderita TBC aktif, diameter indurasi 5 mm harus dinilai positif. Alergi disebabkan oleh keadaan infeksi berat, pemberian immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia), dapat pula oleh gizi buruk, morbili, varicella dan penyakit infeksi lain. Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nilus, paratrakeal, dan mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusi

pleura, kavitas dan gambaran milier. Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari bilasan lambung, namun memerlukan waktu cukup lama. Serodiagnosis, beberapa diantaranya dengan cara ELISA (enzyime linked immunoabserben assay) untuk mendeteksi antibody atau uji peroxidase anti peroxidase (PAP) untuk menentukan Ig G spesifik. Teknik bromolekuler, merupakan pemeriksaan sensitif dengan mendeteksi DNA spesifik yang dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Uji serodiagnosis maupun biomolekular belum dapat membedakan TB aktif atau tidak. Tes tuberkulin positif, mempunyai arti : 1. Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi penyakit. 2. Menderita tuberkulosis yang masih aktif 3. Menderita TBC yang sudah sembuh 4. Pernah mendapatkan vaksinasi BCG 5. Adanya reaksi silang (cross reaction) karena infeksi mikobakterium atipik.

Klasifikasi Pembagian secara patologis : a. b. Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ). Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).

Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu : a. b. Tuberkulosis Paru BTA positif. Tuberkulosis Paru BTA negative

Pembagian secara aktifitas radiologis : a. b. c. Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif. Tuberkulosis non aktif . Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh ).

Pembagian secara radiologis ( Luas lesi ) a. Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru. b. Moderateli advanced tuberculosis, yaitu adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu pertiga bagian satu paru. c. For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis. Pengkajian Keperawatan Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut : a. Pola aktivitas dan istirahat Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari. Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.

b. Pola nutrisi Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan. Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan. c. Respirasi Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada. Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik). d. Rasa nyaman/nyeri Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis. e. Integritas ego Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung. f. Riwayat Penyakit Sebelumnya: a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh. b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh. c. Pernah berobat tetapi tidak teratur. d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru. e. Daya tahan tubuh yang menurun. f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur. g. Riwayat Pengobatan Sebelumnya: a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya. b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum. c. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya. d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir. h. Riwayat Sosial Ekonomi: a. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan. b. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas,

menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan. i. Faktor Pendukung: a. Riwayat lingkungan. b. Pola hidup. Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri. c. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya. Pemeriksaan Diagnostik a. b. c. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam). Poto torak: Infiltrasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. d. e. f. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED). Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

Diagnosa Keperawatan 1. 2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.

3.

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah tindakan

Intervensi

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan parenkim paru

dilakukan 1. Kaji dispnea, takipnea, tak keperawatan normal/menurunnya nafas, peningkatan bunyi upaya

selama 2x24 jam pasien dapat mengkompensasi

pernafasan,

terbatasnya

gangguan pertukaran gas dengan kriteria hasil : 1. Melaporkan terjadi dispnea. 2. Menunjukkan perbaikan dan jaringan ventilasi oksigenasi

ekspansi dinding dada, dan kelemahan pada catat

tidak 2. Evaluasiperubahan tingkat kesadaran,

perubahan pada warna kulit, termasuk dan kuku. membran mukosa

adekuat 3. Dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk

dengan GDA dalam rentang normal. 3. Bebas dari gejala

pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim. 4. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan keperluan. 5. Kolaborasi dan periksaan AGD oksigen diri sesuai

distress pernapasan.

pemberian

tambahan yang sesuai. Bersihan jalan nafas Setelah 2 tidak efektif tindakan dilakukan 1. Kaji fungsi pernafasan, bunyi keperawatan nafas, kecepatan, irama dan kedalaman otot aksesori. kemampuan untuk dan penggunaan

berhubungan dengan selama 2x24 jam pasien penumpukan sputum mampu mempertahankan

jalan napas yang efektif 2. Catat dengan kriteria hasil : 1. Mengeluarkan tanpa bantuan. sekret

mengeluarkan

mukus/batuk

efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.

2. Menunjukkan untuk

prilaku 3. Berikan pasien posisi semi fowler atau fowler tinggi. Bantu pasien untukbatuk dan latihan nafas dalam. 4. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. 5. Kolaborasi pemberian obat-

memperbaiki

bersihan jalan napas. 3. Tidak ada dsipnea

obatan sesuai indikasi (agen mukolitik, kortikosteroid). 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia Setelah tindakan dilakukan 4. keperawatan Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat bronkodilator,

selama 1x 1 bulan pasien dapat memperbaiki status nutrisi hasil : 1. Pasien meningkatkan berat badannya 2. Pasien meningkatkan porsi makan 3. Tidak terjadi muntah 7. 6. dengan kriteria 5.

mual/muntah atau diare. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai/tidak disukai. Awasi dan masukan/pengeluaran berat badan secara

periodik. Dorong dan berikan periode istirahat sering. 8. Berikan perawatan mulut

sebelum dan sesudah tindakan pernafasan. 9. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dankarbohidrat. 10. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan komposisi diit.

DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medius Ausclapius Brenda, G. B. Suzanne C. 2001. Smeltzer. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Doengoes, M.E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta: EGC. Suparjo. 2012. http://ml.scribd.com/doc/20358065/TUBERKULOSIS-PARU

You might also like