You are on page 1of 56

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Permasalahan Sistem urinaria atau ginjal terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan mengeluarannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan homeostasis (kekonstanan lingkungan internal). Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara, dan uretra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium uretra eksterna. Semua manusia memiliki sistem urinary. Kebanyakan orang telah mengenal salah satu fungsi ginjal yang penting, yaitu untuk membersihkan tubuh dari bahan-bahan sisa hasil pencernaan atau yang diproduksi oleh metabolisme. Fungsi kedua adalah untuk mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh. Untuk air dan semua elektrolit dalam tubuh, keseimbangan antara asupan (hasil dari pencernaan) dan keluaran (hasil dari ekskresi atau konsumsi metabolik) sebagian besar dipertahankan oleh ginjal. Pada bab ini kita akan membicarakan tentang anatomi, histologi dan fisiologi sistem urinary beserta dengan pembentukan urine. Selain hal tersebut kita juga akan membahas tentang kelainan-kelainan pada ginjal yang berhubungan dengan oedema, hipertensi, kulit kering, gatal, dan sulit kencing. Asupan air dan banyak elektrolit seseorang terutama ditentukan oleh kebiasaan makan dan minum seseorang, sehingga mengharuskan ginjal untuk mengatur kecepatan ekskresinya sesuai dengan asupan berbagai macam zat. Jika asupan melebihi ekskresi, jumlah zat dalam tubuh akan meningkat. Tetapi jika asupan kurang dari ekskresi, jumlah zat dalam tubuh akan berkurang.

1.2. Skenario

BAPAK CAPLIN SAKIT GINJAL

Bapak Caplin usia 45 tahun datang ke dokter umum dengan pinggang belakang, kaki, tungkai dan wajah mengalami pembengkakan, sulit kencing atau keluar sedikit-sedikit.Hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah tinggi, kulit kering dan gatal (itching), oedema pada kaki, tungkai dan wajah.Dokter yang memeriksa menyimpulkan adanya kelainan pada ginjal.

1.3.Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. Menjelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi sistem urinary. Menjelaskan mekanisme pembentukan urine. Menjelaskan pengaruh usia pada kelainan ginjal. Menjelaskan hubungan oedema pada tempat-tempat tersebut dengan kelainan pada ginjal 5. 6. Menjelaskan tentang oedema Menjelaskan mengapa oedema terjadi pada kaki, tungkai, dan pinggang belakang 7. 8. 9. 10. 11. Menjelaskan kelainan ginjal dan penyebabnya Menjelaskan hubungan kulit kering dengan kelainan ginjal Menjelaskan mekanisme kulit kering dan gatal Menjelaskan hubungan tekanan darah pada kelainan ginjal Menjelaskan hubungan sulit kencing dengan penyakit ginjal

1.4.Tujuan Permasalahan 1. Untuk mengetahui bagaimana sistem urinary yang terjadi dalam tubuh manusia ditinjau dari segi fisiologis, histologis, dan anatomi. 2. 3. Untuk mengetahui mekanisme oedema, kulit kering, dan gatal Untuk mengetahui dan memahami hubungan kulit kering, sulit kencing, dan tekanan darah dengan kelainan ginjal. 2

4. 5.

Untuk mengetahui mekanisme pembentukan urine. Untuk memahami hubungan oedema dengan kelainan pada ginjal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Fisiologi Ginjal Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000 nefron dan tiap nefron dapat membentuk urine sendiri. Pada dasarnya nefron terdiri dari suatu glomerulus dimana cairan difiltrasikan, dan suatu tubulus panjang tempat cairan yang difiltrasikan tersebut diubah menjadi urine dalam perjalanan ke pelvis ginjal. Glomerulus merupakan suatu jalinan dari sampai 50 kapiler sejalar yang dilapisi oleh sel-sel epitel. Tekanan darah didalam glomerulus menyebabkan cairan difiltrasikan ke dalam kapsula bowman, dari situ dia mengalir pertama ke dalam tubulus proksimal. Dari sini cairan tersebut mengalir ansa henle, ansa yang sangat dekat dengan medula ginjal tersebut nefron nefron jukstameduler, dan mereka mempunyai ansa henle turun ke bawah ke medula ginjal, sekitar sepertiga sampai seperlima ansa menembus jauh ke dalam medula. Bagian bawah ansa tersebut mempunyai dinding sangat tipis dan oleh karena itu disebut segmen tipis ansa henle. Dari ansa henle cairan tersebut mengalir melalui tubulus distalis. Akhirnya, cairan tersebut mengalir ke dalam tubulus atau ductus koligens, yang mengumpulkan cairan dari beberapa nefron. Ductus koligens berjalan dari korteks kembali ke bawah melalui medula, sejajar dengan ansa henle. Kemudian dia bermuara ke dalam pelvis ginjal. Ketika filtrat glomerulus mengalir melalui tubulus tersebut, kebanyakan air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya di reabsorbsi ke dalam kapiler peritubulus dan sejumlah kecil solut lain disekresikan ke dalam tubulus. Air dan solut tubulan yang tersisa menjadi urin.

Gambar: Potongan Longitudinal Ginjal Secara fungsional, membran glomerulus dapat dengan mudah melewatkan zat bermuatan netral yang berdiameter sampai 4 nanometer dan hampir tidak dapat melewatkan zat yang berdiameter lebih dari 8 nanometer. Selain besarnya, muatan molekul juga mempengaruhi kemudahannya untuk masuk ke dalam kapsula browman. Jumlah luas seluruh endotel kapiler glomerulus tempat dilaluinya filtrasi pada manusia kira-kira 0,8 m2 Panjang tubulus kontortus proksimal manusia kira-kira 15mm dengan diameter 55 mikrometer. Dindingnya terdiri dari selapis sel yang saling berinterdigitasi dan membentuk tight junction didaerah apikal. Didaerah basis sel, 5

antara 2 sel yang bersebelahan terdapat ruang perluasan ekstra sel yang disebut ruang intersel lateral. Tepi sel yang menghadap ke lumen memiliki garis-garis brush border karena terdapat sangat banyak mikrofili yang berukuran 1 x 0,7 mikrometer. Bagian tubulus proksimal yang bergelung (pars konvoluta) mengalirkan cairan filtrate kedalam bagian yang lurus (pars rekta) yang membentuk awal dari ansa henle. Tubulus proksimal berakhir di segmen tipis pars desendens ansa henle, yang epitelnya terdiri dari sel-sel tipis dan gepeng. Nefron yang glomerulusnya berada di korteks bagian luar mempunyai ansa henle yang pendek (nefron kortikal) sedangkan yang glomerulusnya terletak di daerah jukstamedularis korteks (nefron jukstamedularis) memiliki ansa henle yang panjang sampai mencapai piramid medulla. Hanya 15% nefron manusia yang memiliki ansa henle yang panjang. Panjang segmen tipis ansa henle berkisar antara 2-14 mm. segmen ini beakhir di segmen tebal pars asendes yang panjangnya kira-kira 12mm. sel tebal pars asendens ini berbentuk kubus. Sel ini memiliki banyak mitokondria dan bagian basis membran selnya sangat berlekuklekuk (invaginasi). Segmen tebal pars asendens ansa henle akan mencapai glomerulus nefron tempat asal tubulus dan berjalan berdekatan dengan arteriol aferen dan arteriol eferennya. Dinding arteriol aferen mengandung sel jukstaglomerulus yang akan mensekresikan renin. Sel jukstaglomerulus, makula densa dan lasis yang berdekatan akan membentuk satu kesatuan yang disbut sebagai apparatus jukstaglomerulus. Panjang tubulus kontortus distal kira-kira 5 mikrometer epitelnya lebih tipis daripada epitel tubulus proksimal. Epitel ini mengandung sedikit mikrovili tanpa brush border yang jelas. Beberapa tubulus distal akan bersatu membentuk duktus koligentes yang panjangnya kira-kira 20mm. duktus koligentes akan melalui korteks dan medulla ginjal serta mengalirkan cairan filtrate kedalam pelvis renalis yang berada ditiap apeks piramis medulla. Epitel dinding duktus koligentes terdiri dari sel principal (sel P) dan sel interkalasi (sel I). sel P merupakan sel yang terbanyak relative lebih tinggi dan mengandung sedikit organel. Sel ini berperan dalam reabsorpsi Na+ dan reabsorpsi air yang dirangsang oleh hormone vaso presin. Sel I yang lebih sedikit jumlahnya juga 6

terdapat dinding tubulus distal. Sel ini memiliki banyak mikrovili, vesikel sitoplasma dan mitokondria. Sel I berperan dalam sekresi asam dan transport HCO3-. Panjang seluruh nefron, termasuk duktus koligentis, berkisar antara 4565mm.

BAB III MAPPING

EDEMA eDET

HIPERTENSI

DIABETES MELITUS

FAKTOR KIMIA

GINJAL

ANATOMI

FISIOLOGI

HISTOLOGI

PATOLOGI

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Anatomi ginjal


Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal meliliki berat antara 125 sampai 175 g pada laki-laki dan 115 sampai 155 g pada perempuan. Lokasi ginjal Ginjal terletak di area yang tinggi yaitu pada dinding abdomen posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ retroperitoneal dan terletak diantara otot-otot punggung dan peritoneum rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki kelenjar adrenal diatasnya. Ginjal kanan terletak agak di bawah dibandingkan ginjal kiri. Hal ini dikarenakan pada ginjal kanan terdesak ke bawah oleh hati. Jaringan ikat pembungkus pada ginjal diselubungi tiga jaringan ikat : Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur disekitarnya dan mempertahankan posisi organ. Lemak perirenal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali ginjal dan membantu ginjal tetap pada posisinya. Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membrane halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas. Struktur internal ginjal 1. Hilus adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal. 2. Sinus ginjal adalah ronga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik. 3. Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua atau tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular,

bagian penghasil urin pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa (8 sampai 18) kaliks minor. 4. Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini menjadi medulla dalam dan korteks luar. Medulla terdiri dari massa-massa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari setiap piramida, papilla, masuk dengan pas dalam kaliks minor dan ditembus duktus pengumpul urin. Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit structural dan fungsional ginjal. Korteks terletak didalam diantara piramida-piramida medular yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulus-tubulus pengumpul yang megalir ke dalam duktus pengumpul.

5. Ginjal terbagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan dan jaringan korteks yang melapisinya.

10

Suplai darah dalam ginjal


1. Arteri renalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masing-masing ginjal dan masuk ke hilus melalui cabang posterior dan anterior. 2. Cabang arterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri-arteri interlobaris yang mengali diantara piramda-piramida ginjal. 3. Arteri arkuata berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan antara korteks dan medulla. 4. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arkuata di sudut kanan dan melewati korteks. 5. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk sekitar 50nkapiler yang membentuk glomerulus. 6. Arteriol aferen meninggalakan setiap glomerulus dan memebentuk jarring-jaring kapiler lain, kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal untuk member nutrient pada tubulus tersebut dan mengeluarkan zat-zat yang direabsorbsi. a. Arteriol aferen dari glomerulus nefron korteks memasuki jarring-jaring kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal pada nefron tersebut. b. Arteriol aferen dari glomerulus pada nefron jukstaglomerular memiliki perpanjangan pembuluh kapiler panjang yang lurus disebut vasa recta yang berdesenden ke dalam piramida medulla. Lekukan vasa recta membentuk lengkungan jepit yang melewati ansa henle. Lengkungan ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat antara ansa henle dan kapiler serta memegang peranan dalam konsentrasi urin. 7. Kapiler peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian menyatu dan membentuk vena interlobularis. 8. Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis. Vena arkuata bermuara ke dalam vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis. Vena ini meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena kava inferior.

11

4.2 Histologi Ginjal Ginjal terutama bertugas mengeluarkan urin. Organ ini dibungkus oleh simpai jaringan ikal kuat tediri atas serat-serat kolagen dan sedikit serat elastin. Pada potongan sagital telihat parenkim ginjal terdiri atas:
a. Korteks (bagian luar) dan b. Medula (bagian dalam), yang sebagian meliputi suatu rongga, sinus renal, yang membuka ke hilus.

Pada sinus renal ini terdapat:


1. Pelvis renal, yaitu bagian atas ureter yang melebar 2. 2 sampai 3 kaliks mayor 3. Sampai 8 kaliks minor 4. Cabang-cabang arteri dan vena renal 5. Saraf dan pembuluh limfa 6. Jarngan ikat longgar dan lemak

12

KORTEKS Korteks ginjal terdiri atas banyak tubulus kontortus dan badan-badan bulat yang dikenal sebagai korpus renal atau korpus Malpighi. Korteks tidak hanya membentuk bagian luar ginjal, tetapi pada tempat-tempat tertentu menyusup diantara bagian medula dan membentuk apa yang disebut kolom Bertini atau kolom Renal. MEDULA Massa medula utama terdiri atas 8 sampai 18 piramid medula. Bagian dasarnya yang lebar berhubungan dengan bagian korteks dan bagian puncak (apeks) yang membulat dan menonjol ke dalam kaliks minor. NEFRON Parenkim ginjal terdiri atas nefron atau tubulus uriniferus yang berhimpit padat. Nefron merupakan satuan fungsional ginjal yang bertugas menghasilkan urine. Diantara tubulus ini tedapat pembuluh darah dan sedikit jaringan ikat. Tubulus ini bermuara ke dalam tubulus penampung (duktus koligens), kemudian ke tubulus penampung besar (duktus papilaris Bellini), yang mengcurahkan urine ke dalam pelvis dan ureter melalui kaliks minor dan mayor. Nefron terdiri atas: a. Korpus renal Yang bertugas menyaring substansi dari plasma, dan b. Tubulus renal Yang bertugas mengadakan resorpsi selektif terhadap substansi dari filtrat glomerulus, sampai mendapatkan komposisi urine.

KORPUS RENAL (KORPUS MALPIGHI) Korpus renal merupakan badan bulat berdiameter 0,2 mm yang terdapat pada bagian korteks dan kolom renal. Terdapat 1 juta atau lebih korpus renal pada setiap ginjal. 1 korpus renal terdiri atas 2 bagian, glomerulus di pusat dan suatu kapsula glomerulus, yang berupa pelebaran tubulus renal mirip kantung, yang disebut kapsula Bowman. a. Glomerulus Glomerulus terdiri atas gelung-gelung kapiler yang terdapat diantara arteriol aferen dan arteriol eferen. Daerah tempat arteriol aferen masuk dan arteriol eferen keluar disebut kutub vaskular. Setelah masuk dalam glemerulus, arteriol aferen memecah menjadi 4 atau 5 kapiler yang relatif besar. Masing- masing kapiler ini menjadi sejumlah kapiler yang lebih kecil yang membentuk lengkung-lengkung

13

tidak teratur menuju ke arteriol eferen. Arteriol eferen lebih kecil dari arteriol aferen. Perbedaan ukuran ini ada kaitan dengan fungsinya . pembuluh eferen mengangkut lebih sedikit cairan bila dibandingkan dengan pembuluh aferen, karena cukup banyak cairan tersaring dari darah selama melalui kapiler glomerulus. Akibat adanya perbedaan ukuran maka tekanan di dalam aliran glomerulus tetap diperahankan dan hal ini membantu penyaringan plasma. b. Kapsula Bowman Kapsula ini terdapat lapisan dalam atau viseral yang melapis glomerulus, dan suatu lapisan luar atau parietal. Lapisan viseral secara langsung membungkus glomerulus, dan terdiri atas selapis sel epitel gepeng diatas membran basal, yang telah menyatu dengan membran basal epitel kapiler glomerulus. Jadi epitel viseral dan endotel kapiler hanya terpisah oleh suatu membran basal tipis. Membran basal ini tebalnya hanya 0,3m, tediri atas srat-serat halus dan disebut membran basal glomerulus. Lapisan parietal kapsula Bowman terdiri atas selapis sel epitel gepeng. Celah diantara lapian viseral dan parietal disebut ruang urine atau ruang Bowman.

Sel-sel gepeng lapisan viseral kapsula Bowman mempunyai struktur khusus, dan sel itu disebut podosit. Podosit ini gepeng, merangkul sel endotel kapiler. Juluran-juluran kaki atau pedikelnya menempel pada membran basal dan berselisih dengan pedikel-pedikel podosit sebelahnya. Podosit merupakan sel yang sangat aktif yang tercermin dari banyaknya metokondria, vakuola dan mikrotubul di dalam sitoplasma. Endotel kapiler yang terdapat disini memiliki tingkap yang kecil-kecil. Pori-pori ditutup fragma khusus. Pedikel-pedikel podosit yang berbaris paralel dan berselisip dengan pedikel podosit berdekatan, mirip susunan kancing-rigi (resleting). Keadaan ini membentuk sawar selektif.

Sel Mesangial Sel ini merupakan sel fagositik, berupa perisit pada lengkung kapiler golmerulus. Sel mesangial membersihkan sisa sel mati dan kompleks imun, yang bila dibiarkan akan menyumbat saringan urin. Jadi fungsinya adalh sebagai pembersih saringan.

14

TUBULUS RENAL Tubulus renal terdiri atas: (1) Kapsula Bowman (2) Tubulus kontortus proksimal (3) Ansa Henle pars desnden, yang terletak dalam bagian piramid medula yang membalik dan membentuk (4) Ansa Henle (5) Ansa Henle pars asenden, menuju dan masuk kembali ke korteks dan melanjutkan disri sebagai (6) Tubulus kontortus distal, yang bagian akhirnya melurus dan membentuk. (7) Tubulus penghubung, yang berakhir dengan bermuara pada duktus koligens. Diantara tubulus kontortus distal dan tubulus penghubung terdapat suatu segmen bersudut pendek, tubulu berbiku (zig-zag). Duktus koligens mulai dari bagian korteks dan pada jarak-jarak pendek saling berhubungan dan akhirnya bermuara ke dalam saluran lebar yang disebut duktus Bellini, yang akan bermuara pada puncak piramid yang menonjol ke dalam kaliks minor. 1. Tubulus kontortus Tubulus ini merupakan segmen nefron yang paling besar dan paling berkelok dan membentuk sebagian besar korteks. Panjangnya lebih kurang 14 mm dengan garis tengah 50-60um. Dilapisi selapis sel-sel silindris rendah atau piramid terpancung, dengan inti bulat, dan sitoplasma bergranula yang terpulas gelap dengan eosin. Permukaan bebas sel-sel epitel dilengkapi mikrosili yang membentuk semacam Brush Border. Mitokondria berderet-deret pada agian basal sel yang memberinya corak bergaris. Bagian sel dekat Brush Border mengandung fosfatase alkali. 2. Ansa Henle Pars Desenden Bagian ini mempunyai susunan sama dengan yang terdapat pada tubulus kontortus proksimal, kecuali Brush Border nya yang disini kurang berkembang. 3. Ansa Henle Segmen Tipis Bagan ansa henle ini mempunyai gais tengah 15m, dilapisi selapis sel epiteliol pipih dngan ini menonjol ke dalam lumen. Mikrofili yang membentuk Bruh

15

Border disini lebih sedikit dan lebih pendek. Mitokondria dalam sel juga kurang. 4. Ansa Henle Pars Asenden Panjang bagian ini 9mm dengan garis tengah 30m. Bagian ini naik menuju korteks dan menghampiri kutub atau polus vaskular glomerulus asalnya. Pada tempat ini saluran telah menjadi tubulus kontortus distal. Bagian saluran ini dibatasi sel kuboid yang terletak diatas membran sel. 5. Tubulus Kontortus Distal Berawal dekat kutub vaskular glomerulus dan berakhir saat menyatu dengan duktus koligens bagian melengkung. Panjangnya 4 -5 mm, dengan garis tengah 22-50 m. Dilapisi sel kuboid. Pada bagian distal yang berdekatan dengan ateriol aferen, sel-sel yang berbatasan dengan ateriol aferen, sel-sel yang berbatasan dengan ateriol itu mengalami perubahan menjadi berbentuk silindris. Bagian tubulus distal yang mengalami perubahan ini disebut makula densa. Selsel ini membentuk aparat yuksta-glomerular bernama sel-sel epiteloid.pada tunika media arteriol aferen yang bersebelahan. Sel terakhir ini menghasilkan renin. 6. Duktus Koligens Bagian ini dilapisi epitel selapis kuboid.

Fungsi Tubulus Renal 1. Glomerulus Mempertahankan adanya tegangan dalam aliran. 2. Membran Basal Glomerulus dan Podosit Viseral Menyaring selektif 3. Tubulus Kontortus Proksimal Resorpsi selektif terhadap Na, Cl, HCO3, ion Ca, asam amino, sejumlah protein glukosa dan air. Sel-sel yang banyak mikrovili pada permukaan lumen dan lipatan-lipatan membran sel bagian basal. Lipatan-lipatan basal ini jalannya paralel satu sama lain dan berhimpitan. Banyak mitokondria terselip di dalam lipatan-lipatan itu. Jadi kedua permukaan membran sel membentuk permukaan reabsorpsi yang cukup luas. Di dalam sitoplasma terdapat terdapat mikrotubul dan mikrofilamen untuk transpor aktif. Sel-sel banyak mengandung enzim seperti adenosin trifosfat oksidase sitokrom, dehidrogenase suksinat, fosfatase

16

asam (di dalam benda-benda lisosom), glukose 6 fosfatase dan leusin amino peptidase yang membantu resorpsi. 4. Ansa Henle Pars Desenden Mensekresi ion H dan kreatinin ke dalam urin. 5. Ansa Henle Pars Asenden Resorpsi ion Na dan Ca. 6. Tubulus Kontortus Distal Dipengaruhi hormon aldosteron. Mengabsorpsi kembali ion Ca, PO4, Na dan menyekresi ion K, H, dan NH4. 7. Duktus Koligens Dipengaruhi hormon ADH dan menyerap air.

SEL INTERSTISIAL Terdapat di antara duktus koligens, dan menghasilkan prostaglandin yang

mempengaruhi otot viseral.

URETER
Ureter terdiri dari atas 3 lapisan: fibrosa, muskular, dan mukosa.

1. Tunika Fibrosa Satu ujungnya menyatu dengan kapsula fibrosa ginjal pada dasar sinus renal, sedangkan ujung lain berakhir pada dinding kandung kemih. Terdiri atas jaringan ikat fibrosa dengan sedikit serat elastin. 2. Tunika muskular Tunika muskular pada bagian pelvis, kaliks dan 2/3 ureter bagian atas terdiri atas dua lapisan, yang dalam longitudinal dan yang luar sirkular. Pada 1/3 ureter bagian bawah terdapat tambahan lapisan longitudinal luar dan lapisan longitudinal dalam menjadi kurang berkembang. Lapisan muskular pada ureter ini tidak tersusun sepadat yang terdapat pada usus, tetapi disebut jaringan ikat dari lapisan fibrosa dan mukosa. 3. Tunika Mukosa Permukaannya rata dan umumnya membentuk 6 lipatan memanjang. Lapisan ini terdiri atas jaringan fibrosa dengan banyak serat elastin. Dilapisi epitel

17

transisional (uroepitel) setebal 4 sampai 5 sel. Pada bagian pelvis dan kaliks hanya setebal 2-3 sel.

KANDUNG KEMIH
Kandung kemih (versika urinaria) terdiri atas 3 lapisan: serosa, muskular, dan mukosa.

1. Tunika Serosa Peritoneum. 2. Tunika muskular Lapisan ini yang membentuk muskulus detrusor, terdiri atas tiga lapisan otot polos. Lapisan luar dan dalam jalannya longitudinal dan lapisan tengah sirkular. Karena banyak serat otot jalannya tidak beraturan, maka ketiga lapisan itu tidak terbatas tegas. 3. Tunika mukosa Tampaknya berwarna merah muda. Lapisan ini menyatu dengan bagian dari ureter dan dengan uretra. Epitelnya transisional (uropitel). Banyaknya lapisan sel dan bentuk sel itu sendiri sebagian besar tergantung pada terisi tidaknya kandung kemih itu. Dalam keadaan teregang sedang, sel-sel permukaan kandung kemih berbentuk gepeng dan epitelnya lebih tipis bila dibandingkan dengan organ itu dalam keadaan kontraksi. Pada keadaan organ yang diregangkan penuh, sel-sel permukaan itu makin pipih dan epitel itu tinggal setebal 2 sampai 3 sel. Lapisan submukosa dan kelenjarkelenjar tidak terdapat disini, sama seperti ureter.

URETRA PRIA
Uretra pria dibagi dalam 3 bagian: pars prostatika, pars membranosa, dan pars spongiosa. Susunan tunika mukosanya berbeda pada berbagai bagian itu. 18

1. Uretra pars prostatika Epitel yang melapisi saluran ini sampai muara duktus eyakulatorius adalah epitel transisional, setelah itu dilapisi epitel berlapis silindris.

2. Uretra pars membranosa dan spongiosa Kedua bagian saluran ini dilapisi epitel berlapis silindris atau bertingkat silindris sampai fossa navikularis. Pada bagian ini menjadi epitel berlapis gepeng, yang ada pintu uretra luar menyatu dengan epidermis kulit. Epitel terletak pada membran basal, dan di luarnya terdapat stroma jaringan ikat longgar dengan serat elastin. Pada bagian yang lebih ke dalam lagi terdapat pleksus kapiler dan vena berdinding tipis. Serat-serat otot polos yang tersusun memanjang dan melingkar,terdapat pada kedua bagian uretra ini. Tidak jelas adanya muskularis mukosa. Uretra pars prostatika dikelilingi jaringan fibromaskular dari prostat, yang dalam keadaan biasa menutup lumen uretra. Bagian membranosa dikelilingi suatu sfingter jaringan otot rangka. Mukosa uretra bagian spongiosa (atau kavernosa) hampir tidak mengandung otot dan dikelilingi suatu massa silindris terdiri atas jaringan erektil, yaitu korpus spongiosum penis. Lumen uretra di sini mengadakan penonjolan-penonjolan ke luar yang tidak beraturan, disebut lakuna Morgagni. Lakuna ini berlanjut menjadi kelenjar tubular bercabang, yaitu kelenjar Littr, yang meluas ke dalam stroma dan bahkan dapat menembus korpus spongiosum.

URETRA WANITA
19

Uretra wanita panjangnya 3 sampai 5 cm. Epitelnya tidak sama untuk semua orang. Dekat kandung kemih, biasanya merupakan epitel transisional. Bagian lainnya dilapisi epitel berlapis atau bertingkat. Mukosanya mengadakan lipatan memanjang. Kelenjar Littr , walaupun tidak sebanyak pada pria, bermuara ke dalam Lakuna di antara lipatan-lipatan itu. Terdapat lapisan muskularis mukosa yang tidak nyata, terdiri atas serat otot polos memanjang dan melingkar. Lapisan otot rangka membentuk sfingter uretra. Tidak jelas adanya lapisan fibrosa, dan jaringan ikat di bagian luar menyatu dengan yang berasal dari vagina.

Tabel: Ringkasan Histologi Sistem Urinaria ORGAN EPITEL LAMINA PROPRIA Kapsula Bowman Podosit gepeng pada lapisan visceral LAPISAN OTOT ADVENTISIA

Tubulus Kontroktus Proksimal

Sel Piramid terpancung dengan brush border

20

Ansa Henle Pars Descenden

Segmen tipis terdiri atas epitel selapis gepeng

Ansa Henle Pars Ascenden

Segmen tebal terdiri atas epitel selapis kuboid

Tubulus Kontroktus Distal

Sel Kuboid tanpa brush border garis garis basal kurang lebih

Tubulus Penghubung Duktus Koligens

Sel Kuboid

Bagian atas kuboid, bagian bawah silindris

Duktus Bellini Kaliks

Sel Silindris Transisional

Serat elastin jaringan reticular

Otot polos, lapisan longitudinal (dalam) dan sirkular(luar)

Jaringan ikat fibroelastis

Pelvis renalis

Transisional

Serat elastin jaringan reticular

Otot polos

Jaringan ikat fibroelastis

Ureter

Transisional

Serat elastin dan kolagen

Bagian atas : longitudinal (dalam),

Jaringan fibroelastik longgar dan

21

sirkular (luar). Bagian bawah : longitudinal (dalam dan luar), sirkular (tengah) Kandung Kemih Transisional Serat elastin jaringan reticular Longitudinal (dalam dan luar), surkular (tengah) Uretra Wanita Atas : transisional, bawah : berlapis gepeng dan bertingkat Jaringan ikat longgar, serat elastin Longitudinal (dalam), sirkular luar, sfingter eksternus Uretra Pria P. Prostat: transisional. P. Membranosa: berlapis silindris atau bertingkat. P. Sphongiosum: berlapis silindris atau bertingkat dan berlapis gepeng. Bagian bawah: berlapis gepeng. Jaringan ikat fibroelastis otot rangka P. Prostat dan menbran: longitudinal (dalam), sirkular (luar) Sfingter: otot rangka

jaringan lemak

Pada bagian bikan peritoneum, fibrosa

Jaringan fibro elastic

Jaringan fibroelastis

22

4.3 Fisiologi Ginjal Dunia kedokteran biasa menyebutnya 'ren' (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang merah, berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus.

FUNGSI GINJAL 1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh 2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan 3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal 4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia 5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.

PROSES PEMBENTUKAN URINE Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi. 1. Penyaringan (filtrasi) Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas penyaringan. 23 yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses

Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.

Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya

2. Penyerapan kembali (reabsorbsi) Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.

3. Augmentasi Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra.

24

Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.

Tahapan Pembentukan Urine 1. Reaksi Filtrasi 2. Reaksi Rearsorbsi 3. Reaksi Ekskresi (Augmentasi)

Proses Pembentukan Urine Darah difiltrasi menjadi Filtrat Glomerulus (Urine Primer), reabsorbsi di Tubulus Kontortus Proksimal menjadi Filtrat Tubulus (Urine Sekunder), dan augmentasi di Tubulus Kontortus Distal.

Jumlah Urine Dipengaruhi oleh: - Jumlah cairan yang diminum (Balans cairan). - Jumlah garam yang masuk. - Hormon Antidiuretika (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis ..postenor. Defisisensi hormon akan menyebabkan penyakit Diabetes ..Insipidus --> jumlah urine yang keluar terlalu banyak.

Metabolisme Protein Hingga Menghasilkan Urea 1. ORNITIN + NH3 + COz 4 SITRULIN 2. SITRULIN + NH3 4 ARGININ 3. ARGININ 4 ORNITIN + UREA Reaksi ke-3 dibantu oleh enzim Arginase, Sitrulin, Arginin dan Ornitin adalah nama asam amino.

Homeostasis Homeostasis adalah ilmu yang mempelajari semua proses yang terjadi dalam organisme hidup untuk mempertahankan lingkungan interna didalam 25

kondisi

agar

optimal

bagi

kehidupan

organisme

yang

bersangkutan

(Guyton,1996).

Faktor Yang Mempengaruhi Homeostasis : Untuk mencapai homeostasis, harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Konsentrasi ion hidrogen dinyatakan dengan satuan pH. Di dalam tubuh, pH normal dapat bervariasi besarnya. Tergantung letak dan fungsinya (Guyton, 1996 ).

Mekanisme Homeostasis Mekanisme ini diatur oleh otak terutama hipotalamus, yang bila terangsang akan merangsang koordinasi tubuh. Proses ini akan terjadi terus menerus hingga lingkungan dinamis dalam tubuh akan berada pada jumlah yang normal (Guyton, 1996 ).

Sekresi Ion Ginjal juga mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Selain itu, ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8. Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi.Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik vasopresin, untuk menekan sekresi air, sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya, konsentrasi cairan jaringan akan kembali menjadi 98 persen .

Fungsi pemindahan ini terdapat dalam tubulus proksimal yaitu mengambil dan memindahkan ion organic dan disekresikan ke cairan tubulus. Ion organic ini 26

termasuk endogenous produk sisa dan exogenous drugs dan racun. Ion organic seperti garam, oxalate, urate, creatinine, prostaglandin, epinephrine dan hipurates merupakan sisa produk endogen yang disekresikan ke cairan tubulus proksimal (Guyton, 1996). Urine terbentuk dalam ginjal dan membuangnya dari tubuh lewat saluran. Urine terdiri dari 98% air dan yang lainnya terdiri dari pembentukan metabolisme nitrogen (urea, uric acis, creatinin dan juga produk lain dari metabolisme protein (Bykov, 1960). Urine biasanya bersifat kurang asam dengan pH antara 5 - 7 (Kimber, 1949). Urine yang sehat gaya beratnya berkisar 1.010 - 1.030, tergantung perbandingan larutan dengan air. Banyaknya urine yang dikeluarkan dalam 1 hari dari 1.200 - 1.500 cc (40 - 50 oz). (Ganong, 2001)

Mekanisme Pembentukan Urine

Penyaringan ( Filtrasi )

Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan komonen selular dan medium-molekularprotein besar kedalam vascular system, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membrane dasar, epiutelium visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate (Guyton.1996).

27

Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi ( filtration barrier ) bersifat selektiv permeable. Normalnya komponen seluler dan protein plasmatetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring (Guyton.1996).

Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged ) dari sretiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation ( positive ) lebih mudah tersaring dari pada anionBahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein (Guyton.1996).

2. Penyerapan ( Absorsorbsi)

Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tiak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa oleh sel dari cairn tubulus melewati epical membrane plasma 28

dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane plasma (Sherwood, 2001).

Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler bergerakdari vcairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di membrane. Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na ( contransport ) atau berlawanan pimpinan ( countertransport ) (Sherwood, 2001).

Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini ( secondary active transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi intraseluler dan membuat substansi melewati membrane plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na (Sherwood, 2001)

3. Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )

Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter 29

air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali (Sherwood.2001).

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zatzat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zatzat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal (Sherwood.2001).

4. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat (Cuningham, 2002).

Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Sherwood.2001).

30

Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah (Sherwood.2001).

SISTEM URINARI 1. Konsep Klirens Ginjal adalah suatu organ yang berfungsi untuk membersihkan plasma darah dari zat-zat buangan seperti urea dan nitrogen nonprotein lain yang terbentuk sebagai hasil proses metabolic. Jika plasma tersaring saat melalui glomerulus dan bergerak melewati tubulus nefron, plasma akan menjadi bersih dari zat-zat yang tidak terabsorbsi ulang atau hanya sebagian terabsorbsi ulang. Plasma klirens dapat dinyatakan dalam ml/menit, itu adalah volume darah per menit yang telah bersih dari zat. Volume ini dapat dihitung dengan memakai rumus berikut: Plasma Klirens (ml/menit) = Laju ekskresi urinaria (mg/menit) Konsentrasi plasma (mg/ml) Misalnya saja plasma klirens terhadap urine, jika jumlah urea yang memasuki urine per menit adalah 12 mg (laju ekskresi urinaria) dan konsentrasi urea dalam plasma 0,2 mg/ml (konsentrasi plasma), maka plasma klirens terhadap urea adalah 60 per menit. Dengan demikian hanya separuh lebih sedikit urea yang difiltrasi melalui glomerulus dalam setiap aliran yang diekskresi dalam urine.

2. Karakteristik urine 31

Urine adalah cairan yang diekskresi oleh ginjal yang disimpan dalam kandung kemih, dan dikeluarkan melalui uretra. Urine terdiri dari 95 % air dan mengandung zat-zat terlarut sebagai berikut: a. Zat buangan nitrogen yang meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari katabolisme asam nukleat dan kreatinin dari proses penguraian keratin fosfat dalam jaringan otot. b. Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan buah c. Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen normal dalam jumlah kecil d. Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium, ammonium, sulfat, fosfat, kalsium, dan magnesium e. Hormone atau katabolit hormone ada secara normal dalam urine f. Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau enzim secara normal ditemukan dalam jumlah kecil g. Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar badan keton, zat kapur, dan batu ginjal atau kalkuli. 3. Hipertensi Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan arteri rata-ratanya lebih tinggi daripada batas atas yang dianggap normal. Dalam keadaan istirahat bila tekanan arteri rata-ratanya lebih tinggi dari 110 mmHg maka orang tersebut dapat dikatakan hipertensi. Efek letal yang timbul dari hipertensi itu disebabkan oleh 3 hal, yaitu: a. Kelebihan bean kerja pada jantung b. Tekanan yang tinggi dapat berakibat rupturnya pembuluh darah di otak yang disebut infark serebral dan secara klinis dapat mengakibatkan penderita menjadi stroke. c. Terjadinya berbagai perdarahan pada ginjal yang mengakibatkan organ tersebut rusak dan dapat menyebabkan gagal ginjal, uremia, dan kematian.

32

Volume cairan ekstrasel dan volume darah kembali hampir sepenuhnya ke nilai normal bersama dengan turunnya curah jantung. Terdapat 2 faktor, yaitu: 1. Kenaikan tahanan arteriol akan menurunkan tekanan kapiler sehingga cairan dalam ruang jaringan diabsorbsi kembali ke dalam darah. 2. Peningkatan tekanan arteri tersebut sekarang menyebabkan ginjal mengekskresi volume cairan yang berlebihan yang semula di akumulasi dalam tubuh.

4.4 Pengaruh usia terhadap kelainan pada ginjal

Usia sangat mempengaruhi kinerja suatu ginja. Tiap 10 tahun kemampuan ginjal manusia akan berkurang, hal itu disebabkan karena semakin tua tubuh kita maka sel-sel yang ada di dalam tubuh akan semakin lambat dalam melakukan regenerasi, selain itu dalam dalam kurun waktu 30 tahun sel dalam tubuh akan banyak mengalami degenerasi. Hal itu akan berdampak besar pada kemampuan ginjal kita dalam menjalankan tugasnya, karena kita tahu sendiri bahwa sel sangat berperan penting dalam metabolisme dan transport energi maupun bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga apabila sel dalam tubuh kita mengalami degenerasi, akan mengakibatkan kemampuan tubuh berkurang dalam menjalankan tugasnya termasuk dengan ginjal kita. Dan penurunan kemampuan kerja pada ginjal tersebut akan mengakibatkan mudahnya ginjal mengalami kelainan yang diakibatkan oleh tugas ginjal yang tetap sedangkan kemampuannya menurun. Sehingga ginjal bekerja lebih berat dalam menjalankan tugasnya.

MIKSI (BERKEMIH) Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terdiri dari dua langka utama: (1) kandung kemih secara progsesif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua; (2)timbul reflex saraf yang disebut reflex 33

miksi (reflex berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal , setidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomic medulla spinalis, refleks ini juga bisa dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks cerebri atau batang otak.

SUPLAY DARAH GINJAL Darah yang mengalir kedua ginjal normalnya merupakan 21% dari curah jantung atau sekitar 1200ml/menit. Ateri renalis memasuki ginjal melalui hilum bersama dengan ureter dan vena renalis, kemudian bercabang-cabang secara progrsif membentuk arteri interlobaris, arteri arculata, arteri interlobularis (juga disebut arteri radialis), dan arteriol aferen, yang menuju ke kapiler glomerulus dalam glomerulus dimana sejumlah cairan dan zat terlarut (kecuali protein plasma) difiltrasi untuk memulai pembentukan urin. Ujung distal dari setiap kapiler glomerulus bergabung untuk membentuk arteriol aferen yang menju jaringan kapiler kedua, yaitu kapiler peritubular, yang mengelilingi tubulus ginjal. Sirkulasi ginjal bersifat unik karena memiliki dua bentuk kapiler, yaitu kapiler glomerulus dan kepiler peritubulus yang diatur dalam suatu rangkaian dan dipisahkan oleh arteriol eferen yang membantu untuk mengatur tekanan hidrostatik dalam perangkat kapiler. Tekanan hidrostatik yang tinggi pada kapiler glomerulus (kira-kira 60 mmHg) menyebabkan filtrasi cairan yang cepat, sedangkan cairan hidrostatik yang jauh lebih rendah pada kapiler peritubulus (kira-kira 13 mmHg) menyebabkan reabsorpsi cairan yang cepat. Dengan mengatur resistensi arteriol aferen dan eferen, ginjal dapat mengatur tekananhidrostatik kapiler glomerulus dan kapiler peritubulus, dengan demikian mengubah laju filtrasi glomerulus dan/atau reabsopsi tubulus sebagai respon terhadap kebutuhan homeostatic tubuh. Kapiler peritubulus mengosongkan isinya kedalam pembuluh sistem vena, yang berjalan secaraparalel dengan pembuluh arteriol dan secara progresif membentuk vena interlobularis, vena arcuata, vena interlobularis dan vena renalis, yang meninggalkan ginjal di samping arteri renalis dan ureter. SIFAT FISIK URINE 34

1. Warna Urine encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jika kental. Urine segar biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan. 2. Bau Urine memilki bau yang khas dan cenderung berbau ammonia jika didiamkan. Bau ini dapat berfariasi sesuai dengan diet; misalnya, setelah makan asparagus. Pada diabetes yang tidak terkontrol, aseton

menghasilkan bau manis pada urine. 3. Asiditas atau Alkalinitas PH urine bervariasi antara 4.8 sampai 7.5 dan biasanya sekitar 6.0tetapi juga bergantung pada diet. Ingesti makanan yang berprotein tinggi akan meningkatkan asiditas, sementara diet sayuran meningkatkan alkalinitas. 4. Berat Jenis Urine Berkisar antara 1.001 sampai 1.035, bergantung pada konsentrasi urine.

4.5 Gangguan saluran kencing Gangguan saluran kencing bisa saja dialami semua orang. Terlebih pada lakilaki paruh baya adalah gangguan seperti sering bolak-balik ke kamar kecil, merasa kencing tidak tuntas, dan harus menunggu ketika akan berkemih. Kemungkinan besar gangguan tersebut berkaitan dengan kelenjar prostat, yang merupakan salah satu organ kelamin pria yang terletak di bawah kandung kemih dan membungkus saluran kemih yang terakhir. Bila mengalami pembesaran, organ ini akan membuntu saluran tersebut dan menghambat aliran urine dari kandung kemih. PEMBESARAN KELENJAR PROSTAT Pembesaran kelenjar prostat jinak merupakan gangguan urologik yang perlu mendapat perhatian penting bagi para pria. Umumnya kelainan ini berkembang 35

pada pria yang berumur diatas usia 40 tahun dan umumnya terdapat pada lebih dari 90% pria berusia lebih dari 65 tahun. Tanda-tanda gangguan utama adalah sering kencing dan tiba-tiba tidak tertahankan untuk kencing, sulit mengeluarkan atau menghentikan air seni, aliran air seni yang lemah dan atau aliran yang terputus-putus dan menetes. Sampai 80% penderita mengalami pula gejala-gejala iritasi, misalnya pollakiuria, sering terjadinya keadaan yang mendasak untuk kencing (Jawa: kebelet), sering kencing dimalam hari, perasaan tertekan pada kandung kemih, perasaan pengosongan kandung kemih yang tak sempurna. Sebab-sebab terjadinya gangguan prostat. Penyebab membesarnya prostat ini sampai sekarang belum diketahui pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa proses ini erat kaitannya dengan kadar hormonal dan proses penuaan (aging process). Yang dimaksud akibat gangguan hormonal, yaitu dengan bertambah tuanya seorang pria, maka kadar hormon seks pria (androgen) seperti testosteron berkurang, sedangkan hormon seks wanita berupa estrogen yang dalam keadaan normal didapati dalam jumlah sangat sedikit pada pria menjadi meningkat. Selain itu membesarnya kelenjar prostat, sebagai akibat dari pembesaran kelenjar periuretra (disekitar uretra), yang menyebabkan penyempitan uretra dan menimbulkan kesulitan-kesulitan pengeluaran air seni. Pembesaran kelenjar prostat jinak dianggap merupakan gangguan kelenjar endokrin pada pria yang mengalami penuaan, yang disebabkan karena terjadinya perubahan keseimbangan hormon dalam jaringan prostat sebagai akibat terjadinya proses penuaan. Hipotesis etiologi dan patogenesis BPH (pembesaran kelenjar prostat jinak) yang diterima secara luas didasarkan pada terjadinya peningkatan sintesis dihidrotestosteron dalam prostat yang diikuti dengan peningkatan perbandingan antara estrogen dengan androgen sebagai akibat aktivitas dua enzim dalam jaringan prostat, yaitu 5a reduktase (yang mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron) dan aromatase (yang mengubah testosteron menjadi 17bestradiol (estrogen)). Maka pendekatan pengobatan yang dijalankan berdasarkan upaya untuk menghambat aktivitas kedua enzim tersebut. Jika akan menggunakan

36

herbal haruslah yang kandungannya dapat menghambat aktivitas kedua enzim tersebut. Selain itu pembesaran kelenjar prostat ini juga bisa akibat dari : 1. Terlalu banyak duduk baik di rumah, kantor, mobil, motor, dsb. 2. Penurunan kekebalan tubuh akibat fisik lelah, stress, dsb. 3. Makan makanan pedas atau yang merangsang secara berlebih 4. Kegiatan seks berlebihan 5. Terlalu banyak masturbasi atau onani yang berlebih Gejala Letak kelenjar prostat adalah dibelakang saluran kemih (kencing). Jadi pembesaran kelenjar ini dapat menimbulkan gejala-gejala sumbatan dan iritasi saluran kemih yang dikenal sebagai lower urinary tract syndrome (LUTS). Gejala sumbatan dapat berupa buang air kecil yang tersendat-sendat, tidak lampias setelah buang air kecil, pancaran kencing yang lemah, dan mesti mengedan sebelum berhasil buang air kecil. Gejala iritasi dapat berupa sering buang air kecil dan keinginan untuk buang air kecil yang tidak tertahankan. Jika tidak diobati, BPH dapat menjadi progresif (lebih parah). Karena adanya air kencing yang masih tersisa didalam kandung kemih, maka dapat menimbulkan tertahannya bakteri yang pada akhirnya dapat menimbulkan infeksi saluran kemih. Jika keadaan ini berlangsung lama, maka dapat menimbulkan gagal ginjal.

37

Sering kencing pada malam hari Tidak tuntas dalam kencing Aliran yang lemah/merembes Mengejan saat kencing Terasa sakit atau terbakar saat kencing Tidak tahan kebelet kencing sehingga selalu terburu-buru. Tembakan air seni lemah dan dapat mengotori kaki kita. Kencing selalu tidak tuntas dan merasa anyang-anyangan. Setelah kencing ada sisa air seni yang keluar.

38

Kelenjar prostat berbentuk sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa sekira 20 gram. Kelenjar ini merupakan salah satu kelenjar kelamin yang penting untuk memproduksi senyawaan pada pembentukan cairan semen.

Salah satu gangguan prostat yang sering terjadi ialah Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat ini merupakan proses alamiah yang terjadi pada lakilaki sesuai pertambahan usia akibat bertambahnya sel kelenjar prostat. Berdasarkan penelitian, jika berumur lebih dari 50 tahun, kemungkinan akan mengalami pembesaran prostat adalah 50 persen. Ketika berusia 80-85 tahun, kemungkinan akan meningkat menjadi 90 persen.

39

Dikatakannya, gejala BPH dapat digolongkan menjadi dua, yaitu gejala obstruktif (pembuntuan) dan gejala iritatif (iritasi). Gejala obstruktif meliputi hesitancy (menunggu untuk memulai kencing), pancaran kencing lemah, pancaran kencing terputus-putus, tidak puas saat selesai berkemih, rasa ingin kencing lagi sesudah kencing dan keluarnya sisa kencing atau tetesan urine pada akhir berkemih . Yang termasuk gejala iritatif (iritasi) adalah frekuensi kencing yang tidak normal (terlalu sering), terbangun di tengah malam karena sering kencing, sulit menahan kencing, dan rasa sakit waktu kencing. Terkadang bisa juga terjadi hematuria (kencing berdarah). Pada umumnya, penderita menunjukkan gejala-gejala yang merupakan gabungan dari gejala akibat penyumbatan dan iritasi, walaupun sering hanya satu atau dua gejala yang menonjol. 40

Untuk pengobatannya, tidak semua pasien BPH perlu menjalani tindakan medis. Kadang-kadang mereka yang mengeluh ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan terapi apa pun. Tetapi di antara mereka akhirnya ada yang membutuhkan terapi obat-obatan atau tindakan medis lainnya karena keluhannya semakin parah. Tumbuhan yang dapat berperan dalam pengobatan pembesaran kelenjar prostat jinak antara lain adalah: 1.Buah Saw Palmetto/ Sabal [Serenoa repens (Bartr.) Small.] Tumbuhan ini berasal dari Amerika Serikat. Digunakan untuk pengobatan pembesaran kelenjar prostat jinak oleh Harnischfeger dan Stolze pada tahun 1989. Buah Saw Palmetto biasanya dikumpulkan dari tumbuhan liar. Sediaan komersial hanya berisi ekstrak lipofil (larut dalam lemak) yang dihasilkan dengan mengekstraksi serbuk buah Saw Palmetto dengan hexane atau carbon dioksida cair. Kandungan pokok ekstrak ini adalah asam lemak bebas. Pengujian pada hewan coba atau percobaan in vitro dilakukan oleh Hansel dkk, 1994 dan Koch, 1995. uji pada mencit dan tikus menunjukkan bahwa sediaan tersebut memiliki aktivitas antiandrogenik pada bermacam-macam hewan coba. Percobaan in vitro memperkuat kenyataan diatas karena ekstrak buah Saw Palmetto menghambat aktivitas enzim 5a-resuktase, jadi mengurangi terbentuknya senyawa dihidrotestosteron. Hambatan ini disebabkan oleh kandungan asam lemak bebas dalam buah Saw Palmetto. Disamping itu ekstrak buah Saw Palmetto juga menunjukkan aktivitas anti inflamasi dan antioksidan yang merupakan factor penyebab BPH (Koch, 1995). Hasil uji terapetik pada 490 pasien menggunakan ekstrak buah Saw Palmetto pada dosis 320 mg/hari selama 1-3 bulan dan 2 pengujian sampai selama 6 bulan. Hasilnya menunjukkan respon terapetik dalam hal skor symptom, frekuensi nokturia, volume sisa aiir seni yang ditentukan secara ultrasound dan beberapa pengujian dengan pengukuran aliran air seni.

41

2.Biji Labu (Cucurbita pepo L) Biji labu atau Cucurbita pepo telah lama digunakan dalam obat tradisional, terutama di Eropa Selatan sebagai obat untuk iritasi kandung kemih dan pembesaran prostat. Varietas tumbuhan labu yang berkulit biji lunak terutama dianjurkan dan merupakan satu-satunya yang memiliki data-data ilmiah. Biji labu memiliki rasa manis berminyak, mengandung minyak lemak yang terdiri dari asam-asam lemak, terutama asam linoleat (64%) disamping zat-zat sterol nabati, tokoferol, karotinoid dan mineral. Identitas kandungan yang memiliki khasiat terapetik masih dalam penelitian (Schillcher, 1987, 1992). Pengunaan Biji labu untuk pembesaran prostat diuji secara eksperimental menunjukkan adanya D-7 sterol dalam biji labu memiliki kemampuan menggantikan dihidrotestosteron dari reseptor androgen pada fibroblast-fibroblast manusia. Dalam uji klinik terbuka pada 9 penderita pembesaran kelenjar prostat jinaak, dimana masing-masing penderita mendapatkan 90 mg campuran sterol yang diisolasi dari biji labu, 3 atau 4 hari sebelum mengalami prostatektomi radikal. Pemeriksaan terhadap potongan jaringan prostat menunjukkan penurunan kadar dihidrotestosteron yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan preparat yang serupa dari kelompok kontrol (Schilcher, 1987) Kombinasi antara buah Saw Palmetto dan Biji Labu Ekstrak biji labu yang dikombinasi dengan ekstrak buah Saw Palmetto masingmasing seberat 80 mg dicoba dalam suatu uji klinik acak buta ganda dengan pembanding plasebo pada 53 orang penderita BPH. Secara acak setiap penderita diberikan pengobatan, baik dengan calon obat maupun plasebo menurut daftar kode yang secara sentral dikontrol (Bombardelli, E. Morrazoni, P., 1997). Variabel subyektif adalah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh penderita, baik dengan kekosongan maupun frekuensi kencing selama sehari semalam. Parameter obyektif adalah kecepatan aliran air seni (mL/detik), lama kekosongan kencing (detik), volume sisa air kencing (mL) yagn ditentukan dengan cara kateterisasi

42

atau analisis ultrasonic. Untuk tiap penderita cara yang sama dapat diterapkan, baik sebelum maupun setelah pengobatan. Hasil pengujian parameter subyektif maupun parameter obyektif menunjukkan bahwa penderita-penderita yang mendapatkan pengobatan dengan calon obat secara statistik mengalami penyembuhan yang bermakna, sedang yang mendapatkan pengobatan dengan plasebo tidak mengalami perubahan apa-apa. Ada beberapa pilihan terapi pasien BPH, di antaranya observasi bagi penderita yang tanpa keluhan sampai keluhan ringan, obat-obatan yang berfungsi mengurangi hambatan di leher kandung kemih sehingga bisa memperlancar saat berkemih, ada obat yang bekerja secara hormonal dan berfungsi mengurangi volume prostat. Selain kedua jenis obat tersebut, ada juga terapi dengan fitotherapy. Bagi penderita BPH yang sudah menimbulkan penyulit tertentu, seperti batu saluran kemih, kencing berdarah, infeksi saluran kemih atau setelah mendapatkan terapi obat-obatan tidak menunjukkan perbaikan hendaknya dilakukan operasi. Pemeriksaan Tambahan Ada beberapa pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis BPH. Dokter dapat melakukan pemeriksaan colok dubur untuk meraba apakah prostat kita membesar atau tidak. Pemeriksaan laboratorium darah dan air seni dapat dilakukan untuk melihat apakah ada infeksi. Untuk melihat fungsi ginjal, dapat diperiksa kadar ureum, kreatinin, dan elektrolit darah. Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) bersifat pilihan, akan tetapi banyak dokter melakukannya sebagai salah satu pemeriksaan awal. Walau BPH tidak menyebabkan kanker prostat tetapi pria pada kisaran usia tersebut mempunyai risiko tinggi untuk menderita kanker sehingga diperlukan skrining. Pria dengan pembesaran prostat mungkin mengalami peningkatan kadar PSA.

43

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) baik melalui perut atau anus (yang dikenal dengan transrectal ultrasonography/TRUS) berguna untuk membantu menentukan ukuran prostat. Pemeriksaan roentgen dengan intravenous pielography/IVP (dengan menggunakan zat kontras radioaktif) juga dapat dilakukan untuk melihat seberapa besar sumbatan yang terjadi. Secara umum, kedua pemeriksaan tersebut tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan awal pada pasien dengan gejala LUTS tanpa komplikasi (infeksi saluran kemih, buang air kecil berdarah, batu saluran kemih, atau gagal ginjal). Pada pasien dengan peningkatan kadar PSA, sebaiknya dilakukan biopsi (pengambilan sampel jaringan) kelenjar prostat. Penatalaksanaan Jika gejala masih ringan, sebaiknya dilakukan pengamatan lebih lanjut. Pada keadaan tidak dapat buang air kecil (berarti sumbatan sudah total), maka pertolongan pertama yang dilakukan adalah pemasangan kateter. Jika upaya pemasangan kateter ini gagal, maka dapat dilakukan tindakan operasi. Selain itu, tindakan operasi dapat dilakukan jika : terjadi infeksi saluran kemih yang berulang, buang air kecil yang berdarah, ada batu saluran kemih, divertikulum kandung kemih, atau gagal ginjal. Pengobatan oral 1. blockers Kelenjar prostat memiliki suatu reseptor yang dinamakan 1 adrenoreseptor, dengan menghambat reseptor ini, maka kontraksi kelenjar prostat dapat dikurangi sehingga dapat mengurangi gejala pada pasien BPH. Contoh obatnya adalah fenoxibenzamin dan prazosin. Keduanya memiliki efektivitas dan hasil nyata yang berkaitan dengan perbaikan gejala. Namun banyak memiliki efek samping seperti hipotensi yang dipengaruhi posisi (ortostatik), pusing, rasa lelah, dan sakit kepala. 2. 5 reduktase inhibitor

44

5 reduktase inhibitor adalah obat yang mencegah pengubahan testoteron menjadi dihidrotestoteron. Contoh obat ini adalah finasteride. Obat ini dapat mengurangi ukuran kelenjar prostat. Dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk melihat efek maksimum pengobatan pada ukuran prostat maupun pada gejala penyakit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 5 reduktase inhibitor merupakan obat yang efektif dan aman untuk digunakan namun perbaikan gejala penyakit hanya dijumpai pada pasien dengan pembesaran prostat yang lebih dari 40 cm3. Efek samping yang ditimbulkan antara lain turunnya libido, berkurangnya volume ejakulasi, dan impotensi. Penurunan PSA dijumpai pada sekitar 50% pasien yang dirawat dengan menggunakan 5 reduktase inhibitor sehingga mungkin saja hal ini dapat mengganggu deteksi kanker. Laporan terakhir menyatakan bahwa penggunaan finasteride dapat mengurangi kejadian tidak dapat berkemih (retensi urin) dan kebutuhan tindakan bedah pada pria dengan pembesaran prostat dengan gejala sedang sampai berat. 3. Fitoterapi Penggunaan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk terapi BPH akhir-akhir ini menjadi populer. Beberapa tumbuhan yang digunakan antara lain saw palmetto berry, kulit kayu tumbuhan Pygeum africanuum, akar Echinacea purpurea dan Hypoxis rooperi, serta ekstrak serbuk sari. Mekanisme dari fitoterapi ini sebagian besar tidak diketahui dan belum dilakukan uji coba mengenai efektivitas dan keamanan dari penggunaan obat-obatan ini.

Bedah Konvensional 1. Pembedahan terbuka Indikasi absolut yang memerlukan pembedahan terbuka dibanding pilihan bedah lainnya adalah terdapatnya keterlibatan kandung kemih yang perlu diperbaiki seperti adanya divertikel atau batu kandung kemih yang besar. Prostat yang melebihi 80-100 cm3 biasanya dipertimbangkan untuk dilakukan pengangkatan 45

prostat secara terbuka. Pembedahan terbuka mempunyai nilai komplikasi setelah operasi seperti tidak dapat menahan buang air kecil dan impotensi. Perbaikan klinis yang terjadi sebesar 85-100%. 2. Transurethral resection of the prostate (TURP) TURP merupakan metode paling sering digunakan dimana jaringan prostat yang menyumbat dibuang melalui sebuah alat yang dimasukkan melalui uretra (saluran kencing). Secara umum indikasi untuk metode TURP adalah pasien dengan gejala sumbatan yang menetap, progresif akibat pembesaran prostat, atau tidak dapat diobati dengan terapi obat lagi. Prosedur ini dilakukan dengan anestesi regional atau umum dan membutuhkan perawatan inap selama 1-2 hari. 3. Transurethral incision of the prostate (TUIP) Metode ini digunakan pada pasien dengan pembesaran prostat yang tidak terlalu besar dan umur relatif muda. 4. Laser prostatekomi Dengan teknik laser ini komplikasi yang ditimbulkan dapat lebih sedikit, waktu penyembuhan lebih cepat, dan dengan hasil yang kurang lebih sama. Sayangnya terapi ini membutuhkan terapi ulang setiap tahunnya. Penggunaaan laser ini telah berkembang pesat tetapi efek lebih lanjut dari pemakaian laser belum diketahui secara pasti. Terapi Invasi Minimal 1. Transurethral needle ablation of the prostate (TUNA) TUNA termasuk dalam teknik minimal invasif yang biasa digunakan pada pasien yang gagal dengan pengobatan medikamentosa, pasien yang tidak tertarik pada pengobatan medikamentosa, atau tidak bersedia untuk tindakan TURP. Teknik ini menggunakan kateter uretra yang didesain khusus dengan jarum yang 46

menghantarkan gelombang radio yang panas sampai mencapai 100oC di ujungnya sehingga dapat menyebabkan kematian jaringan prostat. Pasien dengan gejala sumbatan dan pembesaran prostat kurang dari 60 gram adalah pasien yang ideal untuk tindakan TUNA ini. Kelebihan teknik TUNA dibanding dengan TURP antara lain pasien hanya perlu diberi anestesi lokal. Selain itu angka kekambuhan dan kematian TUNA lebih rendah dari TURP. 2. Transurethral electrovaporization of the prostate

Teknik ini menggunakan rectoskop (seperti teropong yang dimasukkan melalui anus) standar dan loop konvensional. Arus listrik yang dihantarkan menimbulkan panas yang dapat menguapkan jaringan sehingga menghasilkan timbulnya rongga di dalam uretra. 3. Termoterapi Metode ini menggunakan gelombang mikro yang dipancarkan melalui kateter transuretral (melalui saluran kemih bagian bawah). Namun terapi ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keefektivitasannya. 4. Intraurethral stents Alat ini dapat bertujuan untuk membuat saluran kemih tetap terbuka. Setelah 4-6 bulan alat ini biasanya akan tertutup sel epitel. Biasanya digunakan pada pasien dengan usia harapan hidup yang minimum dan pasien yang tidak cocok untuk menjalani operasi pembedahan maupun anestesi. Saat ini metode ini sudah jarang dipakai. 5. Transurethral balloon dilation of the prostate Pada tehnik ini, dilakukan dilatasi (pelebaran) saluran kemih yang berada di prostat dengan menggunakan balon yang dimasukkan melalui kateter. Teknik ini 47

efektif pada pasien dengan prostat kecil, kurang dari 40 cm3. Meskipun dapat menghasilkan perbaikan gejala sumbatan, namun efek ini hanya sementara sehingga cara ini sekarang jarang digunakan. Cara Mencegah Gangguan Penyakit Radang dan Pembesaran Prostat 1. Menjalankan pola hidup sehat seperti pola makan sehat empat sehat lima sempurna, rajin olahraga, tidak merokok, tidak begadang, dsb. 2. Banyak-banyak minum air minimal delapan 8 gelas setiap hari. 3. Tidak membiasakan menahan kencing ketika 4. Sering makan kubis-kubisan, alpukat, kacang-kacangan, tomat, mineral zinc, asam lemak omega 3, dll untuk mengurasi resiko prostat radang. 5. Memeriksakan prostat kita secara berkala ke dokter atau pusat kesehatan. Selain akibat dari pembesaran kelenjar prostat , sulit kencing ini biasanya juga dikarenakan adanya batu ginjal pada saluran kencing . Batu Ginjal Batu ginjal adalah batu-batu kecil yang terbentuk di dalam ginjal dan bergerak turun ke dalam pipa kemih (ureter).

Batu-batu ini menyebabkan nyeri yang menusuk pada bagian punggung bawah, saluran air seni atau perut sebelah bawah.

Di dalam kandung kemih, batu-batu tersebut dapat menyumbat saluran air seni(urethra) dan menyebabkan buang air kecil yang nyeri serta sukar ke luar.

48

A. Komposisi batu ginjal : 1. 2. 3. B. Penyebab : 1. Kurang minum sehingga menyebabkan sistem metabolisme tubuh calcium oxalate phosphate

tidak berjalan maksimal. Cairan yang dibutuhkan untuk menggelontor berbagai racun di dalam tubuh tidak mencukupi. Hal ini mengakibatkan urin mengalami kondensasi sehingga membentuk butiran seperti batu. 2. 3. Tubuh memproduksi asam urat di dalam darah terlalu berlebihan Infeksi yang terjadi di dalam ginjal yang mempermudah batu

ginjalterbentuk. 4. Faktor genetik. Jika ditemukan salah satu anggota keluarga

menderita batu ginjal, hampir dimungkinkan keturunannya berpotensi mengalami hal serupa.

D. Fakta-fakta tentang Batu Ginjal : 1. Para ilmuwan menemukan batu ginjal tertua pada mumi Mesir

yang berumur 7000 tahun. 2. Menurut catatan medis, sebanyak tiga juta pasien mengalami

keluhan pada ginjalnya, dan setengah juta-nya masuk ke ruang gawat darurat karena dideteksi mengalami batu ginjal. 3. Sebagian besar batu ginjal akan keluar dengan sendirinya tanpa

campur tangan para medis. Ini tentu pada skala normal. Tapi jika penyakit sudah parah, diperlukan penanganan lebih lanjut dengan melakukan pembedahan. 49

4.

Dari survei, orang Kaukasia lebih berpotensi mempunyai penyakit

batu ginjal dibandingkan orang Afro-Amerika. 5. Biasanya lelaki akan mengalami batu ginjal pada umur 40 tahun

dan meningkat drastis saat mencapai umur 70 tahun. Sementara kaum perempuan sekitar umur 50 tahun. E. Tanda-tanda : 1. Keluhan pertama yang dirasakan adalah rasa sakit amat tajam atau

hebat pada punggung bagian bawah, pinggang atau perut bagian bawah, atau khusus pada laki-laki di pangkal alat kelamin. 2. Kadang-kadang saluran air kencing tersumbat sehingga penderita

sukar buang air kecil, atau tidak dapat melakukannya sama sekali. Darah menetes ke luar ketika penderita mulai buang air kecil 3. F. Tindakan : 1. 2. Minumlah air yang banyak. Jika penderita tidak membaik dengan minum air atau jika ia Infeksi sistem air kencing dapat terjadi secara bersamaan.

mengalami panas, ia harus minum pil sulfonamid, ampicillin, atau tetracycline. Perhatikan dengan saksama mengenai takaran dan peringatannya. 3. Berikan juga aspirin atau obat penghilang rasa sakit lain dan

antispasmodik 4. Cobalah kencing dalam keadaan berbaring. Tindakan ini

kadangkala membuat batu dalam kandung air kencing bergulir ke belakang dan melepaskan sumbatan pada mulut lubang yang menuju saluran air kencing 5. Pada kasus berat, mintalah pertolongan dokter. Ada kalanya

diperlukan operasi (pembedahan).

50

6.

Edema yang Disebabkan oleh Penurunan Ekskresi Garam dan Air oleh Ginjal

7. Sebagian besar natrium klorida yang bertambah ke dalam darah tetap berada di kompartemen ekstrasel, dan hanya sejumlah kecil saja yang memasuki sel. Karenanya, pada penyakit ginjal yang menurunkan ekskresi natrium klorida dan air dalam urin, sejumlah besar natrium klorida dan air akan ditambah ke cairan ektrasel. Sebagian garam dan air ini bocor dari darah masuk ke dalam rongga interstisial, tapi sebagian masih tetap berada dalam darah. Efek utama kejadian in menyebabkan (1) peningkatan volume cairan interstisial yang besar (edema ekstrasel) dan (2) hipertensi akibat peningkatan volume darah. Misalnya, anak yang menderita glomerunefritis akut, dengan cedera glomerulus ginjal akibat inflamasi yang berakibat gagalnya penyaringan cairan dalam jumlah cukup, juga akan mengalami cairan edema ektrasel yang serius di seluruh tubuh; bersama dengan edema, anak anak ini biasanya menderita hipertensi berat.(Guyton.2000)

4.6 Mekanisme edema Edema yang disebabkan oleh penurunan ekskresi air dan garam oleh ginjal Sebagian besar natrium klorida yang ditambahkan ke dalam darah tetap berada di kompartemen ekstrasel dan hanya sejumlah kecil saja yang memasuki sel karenanya pada penyakit ginjal yang menurunkan ekskresi NaCl dan air dalam urin, sejumlah besar NaCl dan air akan ditambahkan ke cairan ekstrasel. Sebagian besar garam dan air ini bocordari darah dan masuk ke dalam rongga interstisial, tapi sebagian masih berada dalam darah. Efek utama kejadian ini adalah menyebabkan 1) peningkatan volume cairan interstitial yang besar(edema ekstrasel), 2) hipertensi akibat peningkatan volume darah. Msalnya anak yang menderita glomerulus akut dengan cedera glomerulus ginjal akibat inflamasi yang berakibat gagalnya penyaringan cairan dalam jumlah cukup, juga akan mengalami

51

edema cairan ekstrasel yang serius di seluruh tubuh. Bersama dengan edema, anak ini biasanya mengalami hipertensi berat. Penyebab terjadi edema pada kaki,tungkai,pinggang belakang

Peningkatan Tekanan Hidrostatik Peningkatan tekanan intravascular local dapat di akibatkan oleh gangguan aliran darah balik vena-sebagai contoh, yang di akibatkan oleh trombosis vena dalam pada ekstemitas inferior yang di sertai dengan edema yang terbatas pada tungkai yang terkena.

Penurunan Tekanan Osmotik Plasma Dalam setiap kasus, penurunan tekanan osmotik plasma menyebabkan pergerakan cairan ke dalam jaringan interstisial dan mengakibatkan penyusutan volume plasma. Penurunan volume intravaskular, dapat di perkirakan bahwa akan terjadi hipoperfusi ginjal di sertai dengan aldosteronisme sekunder.

Sumbatan Saluran Limfe Gangguan drainase saluran limfe dan akibatnya terjadi limfedema biasanya bersifat lokal, gangguan ini dapat di sebabkan oleh obstruksi akibat radang atau neoplastik. Contoh : in feksi parasit-filariasis sering menyebabkan fibrosis saluran dan kelenjar getah bening yang masif di daerah inguinal. Reseksi terhadap saluran limfe serta pembentukan jaringan limfe yang bberhubungan dengan pembedahan dan radiasi dapat menyebabkan edema berat pada lengan.

Retensi pada Natrium dan Air Retensi garam dapat pula merupakan penyebab primer edema. Peningkatan garam, yang pasti di sertai dengan peningkatan air,baik menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik(karena bertambahnya volume intravaskular) maupun penurunan tekanan osmotik koloid vaskular.

52

*Edema pada bagian tubuh terkait (misalnya tungkai saat berdiri, panggul saat berbaring) merupakan gambaran mencolok gagal jantung, terutama pada ventrikel kanan. Edema yang di sebabkan oleh disfungsi ginjal atau sindrome nefrotik pada umumnya lebih berat daripada edema jantung dan memengaruhi semua bagian tubuh secara sama. Namun, edema awlnya dapat muncul pada matriks jaringan ikat yang longgar.

4.7 Gangguan pada ginjal : nefritis : disebabkan gangguan pada nefron karena infeksi kuman, akibatnya kadar ureum dalam darah meningkat. Nefritis dapat menimbulkan uremia, yaitu adanya uriene yang masuk ke dalam darah, sehingga menyebabkan penyerapan air terganggu dan tertimbun di kaki yang disebut oedema. diabetes melitus (kencing manis) : disebabkan kekuranga insulin, akibatnya kadar glukosa darah meningkat. diabetes inspidus (penyalit kuning) : disebabkan tidak ada hormon ADH, akibatnya urine meningkat. albuminuria : disebabkan adanya protein dalam urine, akibatnya kerusakan atau iritasi sel ginjal karena infeksi. Batu ginjal adalah gangguan yang terjadi dengan gejala penggumpalan batu ginjal karena terjadi stagnasi urine. Biasanya terjadi pada orang yang kurang minum sehingga terjadi penggumpalan serta kristalisasi zat-zat yang seharusnya dibuang dari ginjal ke luar tubuh. polyuria yaitu urine yang dikeluarkan sangat banyak dan encer,

disebabkan kemampuan nefron untuk mengadakan reabsorbsi sangat rendah atau gagal. oligouria yaitu urine yang dikeluarkan sangat sedikit bahkan tidak berurine, disebabkan oleh kerusakan ginjal secara total. Sistis adalah gangguan kelainan pada ginjal manusia yang berupa radang pada membran mukosa yang menjadi pelapis kandung kemih.

53

Gagal Ginjal adalah penyakit yang menyebabkan tidak terbentuknya urin / urine (anuria) sehingga apabila sudah akut / parah dapat menyebabkan nefritis, pendarahan dan jantung berhenti bekerja / berfungsi secara tiba-tiba.

Tumor Wilms adalah sejenis tumor ganas pada ginjal. Sering terjadi pada anak kecil.

Hematuria: Ditemukannya sel darah merah pada urine dan disebabkan peradangan pada organ urinariatan iritasi akibat gesekan batu ginjal. Hematuria dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris. Pemeriksaan Penunjang Radiologi dengan BNO atau USG.

Glikosuria: Ditemukannya glukosa pada urine. Adanya glukosa dalam urine menunjukkan adanya kerusakan pada tabung ginjal. Ketosis: Ditemukan senyawa keton di dalam darah dan ditemukan pada orang yang melakukan diet karbohidrat. Anuria: Kegagalan ginjal sehingga tidak dapat membuat urine. Disebabkan kerusakan di glomerulus.

54

BAB V Kesimpulan 1. Ginjal merupakan oragan yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. 2. Pada ginjal terjadi proses filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus. 3. Kelaianan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya edema, karena terjadi penumpukan cairan dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). 4. Hipertensi dapat menyebabkan kelainan pada ginjal begitu pun juga sebaliknya. 5. Usia sangat mempengaruhi kinerja suatu ginjal. Hal itu disebabkan karena semakin tua tubuh kita maka sel-sel yang ada di dalam tubuh akan semakin lambat dalam melakukan regenerasi.

55

BAB VI

Daftar Pustaka 1. Sherwood, Laurel. 2001. Fisiologi dari Sistem ke Sel. Jakarta:ECG 2. Bajpai. 1989. Histologi Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara 3. Guyton and Hall. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:ECG 4. Sloane, ethel.2001. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta:ECG 5. Schulz, et.al, Rational Phytotherapy, A Physician Guide to Herbal Medicine, Springer, 1996 6. Anonym, WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Volume 2, World Health Organization, Geneva, 285-299, 2002 7. bombardelli, E., Morrazeni,P. (1997), Cucurbita pepo L., Fitoterapia LXVIII No.4, 1997, 28 (4):291-302 8. soejoenoes, Ariawan, Prof.Dr., et.al., Panduan Kesehatan Keluarga, Edisi Terbaru, Yayasan Essentia Medica PO BOX 1058, Yogyakarta 55010, PT. Mediprom, Jakarta 12240, 376, 1976

56

You might also like