You are on page 1of 40

PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI MA NW AIK AMPAT DESA SUNTALANGU KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR

SAUFI ASRI NPM: 07350127

JURUSAN PENDIDIKAN IPS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) HAMZANWADI SELONG 2012

ii

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN 1. Judul : Pengembangan Model Bahan Ajar Pada Mata Pelajaran Sejarah di MA NW Aik Ampat Desa Suntalangu Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. 2. Jenis Penelitian 3. Identitas Penelitian a. Nama : b. Jenis Kelamin c. Npm d. Jurusan e. Prodi : f. PTS : 4. Jumlah Penelitian 5. Lokasi Penelitian 6. Lama Penelitian 7. Biaya Penelitian : : Penelitian Kualitatif : SAUFI ASRI : Perempuan 07350127 : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Sejarah STKIP HAMZANWADI Selong : 1 Orang : MA NW Aik Ampat : 3 Bulan : 2.000.000,Selong, 10 Desember 2011 Proposal ini disetujui oleh Pembimbing I Pembimbing II

M. NURMAN, M.Pd NIS: 330 2911 200

MAHRUP, M.Pd NIS : 330 3121 550

Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

MUHTASAR, M.Pd NIS : 330 2911 087

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul Pengembangan Model Bahan Ajar pada Mata Pelajaran Sejarah di MA NW Aik Ampat Desa Suntalangu Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini, terutama: 1. Bapak Drs. H. Muh. Suruji, selaku Ketua STKIP Hamzanwadi Selong. 2. Bapak Dr. Khirjan Nahdi, M.Hum, selaku Pembantu Ketua I. 3. Ibu Umi Dukha, selaku Pembantu Ketua II. 4. Bapak Musipudin, M.Pd, selaku Pembantu Ketua III. 5. Bapak Muhtasar, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah. 6. Bapak Syahrul Amar, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Sejarah. 7. Bapak Muh. Nurman, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I. 8. Bapak Mahrup, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II. 9. Bapak dan Ibu Dosen Sejarah STKIP Hamzanwadi Selong yang telah memberikan sejumlah ilmu pengetahuannya kepada penulis sampai terselesaikannya proposal penelitian ini. Hanya ucapakan terimakasih ini yang penulis bisa sampaikan. Semoga bantuan dari semua pihak mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan proposal ini. Akhir kata semoga proposal ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Selong, 17 Oktober 2011 Penulis

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................

i ii

KATA PENGANTAR................................................................................................. iii DAFTAR ISI................................................................................................................ iv BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ A. Latar Belakang.............................................................................................. B. Identifikasi Masalah...................................................................................... C. Rumusan Masalah......................................................................................... D. Tujuan Penelitian.......................................................................................... E. Manfaat Penelitian......................................................................................... BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................... A. Pengembangan.............................................................................................. 1 1 6 6 7 7 9 9

B. Bahan Ajar..................................................................................................... 11 C. Pelajaran Sejarah di Sekolah......................................................................... 24 D. Kerangka Berpikir......................................................................................... 25 BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 27 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................... 27 B. Tempat Penelitian.......................................................................................... 27 C. Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 28 D. Analisis Data................................................................................................. 31 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 33

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-undang RI No. 2 tahun 1989 dan Rancangan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang sah menjadi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003, ditetapkan pada tanggal 11 Juni 2003 (Depdiknas, 2003), bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebagnsaan. Dengan demikian pendidikan merupakan komponen penting dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM). Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas hidup manusia pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia,

mendewasakan, mengubah perilaku serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Hal ini disebabkan karena mutu pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan sumber daya manusia sehingga dapat dikatakan bahwa masa depan bangsa terletak pada bagaimana kualitas pendidikan kita masa kini, oleh seba bitu maka peningkatan mutu sekolah merupakan titik sentral yang strategis untuk menciptakan mutu pendidikan yang berkualitas, dinamis dan mandiri.

Pedidikan adalah proses interaksi bertujuan, interaksi ini terjadi antara guru dan siswa yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan satuan tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan (Dimyati, 1996 : 6). Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki oleh peserta didik sejak lahir, dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan berkembang (Hamalik, 2003 : 3). Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai. Dalam pelaksanaannya ketiga kegiatan tadi harus berjalan secara serempak dan terpadu, berkelanjutan, serta serasi dengan perkembangan anak didik serta lingkungan hidupnya (Munib, 2004 : 29). Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seorang guru dalam pendidikan memegang peranan penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman teoritis tapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Kedua hal ini sangat penting, karena seorang guru dalam pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan materi semata, tetapi juga harus berusaha agar mata pelajaran yang sedang disampaikan menjadi kegiatan agar mata pelajaran yang sedang disampaikan menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami bagi siswa. Tujuan pendidikan nasional adalah mempunyai perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat

Indonesia sendiri secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya. Sebagai perwujudan pencapaian tujuan tersebut maka belajar merupakan suatu proses aktif memerlukan dorongan dan bimbingan kearah tercapainya tujuan yang dikehendaki (GBHN, 1999: 20). Melalui pendidikan diharapkan mampu dikembangkan sikap, nilai, moral dan seperangkat

keterampilan hidup bermasyarakat dalam rangkat mempersiapkan warga negara yang baik dan mampu bermasyarakat. Untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa. Secara teoritis adalah mudah untuk mempelajari semua metode atau model yang disarankan oleh para pakar pendidikan dan pakar pembelajaran, akan tetapi dalam praktek sangat sulit menerapkannya, jika akan dikaitkan dengan kekhususan mata pelajaran atau mata pelajaran yang masing-masing telah memiliki standar materi dan tujuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik khususnya dalam mata pelajaran sejarah, masih sedikit sekali tersedia buku panduan untuk bahan ajar di kelas. Mata pelajaran sejarah merupakan bagian dari ilmu sosial yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menumbuhkan rasa nasionalisme, dalam hal ini sejarah merupakan kajian yang menjelaskan tentang peristiwa pada masa lampau yang disertai dengan fakta-fakta yang jelas. Pelajaran sejarah menurut siswa adalah hanyalah mengulang hal yang sama dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah. Model dan teknik pembelajarannya juga kurang menarik, biasanya guru memulai pelajarannya dengan cerita atau membacakan yang telah tertulis didalam buku ajar (Soewarso, 2002 : 2).

Salah satu pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru dalam kelas adalah pembelajaran konvensional, yang bila tidak kemas dengan tidak akan menarik perhatian siswa, karena cenderung menghapal huruf, nama tokoh, dan rentetan peristiwa, akibatnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran sangatlah kurang. Pembelajaran konvensional cenderung meminimalkan

keterlibatan siswa sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif oleh siswa dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang menari. Sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, disinilah tugas guru sejarah untuk senantiasa meningkatkan keterampilan dan kualitas intelektual didalam kegiatan pembelajaran, bahkan guru pelajaran sejarah peru tampil disetiap kesempatan baik sebagai pendidik, pengajar, pelatih, inovator, fasilitator maupun sebagai dinamisator dengan cara menerapkan model pembelajaran sejarah yang berkompeten. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, dimana siswa dapat belajar secara kooperatif, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, dan mengemukakan pendapat. Kondisi fisik MA NW Aik Ampat sudah baik dan memenuhi syarat atau layak sebagai lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana pada umumnya sudah lengkap, sehingga kegiatan belajar mengajar di atas berjalan lancar. Hal ini didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana untuk proses pembelajaran seperti komputer, TV/audio dan lain-lain.

Mata pelajaran sejarah MA NW Aik Ampat masih belum bisa menumbuhkan minat siswa untuk belajar secara aktif khususnya mata pelajaran sejarah. Minimnya jam pelajaran sejarah membuat siswa bertambah malas dan bosan karena harus dipaksa belajar dengan sistem cepat. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, realitas yang terjadi dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran sejarah, guru memegang kendali penuh di dalam kelas. Siswa menjadi pendengar yang baik dan pencatat yang tekun tetapi kurang aktif dalam merespon materi pelajaran yang disampaikan guru. Dalam kenyataan di sekolah, terdapat kecenderungan daripada pendidik menggunakan metode ceramah yang lebih menitik beratkan pada peran guru, sehingga memungkinkan terjadinya bahaya verbalisme yaitu siswa hafal dengan kata-katanya tanpa memahami makna yang terkandung di dalamnya. Melihat kenyataan tersebut maka peran guru sebagai pendidik perlu mendapatkan perhatian khusus dalam menyikapi penomena tersebut. Salah satunya dengan mengembangkan model bahan ajar yang tepat dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran sejarah. Model bahan ajar yang dimaksud adalah bahan ajar dengan menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS) dimana bahan ajar LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegaitan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetisi dasar yang akan dicapainya. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugastugas yang diberikan keapda peserta didik dapat berupa teoritis dan praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat

resume untuk dipersentasikan, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Pengembangan Model Bahan Ajar Pada Mata pelajaran Sejarah di MA NW Aik Ampat. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang dapat teridentifikasi antara lain: 1. Pada pelaksanaan kegiatan belajar siswa kurang aktif dalam merespon

materi pelajaran. 2. 3. 4. Guru masih menggunakan metode ceramah. Minat siswa untuk belajar mata pelajaran sejarah masih rendah. Bahan ajar yang digunakan guru mata pelajaran sejarah di MA NW Aik

Ampat masih menggunakan model tradisional seperti pemberian catatan, sehingga membuat siswa jenuh, bosan dan sering mengantuk. C. Rumusan Masalah Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti, maka rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengembangan model bahan ajar pada mata pelajaran

sejarah di MA NW Aik Ampat Desa Suntalangu Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur? 2. Apakah jenis bahan ajar yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran

sejarah MA NW Aik Ampat?

D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan pengembangan model bahan ajar pada mata

pelajaran sejarah di MA NW Aik Ampat. 2. Untuk mengetahui jensi bahan ajar yang dikembangkan oleh guru mata

pelajaran sejarah MA NW Aik Ampat. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian tentang pengembangan model bahan ajar pada mata pelajaran sejarah di MA NW Aik Ampat : 1. Manfaat Teoritis a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam

pengembangan model bahan ajar pada mata pelajaran sejarah. b. Dijadikan sebagai bahan kajian bagi kepala sekolah dalam pelaksanaan pengembangan bahan ajar pada mata pelajaran sejarah. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa 1) 2) Melatih siswa untuk aktif dan kreatif Dengan mengembangkan bahan ajar diharapkan dapat

memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam belajar. 3) Siswa berkesempatan untuk belajar secara mandiri dan

mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru. 4) 5) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap

kompetensi yang harus dikuasainya. b. Manfaat bagi guru

1)

Sebagai motivasi guru untuk meningkatkan keterampilan

memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi. 2) Dengan mengembangkan bahan ajar dapat meningkatkan

profesionalisme guru. 3) Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru

dengan peserta didik. c. Manfaat bagi sekolah Dengan mengembangkan model bahan ajar diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai sumber belajar pada mata pelajaran sejarah. d. Manfaat bagi lembaga/institusi Diharapkan dapat berguna bagi lembaga atau institusi terkait dalam rangka mengembangkan model bahan ajar pada mata pelajaran sejarah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Pengembangan Pengembangan merupakan salah satu cara untuk mengubah potensi

seseorang menjadi kemampuan menjadi nyata. Pengembangan juga diartikan sebagai proses mendesain untuk pengembangan keterampilan yang perlu demi aktivitas di masa datang (Siagian, 2002). Untuk menciptakan guru dan staf yang profesional perlu upaya-upaya pemberdayaan untuk peningkatan mutu, misalnya dengan pemerataan kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan dan penyetaraan pendidikan guru baik melalui lembaga-lembaga diklat maupun pendidikan yang diselenggarakan di universitas atau lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya. Sekolah (madrasah) yang merupakan organisasi yang terus tumbuh akan terus pula membutuhkan perhatian yang tertuju pada usaha mempertahankan kelangsungan hidup. Peningkatan dan sebagai agen perubahan. Salah satu aktivitas untuk mencapai usaha itu ialah dengan jalan melakukan pengembangan bahan ajar. Pengembangan ini terutama untuk mencegah pemakaian pengetahuan yang sudah usang dan pelaksanaan tugas yang ketinggalan zaman (Pidarta, 2004). Sedangkan tujuan utama program pengembangan menurut Handoko (2001), ada dua, yaitu : pertama, untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan guru dengan permintaan jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat

meningkatkan efesiensi dan efektifitas guru dalam mencapai sasaran pembelajaran yang telah ditetapkan. Kedua pendapat ahli tersebut pada intinya sama tentang tujuan pengembangan bahan ajar, yaitu : pertama, untuk meningkatkan keahlian guru yang disesuaikan dengan kebutuhan aktual sehingga tidak ada lagi gap antara kecakapan atau kemampuan guru dengan tuntutan jabatan yang disebabkan oleh penggunaan atau pemakaian pengetahuan yang sudah usang. Kedua, dengan keahlian yang terus meningkat setelah dikembangkan akan melahirkan guru yang memiliki kompetensi yang tinggi sehingga kegagalan dalam melaksanakan tugas pembelajaran dapat dikurangi. Jenis pengembangan menurut Malayu, (2001) dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : pengembangan informal dan pengembangan formal. Pengembangan secara informal, yaitu guru atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku literature yang ada hubungannya dengan pembelajaran. Pengembangan secara informal menunjukkan bahwa guru tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan cara meningkatkan kemampuannya. Guru sebagai tenaga profesional di tuntut untuk terus menerus belajar, membaca informasi yang paling baru dan mengembangkan ide-ide yang kreatif dan mengembangkan bahan ajar, bila hal itu tidak dilaksanakan, maka mustahil bagi guru untuk dapat mengajar dengan baik. Gairah dan semangat yang tinggi yang muncul atas inisiatif sendiri dari guru akan menunjang pada peningkatan kompetensi dan dapat berdampak pada penciptaan situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Sedangkan

10

pengembangan secara formal adalah guru ditugaskan untuk mengikuti pendidikan baik yang dilakukan oleh organisasi maupun yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan. Akhirnya kitapun dapat mengambil kesimpulan bahwa pengembangan bahan ajar merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mencegah pemakaian pengetahuan yang sudah usang dan pelaksanaan tugas yang sudah ketinggalan zaman. B. Bahan Ajar Bahan ajar memiliki peran penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran sejarah, karena pelajaran sejarah menurut siswa merupakan pelajaran yang membosankan dan hanya mengulangi hal yang sama dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat pendidikan menengah, maka dalam pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensi dibandingkan dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah standar kompetensi yang tercakup di dalamnya. Sumber belajar yang utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah dapat berbentuk teks tertulis seperti buku, informasi lepas, atau lingkungan sekitar seperti lingkungan alam dan lain-lain. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan mengembangkan bahan ajar. Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang berisi cerita atau tayangan yang berkaitan dengan

11

bahan yang akan diajarkan. Guru dalam hal ini dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran tergantung pada wawan, pengetahuan, pemahaman dan tingkat kreatifitasnya dalam mengelola dan mengembangkan bahan ajar. Sebelum mengelola dan mengembangkan bahan ajar. Seorang guru terlebih dahulu perlu mengetahui beberapa hal, diantaranya: 1. Bahan Ajar (Materi Pembelajaran) Bahan ajar atau materi pembelajaran (instruksional materialis) adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah di tentukan. Secara terperinci jenisjenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan sikap atau nilai. 2. Jenis-Jenis Bahan Ajar Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat

dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan ajar (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seprti vide compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (computer assisted instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

12

a. Bahan ajar cetak (printed) Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu: 1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga

memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari. 2) 3) Biaya untuk pengadaannya realtif sedikit. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindahkan

secara mudah. 4) Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas

bagi individu. 5) 6) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk

melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa dll. 7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang

bernilai besar. 8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri. Berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain handout, buku, modul, poster, brosur dan leaflet. 1) Handout

13

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasa diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan mtaeri yang diajarkan/KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserat didik. 2) Buku Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Menurut kamus Oxford halaman 94, buku diartikan sebagai: book is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened together in a cover, (buku adalah sejumlah lembara kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilit dan diberi kulit). Buku sebagai bahan merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. 3) Modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau degan bimbingan guru, sehingga modul berisi tentang: Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru) Kompetensi yang akan dicapia Content atau isi materi Informasi pendukung Latihan-latihan Petunjuk kerja, dapat beruap lembar kerja (LK) Evaluasi

14

4)

Balikan terhadap hasil evaluasi Lembar Kegiatan Siswa Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyleesaikan suatu tugas. 5) Brosur Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan lipat tanpa dijilid. 6) Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan atau dijahit. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD. 7) Wallchart Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/ proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanay masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun di dalam hal ini wallchart di desain sebagai bahan ajar. 8) Foto/gambar

15

Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD. b. Bahan ajar audio visual Berbagai jenis bahan ajar audio visual seperti video/film, VCD. c. Bahan ajar audio diantaranya, radio, kaset, CD audio, PH. d. Bahan ajar visual seperti foto, gambar, modle/maket. e. Bahan ajar multimedia seperti CD interaktif, computer based, dan internet. 3. Prinsip-Prinsip Dalam Memilih Bahan Ajar Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi : (1) prinsip relevansi, (2) konsisten, dan (3) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip kompetensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya : kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi

16

dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya. 4. Langkah-Langkah Dalam Memilih Bahan Ajar Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan dalam pemilihan bahan ajar, (2) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (3) memilih bahan ajar yang sesuai dan relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi, (4) memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembealajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara

17

terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu : fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lembaga, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi : pemberian respon, penerimaan (apresiasi), internalisasi dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin dan rutin. b. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif atau gabungan lebih dari satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarnya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. c. Memilih sumber bahan ajar, setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat ditemukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, internet, majalah dan sebagainya.

5. Langkah-langkah Pembuatan Bahan Ajar Langkah-langkah pembuatan bahan ajar yaitu menetapkan bentuk penyajian. Bentuk penyajian dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-

18

bentuk tersebut seperti buku teks, modul, diktat, lembar informasi, atau bahan ajar sederhana. Masing-masing bentuk penyajian ini dapat dilihat dari berbagai sisi, diantaranya dilihat dari berbagai sisi kekomplekan struktur dan pekerjaannya. Bentuk buku teks tentu lebih kompleks dibandingkan dengan yang lain, begitu pula halnya modul dengan yang lain. Yang paling kurang kompleksitasnya adalah bahan ajar sederhana sesuai dengan namanya sederhana tentu wujudnya juga sederhana. Jika bentuk penyajian sudah ditetapkan. Penyusunan bahan ajar menyusun struktur atau kerangka penyajian. Kerangka-kerangka itu diisi dengan materi yang telah ditetapkan, kegiatan ini sudah termasuk menderap (membahasakan, membuat ilustrasi, gambar) bahan ajar. Drap itu (finalisasi) selanjutnya, guru telah dapat menggunakan bahan ajar tersebut untuk membelajarkan siswanya. 6. Tujuan Pembuatan Bahan Ajar a. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh b. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. 7. Manfaat Bahan Ajar Ada sejumlah manfaat yang diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar diantaranya: (1) diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, (2) tidak lagi tergantung pada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, (3) bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan

19

berbagai referensi, (4) menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dlama menulis bahan ajar, (5) bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan lebih percaya kepada gurunya. Disamping itu juga, selain kelima manfaat di atas, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, seperti tulisan tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan. 8. Strategi Dalam Memanfaatkan Bahan Ajar Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat dua strategi, yaitu : a. Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru diantaranya : 1) Strategi urutan penyampaian simultan, yaitu jika guru

menyampaikan materi pembelajaran lebih dari satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu. 2) Strategi penyampaian suksesif, jika guru harus menyampaikan

materi pembelajaran lebih dari satu, maka menurut strategi urutan penyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula. 3) Strategi penyampaian fakta, jika guru harus menyajikan materi

pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat,

20

peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol dan sebagainya). 4) Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep

adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, dan lain-lain. Langkah-langkah

mengajarkan mengajarkan konsep adalah : pertama, sajikan konsep, kedua, berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga, berikan latihan, misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat, berikan umpan balik, dan kelima, berikan tes. 5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, yang

termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum, dan lain-lain. 6) Strategi penyampaian prosedur. Tujuan mempelajari prosedur

adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut. b. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya ditinjau dari siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran

21

berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran. Kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, diantaranya : 1) Menghapal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu

menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase persis apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus di hafal persis apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus di hafal apa adanya. Sebalik nya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus di hafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti. 2) Menggunakan / mengaplikasikan. Materi pembelajaran setelah

dihafal atau dipahami, kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran, siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. 3) Menemukan, yang dimaksud penemuan adalah menemukan

cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. 4) Memilih, menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksud

dengan memilih adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat

22

sesuatu. Misalnya memilih untuk membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. 9. Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar a. Menentukan cakupan bahan ajar Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif ataukah aspek psikomotorik. Selain itu perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan beberapa banyak materi-materi yang dimasukkan kedalam suatu materi pembelajaran. Sedangkan kedalaman materi menyangkut beberapa detail konsep-konsep yang terkandung didalamnya harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. b. Menentukan cakupan bahan ajar

23

Urutan penyajian (Sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan, mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika diantara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. C. Pembelajaran Sejarah di Sekolah Sejarah adalah biografi, setiap manusia mempunyai biografi, begitu pula manusia pada masa lampau, tetapi yang dipelajari hanya biografi manusia yang mempunyai peran penting yang tercatat dalam sejarah. Kehidupan orang-orang yang memegang peranan penting dalam sejarah itulah yang akan ditiru oleh generasi muda sekarang (Soewarso, 2000 : 26). Tujuan diajarkannya sejarah di sekolah adalah untuk memperkenalkan pelajar kepada riwayat perjuangan manusia untuk mencapai kehidupan yang bebas, bahagia, adil dan makmur, serta menyadarkan pelajar tentang dasar dan tujuan kehidupan manusia berjuang pada umumnya (Soewarso, 2000 : 31). Tujuan pelajaran sejarah itulah yang menjadi tujuan bagi setiap manusia di dunia. Setiap manusia selalu menginginkan kehidupan yang bahagia, adil dan makmur. Dan manusia sadar bahwa kehidupan itu tidak akan tercapai kalau tidak diperjuangkan sekuat tenaga, seperti yang telah diketahui oleh manusia pada masa lampau. Tujuan pembelajaran sejarah yang ingin dicapai menurut I Gde Widja adalah untuk mengembangkan tiga aspek (ranah) kemampuan, yaitu : aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Widja, 1989 : 27 28). Ketiga aspek kemampuan tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan

24

seperti dalam tujuan akhir pembelajaran sejarah. Konsekuensinya adalah pengembangan konse-konsep sejarah (aspek kognitif) tidak dilepas dari pengembangan sikap dan nilai (aspek afektif). Agar konsep dan nilai sejarah tersebut berkembang secara optimal maka subjek didik memiliki keterampilan intelektual (aspek psikomotorik) serta terlihat aktif secara fisik, mental dan emosional dalam pembelajarannya (Semiawan, 1987 : VII). Pada hakekatnya tujuan pembelajaran sejarah, yaitu untuk

mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan tersebut disesuaikan dengan dasar negara dan kurikulum pendidikan sejarah yang dilaksanakannya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sejarah di sekolah adalah untuk meningkatkan dan menyadarkan generasi muda untuk mengembang dan memahami pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai dengan keperibadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila. D. Kerangka Berpikir Sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk mencari data, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi, kajian kepustakaan, dokumentasi dan hasil peneltiain terdahulu yang berkaitan dengan bidang ini, dimana sebelum terjun ke lapangan terlebih dahulu peneliti mengkaji bahan-bahan kepustakaan dan hasil penelitian terdahulu agar peneliti tidak kesulitan mengumpulkan data. Setelah melakukan kajian pustaka maka peneliti mendapatkan gambaran tentang bagaimana kerangka berpikir dari penelitian ini dan selanjutnya tersusunlah kerangka berikir sebagai berikut:

25

Pengembangan Pengembangan model bahan ajar pada mata pelajaran sejarah.

Tujuan Untuk mendeskripsikan pengembangan model bahan ajar pada mata pelajaran sejarah MA NW Aik Ampat. Untuk mengetahui jenis bahan ajar yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran sejarah MA NW Aik Ampat.

Bahan Ajar Jenis-jenis bahan ajar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

26

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, rumusan masalah dan tujuan penelitian yang diajukan di dalam penelitian ini, pendekatan yang paling sesuai digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat wajar dan alamiah. Karena orientasi demikian itulah, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan. Sehingga pendekatan ini seringkali disebut sebagai pendekatan naturalistik (Nasution, 1998). 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yaitu penelitian yang berusaha untuk mengungkapkan keadaan riil pada saat tertentu, sehingga menjadi keadaan yang lebih lengkap dan lebih baik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan biasa yang dilakukan dengan cara mengukur keadaan nyata pada saat studi awal, kemudian dikembangkan dan dilakukan pengukuran akhir. B. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Aik Ampat Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. Adapun alasan penulis memilih

27

Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Aik Ampat sebagai obyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Adanya kesediaan pihak sekolah untuk bekerjasama dalam kegiatan

penelitian ini baik dalam memberikan izin peneltiian maupu ndalam memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh penulis. 2. Belum adanya penelitian mengenai pengembangan model bahan ajar

pada mata pelajaran di MA NW Aik Ampat. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Menurut pendapat para ahli, bahwa observasi menurut Patton (1980: 138) dalam bukunya Lexy J. Moleong menyatakan bahwa hal itu tergantugn pada jenis dan variasi pendekatan pengamatan yag ndiperankan oleh pengamat itu sendiri. Menurut Kartono (1980: 142) pengertian observasi diberi batasan sebagai berikut: studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis degnan jalan pengamatan dan pencatatan. Sedangkan menurut Arikunto (2006: 156) mengatakan bahwa observasi adalah suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Adapun macam-macam observasi menurut Moleong (2001: 126-127) dapat dibedakan menjadi: observasi berperan serta dan observasi tidak berperan serta.

28

Observasi berperan serta adalah pengamatan secara cermat yang melibatkan peneliti dengan objek yang diteliti. Jenis-jenis observasi yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu observasi partisipatif (Participant Observation), observasi yang secara terang-terangan atau secara tidak terangterangan (Overt Observation dan Covert Observation) dan obsevasi yang tak berstruktur (Anstructured Observation) (Arikunto, 2000). Dari pengamatan berperan serta tersebut diharapkan akan diperoleh temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Selain itu pengamatan berperan tersebut akan diperoleh informasi yang mendukung menolak informasi yang ditemukan lewat teknik wawancara. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam observasi adalah: a. Menentukan dahulu apa yang akan diobservasi. b. Menyelidiki tujuan penelitian. c. Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi harus memilih cara mana yang dipandang efektif. d. Membatasi macam tingkat kategori secara tegas. e. Berlaku sangat cermat dan sangat tertib. f. Mencatat tiap-tiap gejala yang dicatat dan tidak dipengaruhi oleh situasi pencatatan karean keadaan atau kondisi waktu pencatatan dapat berpengaruh pada observer. g. Mengetahui sebaik-baiknya alat-alat pencatat dan cara penggunaannya sebelum observasi dilakukan.

29

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi berperan serta, dimana observasi berperan serta adalah pengamatna secara cermat yang melibatkan peneliti dengan objek yang diteliti. 2. Wawancara Menurut Prabowo (1996) wawancara atau interview adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden dengan cara bercakap-cakap secara tatap muka. Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu percakapan aygn diarahkan pada suatu masalah tertentu. Menurut Denzin dan Linchon (1994: 353) interview merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan. Sedangkan menurut Banister, dkk (1994 dalam Poerwandari, 1998: 72-73) wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun macam-macam wawancara dapat dibedakan menjadi:

wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Terstruktur apabila pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pewawancara dilakukan secara ketat sesuai daftar pertanyaan yang telah disisipkan, sedangkan tidak terstruktur apabila pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel tetapi tidak menyimpang dari tujuan wawancara yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam, dimana wawancara mendalam adalah percakapan antara dua orang yaitu antara peneliti dengan informan dengan maksud tertentu.

30

Wawancara mendalam adalah percakapan adalah percakapan antara dua orang yaitu antara peneliti dengan informasi dengan maksud tertentu. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh kontruksi yang terjadi tentang orang, kejadian, aktivitas organisasi, perasaan, motivasi serta pengetahuan seseorang (Sonhadji dalam Arifin, 1994). Menurut Nasution (1998), teknik wawancara terutama dilakukan terhadap pejabat, persepsi, perasaan,

pengetahuan dan pengalaman serta penginderaan seseorang. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam interview (wawancara) adalah: a. Menyiapkan daftar pertanyaan yang sesuai dengan pokok masalah yang akan ditanyakan dalam wawancara, dan mempersiapkan daftar pertanyaan secara baik dengan memperhatikan enam unsur berita, yaitu 5W+1H. b. Menuliskan butir-butir pertanyaan yang akan dicari jawabannya, mungkin secara detail atau secara garis besar sesuai dengan bentuk interview yang akan dilakukan. c. Memikirkan ulang atua membahasnya bersama teman berkenaan dengan butir pertanyaan yang dipersiapkan. d. Menentukan tema interview dan antisipasi kemungkinan informasi yang ingin atau dapat diperoleh. e. Memahami dengan benar partisipan dalam kegiatan interview, sehingga dapat dijadikan pemandu dalam membuat penafsiran maupun kesimpulan berkenaan dengan informasi yang diberikan.

31

f. Tidak mengarahkan peratnyaan pada pemberian jawaban (setuju atau tidak setuju) secara sugestif. g. Jangan membiarkan partisipan memberikan jawaban secara panjang lebar yang melampaui batas informasi ataupun topik permasalahan yang seharusnya dibicarakan. h. Tidak mengintrupsi jawaban dengan pertanyaan yang berbau penafsiran, penggalian pendapat secara subjektif, ataupun klarifikasi atas suatu kesimpulan yang memancing munculnya opini. i. Menjaga skuensi pembicaraan sesuai dengan urutan permasalahan ataupun skuensi informasi yang ingin diperoleh. j. Melaksanakan interview dengan memanfaatkan bahan rekaman, menciptakan suasana dialogis yang segar, menjauhkan suasana

pembicaraan dari suasana emosional, sehingga mempengaruhi karakteristik informasi yang seharusnya disampaikan. D. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif yang dilakukan melalui tiga alur kegiatan sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992), yaitu : (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Ketiga cara tersebut saling berkaitan dan merupakan alat kegiatan analisis yang memungkinkan data menjadi bermakna.

32

1. Reduksi Data Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan-pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 1992). 2. Penyajian Data Berhubung data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif terdiri dari kata-kata, kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf, maka penyajian data yang paling sering digunakan adalah dalam bentuk uraian (teks) naratif yang panjang. Dengan demikian bisa jadi uraian tersebut terpencar-pencar bagian demi bagian, tersusun kurang sistematis dan mungkin berlebihan, sehingga dapat menyebabkan kekeliruan dan kecerobohan dalam mengambil

kesimpulan. Untuk menghindari hal yang demikian, maka informasi yang bersifat kompleks tersebut harus disusun dalam satu kesatuan bentuk yang lebih sederhana dan selektif, sehingga mudah dipahami. 3. Membuat Kesimpulan Kegiatan penting yang ketiga dari analisis data adalah menarik suatu kesimpulan dan ferifikasi, sejak permulaan pengumpulan data, peneliti berusaha mencari makna dari data yang diperoleh untuk maksud tersebut. Peneliti mencari pola-pola penjelasan, proposisi dan sebagainya. Dari data yang didapat itu, peneliti mencoba mengambil kesimpulan. Mula-mula kesimpulan tersebut belum jelas, tetapi akhirnya menjadi semakin jelas, lebih rinci dan mengakar dengan kokoh karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung.

33

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. 2004. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Algensindo. Arikunto, Suharsimi, 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Sukarta : Bumi Aksara. Dimyati M. 1998. Landasan Kependidikan. Jakarta: Dirjen DIKTI, P2LPTK. Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud. Hamalik, Oemar, 2003. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. http://AkhmadSudrajat. Wordpress.com/2008/03/04/ Konsep Pengembangan Bahan Ajar Moleong, Lexy, J, 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Mukhtar dan Yamin, M, 2002. Sepuluh Kiat Sukses Mengajar di Kelas. Jakarta : PT. Nimas Multima. Munib, Achmad, dkk, 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : UNNES Press. Marbuko, Cholid dan Ahmadi. Abu, H, 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Nasukron. 1990. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara. Nazir, Muh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Cekas Grapindo. Rianto, Y, 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC, 2003. Penelitian Kualitatif. Surabaya : SIC. Soetjipto dan Kosasi, R. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudjana, N, 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Surahman, Winarno. 1982. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Suryo Subroto, B. 2002. Prosedur Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: CV. Cekas Gravita.

34

Usman, M. U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Yatim Rianto. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Unesa Unversitas (UUS)

35

You might also like