You are on page 1of 20

BAB 2. Karakteristik Sensor.

santoso@fisika.ui.ac.id

Kesalahan Pengukuran
Sensor proses pengukuran Kesalahan Pengukuran ? Perbedaan antara harga sesungguhnya dengan harga hasil pengukuran. 1. Kesalahan sistimatik. Muncul karena kesalahan / kurang pemahaman pada instalasi pengukuran atau karena pemakaian yang salah. Satu measurand diukur dua/ beberapa kali dengan alat dan metoda yang berbeda, memberikan hasil yang berbeda. Penyebabnya a.l. :
1. - Kesalahan besaran referensi (titik nol, referensi temperatur, PS, dll) 2. - Kesalahan pada karakteristik sensor (sensitifitas, kalibrasi, dll). 3. - Kesalahan karena pemakaian/ kondisi pemakaian (kecepatan respons, posisi sensor, dll) 4. - Kesalahan dalam pengambilan kesimpulan dari data pengukuran

Kesalahan Pengukuran
2. Kesalahan aksidental Kesalahan yang muncul karena sesuatu yang tidak tentu. 1.- Kesalahan karena ketidak pastian dari karakteristik instrumen, seperti :
1.Kesalahan mobilitas (measurand maksimun tetapi output = nol) 2.Kesalahan pembacaan, K. karena hysterisis, K. cuplikan (ADC)

2.- Kesalahan karena signal parasit (masuk di dalam perhitungan) : Temperatur, Tekanan, Percepatan, Kelembaban, Noise, Induksi elektromaknet, Fluktuasi PS, Pengaruh waktu, dll.

Kesalahan Bias dan Presisi

Solusi (saran)
Keluaran (Output) Sensor sebagai fungsi masukan, dapat dituliskan: O = f(m, g1, g2, g3, . . . ); g = parasit
Melindungi sistem pengukuran dari sumbersumber kesalahan (Lingkungan/ temperatur tetap, anti vibrasi, pelindung medan magnet/ listrik, dll) Mengurangi dominasi parasit dan memakai rangkaian kompensasi Menstabilkan besaran parasit

Kalibrasi
Menyetarakan/ menyesuaikan besaranbesaran hasil pengukuran dengan harga standar. Tujuannya adalah untuk mendapatkan hubungan antara keluaran dari sensor (tranducer) dengan harga yang sebenarnya dari measurand. Dibuat dengan menempatkan titik-titik hasil pengukuran sebagai fungsi dari measurand.

Calibration Errors

Sensitivity (S)
1. Perbandingan antara keluaran (hasil pengukuran) dengan perubahan measurand (masukan). S = O / m 2. Apabila hubungan antara O dan m linier, maka S adalah konstanta. 3. Untuk mempermudah pemakaian, dibuat sensor sedemikian rupa sehingga diperoleh hubungan linier antara O dengan m.

Linieritas (Linearity)
Menunjukan pengukuran deviasi dari kondisi linier. Dengan menentukan garis lurus terbaik secara statistik (kuadrat terkecil)

Range Pengukuran (SPAN)


1. Disebut juga Operating Range = Full Scale Range = SPAN (Bahasa Ingris). Menyatakan selang (lebar/ jarak) variabel masukan yang memberikan keluaran sensor yang berarti / dapat diukur. 2. SPAN = X max - X min 3. Pada kondisi yang telah ditentukan (P, T,....) 4. Di dalam daerah nominal pengukuran/ pemakaian

Precision
1. Menunjukan Kecermatan atau keterulangan dari hasil pengukuran. Presisi ini menyatakan derajat perbedaan dari satu pengukuran ke pengukuran yang berikutnya dari suatu measurand tertentu.

Resolution
1. Perubahan terkecil dari measurand yang memungkinkan perubahan terdeteksi dari keluaran sensor. Pada optik = daya pisah.

Hysteresis (Non linearitas)


1. Perbedaan harga / nilai keluaran dari sensor untuk harga masukan measurand m bila dicapai dari 2 arah yang berlawanan. Dapat terjadi karena keterlambatan dari aksi elemen sensor, karena friction error seperti pada potensiometer, dan karena backlash error seperti pada penggerak mekanik dengan gerigi.

Definisi-definisi lainnya
1. 2. 3. 4. 5. 6. Drift, Distortion, Conformity, Noise, Isolation, dll.

Karakteristik Dinamik.
1. Tingkah laku sensor apabila masukannya adalah signal-signal variabel (yang berubah/ tidak tetap) terhadap waktu. Karena adanya elemen-elemen penyimpan dan/ atau pendisipasi energi. 2. Untuk mempelajari karakteristik dinamik dari suatu sensor, harus dikenakan masukan berupa kuantitas yang berubah dan dipelajari responnya. Diasumsikan bahwa input (x) dan output (y) dihubungkan dengan persamaan differential linier dengan koeffisien konstan.

a. Sistem pengukuran orde nol


Tidak ada elemen penyimpan energi y(t) = k x(t) Dengan k = sensitivitas statik, konstan pada semua frekuensi, sehingga kesalahan dinamik serta waktu tunda sama dengan nol.

b. Sistem Pengukuran orde satu.


Terdapat satu elemen yang menyimpan energi dan satu elemen yang mendisipasikan / memakai energi. a1 dy(t) / dt + a0 y(t) = x(t) Fungsi transfernya : ( dengan d / dt j s) Y(s) / X(s) = k / ( s + 1) Dengan: k = 1/ a0 = sensitivitas statik = a1 / a0 = konstanta waktu

Respon sistem orde satu

c. Sistem Pengukuran orde dua.


Terdapat dua elemen penyimpan energi dan satu elemen yang mendisipasikan energi. a2 d2y(t) / dt2 + a1 dy(t) / dt + a0 y(t) = x(t) Fungsi transfernya : Y(s) / X(s) = k n2 / (s2 + 2 n s + n) k = 1/ a0 n2 = a0 / a2 = frekuensi naturel dari sensor = a1 / 2 (a0 a2)1/2 = koeffisien peredaman (damping factor)

Respon sistem orde dua

You might also like