PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO 2011 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan-bahan pada saat sekarang khususnya logam semakin baik dan rumit, digunakan pada peralatan modern yang memerlukan bahan dengan kekuatan impak dan ketahanan fatigue yang tinggi disebabkan meningkatnya kecepatan putar dan pergerakan linear serta peningkatan frekwensi pembebanan pada komponen. Untuk mendapatkan kekuatan dari bahan tersebut dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas. Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besar butiran dapat diperbesar atau diperkecil, ketangguhan dapat ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet. Besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe, hanya kadar karbon lah yang membedakan besi dan baja, penggunaan besi dan baja dewasa ini sangat luas mulai dari perlatan yang sepele seperti jarum, peniti sampai dengan alat alat dan mesin berat.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah baja CrMoV dapat di tingkatkan nilai kekerasannya dengan proses hardening? 2. Media pendingin apa yang paling baik meningkatkan kekerasan?
C. Tujuan 1. Menguji peningkatan nilai kekerasan baja CrMoV. 2. Membandingkan macam-macam media pendingin pada proses hardening.
BAB II TEORI DASAR Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan sebuah benda (benda kerja) terhadap penetrasi/daya tembus dari bahan lain yang kebih keras penetrator). Kekerasan merupakan suatu sifat dari bahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh un-sur-unsur paduannya dan kekerasan suatu bahan tersebut dapat berubah bila dikerjakan dengan cold worked seperti pengerolan, penarikan, pemakanan dan lain- lain serta kekerasan dapat dicapai sesuai kebutuhan dengan perlakuan panas. Proses hardening atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan logam dengan cara dipanaskan kemudian didinginkan secara cepat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan struktur martensit, semakin banyak unsur karbon, maka struktur martensit yang terbentuk juga akan semakin banyak. Karena martensit terbentuk dari fase austenit yang didinginkan secara cepat. Proses hardening atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan logam sehingga mencapai batas austenit yang homogen. Untuk mendapatkan kehomogenan ini maka austenit perlu waktu pemanasan yang cukup. Selanjutnya secara cepat baja tersebut dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada kecepatan pendingin yang kita inginkan untuk mencapai kekerasan logam Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan dan fatigue limit/ strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur pemanasan (temperatur autenitising), holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability.
Langkah-langkah proses hardening adalah sebagai berikut :
1. melakukan pemanasan (heating) Lakukan pemanasan diatas Ac-1 pada diagram Fe-Fe3C, misalnya pemanasan sampai suhu 850, tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur Austenite, yang salah sifat Austenite tidak stabil pada suhu di bawah Ac-1,sehingga dapat ditentukan struktur yang diinginkan. Dibawah ini diagram Fe-Fe3C
2. Penahanan suhu (holding) Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur austenitnya homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenit dan diffusi karbon dan unsur paduannya. Pedoman untuk menentukan holding time dari berbagai jenis baja: Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah Yang mengandung karbida yang mudah larut, diperlukan holding time yang singkat, 5 - 15 menit setelah mencapai temperatur pemanasannya dianggap sudah memadai.
Baja Konstruksi dari Baja Paduan Menengah Dianjurkan menggunakan holding time 15 -25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja. Low Alloy Tool Steel Memerlukan holding time yang tepat, agar kekerasan yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5 menit per milimeter tebal benda, atau 10 sampai 30 menit. High Alloy Chrome Steel Membutuhkan holding time yang paling panjang di antara semua baja perkakas, juga tergantung pada temperatur pema-nasannya. Juga diperlukan kom-binasi temperatur dan holding time yang tepat. Biasanya dianjurkan menggunakan 0,5 menit permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit, maksimum 1 jam. Hot-Work Tool Steel Mengandung karbida yang sulit larut, baru akan larut pada 10000 C. Pada temperatur ini kemungkinan terjadinya pertumbuhan butir sangat besar, karena itu holding time harus dibatasi, 15-30 menit. High Speed Steel Memerlukan temperatur pemanasan yang sangat tinggi, 1200-13000C.Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan butir holding time diambil hanya beberapa menit saja. Misalkan kita ambil waktu holding adalah selama 15 menit pada suhu 8500 .
3. Pendinginan. Untuk proses Hardening kita melakukan pendinginan secara cepat dengan menggunakan media air. Tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur martensite, semakin banyak unsur karbon,maka struktur martensite yang terbentuk juga akan semakin banyak. Karena martensite terbentuk dari fase Austenite yang didinginkan secara cepat. Hal ini disebabkan karena atom karbon tidak sempat berdifusi keluar dan terjebak dalam struktur kristal dan membentuk struktur tetragonal yang ruang kosong antar atomnya kecil,sehingga kekerasanya meningkat.
kurva 6 kurva pendinginan pada diagram TTT
Dari diagaram pendinginan diatas dapat dilihat bahwa dengan pendinginan cepat (kurva 6) akan menghasilkan struktur martensite karena garis pendinginan lebih cepat daripada kurva 7 yang merupakan laju pendinginan kritis (critical cooling rate) yang nantinya akan tetap terbentuk fase austenite (unstable). Sedangkan pada kurva 6 lebih cepat daripada kurva 7,sehingga terbentuk struktur martensite yang kekerasanya berkisar antara 600 BHN-750 BHN, tetapi bersifat rapuh karena tegangan dalam yang besar.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Temperatur Pemanasan Dengan melihat gambar 2-3, temperatur pemanasan sebesar 1000C yaitu pemberian panas sampai temperatur yang telah ditentukan pada proses perlakuan panas sampai mencapai temperatur transformasi yang dilakukan. Besarnya temperatur penahanan (holding time temperature) yang digunakan untuk mencapai daerah transformasi tertentu berpengaruh terhadap penyebaran ferit dan sementit. Untuk mendapatkan penyebaran ferit dan sementit yang baik, pemanasan diusahakan berjalan perlahan, sehingga transformasi berjalan linier bersama naiknya temperatur yang timbul pada baja. B. Waktu Penahanan Dengan melihat gambar 2-3, waktu penahanan (holding time) selama 1 jam, dilakukan setelah temperatur pemanasan telah mencapai temperatur yang dikehendaki. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bentuk struktur kristal yang sempurna pada temperatur transformasi sehingga waktu tahan ditentukan sesuai dengan kebutuhan pengujian serta disesuaikan dengan spesifikasi material yang akan diuji. C. Kecepatan Pendinginan Dengan melihat gambar 2-3, kecepatan pendinginan (cooling rate) ditunjukkan dengan garis putus-putus dari kiri atas ke kanan bawah, contohnya : 1000F/second. Kecepatan pendinginan berpengaruh terhadap hasil transformasi dan sifat mekanik. Dalam hubungan tersebut dipakai suatu diagram transformasi (TTT diagram = Time Temperature Transformation diagram) (Pollack, 1977), untuk meramalkan struktur yang terjadi bila baja didinginkan dari temperatur austenite dengan kecepatan pendinginan tertentu. Kecepatan pendinginan yang lebih tinggi akan lebih cepat terjadinya kelarutan karbida. Dengan demikian perlu direncanakan dan diketahui proses pendinginan yang akan dilakukan serta media pendingin yang akan dipakai. Kesalahan dalam menggunakan media pendingin dapat berakibat fatal pada material uji. D. Perlakuan Panas Celup Dengan merujuk pada Gambar 2-3, perlakuan panas ini dilakukan dengan memanaskan sampel uji sampai temperatur austenisasi 1000C, diper- tahankan beberapa saat pada temperatur tersebut, lalu didinginkan dalam beberapa media pendingin (air, oli, udara). Pada temperatur pemanasan 1000C (sumbu tegak Gambar 2-2) larutan padat CrMoV ditahan selama 1 jam kemudian dicelup dengan cepat dan waktu pendinginan sangat cepat (sumbu datar Gambar 2-2) selama 2 detik. Kecepatan pendinginan 1000F/ detik). Gambar 2-2 mempunyai korelasi yang saling menguatkan dengan Gambar 2-3. E. Perubahan Struktur mikro saat transformasi Terbentuknya struktur mikro fasa pada saat transformasi dari fasa austenit ada dua macam yaitu : Pembentukan Ferit dan Perlit Bila austenit pada baja hipereutektoid didinginkan sampai temperatur kritis, maka akan terjadi perubahan fasa dari austenit ke perlit yang dimulai dengan terbentuknya ferit kemudian baru terbentuk perlit. Pembentukan Martensit Bila austenit pada baja hipereutektoid dipanaskan sampai temperatur austenisasi (> 723 C) dan ditahan untuk beberapa lama, kemudian dicelup dengan cepat ke dalam media pendingin (air atau oli) maka austenit akan berubah menjadi martensit yang sangat keras. Pada Gambar 2-2 pendinginan dari suhu 1000 C dengan penurunan temperatur sebesar 1000 F/detik (Gambar 2-2 sumbu tegak) akan memotong kurva S pada daerah martensit awal dan martensit akhir sehingga fasa yang terbentuk adalah fasa yang keras (martensite).
Diagram TTT (Time Temperature Transformation) METODE PENGUJIAN A. Pengujian Komposisi Kimia
Pengujian komposisi kimia dimaksudkan untuk mendapatkan bahan baja yang sesuai agar dapat menentukan temperatur yang sesuai untuk perlakuan panas. Pengujian komposisi dilakukan dengan menggunakan Spektrometer Emisi. Dengan penembakan sebanyak dua kali pada sampel uji berukuran (30 x 30 x 10)mm dan diambil harga rata-ratanya.
B. Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan dimaksudkan untuk mengetahui kekerasan dari masing-masing sampel uji, yaitu: awal, pendinginan air, pendinginan oli dan pendinginan udara. Pengujian dilakukan terhadap 4 buah sampel uji berukuran (10x10x10)mm. Satu buah sampel uji tanpa perlakuan panas dan 3 buah sampel uji dengan perlakuan panas. Sampel dengan perlakuan panas masing-masing 1 buah sampel uji ditahan 1000C selama 1 jam kemudian dicelup dalam oli SAE 40 sebanyak 1 liter, 1 buah sampel uji ditahan 1000C selama 1 jam kemudian dicelup dalam air sebanyak 1 liter dan 1 buah sampel uji ditahan 1000C kemudian dibiarkan di udara luar. Pengujian kekerasan dilakukan di laboratorium Jurusan Metalurgi UI menggunakan mesin uji kekerasan Vickers (Micro Hardness Tester), dengan beban uji (P) sebesar 1000 gr, jarak antara jejak 250 mikron. Pengukuran kekerasan dilakukan terhadap 4 buah sampel uji kekerasan dan terhadap masing-masing sampel uji dilakukan 5 kali penjejakan. Bekas jejak penekanan diukur diagonal rata-ratanya. [ = (d 1 + d 2 )/2]. (mm) Nilai kekerasan dihitung dengan rumus (Surdia,1992): H V = 1,854 X P ( d 2 ) ( g mm )
G a m b a r s a m p e l u j i v i c k e r s
C. Pengujian Metalografi Sampel uji metalografi disiapkan sebanyak 4 buah, 1 buah tanpa perlakuan panas dan 3 buah dengan perlakuan panas. Sampel uji dengan perlakuan panas 1 buah dengan pemanasan pada 1000C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam oli SAE 40 sebanyak 1 liter, 1 buah dengan pemanasan pada 1000C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam air sebanyak 1 liter dan 1 buah dengan pemanasan pada 1000C kemudian didinginkan di udara luar. Pengujian metalografi dimaksudkan untuk mengetahui struktur yang didapat dari sampel uji: awal, pendinginan air, pendinginan oli dan pendinginan udara. Ukuran sampel uji (10x10x10)mm dimounting dengan resin epoksi dalam cetakan diameter 20 mm tebal 15 mm untuk memudahkan pengampelasan. Permukaan sampel uji setelah dibentuk, digosok dengan kertas ampelas mulai dari no 200 s.d no. 2000 menggunakan serbuk alumina, kemudian keringkan dengan kain flannel hingga permukaan sampel uji mengkilat seperti cermin. Sampel uji yang siap diuji diberi larutan etsa 3 % yang akan difoto dengan pembesaran 500 kali.
BAB IV PEMBAHASAN Untuk mendapatkan hasil yang terbaik maka dilakukan beberapa percobaan dan pengujian laboratorium. Di bawah ini akan diuraikan mengenai hasil pengujian komposisi kimia, pengujian kekerasan, dan pengujian metalografi. A. Hasil Pengujian Komposisi Kimia Pengujian dilakukan pada sebuah sampel uji, dengan nilai komposisi paduan baja CrMoV ditampilkan pada Tabel di bawah.
Berdasarkan Tabel 4-1 Komposisi Baja CrMoV ternyata baja ini mengandung karbon sejumlah 1,4% berat keseluruhan. Baja ini termasuk baja karbon hipereutektik (kandungan karbon > o,8 % C)
B. Hasil Pengujian Kekerasan
Nilai kekerasan tertinggi sebesar ~909,84HV diperoleh sampel uji S2 dengan perlakuan panas pendingin air. Untuk sampel uji S1 (awal) hanya memberikan nilai kekerasan rata-rata sebesar ~278,42 HV. Untuk sampel uji S3 perlakuan panas dengan pendingin oli memberikan nilai kekerasan rata-rata sebesar ~848,62 HV. Untuk sampel uji S4 perlakuan panas pendinginan udara memberikan nilai kekerasan rata-rata sebesar ~ 798,66 HV. Nilai kekerasan rata-rata sampel uji S2 sebesar ~909,42 HV, terjadi peningkatan nilai kekerasan 2,3 kali dari nilai kekerasan awal. Demikian pula pada sampel uji S3 nilai kekerasan rata-rata ~848,62 HV, terjadi peningkatan nilai kekerasan sebesar 2,05 kali dari kekerasan awal. Hal ini dimungkinkan karena adanya fasa martensit yang terjadi dengan sel satuan BCT (Body Centered Tetragonal) dimana atom atom karbon belum sempat berdifusi karena cepatnya pendinginan
Awal (S1) oli (S2) air (S3) udara (S4) Pendinginan
C. Hasil Pengujian Metalografi
Dari gambar 4-2 sampai 4-5 menunjukan struktur mikro dari masing-masing sampel uji untuk berbagai macam media pendingin Dari foto metalografi Gambar 4-3 sampel uji S2 pendinginan air dan Gambar 4-4 sampel uji S3 pendinginan oli terlihat adanya garis-garis halus menyerupai jarum yang merupakan ciri khas struktur martensit dengan latar belakang terang. Sedang pada sampel uji S1 (awal) tidak diberikan perlakuan panas Gambar 4-2 terlihat struktur ferit dan perlit. Pada sampel uji S4 pendingan udara Gambar 4-5 karena waktu pendinginan yang lama, maka fasa yang terbentuk adalah fasa ferit dan perlit.
BAB V KESIMPULAN
Baja CrMoV ini dapat ditingkatkan nilai kekerasannya menjadi 2,3 kali lipat dari kekerasan awal (sebelum diberi perlakuan panas) dengan nilai kekerasan sebesar 278,42 HV, perlakuan panas hardening, dan pendinginan celup di air mengakibatkan nilai kekerasan naik menjadi sebesar ~909,84 HV. Peningkatan nilai kekerasan ini (dengan media pendingin air) diakibatkan karena terbentuknya struktur martensit yang ditandai dengan banyaknya garis-garis halus.
DAFTAR PUSTAKA
John, Ver non, 1983. Introducti on in Engineering Material s, Mc. Gr aw Hil l Inc., New Yor k.
Pol lack, H.W., 1977. Physical Metallurgy, Rest on Publ ishi ng, Vir gi ni a.
Surdia, Tat a, dan Shi nr oku Sait o, 1992. Pengetahuan Bahan Teknik, Pr adnya Par ami tha, Jakar ta.
Surdia, Tat a, dan Kenj i Chi j iwa,1980. Teknik Pengecoran Logam, Pr adnya Par amit ha, Jakar t a.
Van Vlack, L., 1991. Ilmu dan Teknol ogi Bahan, Er l angga, Jakar t a.