You are on page 1of 19

BAB I Pendahuluan

I. Latar Belakang Pasien Paliatif adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga penngobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi. Pasien paliatif tahu bahwa satu-satunya hal yang akan terjadi pada dirinya adalah kematian. Dalam kasus pasien paliatif, tidak hanya pasien tersebut yang menyadari akan kematian yang mendekat, namun keluarga juga mengalami ketakutan aka kehilangan. Ketakutan ini dapat berujung pada perilaku-perilaku yang dapat membahayakan pasien itu sendiri maupun orang lain. Perilaku-perilaku tersebut bertujuan untuk menyelamatkan ego mereka dari ketidakinginan dalam kehilangan. Menghalalkan berbagai cara untuk menunda kematian yang sudah di depan mata. Hal ini pun dapat tercermin dalam film My sisters kepper, dimana orang tuanya berusaha untuk menyelamatkan anaknya untuk mampu bertahan dari penyakit Leukimianya sejak bayi, bahkan mereka pun membuat sebuah bayi yang memang direncanakan untuk memenuhi segala kebutuhan kakaknya yang menderita Leukimia tersebut. Sebuah keluarga yang salah satu anggota sedang mengalami suatu penyakit yang kronis dan dapat dikatakan sebagai pasien paliatif maka bentuk interaksi yang terjadi dalam sebuah keluarga tersebut juga akan berubah. Adanya penfokusan perhatian pada salah satu anak juga akan berdampak terhadap dinamika interaksi dan perharian antar anggota dalam sebuah keluarga. Dalam film My Sisters Kepperr ini akan digambarkan bagaimana seorang ibu berusaha agar anaknya dapat bertahan hidup dan bagaimana konflik yang terjadi antara ibu dengan anggota keluarga lainnya dan bahkan suaminya yang dapat mengganggu keharmonisan dalam sebuah keluarga yang nantinya juga akan menyebabkan buruknya interaksi yang terjalin dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu, kami ingin mengangkat dan menganalisa Film My Sisters Kepper ini, dan melihat bagaimana dinamika yang terjadi dalam sebuah keluarga pada saat salah satu

anggota keluarganya mengalami penyakit kronis dan akan meninggal, namun usaha penundaan tersebut justru selalu dilakukan oleh ibunya, sehingga banyak pihak-pihak yang merasa terabaikan dan membuat sebuah keluarga menjadi banyak terjadi konflik dan tekanan yang membuat keluarga itu hilangnya sebuah kenyamanan.

BAB II ISI

I.

Sinopsis Film Judul Durasi Genre Dirilis : My Sisters Keeper : 1 jam 46 menit : Drama : 26 Juni 2009

Sutradara : Nick Cassavete Distributor : Warner Bros.Picture Pemain : Cameron Diaz, Alec Baldwin, Abigail Breslin

Ringkasan Cerita Film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama yakni My Sister Keeper. Film ini berkisah seoranganak yang sengaja dilahirkan untuk menyelamatkan nyawa sang kakak, yang menderita leukemia. Selama hidupnya, Anna Fitzgerald seperti menjadisumber kehidupan bagi nyawa kakaknya, Kate Fitzgerald. Sejak kecil,Anna menjadi pendonor sumsum tulang belakang bagi kelangsungan hidup Kate yang menderita leukimia sejak lahir. Bahkan, kehamilan dan kelahiranAnna juga merupakan saran dokter ke pasangan Sara Fitzgerald (CameronDiaz) dan Brian Fitzgerald (Jason Patric). Sara harus melahirkan seorang anak lain demi menolong Kate. Anna pun lahir lewat proses bayi tabung. Kate pun tumbuh dan mencoba untuk bertahan terhadap penyaitnya tetapi seiring dengan berjalannya waktu, Kate yang lemah divonis mengalami gagal ginjal,akibat kemoterapi yang dijalani selama bertahuntahun. Tak ada pilihan lain, Sara yang sangat menyayangi Kate pun memohon Anna untuk memberikan salah satu ginjalnya kepada Kate. Tanpa diduga Anna yang saat itu baru menginjak usia 11 tahun, menolak permintaan Sara. Anna merasa, selama belasan tahun, hidupnya hanya dimanfaatkan kedua orang tuanya. Ia inginhidup merdeka dengan semua organ tubuh yang dimilikinya. Dengan berbekal uang tabungannya, Anna pun mendatangi pengacara CampbellAlexander (Alec Baldwin). Ia menuntut kedua orangtuanya yang memaksa Anna memberikan ginjalnya.

Tindakan yang dilakukan oleh Anna diketahui oleh kakak lelakinya, seolah-olah kakaknya bersikap setuju terhadap tindakan yang dilakukan oleh adiknya Anna. Pertentangan yang timbul antara Sara dan anaknya ini, membuat Sara semakin frustasi dengan keadaan Kate yang kondisinya semakin hari semakin lemah, dan membutuhkan donor ginjal segera, percecokan sering muncul dalam keluarga, ayahnya mencoba berbicara dengan Anna dan tetap menjalin komunikasi yang baik, begitupun Anna dengan Kate, persaudaraan mereka pun juga tidak terputus, komunikasi dan perhatian yang diberikan pun tetap sama yang terjadi antara Kate dengan Anna. Bentuk komunikasi di dalam keluarga terkadang tidak seimbang, Sara sang ibu karena begitu sayangnya ia dengan Kate dan ia tidak ingin kehilangan Kate membuat Sara melimpahkan seluruh perhatian dan kasih sayangnya pada Kate, Sara lebih banyak berinteraksi dan menghabiskan waktu dengan Kate, bahkan terkadang suaminya sering menasehatinya namun hal ini berujung pertengkaran antara suaminya dengan Sara yang hampir saja berujung dalam perceraian. Sara lebih memfokuskan dirinya bagaimana ia bisa tetap menjaga dan merawat Kate agar ia dapat bertahan hidup. Anna yang telah mengajukan perkaranya ke pengacaranya, akhirnya kasus ini pun disidangkan. Semakin hari kondisi Kate semakin memburuk dan lemah, dalam persidangan tersebut, Anna berusaha untuk memberikan bukti bahwa orang tuanya telah memanfaatkan organ tubuhnya untuk kesembuhan kakaknya dari lahir hingga saat ia berumur belasan tahun, tetapi tetap saja Sara membantahnya dan mencoba meyakinkan anaknya bahwa semua itu tidak benar, pertengkaran mulut pun semakin membuat suasana persidangan ricuh. Kakak laki-lakinya yang tidak tahan melihat persidangan ini akhirnya ia membeberkan semuanya bahwa, sebenarnya Anna tidak merasa keberatan jika ginjal ia di ambil untuk kakaknya Kate, Kate sendirilah yang menyuruh Anna untuk ke pengecara agar perlakuan yang dari kecil telah mengambil organ tubuhnya itu dapat dientikkan, karena Kate merasa sudah cukup apa yang diberikan adeknya selama ini, dan sudah seharusnya lah ia pergi jika kondisi fisiknya sudah tidak dapat diberfungsi dengan baik dan tidak mampu bertahan lagi. Akhirnya kedua orang tua mengetahui kebenaran itu, dan itu sungguh hal yang sangat menyakitkan dn mengharukan. Sara masih tidak percaya dan merasa sangat sedih. Disisa-sisa kehidupan Kate, kate meminta untuk pergi ke pantai dan pada saat itulah mereka sekelurga pergi ke pantai dan menhabiskan waktu bersama untuk mengukir sebuah kenangan. Kemudia kate pun kembali ke rumah sakit dan ia diakhir hayatnya sempat mengucapkan terima kasih pada ibu, adiknya dan juga ayah serta adik laki-lakinya, dan Kate pun menghembuskan nafan terakhirnya di ruang tempat ia di rawat di rumah sakit tersebut.

II. Tinjauan Teori

A. Keluarga dan Tugas Kesehatan Keluarga Keluarga menurut salvicion dan Ara celis (1989) adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan penrkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masingmasing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Setiap keluarga memiliki cara dan pengembangan dari tugas keluarga yang berbeda, hal ini tergantung terhadap budaya yang dikembangkan oleh suatu keluarga tersebut. Perbedaan prosedur yang dilakukan oleh masing-masing keluarga dalam hal kesehatan, akan membuat penanganan yang berbeda pula terhadap kesehatan anggota keluarga. Ada lima bentuk tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal gangguan perkembangan kesehatan anggota, mengambil keputusa, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga,

memodifikasi lingukungan untuk menjamin kesehatan keluarga dan menggunakan fasilitas layanan kesehatan. Selain itu tugas perkembangan dalam perkawinan yang menyangkut terhadap permasalahan anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis yaitu : 1. Pada tugas perkembangan menjadi orang tua dimana hadirnya seorang anak akan merubah bentuk interaksi yang terjadi dalam sebuah keluarga dan kondisi akan semakin dipersulit jika salah satu anak mengalami penyakit kronis. 2. Pada tugas melewati masa krisis masa krisis ini merupakan masa yang harus dilewati oleh seorang pasangan ketika mereka dihadapkan oleh kejadian yang akan menimbulkan konflik, stres dan tekanan dan sebuah keluarga

B. Kondisi anak yang mengalami penyakit kronis Penyakit kronis akan sangat mengganggu kualitas hidup dan perkembangan psikologis dari anak yang mengalaminya. Penyakit kronis dapat membawa perubahan besar dalam kehidupannya dan hal ini tentu akan berdampak terhadap perkembangan psikologisnya. Anak yang mengalami penyakit kronis cenderung akan lebih cepat dalam stress dan menerima tekanan, karena penyakit yang dideritanya akan membutuhkan penyesuaian terhadap fisiknya maupun psikologisnya, belum hal ini juga semakin diperparah

dengan pengobatan bagi pasien kronis yang cenderung pengobatan tersebut membutuhkan energy dan kesiapan psikologis yang hebat seperti kemoterapi. Penyesuaian dan penerimaan dirinya bahwa ia sedang menderita penyakit kronis akan sangat dibutuhkan oleh anak-anak tersebut. Lingkungan dan keluarga akan sangat mempengaruhi keberhasilan seorang anak dalam meneriman dan melakukan penyesuaian terhadap penyakitnya. Dukungan sosial yang tinggi dari keluarganya akan membuat anak lebih optimis dalam mencapai kesembuhan untuk penyakit kronisnya tersebut. Kesulitan dalam penyesuaian dan penerimaan diri ini dua kali lebih besar sulitnya dibandingkan anak yang sehat secara fisik. Berdasarkan penelitian pun anak yang mengalami penyakit kronis cenderung akan memiliki self esteem yang rendah, depresi, stress dan adanya penarikan terhadap lingkungan sosialnya. C. Keluarga yang anaknya menderita penyakit kronis National Jewish Health (2008) menyatakan bahwa setiap keluarga yang memiliki anak dengan penyakit kronis, akan selalu mengalami permasalahan baik dalam hal financial, persainga antara saudara kandung, perhatian orang tua, konflik yang terjadi antara pasangan, perhatian antar anggota keluarga dan sekaligus keluarga dituntut untuk mempertahankan kehidupan keluarganya. Adanya salah satu anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan memberikan dampak terhadap anggota lainnya. Hal ini masih terkait dengan perubahan yang terjadi dalam sebuha keluarga dibutuhkan penyesuaian dari keluarga tersebut. Masalah penyakit kronis tidak hanya berhubungan dengan biologis tetapi juga lingkungan sosialnya,, terutama keluarga. Penyakit kronis yang diderita salah satu anggota keluarga akan memberikan ancaman terhadap system dari keluarga tersebut, adanya tekanan tertentu yang membuat sebuha keluarga harus melakukan sebuah penyesuain terhadap kondisi keluarganya saat ini. Salah satu anggota yang mengalami penyakit kronis pun dapat memberikan stressor tertentu kepada anggota lainnya, karena permasalahan ini terjadi dalam sebuah keluarga maka interkasi yang terjadi dalam sebuah keluarga akan lebih berdinamik dan jika tidak adanya saling menghargai dan memahami antar anggota keluarga akan menimbulkan konflik yang berarti juga akan menimbulkan stressor bagi anggota lainnya.

Adanya tekanan dan beban psikologis yang ditanggung oleh sebuah keluarga membuat sebuah keluarga harus mampu mempertahankan kondisi sosialnya dengan segala permasalahan yang dihadapainya, disatu sisi ia harus berusaha memberikan perawatan terhadap salah satu anggota keluarganya, disisi lain ia harus mempertahankan keluarganya dalam lingkungan sosialnya agar terciptanya kenyamanan dalam sebuah keluarga. D. Kematian Secara umum kematian dapat dikatakan sebagai lenyapnya proses biologikal, psikologikal dan pengalaman sosial dalam sebuah budaya kehidupan. Selain itu kematian juga boleh dikatakan apabila roh terpisah dari jasad. Seseorang individu itu boleh diisytiharkan mati apabila pernafasan dan degupan jantungnya terhenti untuk satu jangka masa tertentu dan aktiviti otaknya tidak berfungsi lagi. Dalam beberapa hal, masyarakat AS adalah penolak dan penghindar kematian. Penolakan ini dapat berbentuk :

Penelitian yang terus-menerus untuk mempertahankan kemudaan Penolakan dan isolasi terhadap kaum lanjut usia yang meningkatkan kita pada kematian

Mengadopsi konsep kesenangan dan ganjaran setelah hidup, menyiratkan bahwa kita abadi

Komunitas medis menekankan pada perpanjangan kehidupan biologis dari pada pengurangan penderitaan manusia.

Fase-Fase Menjelang Kematian dari Kubler-Ross Elizabeth Kubler-Ross (1969) memebagi perilaku dan proses berpikir seseorang yang sekarat menjadi 5 fase: penolakan dan isolasi, kemarahan, twar-menawar, depresi, dan penerimaan. Penolakan dan isolasi (denial and isolation), merupakan fase pertama yang diusulkan Kubler-Ross dimana orang-orang menolak bahwa kematian benar-benar ada.

Kemarahan (anger), merupakan fase kedua dimana orang yang menjelang kematian menyadari bahwa penolakan tidak dapat lagi dipertahankan. Penolakan sering memunculkan rasa marah, benci, dan iri

Tawar-menawar (burgaining), merupakan fase ketiga menjelang kematian dimana seseorang mengembangkan harapan bahwa kematian sewaktu-waktu dapat ditunda atau diundur. Beberapa orang membuka tawar-menawar atau negosiasi-seringkali dengan Tuhan-sambil mencoba untuk menunda kematian

Depresi (depression), merupakan fase keempat menjelang kematian dimana orang yang sekarat akhirnya menerima kematian. Pada titik ini, suatu periode depresi atau persiapan berduka mungkin muncul. Orang yang akan menjelang kematiannya akan menjadi pendiam, menolak pengunjung, serta menghabiskan banyak waktunya untuk menangis dan berduka

Penerimaan (acceptance), merupakan fase kelima menjelang kematian, dimana seseorang mengembangkan rasa damai; menerima takdir; dan dalam beberapa hal, ingin ditinggal sendiri. Pada fase ini perasaan dan rasa sakit pada fisik mungkin hilang. Kubler-Ross menggambarkan fase kelima ini sebagai akhir perjuangan menjelang kematian.

Berkomunikasi Dengan Orang Yang Menjelang Kematian Banyak psikolog percaya bahwa yang paling baik bagi individu yang sekarat adalah mengetahui bahwa mereka akan mati dan orang lain juga akan tahu bahwa mereka akan mati sehingga mereka dapat berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain secara timbal balik. Ada manfaat dari adanya kesadaran diri yang terbuka pada individu yang akan yaitu: individu yang akan mati dapat mengakhiri hidupnya sesuai dengan ide-ide mereka sendiri mengenai persiapan kematian; individu yang akan mati mungkin mampu menuntaskan beberapa rencana dan proyek,dapat membuat persiapan bagi mereka yang ditinggalkan, dan dapat berpartisipasi dalam perbuatan keputusan mengenai penguburan dan pemakamannya. Individu yang akan mati memiliki kesempatan untuk memperingatkan, untuk berbincang dengan orang lain yang berarti dalam hhidupnya, dan mengakhiri kehidupan dengan menyadari spertia apa hidupnya; dan individu yang akan mati memiliki pemahaman lebih mengenai apa yang terjadi dengan tubuh mereka dan apa yang dilakukan staf medis untuk mereka (Kalish, 1981).

III.

Analisis Film Berdarsarkan Teori

A. Tugas kesehatan keluarga Berdasarkan teori terkait dengan tugas kesehatan keluarga, ada lima bentuk tugas kesehatan yang harus dilakukan dalam sebuah keluarga. Berkaitan dengan film ini, tampak keluarga ini sudah memenuhi tugas kesehatan keluarga, yaitu (1) mengenal gangguan

kesehatan anggota keluarga, keluarga Sara telah mengetahui anaknya mengalami leukemia sejak ia kecil dan hal ini pula lah yang membuat keluarga Sara tampak panik sehingga ia mengambil sebuah tindakan yang menguntungkan untuk anaknya Kate yang mengalami Leukimia tetapi tidak menguntungkan untuk anaknya yang lain, sehingga Sara dan suaminya memutuskan untuk menghadirkan seorang adik yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dari kakaknya yang mengidap leukemia. Hal ini juga terkait dengan tugas kesehatan keluarga (2) mengambil keputusan, keputusan yang salah tadi, akan berujung pada konflik dalam sebuah keluarga, terutama pada saat mereka telah beranjak remaja dan mengetahui hal tersebut, yaitu Anna mengetahui bahwa dirinya memang dihadirkan untuk memenuhi segala kebutuhan dari kakaknya Kate, dan tentu saja Anna juga mengalami beberapa perasaan yang tidak menyenangkan. Tugas kesehatan keluarga (3) melakukan perawatan terhadap anggota keluarga, hal ini sudah dilakukan dengan benar oleh Sara dan suaminya yaitu mereka berusaha untuk membuat Kate agar cepat sembuh dan memberikan pelayanan kesehatan Tugas kesehatan keluarga selanjutnya yaitu (4) memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga, sebagai seorang ibu Sara telah berusaha agar Kate juga mendapatkan kebahagiaan seperti anak lainya, tampak pada usaha Sara untuk selalu

memenuhi keinginan Kate, mengajak ia bermain-main dan memperbolehkan Kate pergi ke pesta layaknya seorang remaja, hal itu dilakukan agar Kate merasakan kebahagian seperti orang normal lainnnya. Dan tugas kesehatan terakhir (5) menggunakan fasilitas layanan kesehatan. Sara dan keluarganya telah menggunakan fasilitas layanan kesehatan untuk upaya penyembuhan Kate, bahkan Sara sangat berhadap Kate dapat sembuh dan mencoba segala hal termasuk mengorbankan beberapa organ Anna untuk mempertahankan Kate.

Selain itu, jika ditinjau dari tugas perkembangan perkawinan, ada beberapa fase yang tidak mampu dilalui Sara dan suaminya, yaitu : 1. Ketidakmampuan Sara dalam menerima kondisi anaknya dan hal ini juga disebabkan oleh ketidaksiapan dia menjadi orang tua yang bisa menerima apa adanya, hal ini sesuai dengan tugas perkembangan perkawinan ketiga yaitu menjadi orang tua. Ketika sebuah keluarga terbentuk, dan akan hadirnya seorang anak, maka pasangan harus mampu menerima dan menciptakan kondisi interaksi yang baik dalam sebuah keluarga, karena adanya anak akan membuat interaksi tidak hanya terjalin antara pasangan tetapi juga terjadi antara pasangan dan anak. 2. Ketidakmampuan melewati fase krisis, tugas perkembangan perkawinan keempat. Kondisi keluarga Sara yang memiliki anak yang mengalami penyakit

kronismenimbulkan konflik dalam sebuah keluarga. Pada saat salah satu anggota keluarga mengalami penyakit kronis makan akan ada perubahan-perubahan yang terjadi dalam sebuah keluarga tersebut, namun Sara tidak bisa mengatasi perubahan dalam keluarganya tersebut, hal ini dikarenakan ketidakterimaannya pada kenyataan terhadap anaknya. B. Kondisi anak yang mengalami penyakit kronis Berdasarkan teori yang terait dengan anak yang mengalami penyakit kronis akan membawa perubahan besar yang tentu akan berdampak pada kehidupan anak dan psikologisnya. Dalam film ini Kate yang mengalami penyakit leukemia, tampak sebuah perubahan besar yang terjadi pada dirinya. Terutama pada saat Kate beranjak remaja dan ia mengerti akan kondisi ia saat itu. Awalnya Kate tampak seperti ada penolakan dari diri ia, adanya kesedihan bahwa fisik ia yang lemah dan selalu diperhatikan oleh ibunya, tidak hanya itu penampilan Kate pun juga berubah akibat kemoterapi dan penyakit itu sendiri, kate tampak lebih pucat dan ia mengalami kerontokan pada rambutnya, sehingga iya berpendapat bahwa ia tidak cantik lagi, terutama pada saat kepala ia sudah botak, karena pengaruh dari kemoterai yang ia jalani. Segala perubahan tersebut tentu berdampat terhadap psikologisnya, adanya tekanan-tekanan pada dirinya yang berujung pada melemahnya kondisi fisik dari Kate. Selain itu penerimaan dan dukungan sosial sangat diperlukan dalam membantu membuat kondisi yang krisis dapat membaik lagi. Kate yang awalnya ada penolakan mulai

menerima dan terbiasa dengan kondisinya karena adanya dukungan dari keluarganya, ayahnya, kakak, dan adiknya dan terutama ibunya yang sangat member dukungan pada Kate agar cepat sembuh, bahkan pada saat Kate botakpun ibunya juga ikut membotaki kepalanya sebagai bentuk kepedulian ibunya pada Kate. C. Keluarga yang anaknya menderita penyakit kronis Konflik terkait dengan penyesuaian adanya salah satu anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis, yang terjadi dalam sebuah keluarga Sara sangat beragam,yaitu : 1. Sara adalah dia terlalu focus memberikan perhatian hanya pada anaknya yang menderita penyakit tersebut sehingga bentuk interaksi dengan anggota keluarga lainnya menjadi terabaikan, baik itu dengan suaminya maupun anak ia yang lainnya. Hal ini terlihat dari kurangnya komunikasi antara Sara dengan anaknya yang menderita penyakit, hal ini menyebabkan permasalahan semakin rumit, karena seperti yang diketahui bahwa Kate sudah tidak mampu bertahan lagi dan ingin mengakhiri penderitaan saudaranya juga yang sedari kecil sudah berupaya demi kelangsungan hidupnya, tetapi Sara tetap memaksa bahwa Anna dapat menyumbang salah satu ginjalnya pada Kate. Sehingga konflik antara Sara dengan Anna pun tak terlakkan. Selain itu Sara juga kurang berkomunikasi

dengan anak laki-lakinya, sehingga anak laki-lainya tampak lebih diam. 2. Sara membuat anak terencana untuk menjadi pembantu saudaranya sebagai penyumbang organ yang dibutuhkan oleh saudaranya. Adanya usaha

mempertahankan yang mengorbankan salah satu pihak ini tidak dipikirkan dangan baik oleh Sara, sehingga kesalahan dari awal ini berujung konflik pada saat Kate dan Anna telah remaja. 3. Adanya konflik antara Sara dengan Suaminya. Konflik yang terjadi ini terkait dengan kegigihan Sara untuk mempertahankan Kate anaknya yang mengalami penyakit kronis, Sara meyakinkan suaminya bahwa Kate harus bertahan dan segera sembuh, awalnya suminya menuruti keinginannya tetapi lama-kelamaan suaminya mulai melihat sesuatu yang salah dalam tindakan untuk

mempertahankan Kate tersebut.Oleh karena itulah suaminya berusaha untuk memberikan kebenaran kenyataan, tetapi Sara tetap tidak menerima,konflik pun sering terjadi, dan bahkan Sara sempat mengancam akan bercerai jika suaminya tidak menuruti keinginannya. Hal ini merupakan sebuah bentuk ketidaktegasan

Suami sara sebagai seorang kepala keluarga, yang berhak menentukan sebuah keputusan dalam sebuah keluarga. 4. Konflik antar saudara Kate yang mengalami penyakit leukemia terkadang ada timbul keirian terhadap adiknya Sara. Hal ini membuat sebuah konflik yang terjadi pada mereka, hal ini terjadi pada saat Kate masih belum menerima penyakitnya, tetapi setelah ada penerimaan mereka pun tampak sangat akrab dan saling menyayangi. Walaupun Anna memang diciptakan untuk memenuhi kebutuhkan kakaknya tetapi ia tidak merasa keberatan dan ia tetap menyayangi kakaknya Kate.Bagitupun dengan Kate, ia ingin mengakhiri penderitaan Anna, agar ia tidak memberikan organ tubuhnya lagi untuk Kate. Dalam hal ini ketika salah satu anggota keluarga mengalami penyakit kronis yang juga berdampak pada anggota keluarga lainnya, yang terdekat adalah saudaranya, walaupun begitu jika masing-masing anggota keluarga mampu menyikapi perubahan yang ada, maka konflik yang terjadi pun dapat dielakkan. Jadi, sebaiknya ketika sebuah keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami penyakit kronis, maka seharusnya keluarga berperan memberikan dukungan dan mengatasi konflik-konflik kecil yang mungkin terjadi dikarenakan kurangnya komunikasi. Keluarga harus mampu menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anggota keluarga lainnya walaupun kondisi itu pada saat sedang mengalami krisis. D. Kematian Penyakit kronis yang diderita Kate membuat Sara takut akan kehilangan Kate yang saat itu merupakan putri satu-satunya. Ketakutan Sara akan kematian Kate membuat Sara melakukan perpanjangan kehidupan biologis Kate dengan melakukan pembuatan bayi tabung sebagai pendonor organ bagi Kate. Sara tidak memikirkan penderitaan yang dialami Kate dalam menahan rasa sakit yang berkepanjangan itu. Kate yang telah mengalami penyakit kronis belasan tahun merasa tersiksa akan rasa sakit yang tak kunjung berakhir walau berbagai upaya telah dilakukan Sara untuk menyelamatkan hidupnya. Kate bukan hanya mengalami sakit pada fisiknya. Namun secara psikis Kate juga menderita. Ia telah kehilangan pacarnya yang juga menderita penyakit yang sama dengannya. Setelah kematian kekasihnya itu, Kate tahu bahwa kematian tidak mungkin dihindari.

Fase-Fase Menjelang Kematian dari Kubler-Ross Kate menjalani kehidupannya menjelang kematian melewati beberapa fase-fase kematian menurut Kubler-Ross, yaitu: Penolakan dan isolasi (denial and isolation), fase ini terlihat saat Kate kehilangan kekasihnya yang menderita penyakit sepertinya. Kate sering mengurung dirinya di kamar dan tidak menerima akan kematian tersebut karena kebahagiaan yang baru saja ia dapatkan menghilang begitu saja. Kemarahan (anger), fase ini terjadi pada Kate segera setelah fase pertama, di mana Kate mengurung dirinya di kamar terus menerus dan marah akan kematian kekasihnya. Ia marah akan dirinya yang masih hidup dalam penderitaan. Ia juga marah akan usaha ibunya memperpanjang hidupnya yang saat itu ia yakini percuma. Ia terus berusaha mencelakai dirinya namun dapat dicegah adiknya. Tawar-menawar (burgaining), keluarga Kate khususnya Sara terus memberikan keyakinan bahwa Kate dapat hidup lebih lama dan dapat hidup normal seperti yang lain. Keluarga besar Kate juga mengatakan bahwa keyakinan untuk sembuh dapat menyembuhkan penyakit apapun. Harapan-harapan terus diterima Kate untuk meyakini Kate agar tetap bertahan hidup. Depresi (depression), Kate yang telah terbujur lemah mengakui kepada Sara bahwa ia ingin mengakhiri penderitaannya dengan kematian. Kate terlihat lebih banyak menangis. Menjelang kematiannya Kate hanya meminta Sara yang menemani tidurnya. Penerimaan (acceptance), tangisan Kate pada akhirnya memperlihatkan tangisan bahagia. Kate memperlihatkan senyum dalam tangisnya. Dan mengatakan bahwa kematian adalah jalan terbaik. Kate menyadari kematian yang dapat mengakhiri penderitaan panjangnya juga penderitaan adiknya. Hingga akhirnya ia pergi dengan memeluk album kenangan yang sebelumnya ia buat untuk keluarganya.

Berkomunikasi Dengan Orang Yang Menjelang Kematian Kesalahan yang dilakukan Sara dalam menghadapi Kate yaitu terus meyakinkan Kate akan dapat sembuh dari penyakitnya membuat komunikasi yang terjalin antara Kate yang sebenarnya sudah sekarat tidak timbal balik. Hal ini menyebabkan Kate menjalin komunikasi dengan Anna. Anna lebih mampu menerima kematian yang akan menghampiri Kate. Sehingga Kate dapat menyampaikan keinginannya sebelum mengakhiri hidupnya kepada Anna. Sara sebagai ibu tida sempat mendengarkan apa-apa saja yang Kate inginkan, apa saja yang Kate rasakan dan bagaimana berartinya ia sebagai seorang ibu bagi Kate. Kate menyadari ia tidak akan sempat mengungkapkan semua itu karena Sara tidak pernah menerima kematian Kate. Kate mengungkapkan semua itu dengan sebuah album yang ia buat sebelum ia meninggal. Album itu menggambarkan seberapa berartinya Sara dalam hidup Kate, juga keluarganya yang lain dan kekasihnya. Semua ini menjelaskan bahwa ketika seseorang dari anggota keluarga mengalami penyakit kronis tidak selalu harus membuat mereka yakin untuk terus bertahan hidup. Menjadi pendengar yang setia untuknya adalah hal yang tepat untuk berkomunikasi dengannya, karena mungkin saja saat itu ia telah menerima kematian yang akan menjemputnya. IV. Analisa dalam Perspektif Islam Islam memberikan perspektif yang positif tentang kematian. Kehidupan dan kematian adalah tanda-tenda kebesaran Allah. Kehidupan dan kematian adalah ujian bagi manusia, agar manusia dapat mengambil pelajaran dari keduanya, dan berbuat baik di atas bumi. Dalam Al-Quran dinyatakan ; (Dialah Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang baik amalnya. ( QS Al-Mulk: 2) Kematian hanya merupakan salah satu tahap dari perjalanan manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah. Setelah manusia di ciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk mulai dari masa konsepsi, Allah kemudian mematikannya. Namun sesudah itu, manusia akan dibangkitkan di hari kiamat.

Menurut perspektif islam, kamatian dianggap sebagai peralihan kehidupan, dari kehidupan dunia menuju kehidupan di alam lain. Menurut islam, setelah meninggal dan dikuburkan, manusia akan dihidupkan kembali. Kematian di alam kubur seperti tidur untuk menghadapi hari kebangkitan. Mereka yang berpisah karena kematian di dunia, dapat

bertemu kembali dalam kehidupan setelah mati, manusia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Kehidupan setelah mati merupakan hal yang sulit untuk di buktikan secara emperik. Mereka telah mengalami kematian tidak dapat kembali ke dunia untuk memberi tahu apa yang terjadi setelah mati. Penelitian emperik hanya dapat dilakukan pada orang-orang yang pernah mengalami mati suri, dan setalah beberapa lama, kemudian bangun kembali dari mati sementaranya tersebut. Penelitian terhadap mereka menunjukan adanya kesamaan pola pengalaman mati suri. Hal ini memperlihatkan adanya kemungkinan besar tentang kehidupan setelah mati.

BAB III Penutup I. Kesimpulan Ketika sebuah keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami penyakit kronis, maka seharusnya keluarga berperan memberikan dukungan dan mengatasi konflikkonflik kecil yang mungkin terjadi dikarenakan kurangnya komunikasi. Keluarga harus mampu menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anggota keluarga lainnya walaupun kondisi itu pada saat sedang mengalami krisis. Selain itu kemampuan masing-masing anggota keluarga dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam sebuah keluarga maka hal ini dapat mengurangi terjadinya konflik.

Daftar Pustaka
Admin. 2012. http://umisamanputri.wordpress.com/2011/03/29/makalah-psikologi-

perkembangan-dewasa-akhir/ Aritonang, Mika Vera.2008. Pengalam Keluarga dengan Anak Penyakit Kronis. Universitas Sumatera Utara. Hartini, Nurul. Dinamika Pasien Paliatif dalam Menghadapi Kematian. Jurnal Insan Media Psikologi, 9:1, 61-69 (Surabaya, April 2007).

PSIKOLOGI KELUARGA
REVIEW FILM My Sisters Keeper

OLEH : KELOMPOK 1

ANGGOTA KELOMPOK: ANNISA NUR ZARADI EVANTRIDA MAYLIZA MUSLY

PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS ANDALAS PADANG

2012

You might also like