You are on page 1of 14

LUAS MINIMUM

Disusun oleh: Asep Setiadi Riska Susi P. Prathiwi Dhita A. B1J008 B1J008133 B1J008134

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

I.

PENDAHULUAN

Komunitas tumbuhan atau sering disebut asosiasi tumbuhan, dapat disebut juga satuan dasar dunia tumbuh-tumbuhan atau vegetasi. Komunitas tumbuhan mungkin mempunyai jumlah jenis tumbuhan yang relatif sedikit atau banyak. Tumbuhan pada umumnya menyukai hidup berkelompok. Berbagai jenis tumbuhan yang hidup dalam suatu habitat dan saling berinteraksi sesamanya maupun dengan lingkungannya. Secara individu asosiasi tumbuhannya disebut formasi atau tipe vegetasi. Biasanya formasi atau tipe vegetasi juga memiliki nama yang khas sesuai dengan jenis tumbuhan yang terdapat di dalamnya yang bersifat menonjol atau predominan (Suwena, 2005). Komponen ekosistem tumbuhan dapat diartikan variasi jenis flora yang menyusun suatu komunitas. Komposisi jenis tumbuhan merupakan daftar floristil dari jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas. Jenis tumbuhan yang ada dapat diketahui dengan pengumpulam atau koleksi secar periodik dan identifikasi lapangan. Secara garis besar struktur vegetasi dibatasi leh 3 komponen, yaitu: 1. Stratifikasi yang merupakan diagram profil menggambarkan lapisan (strata) pohon, tihang, sapihan, semai, perdu, dan herba sebagai penyusun vegetasi tersbut. 2. Penyebaran horisontal dari jenis penyusun vegetasi tersebut, yang

menggambarkan letak dan kedudukan dari satu anggota terhadap anggota lain. Bentuk penyebaran tersebut dapat digolongkan menjadi 3 tipe yaitu acak (random), berkelompok (aggegrated), dan teratur (regular). 3. Kelimpahan atau banyaknya individu dari jenis penyusun tersebut. Seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data yang

diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi. Supaya data penelitian yang akan diperoleh bersifat valid, maka sebelum melakukan penelitian dengan metode sampling kita harus menentukan terlebih dahulutentang metode sampling yang akan digunakann, jumlah, ukuran dan

peletakkan satuan-satuan unit contoh. Pemilih metode samplingyang akan digunakan bergantung pada keadaan morfologi jenis tumbuhan dan

penyebarannya, tujuan penelitian dan biaya serta tenaga yang tersedia (Latifah, 2000). Data yang paling diperlukan untuk penelitian atau pemantauan lingkungan adalah mengenai vegetasi dengan informasi variabelnya, misalnya pengelompokan vegetasi pada ekosistem hutan. Untuk mengetahui vegetasi tersebut secara detail, maka perlu adanya cara untuk menganalisis vegetasi tersebut (Fachrul, 2007). Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan. Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis (susunan) tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi yang ada di wilayah yang dianalisis. Caranya adalah dengan deskripsi komunitas tumbuhan. Analisis vegetasi dapat juga digunakan untuk mengetahui pengaruh dampak lingkungan yang merupakan suatu cara pendekatan yang khas, karena pengamatan berbagai aspek vegetasi yang dilakukan harus secara mendetail dan terdiri atas vegetasi yang belum terganggu (alamiah) (Fachrul, 2007). Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak digunakan adalah kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan metode garis petak (untuk risalah permudaan). Krebs (1989) menyatakan bahwa untuk menghitung setiap individu yang terdapat dalam populasi ataupun komunitas biasanya dilakukan dengan cara mengambil sampel (contoh) atau sebagian kecil individu dari populasi atau komunitas tersebut. Kemudian dari sampel itu, akan dapat ditarik suatu kesimpulan tentang populasi atau komunitas yang sedang dipelajari. Menurut Fachrul (2007), aspek-aspek vegetasi yang perlu diketahui adalah Ada atau tidak adanya jenis tumbuhan tertentu, luas basal area, luas daerah penutup, frekuensi, kerapatan, dominasi dan nilai penting. Deskripsi vegetasi adalah cara untuk mempelajari komposisi dan struktur vegetasi yang disajikan secara kuantitatif dengan parameter kerapatan frekuensi dan penutupan tajuk ataupun luas bidang dasar. Apabila sudah didapatkan suatu data kemudian dilakukan pembedaan kelompok berdasarkan beberapa sifat yang ada pada individu tumbuhan, yakni data kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian, dalam mempelajari analisis vegetasi diperlukan adanya teknik-teknik

penunjang antara lain, sampling plot (misalnya petak tunggal), petak ganda, jalur (transect), atau tanpa plot, misalnya cara bitterlich, individu terdekat, kuadrat dan cara berpasangan (Fachrul, 2007).

II.

TUJUAN

Praktikum Ekologi Tumbuhan kali ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis vegetasi tumbuhan bawah yang ada di halaman samping Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dengan menggunakan metode luas minimum.

III.

MATERI DAN METODE

A. Materi Alat yang digunakan dalam praktikum acara Luas Minimum antara lain tali rafia, meteran, patok bambu, plastik, label, dan alat tulis. Bahan yang diperlukan adalah vegetasi tumbuhan bawah yang ada di halaman samping Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

B. Metode Metode Luas Minimum Dibuat petak contoh dengan ukuran 1 x 1 m2 sebagai petak 1 Jumlah spesies yang ada pada petak tersebut dihitung Dibuat petak kembali atau diperluas dengan ukuran 2x lipat petak pertama untuk melihat ada penambahan jenis atau tidak, seterusnya sampai besar presentase 10 % artinya pembuatan petakan dihentikan, jika belum diperluas lagi. Dibuat tabel jumlah jenisnya kemudian dibuat kurva luas minimumnya (pakai kertas millimeter blok).
2m I II IV III 1m 1m

Gambar 1. Bentuk petak-contoh untuk kurva-minimal

Keterangan: Petak 1 = 0,0625 m2 Petak 2 (1+2) = 0,125 m2 Petak 3 (1+2+3) = 0,25 m2 Petak 4 (1+2+3+4) = 0,5 m2

Kurva luas minimum dibuat: a. Membuat sumbu X dan sumbu Y Sumbu X = luas petak Sumbu y = jumlah jenis b. Membuat garis pertolongan (misal m) yang besarnya 10 % dari luas petak terakhir dan 10 % jumlah jenis terakhir. Maka didapatkan statu titik, kemudian dihubungkan dengan titik o dan dibuat garis m. c. Membuat garis yang sejajar dengan garis m yaitu yang menyinggung garis (pertemuan titik-titik luas petak dan jumlah jenis) disebut garis n. d. Titik singgung garis n diproyeksikan ke sumbu X sehingga didapatkan luas minimumnya.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tabel 1. Metode Luas Minimun No. 1 2 3 4 5 Petak I II III IV V Jumlah Jenis 7 8 9 10 11 Presentase 100 %
1 x100% 14% 7 1 x100% 12,5% 8 1 x100% 11,11% 9 1 x100% 10% 10

Perhitungan : a. Luas Petak Pertama Jumlah spesies = 7 Presentase Penambahan = = = b. Luas Petak Kedua Jumlah spesies = 8 Presentasi Penambahan = = = c. Luas Petak Ketiga Jumlah spesies = 9 Presentasi Penambahan =
jumlah spesies baru x 100% jumlah spesies awal jumlah spesies baru x 100% jumlah spesies awal
1 x 100 % 7

jumlah spesies baru x 100% jumlah spesies awal


7 x 100 % 7

100 %

14 %

= = d. Luas Petak Keempat Jumlah spesies = 10 Presentasi Penambahan = = = e. Luas Petak Keempat Jumlah spesies = 11 Presentasi Penambahan = = =

1 x 100 % 8

12,5 %

jumlah spesies baru x 100% jumlah spesies awal


1 x 100 % 9

11,11 %

jumlah spesies baru x 100% jumlah spesies awal


1 x 100 % 10

10 %

Grafik Hubungan Luas Minimum Dengan Jumlah Jenis 13 n 11 J U 9 M L A H 8 K m

J E N 1,3 I S
I

A III Luas Petak (m2) IV

II

x = 10% x 0,5 = 0,05 y = 10% x 13 = 1,3 Luas Petak = 0,0625

B. Pembahasan Pengambilan contoh untuk analisis komunitas tumbuhan dapat digunakan menggunakan metode petak (plot), metode jalur (transek), dan metode kuadran (Soegianto, 1994; Gopal dan Bhardwaj, 1979; Kusmana, 1997 dalam Indriyanto, 2008). Metode petak merupakan prosudur yang paling umum digunakan untuk pengambilan contoh berbagai tipe organisme termasuk komunitas tumbuhan. Metode petak terdiri dari dua yaitu petak tunggal dan petak ganda. Metode petak tunggal hanya dibuat satu petak contoh dengan ukuran tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan atau suatu komunitas tumbuhan (Indriyanto, 2008). Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individuindividu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut (Tjitrosedirdjo, 1984). Berdasarkan hasil sampling tumbuhan di taman depan Fakultas Biologi Unsoed dengan metode luas minimum menunjukkan pada petak pertama

didapatkan sebanyak 7 spesies tumbuhan, petak yang kedua adalah sebanyak 8 spesies, petak ketiga sebanyak 9 spesies, petak keempat sebanyak 10 spesies. Pada petak ke lima ini pertambahan spesies hanya <10 % sehingga perluasan petak contoh dihentikan. Setelah itu dibuat kurva luas minimum dengan dan didapatkan Luas minimum pengambilan petak contoh di Hutan Baturaden adalah m2. Menurut Suwena (2005), suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan. Jadi luas daerah ini disebut luas minimum. Tujuan dari luas minimum adalah untuk mengetahui luas petak yang paling kecil (minimal) tetapi dapat mewakili keragaman vegetasi dari semua jenis yang ada dalam komunitas tersebut. Kerapatan jenis sangat berpengaruh terhadap luas minimum. Jika jenisnya banyak (rapat) maka luas minimumnya bernilai sebaliknya (rendah). Pertumbuhan tanaman di pengaruhi panjang gelombang, durasi (lama penyinaran, intensitas dan arah datangnya sinar matahari. Secara fisiologis cahaya pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis, sedangkan pengaruh tidak langsungnya melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang merupakan respon metabolik dan lebih kompleks (Sulistyaningsih et al., 2005).

V.

KESIMPULAN

Berdasarkan perhitungan dan pembahasan di atas dapat di peroleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan dibuatnya kurva luas minimum maka diperoleh luas minimum pengambilan petak contoh di Hutan Baturaden adalah 1 m2.

DAFTAR REFERENSI

Fachrul, M. N. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Devi, L. S. ,dan P.S. Yadava. 2006. Floristic diversity assessment and vegetation analysis of tropical semievergreen forest of Manipur, north east India. Ecology Laboratory, Department of Life Sciences, Manipur University, Imphal 795 003, Tropical Ecology 47(1): 89-98. Djufri. 2004. Pola Distribusi dan Asosiasi Tumbuhan Bawah pada Tegakan Akasia (Acacia nilotica) (L.) Willd. ex. Del. di Savana Kramat Taman Nasional Baluran JawaTimur. Jurusan PMIPA FKIP Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh NAD. Enviro 5 (1): 48-54. Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper & Row Publisher, New York Latifah, Siti. 2000. Anlisis Vegetasi Hutan. Universitas Sumatera Utara, Medan. Moya, J. F., A. San Miguel, dan Ayanz. 2010. Variability in Mediterrane anannual grass land diversi driven by small-scalechanges in fertilityan dradiation. I. Canellas G. Gea-Izquierdom Springer Science, Business Media. Sulistyaningsih, et al. 2005. Pertumbuhan Dan Hasil Caisin Pada Berbagai Warna Sungku Plastik. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Suwena, Made. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel Pada Ekosistem Sawah Di Sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak (Biodiversity Of Edible Wild Plants On Paddy Ecosystem Of Gunung Salak Forest Area). Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram. Tjitrosedirdjo, Soekisman, Is Hidayat Utomo dan Joedojono Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunana. PT. Gramedia, Jakarta.

You might also like