You are on page 1of 19

Kendaraan bermotor memanfaatkan bahan bakar untuk dikeonversi menjadi energi gerak.

Bahan bakar melalui beberapa tahap pengolahan sebelum dapat diubah menjadi sumber energi gerak. Pada kenyataannya tidak semua bahan bakar diubah seluruhnya menjadi energi yang diperlukan. Ada sebagian bahan bakar yang terkonversi menjadi bentuk lain misalnya energi panas dan bunyi.

Bab yang akan dipelajari:


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mesin Kalor dan Hukum 2 Termodinamika Pompa Kalor dan Refrigerator Proses Reversibel dan Ireversibel Mesin Carnot, Mesin Bensi dan Diesel Entropi Perubahan Entropi dalam Proses Ireversibel Entropi dalam Skala Mikroskopi

Tujuan Pembelajaran:

Suatu kendaraan dikatakan memiliki mesin yang efisien apabila mesin tersebut mampu mengubah bahan

1. 2.

bakar dimana presentase bahan bakar yang terbuang (menjadi energi bentuk lain tadi) sesedikit mungkin. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari mengenai bagaimana prinsip dasar kerja, kalor dan perubahan energi dalam. Pada bab ini kita akan mempelajari penerapan prinsip tersebut dan menganalisa efisiensi serta siklus apa saja yang terjadi pada suatu mesin.
5. 3. 4.

Menentukan faktor apakah sistem berjalan reversible atau ireversibel Menjelaskan prinsip mesin kalor dan menghitung efisiensi Menjelaskan secara fisika cara kerja internal combustion engine Menjelaskan prinsip refrigerator dan pompa kalor serta menganalisa kinerja refrigerator Menganalisis bagaimana hukum 2 Termodinamika

Rosari Saleh dan Sutarto

Rosari Saleh dan Sutarto

Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika | 345

Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa jumlah energi dalam sistem tertutup adalah kekal. Hal ini koheren dengan hukum kekekalan energi yang menyatakan hal serupa yaitu bahwa energi adalah kekal. Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, energi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pengalaman menceritakan bahwa bensin yang kita isikan dalam mobil selalu habis setelah mobil digunakan beberapa lama. Anda juga pasti merasa heran kenapa pemerintah menghimbau masyarakat untuk menghemat listrik padahal energi listrik yang kita gunakan sehari-hari adalah kekal. Apakah dengan demikian Hukum I Termodinamika menjadi salah?

20 1 Mesin kalor dan Hukum 2 Termodinamika Satu hal yang kadang terlupakan oleh kita ketika membahas kekekalan energi adalah bahwa energi dan bentuk-bentuk energi merupakan dua hal yang berbeda. Hukum I termodinamika belum menceritakan secara utuh mengenai kekekalan energi tersebut. Seperti yang telah kita bahas pada bab 7 tentang kekekalan energi, energi merupakan terminologi umum untuk segala sesuatu yang memiliki potensi untuk melakukan kerja. Mengubah energi agar menghasilkan kerja inilah yang sehari-hari kita lakukan. Persoalannya menjadi semakin teknis ketika kita berhadapan dengan bentuk-bentuk energi yang bermacammacam. Listrik adalah salah satu bentuk energi, panas juga merupakan salah satu bentuk energi. Walaupun banyak sekali besaran fisis yang mengandung energi, dan dengan demikian dapat disebut sebagai bentuk energi, terkadang bentuk energi yang satu lebih mudah untuk dimanfaatkan dibanding dengan bentuk energi yang lainnya. Kemungkinan atau ketidakmungkinan untuk membuat suatu bentuk energi menjadi berguna adalah inti pokok yang diperbincangkan oleh Hukum II Termodinamika. Adalah sesuatu yang mustahil, setidaknya hingga naskah ini ditulis, untuk mengubah panas menjadi kerja mekanik seluruhnya tanpa disertai dengan perubahan lainnya. Hal ini sama mustahilnya dengan mengubah kerja mekanik menjadi panas seluruhnya tanpa disertai proses lainnya yang menyebabkan efisiensi transformasi bentuk energi tersebut menjadi tidak 100%. Ini merupakan fakta yang dideduksi dari hasil eksperimen yang menunjukkan bahwa proses pengubahan kerja menjadi panas atau sebaliknya bukanlah proses yang bersifat simetris (reversible). Jumlah energi yang terdapat dalam sistem tersebut memang kekal tetapi bentuk-bentuk energi yang dihasilkan dari proses transformasi tidak sama apabila proses dibalik. Inilah yang tidak diperbincangkan oleh hukum I termodinamika. Fakta-fakta tersebut dengan jelas dapat kita simpulkan bahwa proses yang bersifat tidak simetris muncul dalam proses perubahan bentuk energi. Berikut ini adalah sebuah contoh sederhana yang mudah untuk kita pahami. Anda RosariSalehdanSutarto

346 | Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika

menggerakkan balok pada permukaan meja yang kasar. Meja mengerjakan gesekan terhadap balok sehingga beberapa persen dari energi kinetik balok diubah menjadi panas. Akibat gesekan tersebut suhu sebagian balok dan meja meningkat dan dengan demikian mengubah energi internal balok dan meja. Di sini telah terjadi transformasi bentuk energi yaitu energi kinetik menjadi energi internal balok dan meja. Ketika balok tersebut Anda hentikan, apa yang terjadi? Tentu saja balok akan diam. Energi kinetik balok telah diubah menjadi energi internal balok dan meja namun Anda perhatikan bahwa energi internal yang tersimpan pada balok dan meja ini tidak serta merta tidak berubah (bahkan tidak pernah) secara spontan menjadi energi kinetik yang kemudian menggerakkan balok Anda tadi. Mari kita berandaiandai sejenak. Seandainya energi internal balok dan meja dapat berubah secara spontan menjadi energi kinetik yang kemudian menggerakkan maka kejadian fantastik ini tidak melanggar prinsip kekekalan energi! Toh, energi total sistem tetap, tidak berubah. Tetapi pada kenyataannya proses pembalikan tersebut tidak pernah terjadi. Contoh lainnya yang terkait dengan proses tersebut adalah membuat kopi di pagi hari. Anda menuangkan sebungkus kopi dan krim dalam sebuah gelas kosong. Kemudian Anda menuangkan air panas ke dalam gelas tersebut. Anda mengaduk air dalam arah putaran searah jarum jam untuk mencapur kopi dan bubuk krim yang telah Anda tuang sebelumnya. Jika Anda mengaduk kopi Anda dalam arah yang berlawanan arah jarum jam maka kopi dan krim Anda tidak akan kembali ke keadaan semula, seperti sebelum campuran tersebut diaduk. Di sini juga kita lihat adanya proses yang bersifat tidak dapat dibalik atau irreversible. Banyak sekali proses di alam yang bersifat irreversible. Pada Bab 17 kita telah mempelajari tentang transfer panas. Benda yang memiliki suhu lebih tinggi dibanding benda lain ketika kedua benda itu melakukan kontak termal maka benda yang suhunya lebih tinggi akan turun sedangkan suhu benda yang lebih dingin akan naik hingga mencapai kesetimbangan termal. Setelah kedua benda tersebut mencapai kesetimbangan termal maka walaupun kedua benda dipisahkan kembali maka suhu benda-benda tersebut akan sama dengan suhu pada saat mencapai kesetimbangan termal. Suhu benda-benda tersebut tidak pernah kembali ke suhu semula. Ini merupakan peristiwa yang menunjukkan tidak berlakunya sifat reversible dalam proses transfer energi. Hukum II Termodinamika berhubungan dengan proses yang bersifat irreversible. Hukum II Termodinamika juga berhubungan dengan efisiensi mesin yang tidak mungkin mencapai 100%. Suatu proses fisika berlangsung dalam satu arah juga merupakan elemen dari hukum II Termodinamika. Pernyataan-pernyataan terkait dengan hukum II Termodinamika dapat kita rangkum dalam dua pernyataan berikut ini: RosariSalehdanSutarto

Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika | 347

Tidak semua energi panas yang terdapat dalam suatu sistem dapat diubah menjadi kerja seluruhnya, Sistem termal dapat mengalami proses perubahan spontan hanya dalam keadaan tertentu. Perubahan spontan berupa aliran energi panas dapat terjadi pada benda yang memiliki suhu lebih tinggi ke benda yang memiliki suhu lebih rendah.

Dua pernyataan tersebut merangkum hukum II termodinamika. Kita akan membahas secara lebih mendetail terkait dengan pernyataan tersebut dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.

20 2 Mesin Kalor dan Refrigerator

Pada bab 18 kita telah mempelajari tentang prinsip dasar pengubahan energi panas menjadi kerja mekanik. Dalam perspektif termodinamika, sebuah mesin dapat menghasilkan kerja karena memperoleh sumber energi dari tempat lain. Mesin tidak lain berperan sebagai pengubah bentuk energi. Mesin melakukan proses termodinamika dalam siklus tertentu. Mesin-mesin semacam ini banyak kita jumpai bahkan mesin yang tidak berperilaku semacam itu malah tidak pernah kita jumpai. Pada sub bab ini kita akan mendiskusikan tentang mesin dalam perspektif temodinamika. Definisi mesin yang dimaksud adalah mesin ideal dimana proses reversible dapat berlangsung di dalamnya. Pembahasan ini bertujuan untuk memahami proses transformasi energi panas menjadi kerja mekanik secara teknis. Sebuah mesin panas pertama ditemukan pada abad ke 18. Mesin tersebut digunakan untuk mengeluarkan air dari tambang batubara. Berikut ini adalah skema mesin tersebut.

Gambar 20.1 Skema mesin uap pertama yang ditemukan pada abad ke 18.

RosariSalehdanSutarto

348 | Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika

Sebuah tangki besar berisi air dipanaskan hingga mendidih. Uap dihasilkan dan dialirkan pada pipa yang terhubung dengan piston pada mesin. Uap memiliki tekanan yang besar sehingga mendorong piston dan menggerakkan roda pada mesin tersebut. Pada proses ini telah terjadi proses pengubahan energi panas menjadi energi mekanik. Pergerakan piston dapat terjadi jika tekanan pada pipa 3 lebih besar dibanding tekanan pada pipa 4. Uap keluar dari pipa nomor 3 ke pipa nomor 4 dengan temperatur yang lebih rendah. Uap air ini kemudian didinginkan hingga terjadi pengembunan. Air yang telah mengembun ini kemudian dialirkan ke tangki pemanasan. Proses tersebut berlangsung secara berulang-ulang. Karena terjadi secara berulangulang dan terus menerus maka proses tersebut berlangsung secara siklik. Pada kenyatannya, agar dapat berguna sebuah mesin harus melakukan siklus yang berulang agar konversi energi dapat terjadi secara kontinu. Seperti yang telah dijelaskan pada awal bab bahwa kerja mesin sangat bergantung pada seberapa optimal mesin tersebut mengkonversi energi panas menjadi energi mekanik atau sebaliknya. Efisiensi didefinisikan sebagai fraksi antara kerja yang dihasilkan dengan energi panas yang masuk ke mesin.

W Qinput

(201)

Yang mana Qinput menyatakan jumlah panas yang masuk ke mesin, W menyatakan total kerja yang dilakukan mesin dan menyatakan efisiensi. Biasanya efisiensi dihitung dalam presentase sehingga persamaan (201) kadang dinyatakan dalam bentuk:

W 100% Qinput

(202)

Persamaan (202) dapat kita interpretasikan sebagai berikut, jika = 100% berarti seluruh energi panas Qinput seluruhnya diubah menjadi kerja W. Nilai adalah antara 0 hingga 1. Semakin besar nilai maka semakin bagus mesin tersebut. pada kenyataannya, tidak ada mesin yang dapat mengkonversi energi panas menjadi kerja seluruhnya. Pada tahun 1824, seorang insinyur muda bernama Sadi Carnot bekerja pada periode revolusi industry. Carnot memang seorang teknisi yang sangat gemar dengan hal-hal teknis terkait dengan peningkatan efisiensi kerja sebuah mesin. Carnot menemukan bahwa sebuah mesin memiliki efisiensi maksimum yang terbatas, maksudnya adalah maksimum di bawah 100%. Penemuan ini cukup menarik karena pada saat itu bahkan hukum I Termodinamika belum dipahami sepenuhnya. Hal ini terkait erat dengan efisiensi mesin yang telah disinggung di atas. Kita akan membahas temuan Carnot lebih lanjut pada subbab berikutnya. RosariSalehdanSutarto

Gambar 20.2 Representasi sederhana sebuah mesin. Mesin mengambil sejumlah kalor dari reservoir panas bersuhu Th kemudian dikonversi menjadi kerja Weng. Sejumlah panas dikeluarkan dari mesin ke reservoir yang bersuhu lebih rendah Tc. Skema ini menunjukkan bahwa sebuah mesin tidak mungkin mengubah seluruh energi panas menjadi kerja. Kemampuan mesin dalam mengekstrak sumber energi menjadi salah satu ujung tombak perkembangan teknologi saat ini. Mesin yang baik adalah mesin yang dapat mengubah energi menjadi kerja dalam porsi yang optimal. Mesin yang dapat melakukan hal semacam ini dikatakan memiliki efisiensi yang tinggi.

Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika | 349

Skema mesin yang tertera pada Gambar 20.1 merupakan jenis mesin yang mengambil panas dari suatu sumber, mengekstraknya menjadi kerja dan mengeluarkan sejumlah panas ke reservoir yang memiliki suhu lebih rendah. Gambar 20.2 menggambarkan model kerja sebuah mesin sederhana. Efisiensi mesin dapat dihitung dengan cara sebagai berikut. Kerja yang dihasilkan Weng W sama dengan selisih energi panas yang masuk dan keluar, Qh Qc = W. Dengan mengganti variabel W pada persamaan (202) dan melakukan penyesuaian variabel Qinput = Qh kita peroleh:

Qh Qc Qh

100%

Q = 1 c Q h

100%

(203)

Persamaan (203) adalah bentuk alternatif dari persamaan (202). Rumusan hukum II termodinamika untuk mesin yang bekerja berdasarkan logika pada Gambar 20.2 adalah sebagai berikut; Sebuah mesin panas menyerap panas dari sumber dan mengubahnya menjadi kerja dengan disertai sejumlah proses lain dimana prosesproses tersebut menyebabkan tidak mungkin sebuah mesin memiliki efisiensi kerja 100% Sebuah mesin dapat bekerja dalam proses yang terbalik dengan proses kerja yang tertera pada Gambar 20.2 yaitu mesin pendingin atau refrigerator. Pada dasarnya refrigerator bekerja dengan cara menyerap panas dari reservoir dingin dan memindahkannya ke reservoir panas. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Proses tersebut tidak dapat terjadi secara spontan, artinya proses tidak akan terjadi dengan sendirinya tanpa ada usaha dari luar. Agar proses tersebut dapat berlangsung maka usaha diberikan dari luar secara terus menerus. Berkebalikan dengan logika kerja mesin panas yang menuntut usaha semaksimal mungkin, refrigerator justru dibuat sedemikian rupa sehingga usaha yang diberikan ke mesin sesedikit mungkin. Kemampuan kerja sebuah mesin refrigerator diukur dalam koefisien unjuk kerja (COP = coefficient of performance) dimana koefisien tersebut menyatakan rasio panas yang dipindahkan dari reservoir dingin ke reservoir panas terhadap kerja yang dibutuhkan untuk menstimulasi proses tersebut: Q (COP ) = C (204) W Yang mana (COP) adalah koefisien unjuk kerja mesin, QC adalah reservoir panas dan W adalah usaha yang dilakukan. Kita selalu berurusan dengan W. . Sebuah mesin refrigerator memiliki efisiensi kerja yang baik jika nilai (COP) semakin besar. Biasanya nilai (COP) berkisar antara 5 dan 6. Kita tidak mungkin mendapatkan nilai (COP)
RosariSalehdanSutarto

Gambar 20.3 Skema kerja sebuah mesin refrigerator.

350 | Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika

yang sangat besar karena kita tidak mungkin tidak memberikan usaha terhadap mesin tersebut. Usaha W diberikan karena proses aliran panas dari dingin ke panas tidak mungkin terjadi secara spontan. Logika kerja mesin refrigerator dapat dilihat pada Gambar 20.3.
20 3 Mesin Carnot, Mesin Bensin

Seperti yang telah disinggung pada subbab sebelumnya, ide Carnot bahwa setiap mesin hanya dapat mencapai efisiensi optimum terbatas membawanya pada penemuan sebuah siklus termodinamika yang dapat membuat mesin bekerja pada efisiensi kerja maksimumnya. Siklus tersebut dikenal dengan siklus Carnot yang merupakan komposisi dari dua proses adiabatik dan dua proses isothermal. Mesin yang bekerja dengan logika Carnot ini selanjutnya dikenal dengan nama mesin Carnot. Konsep Carnot, baik secara teori maupun praktek memang merupakan siklus yang paling efisien. Untuk memahami bagaimana siklus Carnot bekerja, perhatikan Gambar 20.3. Lihat Gambar 20.4, proses AB adalah proses ekspansi isothermal dimana gas melakukan kontak termal dengan reservoir suhu tinggi T1. Gas menyerap panas dari reservoir sebesar Qh yang menyebabkan ekspansi gas sehingga menyebabkan piston terdorong ke atas. Dalam hal ini proses isothermal telah melakukan sejumlah kerja, perhatikan Gambar 20.5a. Proses berikutnya adalah B C yaitu proses adiabatik. Pada proses ini sistem dijaga agar tidak ada panas yang keluar atau masuk ke dalam sistem. Proses adiabatik menghasilkan sejumlah kerja yang ditandai dengan terdorongnya piston, lihat Gambar 20.5b. Temperatur yang dicapai gas setelah proses ini adalah T2. Pada proses C D gas mengalami kompresi secara isothermal. Gas melakukan kontak termal dengan reservoir yang bersuhu T2 dimana T2 < T1. Gas mengalami kompresi dan menyebabkan volume gas berkurang. Hal ini menandakan bahwa terdapat kerja eksternal yang dilakukan terhadap sistem. Gas kemudian mengalami proses kompresi secara adiabatik dan menyebabkan keadaan gas kembali ke kondisi semua yaitu ke titik A. Temperatur gas kini adalah T1. Untuk menentukan efisiensi mesin Carnot maka kita perlu menentukan kerja total total yang dilakukan oleh sistem selama melakukan proses tersebut. Perhatikan kembali diagram pV mesin Carnot. Pada bab sebelumnya telah kita pelajari bagaimana menentukan kerja yang dihasilkan dalam proses isothermal. Kerja yang dihasilkan pada proses isothermal antara lain;
V Wisotermal (1) = nRT1 ln 2 V 1 Dan juga;
RosariSalehdanSutarto
Gambar 20.4 Proses proses termodinamika pada suatu gas.

(205)

Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika | 351

V Wisotermal (2) = nRT2 ln 3 V 4

(206)

Rasio energi panas yang masuk ke sistem dengan demikian dapat demikian dapat dinyatakan sebagai berikut:

panas =

Wisotermal (2 ) Wisotermal (1)

V nRT2 ln 3 V 4 = V2 nRT1 ln V 1 V T2 ln 3 V 4 = V2 T1 ln V 1

Gambar 20.5 Skema proses termodinamika yang terjadi pada siklus Carnot.

Dengan menggunakan relasi adiabatik dapat dibuktikan dengan mudah bahwa:

RosariSalehdanSutarto

352 | Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika

V2 V 1

V = 3 V 4

V 2 V 1

V3 = V 4

(207)

Dengan demikian kita dapatkan:

panas =

T2 T1

(208)

Efisiensi juga dapat kita hitung dengan cara membandingkan jumlah panas yang masuk dengan jumlah panas yang keluar sehingga:
Q2 T2 = Q1 T1

(209)

Efisiensi kerja mesin Carnot dengan demikian dapat dinyatakan sebagai:

Carnot = 1 2 100% Q1
T = 1 2 T 1 100%

(2010)

Efisiensi mesin Carnot dipengaruhi oleh suhu reservoir panas dan dingin yang terepresentasi sebagai T1 dan T2 pada persamaan (2010). Semakin besar beda temperature kedua reservoir maka semakin efisien kerja mesin Carnot. Suhu T1 dan T2 diukur dalam satuan Kelvin. Berdasarkan persamaan (2010), agar dicapai efisiensi mesin 100% maka suhu T2 haruslah nol Kelvin. Dalam prakteknya tidak ada reservoir yang dapat menyediakan suhu 0 K. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari bahwa hingga saat ini belum ada eksperimen yang dapat meraih suhu hingga benar-benar 0 K. Mungkin Anda akan T berpikir bahwa untuk membuat agar perbandingan 2 = 0 maka suhu T1 reservoir T1 diperbesar hingga jutaan Kelvin sedangkan suhu T2 diset dalam suhu yang rendah. Hal ini pun tidak mungkin terjadi karena untuk menghasilkan suhu hingga jutaan Kelvin menjadi tidak relevan untuk mesin-mesin tersebut. Hal sebaliknya, mesin Carnot akan memiliki efisiensi sebesar nol jika suhu T1 = T2. Hal ini secara teknis dapat dilakukan hanya saja malah bertentangan dengan tujuan awal pembuatan mesin Carnot ini. Buat apa kita mendesign mesin yang memiliki efisiensi nol. Hal itu sama saja dengan membuat mesin yang tidak dapat menghasilkan kerja apapun. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa efisiensi mesin Carnot berkisar antara 0 hingga 1. Efisiensi mesin Carnot selalu
RosariSalehdanSutarto

Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika | 353

kurang dari 1. Hal paling umum yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi mesin Carnot adalah dengan meningkatkan suhu reservoir yang lebih panas karena biasanya reservoir suhu rendah diset pada temperature ruang yaitu sekitar 300 K. Seperti yang telah kita lihat bahwa mesin Carnot bekerja pada proses reversible. Agar suatu proses dapat berjalan secara reversible maka harus dipenuhi beberapa kriteria antara lain: Tidak boleh terdapat kerja yang dihasilkan oleh gaya-gaya non konservatif seperti gaya gesekan atau viskositas yang menghasilkan panas pada sistem. Aliran panas pada sistem hanya boleh terjadi secara isothermal Sistem harus selalu berada dalam kondisi kesetimbangan atau mendekakti kondisi kesetimbangan

Proses-proses yang tidak memenuhi kriteria tersebut sudah dapat dipastikan sebagai proses yang bersifat irreversible. Proses-proses yang muncul di alam kebanyakan merupakan proses yang bersifat irreversible. Adalah sangat sulit untuk menghilangkan sama sekali efek disipatif akibat gaya-gaya yang bersifat non konservatif. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah memusnahkan efek disipatif tersebut sekecil mungkin. Proses reversible hanya dapat terjadi pada level teori. Asumsi yang digunakan untuk mesin Carnot adalah sebuah idealisasi sistem. Namun demikian, pada siklus Carnot terdapat siklus yang bersifat reversible atau paling tidak mendekati proses reversible antara lain proses ekpansi-kompresi isothermal dan ekspansi-kompresi adiabatik. Berikutnya kita akan mempelajari siklus dan cara kerja sebuah mesin yang digunakan pada mobil. Pada Gambar 20.6, proses kerja mesin dimulai dengan masuknya campuran uap dan bensin ke dalam ruang pembakaran. Campuran kemudian ditekan melalui proses kompresi. Piston bergerak ke bawah dan menekan batang engkol. Pada keadaan ini kedua katup tertutup agar campuran tidak ada yang keluar. Campuran tersebut kemudian dinyalakan oleh busi dan menghasilkan uap dengan tekanan tinggi. Tekanan tersebut menekan piston dank arena terjadi perubahan volume maka system menghasilkan usaha. Pada langkah 4, usaha yang dihasikan kemudian dikonversi menjadi energy mekanik yang mengerakkan engkol. Gas buang hasil pembakaran kemudian dibuang melalui katup pembuangan. Sementara itu, katup masukan campuran uap dan bensin berada dalam posisi tertutup. Proses tersebut terjadi secaraberulangulang. Usaha yang dihasilkan pada proses tersebut cukup besar. Pola kerja mesin semacam ini banyak dimanfaatkan dalam pembuatan mobil dan kendaraan berbahan bakar bensin lainnya. Siklus kerja mesin semacam itu berbeda dengan siklus Carnot. Siklus tersebut terdiri atas dua siklus adiabatik dan dua siklus isokhorik. Siklus tersebut dikenal dengan nama siklus Otto, siklus yang efisien untuk diterapkan pada kendaraan berbahan bakar bensin. Siklus Otto dapat kita ilustrasikan dengan grafik pV seperti tampak pada Gambar 20.7.
RosariSalehdanSutarto

354 | Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika

Kerja total yang dilakukan system selama proses abcd ini menghasilkan kerja yang dapat kita hitung dengan menghitung luas bidang yang dilingkupi lintasan tertutup.

Proses pembuangan residu Katup masukan tertutup

Katup masukan terbuka Katup buang terbuka

Katup buang tertutup Proses pemasukan bahan bakar Busi Piston

Kedua katup tertutup Piston menekan Kedua katup tertutup Proses konversi energi Kedua katup tertutup Engkol berfungsi mengubah energi panas menjadi mekanik Silinder Proses kompresi

Proses pembakaran

Gambar 20.6 Skema kerja mesin yang menggunakan bahan bakar minyak atau bensin.

Efisiensi kerja mesin pada siklus Otto ini dapat kita tentukan dengan menggunakan persamaan (203).

20 4 Entropi

Hukum II Termodinamika berhubungan erat dengan proses yang bersifat irreversible yaitu suatu proses yang hanya berjalan dalam satu arah saja. Jika diperhatikan dengan seksama, seluruh proses irreversible tersebut memiliki satu kesamaan ciri yaitu proses-proses tersebut cenderung menunju ke keadaan acak atau tidak teratur.
RosariSalehdanSutarto

Gambar 20.7 Grafik siklus Otto. Pada tahap ab gas mengalami proses adiabatik. Setelah melalui proses isokhorik pada lintasan bc gas kemudian diproses secara adiabatik, cd. Siklus kembali ke titik semula yaitu ke titik a. Pada proses da ini gas mengalami proses isokhorik

Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika | 355

Banyak contoh-contoh di sekitar kita yang menggambarkan perilaku tersebut. Pada suatu waktu Anda berusaha untuk merapikan kamar Anda, mulai dari membersihkan debu, merapikan perlengkapan tidur, hingga menata buku sesuai dengan klasifikasinya. Berdasarkan pengalaman kita, dalam jangka waktu yang lama maka kamar Anda akan menjadi tidak rapi lagi. Kamar Anda selalu cenderung menuju ke kondisi yang tidak teratur walaupun Anda tidak melakukan aktivitas apa-apa di kamar tersebut. Suatu system cenderung menuju ke keadaan tertentu dan keadaan tersebut adalah selalu merujuk pada sesuatu yang tidak teratur. Dalam termodinamika, terdapat salah satu variable yang menyatakan ketidak teraturan keadaan suatu system. Variabel tersebut adalah entropi. Pada siklus Carnot efisiensi dapat dinyatakan dengan persamaan

Carnot = 1 Carnot = 1

Tdingin T panas

yang mana ekuivalen dengan persamaan

Qdingin Q panas

Q T sehingga dingin = dingin . T panas Q panas

Secara umum kita dapat menyatakan ekuivalensi tersebut dalam persamaan:

Q panas T panas

Qdingin Tdingin

=0

(2011)

Untuk keseluruhan siklus Carnot kita dapat menyatakan kembali persamaan (2011) sebagai berikut:

Qi =0 Ti

(2012)

Indek i menyatakan segmen proses yang dilakukan dalam siklus Carnot. Persamaan (2012) adalah ekspresi umum untuk menyatakan sifat fisis dari transformasi yang bersifat reversible bukan terbatas pada siklus Carnot saja. Satu-satunya asumsi yang membuat analisis kita memiliki validitas yang terbatas adalah bahwa kita bekerja untuk B dQ system gas ideal. Perhatikan fungsi integral yang berlangsung A T pada proses AB pada diagram pV. Untuk satu mol gas kita peroleh persamaan berikut:
B

dQ B dU + pdV = T A T A B C dT B dV = V + R T V A A = (CV ln TB + R ln VB ) (CV ln TA + R ln V A )

(2013)

RosariSalehdanSutarto

356 | Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika

Pada langkah pertama kita telah menggunakan hukum I termodinamika untuk mengevaluasi integral dQ. Variabel CV muncul berdasarkan fakta bahwa kapasitas panas CV tidak bergantung pada temperature T. Dari persamaan (2013) terlihat bahwa proses tersebut hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir, tidak bergantung pada bagaimana siklus tersebut menjalani prosesnya. Dengan demikian kita telah mendapatkan suatu variable fisis yang merupakan fungsi dari keadaan system. Fungsi keadaan tersebut kemudian dikenal dengan nama entropi. Dalam notasi yang lebih sederhana, persamaan (2013) dapat dinyatakan kembali sebagai: S (B ) S ( A) =
B

dQ A T

(2014)

Persamaan (2014) dapat kita umumisasi untuk sembarang proses reversible:

dQ =0 T

(2015)

Persamaan (2015) disebut juga dengan Teorema Clausius. Tanda integral

menyatakan bahwa proses tersebut terjadi secara siklik

dan melalui lintasan yang tertutup. Persamaan (2014) dengan demikian dapat kita nyatakan untuk mendefinisikan entropi secara matematik yaitu: dS = dQ T (2016)

Dengan S menyatakan entropi, Q menyatakan energy panas system dan T adalah temperature. Persamaan (2016) merupakan persamaan integral murni yang dapat ditentukan dengan mengetahui selisih keadaan akhir dan awal. Proses irreversible (misalnya proses yang disertai dengan munculnya gaya disipatif) memiliki formulasi entropi yang berbeda dengan proses reservible. Untuk setiap proses sembarang, efisiensi dapat dihitung dengan persaman:

W Qserap Qbuang Qserap


Qbuang Qserap

= 1

Efisiensi akan berkurang jika rasio

semakin besar. Agar hal

ini dapat terjadi ada dua hal yang dapat dilakukan antara lain mengurangi jumlah panas Qserap yang masuk ke system dan memperbesar jumlah panas buang Qbuang ke lingkungan. Jika dikaitkan
RosariSalehdanSutarto

Gambar 20.8 Sebuah proses yang tergambar pada diagram pV, terdiri dari proses reversible BA dan irreversible AB.

Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika | 357

dengan teorema Clausius, pengurangan jumlah panas menyebabkan nilai integral pada persamaan (2015) berkurang. Dengan kata lain,

dQ <0 T

(2017)

Persamaan (2017) dikenal dengan relasi pertidaksamaan Clausius. Dengan menggabungkan persamaan (2015) dan (2017) kita peroleh:

dQ 0 T

(2018)

Persamaan (2020) berlaku untuk proses reversible maupun irreversible. Dengan persamaan (2018) ini kita dapat melanjutkan inverstigasi kita untuk mengetahui perubahan entropi pada proses irreversible. Perhatikan Gambar 20.8. Perubahan entropi dapat kita nyatakan sebagai berikut:

0>

A dQ B dQ dQ = + T A T irreversible B T reversible

(2019)

Perhatikan bahwa pada proses AB lintasan yang ditempuh adalah irreversible sedangkan pada proses BA lintasan yang ditempuh adalah reversible. Pada proses reversible, kita dapat menyatakan perubahan entropi dapat kita nyatakan sebagai:
B dQ dQ S (B ) S ( A ) = B T reversible A T reversible A

Dengan demikian persamaan (2019) dapat kita nyatakan sebagai berikut:


S (B ) S ( A ) >
B

dQ A T irreversible

(2020)

Dari persamaan (2020) kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perubahan entropi pada proses reversible selalu lebih besar disbanding dengan perubahan entropi pada proses irreversible. Entropi dalam suatu system tertutup tidak pernah berkurang atau menurun. Pada proses reversible yang menempuh lintasan adiabatik, tidak ada panas yang masuk atau keluar dari system. Hal ini berarti entropi system adalah nol. Namun karena terdapat proses irreversible maka tetap saja terjadi perubahan entropi dan jumlahnya selalu positif. Dengan kata lain entropi selalu meningkat. Entropi menyatakan tingkat keteraturan suatu system. Pada system gas ideal, kita juga dapat menghitung perubahan entropi yang terjadi. Ketika gas ideal mengalami transformasi secara reversible, perubahan entropi untuk n gas dapat kita hitung dengan persamaan (2013) yaitu:

RosariSalehdanSutarto

358 | Bab 20 Mesin Kalor, Entropi dan Hukum 2 Termodinamika

S = S (B ) S ( A) = CV ln

= (CV ln TB + nR ln VB ) (CV ln TA + nR ln V A ) TB V + nR ln B TA VA (2021)

Perubahan entropi gas ideal pada persamaan di atas dinyatakan dalam variable stemperatur dan volume. Kita juga dapat menurunkan persamaan untuk menghitung perubahan entropi dalam variable yang lain: S = CV ln pB V + C p ln B pA VA (2022)

RosariSalehdanSutarto

Lampiran Referensi Gambar Bab20Mesin,EntropiDanHukumIiTermodinamika GambarCoverBab20Mesin,EntropidanHukumIITermodinamika Sumber:http://www.flickr.com/photos/divxplanet/2613154834/TheDark Knight(2008)Karavalye

Gambar

Sumber

Gambar20.1Skemamesinuappertamayang Tipler,P.A.andMosca,G.PhysicsFor ditemukanpadaabadke18. ScientistandEngineers:Extended Version,5thEdition.W.H.Freeman& Company.Page:601. Gambar20.2Representasisederhanasebuah mesin. Mesin mengambil sejumlah kalor dari reservoir panas bersuhu Th kemudian dikonversi menjadi kerja Weng. Sejumlah panas dikeluarkan dari mesin ke reservoir yang bersuhu lebih rendah Tc. Skema ini menunjukkan bahwa sebuah mesin tidak mungkin mengubah seluruh energi panas menjadi kerja. Kemampuan mesin dalam mengekstrak sumber energi menjadi salah satu ujung tombak perkembangan teknologi saat ini. Mesin yang baik adalah mesin yang dapat mengubah energi menjadi kerja dalam porsi yang optimal. Mesin yang dapat melakukan hal semacam ini dikatakan memilikiefisiensiyangtinggi. Serway,R.AandFaughn,J.S.,1999. Gambar 20.3 Skema kerja sebuah mesin CollegePhysics,7thEdition,USA: HarcourtBraceCollegePublisher. refrigerator. Page:403. Serway,R.AandFaughn,J.S.,1999. Gambar 20.4 Proses proses termodinamika CollegePhysics,7thEdition,USA: HarcourtBraceCollegePublisher. padasuatugas. Page:407. Gambar20.5Skemaprosestermodinamika yangterjadipadasiklusCarnot. Gambar20.6Skemakerjamesinyang menggunakanbahanbakarminyakatau

Serway,R.AandFaughn,J.S.,1999. CollegePhysics,7thEdition,USA: HarcourtBraceCollegePublisher. Page:400.

DokumentasiPenulis

Tipler,P.A.andMosca,G.PhysicsFor ScientistandEngineers:Extended

bensin.

Version,5thEdition.W.H.Freeman& Company.Page:602.

Gambar20.7GrafiksiklusOtto.Padatahap abgasmengalamiprosesadiabatik.Setelah melaluiprosesisokhorikpadalintasanbcgas kemudiandiprosessecaraadiabatik,cd.Siklus kembaliketitiksemulayaituketitika.Pada prosesdainigasmengalamiprosesisokhorik. Gambar20.8Sebuahprosesyangtergambar padadiagrampV,terdiridariproses reversibleBAdanirreversibleAB.

Tipler,P.A.andMosca,G.PhysicsFor ScientistandEngineers:Extended Version,5thEdition.W.H.Freeman& Company.Page:605.

Fishbane,P.M.,et.al.2005.Physics forScientistsandEngineerswith ModernPhysics,3rdEdition.New Jersey:PrenticeHall,Inc.Page:593.

Daftar Pustaka Serway, R.A and Faughn, J.S., 1999. College Physics, 7th Edition, USA: Harcourt Brace College Publisher. Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 11, 1st Edition. Canada: McGraw-Hill Ryerson. Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 12, 1st Edition. Canada: McGraw-Hill Ryerson. Fishbane, P.M., et.al. 2005. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics, 3rd Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Huggins, E.R. 2000. Physics 2000. Moose Mountain Digital Press. Etna, New Hampshire 03750. Tipler, P.A. and Mosca, G. Physics For Scientist and Engineers: Extended Version, 5th Edition. W.H. Freeman & Company. Young, Freedman. 2008. Sears and Zemankys University Physics with Modern Physics, 12th Edition. Pearson Education Inc. Crowell, B. 2005. Vibrations and Waves. Free Download at: http://www.lightandmatter.com. Crowell, B. 2005. Newtonian Physics. Free Download at: http://www.lightandmatter.com. Crowell, B. 2005. Conservations Law. Free Download at: http://www.lightandmatter.com. Halliday, R., Walker. 2006. Fundamental of Physics, 7th Edition. John-Willey and Sons, Inc. Pain, H.J. 2005. The Physics of Vibrations and Waves, 6th Edition. John Wiley & Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex PO19 8SQ, England. Mason, G.W., Griffen, D.T., Merril, J.J., and Thorne, J.M. 1997. Physical Science Concept, 2nd Edition. Published by Grant W. Mason. Brigham Young University Press. Cassidy, D., Holton, G., and Rutherford, J. 2002. Understanding Physics, Springer-Verlag New York, Inc. Serway, R.A. and Jewet, J. 2003. Physics for Scientist and Engineers, 6th Edition. United State of America: Brooks/Cole Publisher Co.

You might also like