You are on page 1of 23

Sistem Bangunan Irigasi

201
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat, sumber daya
air di Indonesia menjadi salah satu kekayaan yang sangat penting. Air
merupakan hal pokok bagi kehidupan manusia, baik untuk konsumsi
langsung, sanitasi maupun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
misalnya untuk pertumbuhan tanaman, peternakan maupun untuk
tenaga listrik. Jumlah kebutuhan air yang sangat besar, sedang volume
air relatif tetap membuat manusia harus berupaya untuk
memanfaatkan sumber daya air seefisien mungkin. Dan karena letak
sumber air tersebar di seluruh penjuru bumi dan terkadang tidak dapat
dijangkau manusia, sehingga manusia harus mencari cara untuk dapat
menjangkau sumber air tersebut untuk selanjutnya digunakan dalam
berbagai hal dalam kehidupan.
1.2Tujuan
Perancangan yang didasarkan keahlian serta pengelolaan yang
seksama merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tingkat
efisiensi pemanfaatan air yang dibutuhkan di masa datang.
Perancangan memerlukan adanya konsepsi, rencana kontruksi dan
operasi serta sarana pemanfaatan air.
1.3Pembatasan Masalah
Pada dasarnya perancangan kontruksi bangunan air tersebut
bukan hanya didasarkan pada pengetahuan Teknik Sipil, tetapi juga
bidang Geologi, pengairan, ekonomi, social, listrik, mesin dan
sebagainya. Setiap proyek pengembangan sumber daya air akan
menghadapi masalah yang unik dan harus diatasi secara khusus,
ARDENTIUS (105060100111047)
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
sehingga semuanya didasarkan pada pengalaman-pengalaman
dilapangan. Kondisi-kondisi khusus setiap proyek harus diatasi melalui
penerapan pengetahuan dasar berbagai disiplin ilmu terpadu.
Data yang dibutuhkan untuk perencanaan bangunan utama dalam
suatu jaringan irigasi adalah :
a. Data topografi
Adalah peta yang meliputi seluruh daerah aliran sungai, peta
situasi untuk letak bangunan utama, gambar-gambar potongan
memanjang dan melintang sungai baik di sebelah hulu maupun hilir
dari kedudukan bangunan utama.
b. Data hidrologi
Adalah data aliran sungai yang meliputi data banjir yang handal.
Data ini harus mencakup beberapa periode ulang daerah hujan, tipe
tanah, dan vegetasi yang terdapat di daerah aliran.
c. Data Morfologi
Adalah kandungan sedimen, kandungan sedimen dasar (bed load)
maupun iyayang ( suspended load ) termasuk distribusi ukurannya.
d. Data Mekanika Tanah
Adalah bahan pondasi , bahan kontruksi , sumber bahan
timbunan, batu untuk pasangan batu kosong, agregat untuk beton,
batu belah untuk pasangan batu, parameter tanah yang harus
digunakan
e. Standar untuk perencanaan
Adalah peraturan dan standar yang telah ditetapkan secara
nasional, seperti PBI beton, daftar baja, kontruksi kayu Indonesia dan
sebagainya. Peraturan ini dirangkum dalam sebuah buku dengan judul
KP-02.
ARDENTIUS (105060100111047)
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
f. Data lingkungan dan e kologi
Adalah lampiran dari sebuah daftar lembaga-lembaga dan instasi
pemerintah yang menyediakan informasi dan data mengenai pokok
masalah yang dihadapi.
BAB II
DASAR TEORI
Bangunan bendung merupakan bangunan utama yang
dibangun di sungai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Jenis
bangunan yang dipilih harus disesuaikan dengan jumlah air yang ada
di sungai tersebut, daerah yang akan dialiri , jenis tanaman yang akan
dikembangkan dan sebagainya. Air yang diambil dari sungai harus
dapat mengalir secara gravitasi dan harus bisa mengurangi sedimen
serta kemungkinan untuk mengukur air masuk kejaringan irigasi.
Mengingat tempat kedudukan, lahan yang akan dialiri dan kondisi
sungai yang ada maka dapat dibuat beberapa jenis bangunan utama
yaitu :
2. 1 Bangunan Pengelak
Lokasi bangunan pengelak dan pemilihan tipe yang paling cocok
dipengaruhi oleh banyak factor, yaitu :
a. sungai
b. elevasi yang diperlukan untuk irigasi
c. topografi pada lokasi yang direncanakan
d. kondisi geologi teknik pada lokasi
e. metode pelaksanaan
2.2 Bangunan Pengambilan
ARDENTIUS (105060100111047)
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
Sesuai dengan tujuannya sebagai bangunan utama untuk
pengambilan air irigasi, bendung dilengkapi dengan bangunan
pengambilan tersebut, yaitu :
1. pengambilan sebaiknya dibuat sedekat mungkin dengan bangunan
pembilas di kedua sisi.
2. pengambilan dapat dibuat dua sisi sungai atau satu sisi saja.
3. pengambilan dapat juga dilakukan dengan cara satu sisi dan satu
bangunan sadap pada pilar pembilas , kemudian airnya disalurkan
melalui siphon dalam tubuh bendung ke sisi lainnya.
4. pada pangkal bendung dibuat dinding sayap dan dinding pengarah,
sehingga dihindari adanya aliran turbulensi di depan pengambilan.
2.3 Bangunan Pembilas
Bangunan pembilas kantung Lumpur merupakan bangunan yang
terletak antara pintu dan saluran. Fungsi bangunan pembilas adalah
sebagai pembilas (penggelontor) sedimen di kantong Lumpur. Tata
letak terbaik untuk katong Lumpur. Tata letak terbaik untuk kantong
Lumpur saluran pembilas dan saluran primer adalah saluran pembilas
merupakan kelanjutan bangunan kantong Lumpur dan tidak
mengalami pembelokan. Bila pembilas terpaksa terletak menyamping
(tidak lurus), maka dianjurkan dibuat dinding pelurus rendah yang
curamnya sama dengan tinggi maksimum sedimen dalam kantong
Lumpur.
Guna mencapai pembilasan yang sempurna maka akhir bangunan
pembilas yang masuk di sungai disarankan mempunyai beda tinggi
yang cukup. Bila terlalu curam (dalam) disarankan dilengkapi dengan
bangunan terjun dalam kolam olak serta got miring sepanjang saluran.
Kecepatan dalam saluran pembilas berkisar 1 1.5 m/dt dan besarnya
debit pembilas adalah : Qs = 1,2 Qn (Qn = debit rata-rata yang lewat
kantong Lumpur (m
3
/dt)).
ARDENTIUS (105060100111047)
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
Guna mengetahui sejauh mana sedimen di kantong lumpur dapat
dibilas dengan sempurna, maka diperlukan perhitungan efisiensi
pembilas. Efisiensi pembilas tergantung dari besarnya gaya geser
sedimen yang selalu mengendap.
2.4 Kantong Lumpur
Kantong Lumpur adalah bangunan yang berfungsi mengendapkan
fraksi-fraksi yang lebih beasr dan fraksi halus (0,06 0,07 mm) agar
tidak masuk kejaringan irigasi biasanya ditempatkan dihilir bangunan
pengambilan (intake).
2.4.1 Penetapan lokasi kantong Lumpur
Keadaan topografi tepi sunagi maupun kemiringan sungai akan
mempengaruhi perencanaan kantong Lumpur. Kemiringan sungai
harus cukup curam untuk menciptakan kehilangan energi yang
diperlukan untuk pembilasan di sepanjang kantong Lumpur. Kantong
Lumpur dan bangunanbangunan pelengkap bendung memerlukan
banyak ruang, oleh karena itu kemungkinan penempatannya harus
ikut dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi bangunan utama.
Apabila diperlukan dua bangunan pengambilan maka juga diperlukan
dua buah kantong lumpur dalam keadaan penuh.
2.4.2 Data perencanaan kantong lumpur
Beberapa data digunakan untuk perencanaan kantong Lumpur,
antara lain data topografi untuk penempatan kantong Lumpur
Kemiringan yang memadai guna pekerjaan penggelontoran sedimen
di kantong Lumpur.
Data sedimen meliputi diameter sedimen :
1. volume sedimen (diasumsikan sebesar 0.5 ml dari volume air yang
mengalir dari kantong Lumpur).
2. kebutuhan irigasi di pintu pengambilan
ARDENTIUS (105060100111047)
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
2.5 Bangunan Pengambilan Bebas
Bangunan pengambilan bebas ini dibuat untuk memungkinkan
dibelokannya air sungai ke jarinagan irigasi tanpa merubah kondisi
sungai tersebut, jika muka air sungai cukup tinggi untuk mencapai
lahan yang akan dialiri. Bangunan tersebut berupa saluran pengelak
yang dilengkapi dengan pintu air untuk memenuhi kebutuhan irigasi.
Bangunan tersebut harus dapat mengambil air dengan jumlah yang
cukup pada masa pemberian air irigasi tanpa memerlukan peninggian
muka air di sungai. Meskipun hal ini jarang diaplikasikan, namun tidak
ada salahnya dikemukan mengingat adanya kemungkinan suatu
daerah yang daapt menggunakan jenis bangunan seperti ini.
2.5.1 Bangunan Bendung
Bangunan ini dibangun melintang sungai yang berfungsi untuk
menaikkan muka air air di sungai , maka ada dua tipe yang dibangun,
yaitu :
a. Bendung Pelimpah , atau biasa juga disebut Bendung Tetap .
Bendung tetap adalah bangunan pelimpah melintang sungai
yang memberikan tinggi muka air minimum pada bangunan
pengambilan untuk keperluan irigasi. Bendung ini juga merupakan
penghalang saat terjadi banjir sehingga air sungai menjadi tinggi dan
tanpa kontrol yang baik akan dapat menyebabkan genangan di
daerah hulu tersebut. Untuk sungai yang tidak mampu menampung
tinggi luapan yang terjadi, tidak sesuai dengan bangunan ini.
b. Bendung Gerak
Bendung ini dapat dihilangkan selama terjadi aliran besar yaitu
dengan cara membuka pintu air atau mengempiskan bendung karet,
sehingga masalah yang ditimbulkan selama banjir kecil saja.
ARDENTIUS (105060100111047)
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
Bendung gerak dapat mengatur muka air di depan pengambilan agar
air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi. Bendung
gerak memerlukan eksplotasi secara terus menerus karena pintunya
harus tetap terjaga dan dioperasikan dengan baik dalam keadaan
apapun.
BAB III
PEMBAHASAN PERENCANAAN
3.1. Perencanaan Hidraulis
3.1.1. Elevasi Puncak Mercu
Elevasi puncak mercu direncanakan dari elevasi sawah tertinggi. Perencanaan elevasi
puncak mercu direncanakan dengan memperhatikan beberapa hal, seperti kehilangan energy
ARDENTIUS (105060100111047)
1
'
). . ( 2 H K K n B B
a p
eff +
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
dan jenis material yang terbawa. Perhitungan elevasi puncak mercu dengan asumsi kehilangan
energy dan tekanan jika dijumlahkan sebesar 1,5 m. Kehilangan energi tersebut terdiri dari:
- Dari Sal. Tersier Ke Sawah = 0,1 m
- Dari Sal. Sekunder Ke Tersier = 0,1 m
- Dari Sal. Induk Ke Sekunder = 0,1 m
- Akibat Kemiringan Saluran = 0,15 m
- Akibat Bangunan Ukur = 0,4 m
- Dari Intake Ke Saluran Induk = 0,2 m
- Kantong Sendimen = 0,1 m
- Tinggi Genangan = 0,15 m
- Eksploitasi = 0,1 m
Kemudian elevasi puncak yang direncanakan dikontrol dengan hasil perhitungan antara elevasi
dasar saluran dekat pintu pengambilan dengan elevasi ambang dari jenis material yang terbawa,
seperti lanau, memiliki elevasi ambang 0,5 m. (KP-02, Hal 86) serta tinggi bukaan maximum
dari pintu pengambilan dan tinggi minimum pintu dari puncak. Kedua elevasi puncak yang
didapat dibandingkan dengan pertimbangan agar sungai yang dibendung dapat mengaliri
keseluruhan daerah irigasi sampai ke area terjauh. Selain itu juga memperhitungkan dampak
dari material yang terbawa oleh air pada saluran.
3.1.2. Profil Bendung
A. Menghitung B Efektif / Lebar Mercu Efektif
Lebar efektif bendung diperkirakan dengan memperhatikan kontraksi aliran
pada pilar dan pangkal bendung. Gambar 3.1 direncanakan dalam KP-02,
menyajikan mengenai perencanaan lebar efektif bendung dan perencanaan
seperti apa saja yang seharusnya diberikan. Perhitungan lebar efektif bendung
dapat dihitung dengan Persamaan 3.1.
(3.1)
dimana : n = jumlah pilar tengah (Direncanakan 2 buah
dengan lebar pilar masing - masing 1 m)
ARDENTIUS (105060100111047)
2
3
1
'
3
2
3
2
H B g C Q eff
d

Sistem Bangunan Irigasi


201
2
Kp = koefisien kontraksi pilar (KP 02 hal 40)
= 0,01 (Direncanakanpilar berujung bulat)
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung = 0,1
H
1
= Tinggi energi (m)
B = lebar mercu bruto / lebar mercu yang sebenarnya (m)
Gambar 3.1 Sketsa Perencanaan Lebar Bendung
B. Menghitung Tinggi Energi dari Puncak Mercu (H
1
)
(H
1
) merupakan tinggi permukaan air dihitung dari puncak mercu. (H
1
) dapat
dicari dengan menggunakan Persamaan 3.3 yang juga merupakan Rumus debit
yang melimpah diatas mercu.
(3.3)
Dimana:
Q = Debit banjir rancangan (direncanakan 370 m
3
/dt)
C
d
= 1,33 (Asumsi koefisien debit rancangan)
B
eff
= lebar efektif bendung
H
1
= Tinggi energy dari puncak mercu
ARDENTIUS (105060100111047)
99 , 0
1
0416 , 0 20 , 2

,
_


p
H
C
d
1
]
1

,
_

+
1
]
1

,
_

1
1
1
2 1
6 , 1
H
h
a
H
h
a
C
2
3
1
. ' . H B C Q
eff

Sistem Bangunan Irigasi


201
2
C. Menghitung Koefisien Limpahan Mercu
Koefisien limpahan mercu direncanakan dengan menggunakan cara coba coba
dengan menyamakan hasil koefisien limpahan desain (C
d
) pada Persamaan 3.4
dengan koefisien limpahan actual (C) yang didapat dari Persamaan 3.5. Berikut
perhitungan koefisien limpahan mercu.
(3.4)
(3.5)
Dimana:
p = Tinggi bendung yang direncanakan (m)
h = Tinggi energy dari puncak mercu
H
1
= Tinggi energy dari puncak mercu
(Diasumsikan H
1
=h ; dan C
d
= C)
D. Rating Curve Diatas Mercu
Rating curve merupakan perhitungan debit yang melimpah diatas mercu
bendung. Perhitungan rating curve dapat menggunakan Persamaan 3.6.
Didalam menghitung ating curve ada beberapa hal yang harus diketahui,
(3.6)
yaitu nilai tinggi tekanan (H
1
), lebar efektif bendung dan nilai koefisien
limpahan actual yang sudah direncanakan dengan Persamaan 3.5.
ARDENTIUS (105060100111047)
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
Dimana:
Q = Debit Aliran diatas Mercu (m
3
/dt)
C = Koefisien Limpahan Actual
H
1
= Tinggi energy dari puncak mercu (m)
B
eff
= Lebar Mercu Efektif (m)
3.1.3. Profil Mercu
Profil mercu yang digunakan adalah tipe ogee. Direncanakan mercu tipe ogee dengan
kemiringan permukaan hulu vertical k = 2, dan n = 1,85. Sketsa penampang mercu tipe ogee
dengan k = 2 dan n = 1,85, disajikan dalam Gambar 3.2. Pada Gambar 3.2 disebutkan bahwa
mercu tersebut memiliki dua buah jari jari yaitu R
1
dan R
2
beserta jarak antara puncak mercu
dengan jari jari tersebut (X
1
dan X
2
).
Gambar 3.2 Sketsa Penampang Mercu Tipe Ogee
A. Lengkung Hulu 1
ARDENTIUS (105060100111047)
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
Mercu tipe ogee memiliki dua jari jari lingkaran sehingga dihitung untuk tiap
lingkarannya. Menghitung lingkaran yang pertama atau disebut juga dengan
lengkung hulu satu. Menentukan kordinat pusat dari lengkung hulu satu yang
juga merupakan pusat lingkaran dari lingkaran pertama.
x
1
= 0
y
1
= El. Puncak - R
1

Kemudian kordinat pusat tersebut disubtitusikan kedalam Persamaan 3.7.
Dengan Persamaan 3.7 Sebagai berikut untuk mendapatkan nilai Y atau elevasi
lengkung hulu satu.
(3.7)
B. Lengkung Hulu 2
Menghitung lingkaran yang kedua atau disebut juga dengan lengkung hulu dua.
Menentukan kordinat pusat dari lengkung hulu dua yang juga merupakan pusat
lingkaran dari lingkaran kedua.
= acos(X
1
/R
1
)
X
1
= -(R
1
-R
2
).cos(sudut)
Y
1
= El. Puncak - R
1
+ (R
1
-R
2
) x sin()
Kemudian kordinat pusat tersebut disubtitusikan kedalam Persamaan 3.8.
Dengan Persamaan 3.8 Sebagai berikut untuk mendapatkan nilai Y atau elevasi
lengkung hulu satu.
(3.8)
C. Lengkung Hilir
Menghitung lengkung hilir pada mercu. Lengkung hilir merupakan
bentuk lengkungan yang nantinya akan dilewati oleh debit yang melimpah
ARDENTIUS (105060100111047)
2
2
1 1
x R y y +
2
1
2
2 1
) ( x x R y y +
85 , 0
1
85 , 1
.
.
H k
x
puncak El y
( ) ( ) 1 . 2
1
+ hz H z g Vz
( ) 2
.

hz B
Q
Vz
eff
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
diatas mercu. Dalam menghitung elevasi lengkungan di hilir dimulai dari titik x
= 0 atau pada posisi puncak mercu. dan kemudian secara bertahap
menambahkan jarak untuk mendapatkan nilai Y dengan menggunakan
Persamaan 3.9.
(3.9)
3.1.4. Profil Aliran
A. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran digunakan untuk merencanakan nilai hz. hz diperoleh
dengan cara coba-coba dengan menyamakan kedua persamaan dibawah ini,
yaitu Persamaan 3.10 dan Persamaan 3.11. Persamaan 3.10 dan Persamaan
3.11 merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung kecepatan aliran.
Dengan data masukan sebagai berikut:
H
1
= Tinggi energi di puncak mercu (m)
Ep = Elevasi Puncak (m)
Q = Debit banjir rencana (m
3
/dt)
g = Percepatan Gravitasi (m/dt
2
)
L
eff
= Lebar efektif mercu (m)
Data tersebut kemudian dimasukkan kedalam Persamaan 3.10 dan Persamaan
3.11, seperti yang dibawah ini. Persamaan tersebut digunakan untuk mencari hz.
hz dicari untuk setiap elevasi mercu yang sudah direncanakan (Y), sampai
mendapatkan nilai pada Persamaan 3.10 dan Persamaan 3.11 yang mendekati
sama.
(3.10)
(3.11)
Dimana:
Vz = Kecepatan aliran (m/dt)
Q = Debit banjir rancangan (m
3
/dt)
ARDENTIUS (105060100111047)
z
z
z
h g
V
F
.

Sistem Bangunan Irigasi


201
2
hz = Tinggi aliran yang melimpah (m)
H
1
= Tinggi energy dari puncak mercu (m)
B
eff
= Lebar Mercu Efektif (m)
z = Beda tinggi antara elevasi puncak dengan elevasi bendung.
g = Percepatan gravitasi (m/dt
2
)
B. Froud Number
Menghitung froud number, froud number atau bilangan froud dicari untuk
mengetahui kriteria aliran seperti apa yang melimpah diatas mercu. Terdapat
tiga kriteria atau kondisi aliran pada umumnya yaitu, sub-kritis, kritis dan super
kritis. Bilangan froud dapat dicari menggunakan Persamaan 3.12, dengan data
masukan berupa kecepatan aliran (Vz), tinggi elevasi muka air dari mercu (hz),
dan percepatan gravitasi (g).
(3.12)
Dimana:
Fz = Bilangan froud
Vz = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt
2
)
hz = Tinggi aliran yang melimpah (m)
3.1.5. Kolam Olakan
Perencanaan kolam olakan diambil dari KP-02 dengan merencanakan jenis aliran tenggelam (y
2
> 2/3 H
1
). Pada Gambar 3.3 disajikan sketsa perencanaan penampang kolam olakan pada
umumnya.
ARDENTIUS (105060100111047)
) . 5 , 0 ( . 2
1 1
z H g V +
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
Gambar 3.3 Sketsa Penampang Kolam Olakan Secara Umum
A. Kecepatan Awal Loncatan
Kecepatan awal loncatan direncanakan dengan menggunakan Persamaan 3.13,
dimana data masukannya berupa percepatan gravitasi (g), tinggi energi (H
1
), dan
selisih anatar elevasi puncak mercu dengan elevasi mercu yag sudah
direncanakan (z). Berikut Hasil perhitungan menggunakan Persamaan 3.13
yang juga merupakan rumus kecepatan awal loncatan.
(3.13)
Dimana:
V
1
= Kecepatan awal loncatan (m/dt)
H
1
= Tinggi energy dari puncak mercu (m)
z = Beda tinggi antara elevasi puncak dengan elevasi bendung.
g = Percepatan gravitasi (m/dt
2
)
B. Kedalaman Konjugasi
Kedalaman konjugasi direncanakan dengan menggunakan Persamaan 3.14,
dimana data masukannya berupa bilangan froud (Fz), dan kedalaman air di awal
ARDENTIUS (105060100111047)
) 1 . 8 1 (
2
2
+ Fr
y
y
u
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
loncatan (yu). Dan sebelum kita dapat menentukan nilai kedalaman konjugasi
(y
2
) terlebih dahulu harus menentukan kedalaman air di awal loncatan (y
u
)
dengan menggunakan Persamaan 3.15, dengan data masukan seperti
percepatan gravitasi (g), Kecepatan awal loncatan (V
1
) dan bilangan froud (Fz).
Berikut Hasil perhitungan menggunakan Persamaan 3.15 yang juga merupakan
rumus untuk menentukan y
u
dan juga Persamaan 3.14 yang digunakan untuk
menentukan y
2
.
(3.15)
(3.14)
Dimana:
y
2
= Kedalaman konjugasi (m)
V
1
= Kecepatan awal loncatan (m/dt)
Fz = Bilangan froud
g = Percepatan gravitasi (m/dt
2
)
C. Panjang Kolam Olakan
Panjang kolam olakan dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.16, dengan
data masukan seperti kedalaman konjugasi (y
2
) dan tinggi ambang rencana (n).
Berikut hasil perhitungan dengan menggunakan Persamaan 3.16.
L
j
= 5.(n + y
2
) (3.16)
Dimana:
L = Panjang kolam olakan (m)
n = Tinggi ambang (m)
y
2
= Kedalaman konjugasi
3.2. Perencanaan Bangunan Pengambilan Dan Bangunan
Pembilas
Bangunan pengambilan dan pembilas merupakan bangunan utama dalam perencanaan
bendung. Kedua bangunan tersebut dilengkapi pintu yang bagian depannya terbuka, dan
ARDENTIUS (105060100111047)

,
_

,
_

g Fr
V
y
u
1
2
1
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
besaran bukaan pintu tersebut bergantung pada kecepatan aliran yang dizinkan (KP-02, hal.
84).
3.2.1. Bangunan Pengambilan
Perencanaan pintu pengambilan dalam KP-02 harus didasarkan pada kebutuhan pengambilan
untuk keseluruhan area irigasi. Kapasitas pengambilan harus sekurang kurangnya 120% dari
kebutuhan pengambilan guna menambah fleksibilitas dan memenuhi kebutuhan lebih tinggi
(KP-02, hal. 84). Dari perencanaan sebelumnya telah direncanakan beberapa data.
Luas daerah irigasi (A)
Kebutuhan air disawah (q)
Elevasi dasar sungai dekat pintu pengambilan
Elevasi dasar pintu pengambilan
Efisiensi irigasi
h
1
(Tinggi muka air didepan pintu dari dasar pintu)
z (Kehilangan tinggi energi di muka pintu)
h
2
(Tinggi muka air dibelakang pintu = h1-z)
a (Tinggi bukaan maksimum pintu)
b : h saluran primer
Kemiringan talud saluran primer
Sketsa Perencanaan pintu pengambilan ini dapat dilihat pada
Gambar 3.4. Pada gambar tersebut dijelaskan bahwa ada dua tipe
perencanaan pintu pengambilan, bergantung dari jenis alirannya, yaitu
aliran tidak tenggelam dan aliran tenggelam. Dan pada perencanaan ini
direncanakan menggunakan tipe aliran tenggelam.
ARDENTIUS (105060100111047)
Eff
Aq
Q
p

Sistem Bangunan Irigasi
201
2
Gambar 3.4 Sketsa Perencanaan Pintu Pengambilan
(a) Aliran Tidak Tenggelam ; (b) Aliran Tenggelam
A. Perhitungan Debit yang Dibutuhkan untuk Pengambilan
Debit yang dibutuhkan untuk pengambilan direncanakan
dengan mengalikan luas daerah irigasi dengan kebutuhan air
perluasan daerah. Persamaan 4.17 dapat menjelaskan perhitungan
tersebut.
(3.17)
Dimana :
Qp = Debit pengambilan (m
3
/dt)
A = Luas daerah irigasi (ha)
Eff = Efisiensi irigasi (80%)
B. Perencanaan Dimensi Pintu dan Pilar
Perencanaan dimensi pintu dan pilar meliputi lebar dan jumlah
yang nantinya akan digunakan dalam bangunan pengambilan. Dalam
perencanaan sebelumnya direncanakan aliran tenggelam pada
bangunan pengambilan, hal tersebut dikarenakan untuk
mengantisipasi tinggi muka air yang berubah ubah (KP-02, hal 71).
ARDENTIUS (105060100111047)
z g b a Q . . 2 . .
AV Q
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
Dan untuk merencanakan lebar pintu atau bukaan pada
bangunan pengambilan digunakan rumus debit untuk aliran
tenggelam pada Persamaan 4.18.
...(3.18)
Dimana :
Q = Debit pengambilan (m
3
/dt)
= Koefesien debit direncanakan 0,8 (KP 02, hal 85)
a = Tinggi bukaan pintu (m)
g = Percepatan grafitasi (m/dt
2
)
b = Lebar pintu (m)
z = Kehilangan tinggi energi (KP 02, hal 85)
C. Perhitungan Dimensi Saluran Primer
Merencanakan dimensi saluran primer didasarkan pada luasan
daerah irigasi dan debit pengambilan yang telah direncanakan.
Direncanakan menggunakan saluran berbentuk trapesium.
Perhitungan dapat dilakukan dengan Persamaan 3.19.
(3.19)
Dimana: A = Luas saluran ( m
2
)
V = Kecepatan air pada saluran primer (1 - 2 m/dt )
direncanakan 2 m/dt (KP-02, hal.84)
3.2.2. Bangunan Pembilas
Perencanaan bangunan pembilas juga harus didasarkan KP-02. Seperti yang sudah kita ketahui,
fungsi dari bangunan pembilas adalah membilas sedimen sedimen yang menumpuk dengan
cara membuka pintu pembilas secara berkala. Data yang dibutuhkan dalam merencanakan
bangunan pembilas hampir sama dengan yang digunakan untuk merencanakan bangunan
pengambilan.
Lebar Pintu Pembilas (KP-02, Hal.88): 60% Lebar Pintu Pengambilan
ARDENTIUS (105060100111047)
h g V
c
. . 2
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
Jadi perhitungan perencanaan bangunan pembilas sebagai berikut, terdiri dari perencanaan
kecepatan aliran pada bangunan pembilas dengan Persamaan 3.20(a) dan Persamaan 3.20(b).
lebar bangunan pembilas dengan Persamaan 3.21.
A. Kecepatan Aliran pada Pintu Pembilas
(3.20)(a)
Dimana: g = Percepatan grafitasi (m/dt
2
)
h = Direncanakan 0,8 dari beda tinggi antara puncak mercu
dan dasar sungai
kemudian kecepatan aliran tersebut dikontrol terhadap kecepatan izin yang harus dialirkan.
Direncanakan V*.
Kecepatan geser Kritis
...(3.20)(b)
Dimana : g = percepatan gravitasi (9,81 m/s
2
)
H = kedalaman air (m)
S = kemiringan saluran ( diasumsi 0,002)
Dan hasil perhitungan tersebut harus memenuhi syarat Vc>U*.
B. Lebar Pintu Pembilas ( Bp ) (KP 02 hal.88)
Bp = 60% x Lebar Total Bangunan Pengambilan (3.21)
Kontrol Lebar Pintu Pembilas
= 1/10 B bendung B 1/6 B bendung (KP 02 hal. 88)
3.3. Analisis Stabilitas
Analisis stabilitas pada bendungan merupakan perhitungan gaya gaya yang bekerja
pada bendungan tersebut. Gaya gaya yang bekerja pada bendungan diantaranya tekanan air
aktif maupun pasif, gaya gempa, berat bangunan, dan beberapa gaya yang berpengaruh
lainnya.
ARDENTIUS (105060100111047)
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
Analisa stabilitas dilakukan pada dua kondisi yaitu kondisi normal (tidak ada aliran
diatas mercu) dan kondisi extreme (kondisi pada saat banjir rencana maksimum dan kondisi
saat gempa).
3.3.1. Stabilitas Terhadap Rembesan
Analisa stabilitas terhadap rembesan direncanakan menggunakan metode Lane seperti yang
diperlihatkan Persamaan 3.22 merupakan perbandingan antara panjang jalur rembesan
dibawah bangunan dengan beda tinggi muka air. Metode Lane memiliki nilai minimum untuk
angka rembesan yang kita rencanakan nanti, seperti yang disajikan pada Tabel 3.1.
(3.22)
Dengan mengasumsikan menggunakan material dasar untuk bendungan berupa kerikil halus
dengan angka rembesan 4.
Tabel 3.1 Harga Minimum Angka Rembesan Lane
3.3.2. Tekanan Air Banjir
Tekanan air banjir direncanakan guna mendapatkan gaya gaya yang bekerja akibat
tekanan air dibawah tubuh bendungan. Tekanan air banjir direncanakan dengan menggunakan
Persamaan 3.23(a) untuk merencanakan beda tinggi antara masing masing gaya dan
Persamaan 3.23(b) untuk merencanakan besarnya gaya gaya yang bekerja.
Persamaan 3.23:
P
i
= H
i
- H
i
(a)
H
i
= Lw/Cw (b)
ARDENTIUS (105060100111047)
H
Lh Lv
Cw

3
1
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
3.3.3. Tekanan Tanah Aktif
Tekanan tanah aktif merupakan gaya yang dihasilkan oleh tanah disekitar tubuh bendungan.
Tekanan tanah aktif dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.24
(3.24)
Dimana:
F
a
= gaya tekan tanah aktif (kN)
' = berat volume tanah terendam (kN/m
3
) = 10 kN/m
3
(KP 02, hal 117)
h = Kedalaman tanah (m)
= sudut gesek internal tanah (derajat) (Direncanakan 30
o
)
3.3.4. Stabilitas Terhadap Geser
Analisa stabilitas terhadap geser merupakan perhitungan untuk mengontrol apakah tubuh
bendungan yang direncanakan aman terhadap gaya geser atau horizontal akibat tekanan tanah
di sekitar tubuh bendungan. Umumnya untuk mengontrol tubuh bendungan terhadap gaya geser
digunakan Persamaan 3.25, dimana persamaan tersebut merupakan perbandingan antara gaya
gaya yang bekerja yang kemudian diberikan faktor gesekan sesuai dengan material dasar
bendungan yang digunakan. Tabel 3.2 menyajikan harga harga perkiraan untuk koefisien
gesekan.
(3.25)
Tabel 3.2 Harga Harga Perkiraan Untuk Koefisien Gesekan
ARDENTIUS (105060100111047)
H
V W f
S

) ( .
Sistem Bangunan Irigasi
201
2
3.3.5. Stabilitas Terhadap Guling
Analisa stabilitas terhadap guling merupakan perhitungan untuk mengontrol apakah tubuh
bendungan yang direncanakan aman terhadap gaya dorong atau momen akibat tekanan tanah
ataupun air dengan pusat guling pada titik J. Umumnya untuk mengontrol tubuh bendungan
terhadap gaya guling digunakan Persamaan 3.26, dimana persamaan tersebut merupakan
perbandingan antara gaya - gaya penahan guling dengan gaya penyebab guling. Analisis
stabilitas terhadap guling memiliki faktor keamanan pada kondisi normal sebesar 1,5 dan pada
kondisi banjir sebesar 1,25.
(3.26)
3.3.6. Stabilitas Terhadap Erosi Bawah Tanah (Piping)
Stabilitas terhadap piping dapat direncanakan dengan menggunakan Persamaan 3.27.
Stabilitas terhadap piping harus memenuhi faktor keamanan yang telah ditentukan yaitu 2
untuk kondisi banjir/extreme.
(3.27)
Dengan data masukan diantaranya:
s (Kedalaman Tanah)
a (Tebal Lapisan Pelindung)
hs (Tekanan Air Pada Kedalaman s)
ARDENTIUS (105060100111047)
S
guling momen
guling penahan momen

s
h
s a s
S
) / 1 ( +

You might also like