You are on page 1of 105

PUSAT PENERBANGAN ANGKATAN LAUT RUMKITAL DR.

SOEKANTYO JAHJA SURABAYA 21 23 MEI 2012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2012
1

KESEHATAN UDARA
Fungsi,Tanggung Jawab dan Kegiatan SAR 1. Menyusun rencana persiapan SAR 2. Memelihara koordinasi sblm,slm,ssdah pelaksanaan SAR 3. Menyiapkan perlengkapan peralatan SAR 4. Berangkat laksanakan SAR

Fungsi Tugas Kesehatan Udara Melaksanakan dukungan kesehatan udara pada : 1. Pertolongan pertama 2. Seleksi korban 3. Evakuasi 4. Laporan admin

Tahapan SAR 1. Fase pencarian Tim kesehatan (1 dokter,2 perawat udara) dengan peralatan perlengkapan P3K 2. Fase penyelamatan Informasi diteruskan ke tim kesehatan pangkalan untuk siapkan perawatan lanjutan.

Kegiatan Kesehatan Udara 1. Breefing (pilot dokter,perawat,pasien) 2. Masukan pasien ke pesawat 3. Siapkan obat selama perjalanan 4. Perawatan dalam penerbangan 5. Serah terima korban

Sarana Pelaksanaan EMU 1. Casa 2. Nomad 18 orang 6 orang 3. BO 4. Bell 3 orang 3 orang

Investigasi Dokter udara punya kewenangan dalam melakukan penyelidikan kecelakaan pesawat udara dengan mengunakan ilmu patologi pwenerbangan.

Kesehatan Udara 1. Medical examination/Urikkes matra udara TNI AL a. Kesehatan umum. Sistem aliran darah,pernapasan,persarafan,pencernaan,saluran kemih. 2

b. Kemampuan penglihatan. Visus,color vision,night vision,deep perception. c. Kemampuan pendengaran. Ketajaman pendengaran. d. Neuro circulatory efficiency test/schneider index/physical effisiensy index. Indeks ini sangat berharga untuk menentukan kondisi physik penerbang. e. Penerbang yang siap terbang harus sehat jasmani & rohani 1) Anatomi fisiologi tubuh yang memadai. 2) Tdk mengalami peny. infeksi. 3) Tdk sedang mengalami peny. metabolik. 4) Tanpa ada kecacatan tubuh bermakna. 5) Bebas psikosa dan neurosa. f. Validitas medex urikkes matra udara TNI AL 6 bulan 2. Aviation medicine Dampak penerbangan ke tubuh manusia a. Gaya akselerasi Yaitu perubahan dari kecepatan besar/arah/besar & arah 1) Koordinat Tubuh Sumbu X,Y,Z 2) Posisi Jarak,sudut 3) Kecepatan/tingkat perubahan posisi Translational (jarak-waktu),Angular (sudut-waktu) 4) Percepatan/Tingkat Perubahan Kecepatan Translational (jarak-waktu),Angular (sudut-waktu) Satuan Percepatan = G

5) Gaya/Force Gaya = Massa X Akselerasi Satuan Gaya = Dyne (gram-Cm/detik2) atau Newton (kg-m/detik2) Gaya + GZ disebut eye balls down Gaya - GZ disebut eye balls up

6) Akselerasi singkat Crash,Ejection,Wind blast,Ground landing a) Dampak Cedera Tidak sadar,shock

b) Faktor yang berpengaruh Besar dan lamanya akselerasi 3

Arah terhadap tubuh manusia Perubahan kecepatan,aktivitas,pemindahan energi Waktu terjadi dan frekwensinya Fiksasi tubuh Riwayat akselerasi sebelumnya Bantalan udara,ruang udara sekitar

c) Faktor Toleransi Umur dan kondisi phisik Abnormalitas anatomik Posisi tubuh dan ikatan tubuh

d) Teknik Perlindungan Struktur anti pecah kabin pesawat Struktur interior pesawat Pencegahan benturan sekunder dari kabin pesawat Pencegahan benturan elastis

7) Akselerasi terus menerus Manuver pesawat a) Dampak Pandangan kabur menyempit (Gray out) Pandangan gelap (Black out) Kongesti retina (Red out) Shock,tidak sadar,kejang,aritmia Ggn pernapasan,nyeri,pembuluh darah robek Kesulitan gerak,keterampilan menurun

b) Faktor yang berpengaruh Besar dan lamanya akselerasi Arah terhadap tubuh manusia Waktu terjadi dan frekwensinya Fiksasi tubuh

c) Faktor Toleransi Umur,bentuk tubuh dan kondisi phisik kardiovaskular Posisi tubuh dan ikatan tubuh Pengalaman sebelumnya Kelelahan,Gizi,kewaspadaan diri

d) Teknik Perlindungan Straining Maneuvers/M1 - L1 G Suit Reorientasi posisi tubuh 4

Positive Pressure Breathing

b. Penyakit dekompresi 1) Gejala yang timbul sebagai akibat dari penguapan gas atau pengembangan gas dalam rongga tubuh,pada waktu tekanan udara luar menurun (pesud naik ke ketinggian). 2) Atmosphir Makin tinggi tekanan udara berkurang,kadar oksigen berkurang 3) Hukum Boyle Volume gas menurun dengan naiknya tekanan,volume gas naik dengan turunnya tekanan. Trapped Gas : Pengembangan gas dlm rongga tubuh,semakin naik akan menimbulkan sakit Sakit pd traktus intestinal,akibat gas dalam saluran pencernaan Aerotitis media,pengembangan udara di telingah tengah Aerosinusitis,pengembangan udara dalam sinus Aerodontalgia,disebabkan oleh pengembangan gas dibawah tambalan gigi yang tidak sempurna. 4) Hukum Henry Jumlah gas yang larut dalam cairan berbanding lurus dengan tekanan gas dipermukaan cairan. Penguapan Gas : Penguapan gas Nitrogen dalam jaringan tubuh karena perubahan tekanan udara Bends : Nyeri pada sendi Kelainan kulit ; Gatal dan kemerahan Chokes : Batuk2 pendek yang sering disebabkan oleh emphysema submukosa trakhea dan brokhi akibat penurunan tekanan udara luar Kelainan saraf : Diplopia,hilangnya penglihatan,parestesi,kelemahan sistem motorik,hilangnya kesadaran. Pederita kelainan saraf pd penyakit dekompresi dpt disembuhkan dengan cara dikembalikan pada ground level,tetapi seringkali beberapa jam kemudian shock sehingga perlu pengobatan dalam Hyperbaric Chamber. 5) Pencegahan Mempertahankan berat badan ideal Tingkat kesamaptaan jasmani yang tinggi Denitrogenasi

6) Pengobatan Masker O2 100% Segera mendarat Posisi terlentang Tindakan medis yang sesuai gejala

c. Hipoksia 1) Secara umum definisi hypoxia adalah kekurangan oksigen didalam jaringan 2) Hypoxia di penerbangan Suatu sindrom yang terjadi secara akut sebagai akibat dari tdk adekuatnya oksigenisasi jaringan yg merupakan kelanjutan dari menurunnya tek parsial oksigen dalam udara yg dihisap pd pernapasan 3) Klasifikasi hipoksia a) Hypoxic hypoxia/hipoksia hipoksik Berkurangnya kadar oksigen dalam udara yang dihisap Proses diffusi membran alveoli terganggu,kadar oksigen arteri menurun

b) Hypemic or anemic hypoxia/hipoksia hipemik (anemik) Kapasitas angkut oksigen dari darah menurun,akibat berkurangnya haemoglobin (darah) c) Histotoxic hypoxia/hipoksia histotoksik Sel jaringan tubuh mengalami gangguan,jaringan tak dapat menggunakan oksigea kibat dari keracunan,misalnya alkohol dan sianida d) Stagnant hypoxia/hipoksia stagnan (iskemia) Keadaan dimana sirkulasi darah yang abnormal Keadaan carciac out put yang menurun dan venous pooling,akibat gaya G

4) Beratnya gejala hypoxia tergantung dari : a) Altitude b) Rate of ascent c) Duration at altitude d) Ambient temperature e) Physical activity 5) Kumpulan Gejala : Perasaan aneh atau pusing Euphoria,sikap dan psikis yang tidak menentu Gangguan penglihatan (hilangnya penglihatan tepi,suram,kabur dan berkurangnya penglihatan malam) Respons yg berkurang pd komunikasi verbal Pelupa dan bertindak masa bodoh Kesulitan mengontrol pesud Sakit kepala dan mual (hipoksia ringan) Hilang kesadaran (hipoksia berat) f) Individual factors: Inherent tolerance Physical fitness Emotional state Acclimatization

6) Bahaya Hypoxia dalam penerbangan Dapat menyebabkan gangguan,kerusakan bahkan kematian sel otak.

Contoh : Pada kabin presure yang tiba-tiba lost dipesawat 50.000 kaki (Rapid Decompression),PO2 akan menjadi 20 mmHg, tidak sadar akan terjadi dalam 20 detik, & kematian akan mengikuti 4-5 menit setelahnya.

7) Waktu Sadar Efektif (Time of Useful Conscioussness/T.U.C.) Jangka waktu yang dimulai pada saat seseorang masuk pada kondisi kekurangan O 2 sampai dengan saat bersangkutan tidak lagi mampu untuk

bertorientasi,berkonsentrasi,waspada,sadar dan bersikap/perilaku yang efektif baik mental maupun phisik. 8) Pencegahan dan penangulangan Hypoxia Pengobatan adalah pemberian O2 100% pada udara inhalasi, Bila pernapasan terhenti pernapasan artifisial perlu diberikan bersama-sama dengan pemberian 100% O2 Bila ada kegagalan sirkulasi perifer maka sebabnya harus dicari dahulu baru pengobatan diberikan sesuai dgn apa yg ditemukan Pencegahan hiperventilasi pd personil penerbangan terletak pada

indoktrinasi,pengajaran pemakaian perlengkapan oksigen dgn tepat Recovery hypoxia akan berlangsung cepat bila kebutuhan O2 segera diberikan. Ambang kesadaran individu akan segera dicapai setelah pemberian O2 dalam waktu 15 detik Pengalaman memperlihatkan bila penderita hypoxia bernapas dalam menggunakan O2 dia mungkin mengalami rasa pusing sejenak,tetapi akan segera hilang & disertai dengan kembalinya semua fungsi menjadi normal namun performance dpt terganggu utk waktu 1 sp 2 jam setelah hypoxia berat. d. Bising/fibrasi 1) Pengertian Suara yang tidak nyaman Suara yang tidak dikehendaki Suara yang dapat merusak fungsi pendengaran

2) Efek bising Fisik Psikis

3) Jenis bising Terus menerus Terputus-putus Intensitas 85 dB Frekuensi Lamanya Posisi dan Jarak Impulsif

4) Faktor yg mempengaruhi penurunan pendengaran Sifat bising Umur Kepekaan Vibrasi 7

5) Pencegahan a) Menggunakan alat pelindung telinga Ear plug Ear muff Helmet b) Ruangan kedap suara c) Ceramah & Pamflet d) Medex

e. Ritme circadian/jet lag 1) Stres yang dialami setelah melewati beberapa daerah waktu (time zone) dengan menggunakan pesawat udara 2) Gejala (bervariasi individuil) : Gangguan pola tidur Konsentrasi terganggu Pola pikir berubah Motivasi dan kinerja berkurang Lelah,letih,lesu,lemah + dehidrasi

3) Jet lag yang bersifat normal,berlangsung sementara.,dan dapat cepat pulih dalam waktu singkat,Jet lag dapat mengenai setiap penumpang pada penerbangan jarak jauh (Long haul flight),94% penumpang mengalaminya dan 45% dengan kategori jet lag berat. 4) Penerbangan jarak jauh intermeridian melintasi empat zona waktu atau lebih dapat menimbulkan desinkronisasi fungsi organ tubuh 5) Upaya meringankan jet lag Diet anti jet lag. Pengaturan tugas terbang Waktu istirahat Waktu tidur Obatobat untuk mengurangi pengaruh jet lag.

f. Motion sicknes 1) Suatu kumpulan gejala yang tdd : Lemas Pucat Keringat dingin Menguap Sakit kepala Daya pikir menurun Mual dan muntah

Sebagai reaksi terhadap rangsangan gerak yang belum terbiasa. 2) Terbang gerakan 3 dimensi pitching rolling yawing 3) Etiologi a) Vestibulogenik Timbul pd cuaca jelek,melakukan maneuver tajam (akrobatik) Gejala menghilang dgn cepat setelah mendarat 8

Adaptasi dapat terjadi bila pengalaman terbang bertambah

b) Psikogenik Timbul walau pd cuaca baik atau pesud belum take off Gejala berlanjut setelah penerbangan selesai Sering tidak tercapai adaptasi Peranan emosi sangat besar,rasa takut terbang dan kecemasan

4) Rasa takut terbang (pilot) Ada 2 penyebab yang sangat berlainan : Sebagai reaksi alamiah terhadap bahaya yang mengancam sehingga penerbang tidak mampu lagi melaksanakan tugas penerbangannya secara efektif (The Flying Decompensation Syndrome). Sebagai kelainan psikopatologik,akibat dari stres yang berhubungan dengan tugas terbang (Phobic Neurosis) maupun tidak. 5) Tindakan a) Latihan Adaptasi,tingkatkan jam terbang Motivasi terbang diciptakan

b) Penyesuaian ringan Makan sedikit Usahakan suhu udara dalam kockpit tetap dingin Melihat kedalam/keluar kockpit Terbang Straight & Level

c) Obat Anti Mabuk Kombinasi parasimpatolitik dengan simpatomiimetik Transderm Scopolamine 0,5 mg (Koyo pada post auricular patch)

d) Teknik Relaksasi Desensitisasi biofeedback Mental imagery Pengendalian pernapasan

g. Disorientasi 1) Berkurangnya kemampuan (interaksi = instrument-manusia-media) seseorang untuk menentukan posisinya terhadap permukaan bumi,atau dengan benda2 di lingkungan sekitarnya. 2) Macam disorientasi tempat Leans Illusi Somatogiral/Somatogyral Illusion Illusi Okulogiral/Oculogyral Illusion Efek dan Illusi Coriolis 9

Illusi Somatografis Visual Autokinesis Circular Vection dan Linear Vection Giant Hand

3) Tindakan Kewaspadaan untuk menghadapinya bila hal tersebut terjadi. Mata merupakan satu2 nya alat orientasi yang dapat dipercaya. Latih keterampilan terbang instrumen.

h. Night flight 1) Kemampuan Mata Penerbang Visual acuity : dapat menemukan sasaran Color vision : dapat mengidentifisir signal flares Deep perception : mampu mendarat dan tinggal landas dengan aman Night vision : berguna maksimal pada operasi malam

2) Ciri Khas Penglihatan Malam Ketajaman penglihatan sangat rendah, hanya tampak bayangan hitam/Silhouette. Susah membedakan warna. Pusat penglihatan tidak pada fokus (sentral), melainkan terkonsentrasi pada bagian perifer -/+ 20 derajat dari sentral (tidak memandang langsung). Dengan kekuatan cahaya yang sama dan diturunkan perlahan-lahan maka warna yang menghilang lebih dahulu adalah ; Merah,Orange, Kuning,Hijau,Biru,Violet . Warna Merah dapat membantu adaptasi gelap. Hipoksia menurunkan kemampuan melihat. Mengalami Night Myopia dan Autokinetik Phenomen (waspada).

3. Medical evacuation 4. Kesehatan pangkalan udara a. Lingkungan kerja penerbang Pesawat terbang Apron Hanggar Bangunan perkantoran Bandar udara Geladak kapal

b. Terjangkit kuman penyakit Demam berdarah Malaria Gigitan serangga AIDS Keracunan makanan SARS Thypus abdominalis Tuberculose

c. Faktor kimia dan gas Bahan bakar pesawat Minyak pelumas Gas buangan mesin piston/jet Pemadam kebakaran 10

Cairan hidrolik

Aviation gasolin

d. Penyakit akibat kerja Iritasi pada kulit Dermatitis kontak Sesak nafas Kelainan paru Sakit kepala, capek, bingung, mual, muntah

e. Faktor fisik Panas heat stroke, tumor kulit, terbakar, conjits, katarak Dingin frosbite, menggigil, hipotermia Getaran penurunan pandangan, predisposisi batu sal kemih Bising ketulian Pencahayaan kurang gangguan refraksi Radiasi gangguan SSP, fatique, Ketinggian terbang hipoksia, perforasi mt, odontalgia Akselerasi, penerbangan jauh fatique. Ritme circardian

f. Sistem kerja dan beban kerja Stress Fobia Kebijakan & pedoman yg kurang memadai Perencanaan tidak jelas Fatique Senioritas Kerahasiaan misi terbang Kenyamanan kerja Stress lingk. Kerja

g. Faktor penyebab kecelakaan penerbangan 1) Manusia 2) Mesin 3) Media 4) Unsafe act Merokok sembarang tempat Medek tidak rutin Memaksakan kehendak Over convident Menganggap remeh masalah Rutinitas

5) Unsafe condition Kemampuan keterbatasan fisik Fatique Hipoksia Kesempatan profisiensi tidak ada Tidak ada yang mengarahkan Kesempatan berkarya tidak ada Perhatian dari atasan berkurang Kebijakan, prosedur kurang memadai Perencanaan program tidak jelas 11

h. Almatkes di pesawat udara Firs aid kit kelengkapan kelaikan pesawat Kotak P3K kabin pesawat Tas bakes/tas dokter kelengkapan personel kes Almatkes kelengkapan Pesawat Ambulans udara

12

KESEHATAN PENERBANGAN
Definisi Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang kelainan-kelainan akibat ketinggian atau penerbangan dan bagaimana cara mengatasinya.

Kelainan-kelainan akibat ketinggian atau penerbangan 1. Hipoksia a. Yaitu suatu keadaan dimana jaringan otak kekurangan O2 (oksigen) sampai mengakibatkan gangguan fungsi. b. Semakin tinggi tekanan udara semakin rendah saturasi oksigen dan suhu semakin dingin. c. Hypoxic hypoxia 2. Gangguan gastrointestinal Tekanan udara yang berubah dalam penerbangan diikuti gas-gas tubuh sesuai hukum boyle (volume gas berbanding terbalik dengan tekanan udara). 3. Gangguan telinga a. Gejala gangguan telinga seperti : 1) Telinga terasa penuh 2) BergEMUruh 3) Gangguan pendengaran b. Valsafa 4. Gangguan pada gigi Keadaan sakit pada gigi yang ditambal tetapi tidak sempurna. 5. Kelainan akibat penguapan gas a. Bends Rasa sakit pada sendi besar dan nyaman bila dibengkokan b. Chokes Rasa sakit dan sesak pada daerah dada. 6. Kelainan akibat percepatan a. Kelainan terjadi akibat arah percepatan yang menimbulkan gangguan peredaran darah. b. Biasanya terjadi pada penerbangan pesawat tempur. 7. Mabuk udara Terjadi karena gerak tak lazim yang menimbulkan gangguan alat keseimbangan dan alat pencernaan.

13

EVAKUASI MEDIS UDARA (EMU)


Materi EMU : 1. Kesh penerbangan. 2. Ambulance udara. 3. Evakuasi medis udara. 4. Pengenalan pesud, a. Rotari wing. b. Fix wing. 5. Embargasi dan debargasi. 6. Marceling. 7. Peralatan pendukung EMU.

Evakuasi Udara. Evakuasi udara adalah pemindahan/pengangkutan orang sehat/sakit dr suatu tempat ke tempat lain yg lebih aman dgn pesawat udara.

Macam Evakuasi Udara. Menurut macamnya : 1. Evakuasi udara umum,mengangkut orang yg sehat/ jenazah. 2. Evakuasi udara medis,mengangkut sakit/ korban.

Evakuasi Medis Udara (EMU [Aeromedical Evacuation {Medical Air Evacuation}]) 1. Adalah segala usaha dan kgiat dalam rangka pemindahan korban perang,korban bencana alam,korban kecelakaan dari satu tempat ke tempat lain yang lebih lengkap fasilitas kesehatannya dalam waktu sesingkat-singkat-nya dengan menggunakan pesawat udara. 2. Awak medis ambulans udara (medical crew) : Adalah suatu tim personil kesehatan yang dipimpin oleh seorang dokter penerbangan (flight surgeon) atau perawat udara senior (senior flight nurse) yang bertugas di pesawat ambulans udara untuk membawa korban/penderita dari pangkalan awal ke pangkalan tujuan. 3. Ambulans udara (ambulance flight) : Fix wing (sayap tetap) atau rotary wing (sayap putar/helicopter),yang diperleng-kapi secara khusus untuk me-ngangkut korban/ penderita. (km.operasi,obat2an,tandu,dll) 4. Tujuan evakuasi medis udara : Ditinjau dari segi militer. a. Tujuan kemanusiaan : Yaitu menolong siapapun yang mendapat cedera atau menderita sakit demi menyelamatkan jiwanya. 14

b. Tujuan kemasyarakatan : Yaitu bantuan kepada sekelompok masyarakat yang mengalami musibah dengan akibat cedera atau sakit,sehingga membutuhkan pertolongan medis segera dan rujukan ke tempat lain secara cepat,aman dan nyaman.

Ditinjau Dari Segi Militer 1. Organisasikan pemberian pertolongan medis lanjutan. 2. Meringankan beban pasukan yang sedang bertempur. 3. Mempertinggi moril pasukan yang sedang bertempur. 4. Membantu memperlancar gerakan operasi pasukan. 5. Menghindari penumpukan korban di pos pertolongan kesehatan terdepan. 6. Mengatasi kesulitan bila evakuasi medis melalui darat dan laut sukar dilaksakan. Unsur EMU 1. Awak Pesud Pilot,Kopilot,Mekanik 2. Tim kes EMU I Tim kes daerah Ops/Lan/KRI 3. Tim kes EMU II Tim kes di Pesud 4. Tim kes EMU III Tim kes penerima Lan,Kri,Rumkit

Evakuasi Medis Udara. Pengaruh penerbangan pada tubuh manusia. 1. Pengaruh fisiologis. a. Mengalami perubahan krn berkurangnya tekanan ATM. b. Mengalami perubahan krn berkurangnya tekanan parsial O2. c. Mengalami perubahan krn turunnya suhu udara. 2. Pengaruh psikologis. Manusia berapa banyak jam terbangnya tetap masih ada kecemasan,apa lagi manusia dlm keadaan sakit akan mengalami kecemasan yg akan berpengaruh pd fisiologis tubuhnya. 3. Pengaruh campuran. Selain pengaruh pisiologis dan psikologis ada pengaruh yg lain spt : keadaan cuaca,sifat pesawat,adanya turbulence,akselerasi Semua ini bisa mempengaruhi pisiologis tubuh manusia.

15

Tekanan ATM 1. Permukaan air laut = 760 mmHg PO2 = 21% x 760 = 159 mmHg 2. > 6 km = 354 mmHg PO2 = 21% x 354 = 79 mmHg 3. > 10 km = 198 mmHg PO2 = 21% x 198 = 42 mmHg 4. > 16 km = 100 mmHg. PO2 = 21% x 100 mmHg = 21 mmHg Pd ketinggian 110 km prosentase gas masih tetap,krn masih ada pengaruh gerakan udara horizontal dan vertikal. Di atas 110 km prosentase berubah.

Suhu 1. Naik 1000 feet turun 2 C. 8-15 mail suhu tetap - 55 C. (ideal untuk penerbangan jet). 2. 15-30 mail suhu naik lagi. a. 34 mail 10 C. b. 50 mail 72 C.

Ambulance Flight (AMB Udara) 1. AMB flight : adalah pesawat angkut fixwing/heli kopter yg di perlengkapi secara khusus untuk mengangkut pasien/korban. 2. Kelengkapan AMB udara. a. Untuk tidur pend : tandu,selimut,bantal,sprei. b. Utk pemberian oxigen : tabung O2,masker,regulator. c. Alat makan minum,pembuang kotoran/penampung muntah. d. P3K,minor set,infus set,caairan, e. Khusus medis yg perlu saja. f. Flight surgion/flight nurse. 3. Jenis amblance udara. a. Pesud sayap tetap : 1) Dakota. 2) Kassa 3) Nomad 4) DC-9. 5) > C-130 hercules 6) > F- 27 troopship 7) C- 141 star lifter. : 72 ps tandu. : 16 ps tandu. : 12 ps tandu. : 3 ps tandu.

16

b. Pesud sayap putar (heli kopter). 1) BO-105 2) AH-12 wash : 2 ps tandu : 1 ps tandu.

3) AS- 332 super puma : 5 ps tandu. 4) Bell 205 A 5) CH- 47C (hinook) : 3 ps tandu.

Jenis Pesawat Udara Untuk EMU 1. Pesawat udara sayap tetap (fixed wing) untuk EMU : a. Penggunaan : 1) Jarak yang ditempuh jauh. 2) Jumlah korban yang dievakuasi banyak. 3) Tempat pengambilan dan penerimaan korban memiliki landasan terbang. b. Jenis : Casa-212,CN-235,C-130 Hercules,DC-9 Nightangel,C-141 Starlifter,C-5A Galaxy. 2. Pesawat udara sayap putar (rotary wing [helicopter]) untuk EMU : a. Penggunaan : 1) Jarak yang ditempuh tidak jauh. 2) Jumlah korban sedikit. 3) Tempat pengambilan dan penerimaan korban tidak bisa didarati oleh pesawat udara sayap tetap (hutan,tebing,kapal,gedung bertingkat). b. Jenis : NBO-105,Bell UH-1H/V Iroquois,Bell NB-412,Bell Jet Ranger,NAS-332 Super Puma,UH60A Blackhawk,Boeing CH-47 Chinook,CH-53E Super Stallion.

Karakteristik Helikopter Hellycopter adalah pesawat bersayap berputar yang mampu terbang vertikal maupun horizontal,dengan kecepatan rendah maupun kecepatan tinggi.

Standard Pasien EMU Helikopter 1. Helikopter NBO-105 Adalah helikopter ringan,hanya mampu mengangkut 2 orang pasien tandu atau 2 orang pasien duduk. 2. Helikopter NBELL-412 Adalah helikopter sedang,hanya mampu mengangkut 3 orang pasien tandu atau 8 orang pasien duduk.

17

Pemasangan Tandu Di Pesud Heli BO. 1. Tandu pd heli BO terpasang di bagasi belakang diletakan dilanti pesawat dng posisi membujur. 2. Dpt dipasang dua (2) tandu.

Embargasi Di Heli BO. 1. Psn ditempatkan di bagasi. 2. Pembuka pintu bergerak kebelakang heli. 3. Pintu terbuka beri kode. 4. Regu tandu bergerak menuju belakang heli 5. Masukan pasien tandu. 6. Posisi kepala di depan. 7. Regu tandu kembali kearah depan heli. 8. Pintu ditutup pembuka pintu kembali 9. Kedepan heli. 10. Marseler aksi.

Debargasi Di Pesud BO. 1. Pembuka pintu bergerak ke blkg heli menunduk. 2. Buka pintu beri isyarat ke regu tandu. 3. Regu tandu bergerak masukan psn di blkg heli. 4. Keluarkan psn dgn posisi mundur. 5. Regu tandu bawa psn kearah depan heli. 6. Tutup pintu petugas kembali kedepan heli. 7. Marseler aksi.

Pemasangan Tandu Di Pesud Bell. 1. Tandu pd pesud heli bell dipasang melintag badan pesud. 2. Tersusun tiga (3) rak. 3. Krn pemasangan melintang pd sisi belakang tandu terkait pd tiang 4. Penyangga,sisi depan terkait pd sabuk pengantung.

Evakuasi Medis Udara Dengan Helicopter dan Pesawat Sayap Tetap (Aeromedical Evacuation By Helicopter And Fixed Wing Aircraft). 1. Jenis evakuasi medis udara : a. EMU berdasarkan fungsinya : 1) EMU medan (forward medical air evacuation). 2) EMU taktis (tactical medical air evacuation). 18

3) EMU strategis (strategical medical air evacuation). b. EMU berdasarkan prioritasnya : 1) EMU rutin (routine medical air evacuation). 2) EMU khusus (special medical air evacuation). 3) EMU darurat (emergency medical air evacuation). 2. Klasifikasi korban : a. Kode I b. Kode II : korban yang langsung akibat tempur. : korban yang cedera akibat hal-hal yang non tempur,misalnya karena

kecelakaan,dan lain-lain. c. Kode III d. Kode IV e. Kode A f. Kode B g. Kode C h. Kode D : korban yang menderita penyakit umum. : korban yang menderita penyakit jiwa. : korban yang perlu perawatan intensif. : korban yang tidak memerlukan perawatan intensif. : korban yang perlu diangkut dengan tandu. : korban yang tidak perlu diangkut dengan tandu.

3. Indikasi EMU : a. Prioritas 1 EMU : Korban/ penderita yang jatuh dalam keadaan shock yang memerlukan tindakan resusitasi dan bedah sedini mungkin : 1) Gawat pernafasan. 2) Perdarahan. 3) Luka ganda dan patah tulang pada tulang besar. 4) Luka bakar > 20%. b. Prioritas 2 EMU : Semua kasus yang memerlukan tindakan bedah sedini mungkin,dan mungkin perlu tindakan resusitasi : 1) Cedera alat dalam termasuk perforasi saluran pencernaan. 2) Cedera pada saluran kemih. 3) Cedera dada tanpa kesukaran bernafas. 4) Cedera pembuluh darah besar yang perlu diperbaiki. 5) Cedera otak dan sumsum tulang belakang (terbuka atau tertutup). 6) Luka bakar < 20% pada wajah,kaki,tangan,alat kelamin dan selangka-ngan. c. Prioritas 3 EMU : 1) Semua cedera lain pada otak dan sumsum tulang belakang. 2) Luka pada jaringan lunak yang memerlukan perawatan luka. 3) Patah tulang pada tulang kecil dan dislokasi. 4) Cedera pada mata. 5) Cedera pada rahang dan wajah tanpa kesukaran bernafas. 19

6) Luka bakar < 20%. 4. Kontra indikasi EMU : a. Keadaan korban yang sangat buruk,sehingga diperkirakan akan meninggal selama proses EMU berlangsung. b. Penyakit menular/penyakit karantina yang masih berada dalam keadaan infectious. c. Tuberculose paru-paru dalam stadium infectious. d. Keadaan shock. e. Anaemia yang berat (hb < 50%). f. Penyakit jantung isemik dalam fase akut (acute ischaemic heart disease). g. Penyakit infark myocard dalam fase akut (acute myocardial infarction). h. Penyakit ayan (epilepsi) yang belum terkontrol. i. j. Penyakit jiwa yang bersifat agresif. Penyakit paru-paru yang sangat mengganggu pernafasan : status asthmaticus,oedem paruparu. k. Korban yang baru menjalani operasi saluran pencernaan. l. Wanita hamil berusia kehamilan > 12 minggu.

m. Bayi yang berumur < 10 hari. 5. Tindakan khusus pada EMU : a. Berkaitan dengan menurunnya tekanan partial oxygen : 1) Kelainan paru-paru dan dada. 2) Kelainan jantung. 3) Kelainan darah. b. Berkaitan dengan pengembangan gas dalam tubuh : 1) Kelainan paru-paru. 2) Cedera. 3) Kelainan syaraf. 4) Pengumpulan gas dalam jaringan tubuh. 6. Indikasi EMU dengan helicopter : a. Korban/penderita membutuhkan perawatan spesialis di trauma center. b. Jarak yang di tempuh jauh. c. Terdapat halangan-halangan bila diangkut lewat darat oleh karena kemacetan lalu-lintas darat. d. Tempat bencana tidak dikenal atau sukar dimasuki lewat jalan darat. e. Diperlukan pengiriman pasien-pasien kritis antar rumah sakit dengan cepat. f. Diperlukan untuk pengangkutan staf medis atau peralatan medis ke tempat bencana. 7. Kontra indikasi EMU dengan helicopter : a. Kondisi cuaca yang jelek.

20

b. Kesukaran untuk pendaratan helicopter disebabkan halangan-halangan setempat atau cahaya yang kurang. c. Cedera korban/penderita tidak cukup untuk perawatan spesialis di fasilitas-fasilitas perawatan spesialis. d. Penderita-penderita dengan gangguan kejiwaan yang masih agresif. e. Tempat bencana dekat dengan rumah sakit yang dibutuhkan untuk perawa-tan korban/penderita. 8. Keuntungan EMU : a. Korban dapat dirawat dengan cepat ke tempat perawatan kesehatan yang lebih lengkap dan lebih baik fasilitasnya. b. Korban dapat diangkut dari tempat yang jauh jaraknya dalam waktu yang singkat. c. Korban dapat diangkut dengan cepat dari daerah yang sulit dimana SARana angkutan lain sukar atau tidak mungkin melaksanakannya. d. Mempertinggi moril korban dan petugas lapangan. e. Kekenyalan dan kecepatan pesawat udara akan memberikan faktor keamanan yang lebih tinggi. 9. Kerugian EMU : a. Keadaan cuaca dan malam hari. b. Gangguan musuh. c. Evakuasi berlebih. d. Tempat terbatas dan sempit.

Perhatian Khusus Untuk EMU Korban Kecelakaan Penyelaman (Diving Accident) : 1. Jika korban/penderita diangkut dengan helicopter atau pesawat udara lain yang tidak memiliki cabin bertekanan (unpressurized aircraft),pesawat tersebut harus terbang serendah dan seaman mungkin,lebih baik < 1.000 feet (+300 meter). 2. Setiap ketinggian terbang yang tidak perlu berarti pengurangan tekanan udara diluar dan memu ngkinkan bertambah parahnya gejala-gejala atau komplikasi bagi korban/penderita. 3. Jika tersedia,selalu mengguna-kan pesawat udara dengan cabin bertekanan 1 atmosphere. 4. EMU darurat bagi korban/penderita kecelakaan penyelaman : a. Korban/penderita yang membutuhkan EMU untuk perawatan lain atau ke fasilitas medis yang lebih lengkap dengan segera setelah muncul ke permukaan air dari pengobatan. b. Hanya dengan rekomendasi perwira kesehatan penyelaman. c. EMU dengan pesawat udara dengan cabin bertekanan 1 ATA (atmosphere absolute),atau unpressurized cabin dengan ketinggian terbang serendah dan seaman mungkin (tidak lebih dari 1.000 feet [+300 meter]),lebih baik. d. Korban/penderita diberi pernafasan dengan oxygen 100%,jika tersedia.

21

Prosedur Keselamatan Pada Waktu Loading Dan Unloading Ke Dan Dari Helicopter : 1. Saat sebuah helicopter mendarat,kegiatan-kegiatan di darat dikoordinir seorang petugas pelayanan darurat. 2. Tugas seorang penolong adalah menjaga dan merawat korban dan mengawasi/ mengendalikan orang-orang disekitarnya. 3. Penolong harus mengikuti petunjuk-petunjuk untuk menjamin keselamatan penolong sendiri di darat sesuai standard keselamatan. 4. Pembawa tandu harus serendah mungkin posisinya pada saat membawa tandu kearah helicopter. Dan harus menghindari baling-baling helicopter setiap saat. 5. Helicopter tidak boleh approach sebelum ada isyarat dari marshaler. 6. Pembawa tandu harus mendekati helicopter dengan sudut 45 derajat dari arah depan helicopter. 7. Jika helicopter berada di suatu lereng bukit dan keadaannya mengijinkan,pembawa tandu harus mendekati helicopter dari sisi kaki bukit. 8. Petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh awak helicopter harus diikuti,dan tandu-tandu harus dibawa secara paralel dengan tanah. 9. Batasi jalan masuk yang padat pada lingkaran bergaris tengah 50 meter,dan tetap awasi/kendalikan hewan-hewan yang ada di dekat penolong. 10. Matikan api rokok dalam jarak 50 meter dari lokasi pendaratan helicopter,dan singkirkan/pindahkan benda-benda/barang-barang yang tidak terikat,misalnya patahan-patahan ranting,daun-daun,kertas,helm,topi,atau peralatan P3K. 11. Jika mEMU ngkinkan,mintalah seseorang untuk memegang (diatas kepalanya) 1 (satu) lembar/1 (satu) buah benda yang ringan seperti kain verband,sebagai pengganti kantung angin (windsock) bagi awak helicopter (air crew). 12. Setelah helicopter mendarat,berjongkok dan berlututlah pada posisi arah jam 10.00 dari hidung helicopter di tempat yang bebas dari bilah baling-baling utama (main rotor blade),agar supaya penerbang helicoptervdapat dengan jelas melihat tim kesehatan penolong dan koban/penderita yang akan diangkut. 13. Jangan bergerak saat helicopter mendarat. 14. Jika helicopter sudah mendarat,tunggulah seorang awak helicopetr menEMU i tim kesehatan penolong. 15. Jangan mendekati helicopter sebelum diperintahkan oleh awak helicopter. 16. Jangan menyentuh kabel hoist (winch lines) sampai ujung hoist menyentuh

tanah/daratan/permukaan air,karena mengandung listrik statis. 17. Jika diperintahkan mendekati helicopter,tundukkan kepala,bungkukkan badan dan berjalanlah kearah pintu helicopter yag ditentukan.

22

Prosedur Memasukkan (Loading) Pasien Ke Helicopter NBO-105 1. Helicopter NBO-105 adalah helicopter ringan,hanya mampu mengangkut 1 orang pasien tandu atau 2 orang pasien duduk. 2. Dibutuhkan 2 orang pembuka pintu ruangan barang helicopter,dan 4 orang regu tandu. 3. 2 orang pembuka pintu ruangan barang dan 4 orang regu tandu,beserta pasien tandu atau pasien duduk mengambil posisi di titik kumpul,dengan arah 45 derajat di depan hidung helicopter. 4. Setelah helicopter mendarat,dan awak helicopter memberi isyarat,maka kedua orang pembuka pintu ruangan barang lari dengan merunduk serendah mungkin kearah bagian pintu ruangan barang,dengan 1 orang melewati sisi kanan dan 1 orang lagi melewati sisi kiri helicopter. Dan membuka pintu ruangan barang dengan hati-hati,dalam pengawasan awak helicopter. 1 orang memegangi pintu sebelah kanan dan 1 orang lagi memegangi pintu sebelah kiri,agar pintupintu tersebut tetap terbuka.

Petunjuk-Petunjuk Untuk Memasukkan (Loading) Pasien-Pasien Ke Helicopter Bell-412 1. Pasien-pasien tandu secara normal ditempatkan mulai dari deretan paling atas kebawah ke deretan terbawah. 2. Awak helicopter mengawasi pemasukan pasien-pasien kedalam helicopter. 3. Pasien tandu yang paling parah cederanya ditempatkan di deretan tandu paling bawah untuk mEMU ngkinkan perawatan pasien selama dalam penerbangan. 4. Pasien-pasien tandu yang menerima cairan infus tidak boleh ditempatkan di bagian paling atas dari deretan tandu tetapi harus ditempatkan serendah mungkin di rak tandu. 5. Pasien-pasien dengan bidai traksi hare (hare traction) dengan penunjang bidai (splint supports) dan footrest harus dimasukkan terakhir dan ditempatkan langsung di lantai helicopter.

Susunan Penempatan Pasien Tandu Dan Pasien Duduk Di Helicopter Bell-412 1. Helicopter Bell-412 mempunyai susunan penempatan beberapa tandu dan tempat duduk. 2. Suatu perubahan,disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dalam kegiatan,dapat dilakukan dari satu susunan penempatan ke susunan penempatan yang lain dalam beberapa menit. 3. Fasilitas-fasilitas untuk membawa pasien,terdiri 1 deretan terdiri dari 3 tandu yang terisi pasien memanjang helicopter di setiap sisi di ruangan barang helicopter. 4. Susunan penempatan pasien yang normal digunakan di daerah bencana,untuk mengangkut sejumlah besar pasien-pasien yang stabil keadaannya memberikan kapasitas maksimum helicopter untuk 6 pasien tandu atau sejumlah total 9 pasien duduk. 5. Susunan penempatan pasien yang normal adalah 3 pasien tandu (ditempatkan menyilang dalam cabin) dan 4 pasien duduk (2 pasien di setiap sisi ruangan barang helicopter). 6. Maksimum muatan yang bisa diangkut helicopter harus dipertimbangkan. Kapasitas muatan bervariasi dengan ketinggian terbang dan temperature udara. 7. Pilot helicopter memberi SARan kepada petugas di darat tentang kapasitas muatannya. 23

Prosedur Memasukkan (Loading) Dan Mengikat 6 Pasien Tandu Dengan 4 Orang Regu Tandu Di Helicopter Bell-412 Pada waktu memasukkan 6 pasien tandu dengan 4 orang regu tandu,pasien-pasien tandu dimasukkan dari kedua sisi (dari sisi kanan dan dari sisi kiri) helicopter dan ditempatkan dari deretan paling atas ke deretan paling bawah.

Prosedur Memasukkan (Loading) Dan Mengikat 3 Pasien Tandu Dan 4 Pasien Duduk Dengan 4 Orang Regu Tandu Di Helicopter Bell-412 1. Pada waktu memasukkan pasien tandu dari sisi kanan helicopter,regu tandu (terdiri dari 4 orang) bergerak ke samping helicopter dengan tandu mengarah tegak lurus ke ruangan barang helicopter; selanjutnya regu tandu berpindah ke sebuah tonggak pemasang tandu. 2. Pembawa tandu no. 1 dan no. 3 menyerahkan pegangan-pegangan tandu mereka kepada awak helicopter yang menempatkannya di penunjang-penunjang tandu (litter support bracketts) pada bagian yang jauh dalam helicopter di rak tandu paling atas. 3. Pembawa tandu no. 2 dan no. 4 memasang pegangan-pegangan tandu bagian kaki di tempatnya. 4. Setelah tandu pertama terpasang di bagian paling atas dari penunjang tandu,regu tandu meninggalkan helicopter untuk mendapat ijin memasukkan pasien tandu yang lain. 5. Pasien tandu kedua dan ketiga dimasukkan ke helicopter dengan cara yang sama seperti pasien tandu pertama,dengan urutan pasien tandu kedua ditempatkan di deretan kedua dari atas (dibawah pasien tandu pertama),dan pasien tandu ketiga ditempatkan di deretan paling bawah. 6. Setelah ketiga pasien tandu selesai dimasukkan dan ditempatkan di helicopter,pasien-pasien duduk dipapah atau dituntun ke helicopter dan diarahkan ke tempat duduknya masing-masing.

Prosedur Mengeluarkan Pasien-Pasien (Unloading) Dari Helicopter Bell-412 1. Mengeluarkan (unloading) pasien-pasien dari helicopter bell-412 adalah dengan cara kebalikan cara memasukkan (loading) pasien-pasien. 2. Yang pertama dikeluarkan adalah pasien-pasien duduk. 3. Mengosongkan deretan pasien-pasien dengan cara yang pertama pasien tandi di deretan yang terbawah,pasien tandu di deretan tengah,dan terakhir pasien tandu deretan teratas di satu sisi helicopter dan kEMU dian di sisi yang lain. 4. Bila helicopter mengangkut campuran pasien tandu dan pasien duduk,pasien-pasien duduk dikeluarkan lebih dulu dengan dipapah atau dituntun dari tempat duduknya masing-masing (mulai dari sisi kanan,kEMU dian sisi kiri helicopter); dilanjutkan dengan mengeluarkan pasien-pasien tandu mulai dari urutan terbawah.

24

5. Pada aba-aba keluarkan pasien-pasien tandu ! Regu tandu bergerak ke helicopter dan para pembawa tandu mengambil tempat masing-masing yang sebenarnya di dekat tandu. Regu tandu mengerjakan tugasnya dengan urutan kebalikan pada memasukkan pasien-pasien tandu.

Peruntukan SAR 1. Pencarian dari udara 2. Pengangkatan tim rescue menuju TKP. 3. Evakuasi korban.

Peralatan SAR (Evakuasi) 1. Hoist : a. Horse color b. Tandu N.R c. Tandu horisontal 2. Cargo sling : a. Rescue net b. Jaring barang 3. Tali : a. Rappeling b. Fly by escape Ketentuan Keselamatan 1. Berdiri paling dekat 30 Meter 2. Simpanlah semua barang ditempat yang aman 3. Bawalah benda yang dibawa serendah mungkin 4. Gunakan Kacamata Pelindung 5. Mendekat atau Menjauh Helicopter selalu dari depan agar pilot dapat melihat 6. Memuat dan membongkar muatan harus mendapat persetujuan dari crew atau pilot 7. Jangan mendekati/masuk kedalam helikopter tanpa pesan pilot 8. Jangan keluar helikopter sebelum ada isyarat ok 9. Jangan berdiri di bawah Helikopter atau daerah lepas landas 10. Jangan merokok sekitar 100 feet dari Helikopter Ketentuan Kerja Dengan Heli 1. Pimpinan team harus minta ijin kepilot/crew 2. Mendekat dari sisi depan atau dari bagian permukaan tanah yang rendah 3. Team Leader menyampaikan tanda pada anggota team bila semua sudah siap 4. Anggota team mendekat sesuai dengan team Leader 5. Mengikutin perintah crew dimana harus duduk 6. Menggunaakan seat belt selama terbang

25

Prosedur Keluar 1. Tetap ditempat sampai crew Heli memeritahkan keluar 2. Tudukkan kepala dan amankan alat yang dibawah 3. Komandan team meninggalkan heli paling akhir Prosedur Keadaan Darurat 1. Semua Instruksi dari Pilot 2. Tetap tenang 3. Kencangkan Seat Belt 4. Lindungi kepala 5. Membuang alat-alat berat hanya Instruksi Pilot 6. Jangan menyentuh Panel Pesawat 7. Setelah mendarat diam sampai ada Instruksi keluar kacuali jika terbakar

26

MEDICAL FIRST RESPONDER/PERTOLONGAN PERTAMA BADAN SAR NASIONAL


Filosofi SAR 1. Locate 2. Acces 3. Stabilize 4. Transport

Pengantar MFR & EMS Anatomi Pemeriksaan & Penilaian Korban Resusitasi Jantung Paru (RJP) Sumbatan Jalan Napas Pendarahan & Shock Cedera Alat Gerak Luka Jaringan Lunak dan Cedera Khusus Luka Bakar dan Kedaruratan Lingkungan

Pengertian Pertolongan Pertama Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/ kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar

Medis Dasar Tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama

Pelaku Pertolongan Pertama (MFR) Penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian,yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar.

Tujuan Pertolongan Pertama 1. Menyelamatkan jiwa penderita 2. Mencegah cacat 3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

Dasar Hukum 1. Memberikan pertolongan : Pasal 531 K U H Pidana 27

Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut,lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan,bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu mati,diancam dengan: KUHAP

45,165,187,304s,478,525,566 2. Sangsi : KUHP 45,165,187,304 s,478,525,566 3. Kerahasiaan : Pasal 322 K U H Pidana a. Barang siapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang wajib menyimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannya baik yang sekarang,maupun yang dahulu,dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan bulan atau dengan denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah. b. Jika kejahatan itu dilakukan yang tertentu,maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Kewajiban Pelaku PP 1. Menjaga keselamatan diri 2. Menjangkau korban 3. Mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa 4. Meminta bantuan 5. Memberikan pertolongan sesuai dengan keadaan korban 6. Membantu pelaku pertolongan pertama 7. Kerahasiaan medis 8. Komunikasi 9. Mempersiapkan transportasi

Kualitas Pelaku PP 1. Jujur dan bertanggungjawab 2. Profesional 3. Kematangan emosi 4. Sosialisasi 5. Kemampuan nyata terukur 6. Kondisi fisik baik 7. Kebanggaan

Alat Perlindungan Diri 1. Alat perlindungan diri harus selalu dipakai pada saat melakukan tugas 2. Darah dan semua cairan tubuh adalah media penularan penyakit

28

Tindakan Pencegahan Lain 1. Mencuci tangan 2. Membersihkan alat : a. Mencuci biasa 3. Selama tindakan a. Hindari : batuk,bernapas atau bicara di atas luka,kontak dengan cairan tubuh b. Bila dapat hindarkan penanganan korban selanjutnya tanpa mencuci tangan. 4. Setelah tindakan a. Bersihkan korban dan diri sendiri b. Bersihkan TKP segera mungkin c. Bersihkan peralatan d. Buanglah semua bahan yang dipakai ke tempatnya. b. Desinfeksi c. Sterilisasi

Peralatan Pertolongan Pertama 1. Penutup luka 2. Pembalut 3. Cairan antiseptik 4. Cairan pencuci mata 5. Peralatan stabilisasi 6. Gunting pembalut 7. Pinset 8. Senter 9. Kapas 10. Selimut 11. Kartu penderita 12. Alat tulis 13. Oksigen 14. Tensimeter dan stetoskop 15. Tandu.

Pengamanan Lokasi Sebelum melakukan pertolongan periksa : 1. Bahaya listrik 2. Bahaya kimia 3. Gas 4. Api 5. Benda yang tidak stabil 6. Bahaya lainnya

Prinsip Dasar PP 1. Minta bantuan 2. ABC (Airway-Breathing-Circulation) 3. Hentikan perdarahan 4. Atasi syok (dan kedaruratan medis) 5. Luka terbuka dan luka bakar 6. Patah tulang dan terkilir 7. Evakuasi dan Transportasi

29

DINAS KESEHATAN KOMANDO ARMADA TIMUR SURABAYA 24 25 MEI 2012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2012
30

EVAKUASI MEDIS
Pengertian Segala usaha dan kegiatan dlm rangka pengangkutan/pemindahan secara tepat waktu, efisien, & hati2 selama perjalanan oleh petugas kesehatan terhadap korban yg luka2, cedera,/sakit dr suatu tempat bencana/tempat2 lain ke tempat fasilitas perawatan kesehatan

Jenis Evakuasi Medis 1. Evakuasi medis tanpa menggunakan alat (manual evacuation) 2. Evakuasi medis dg tandu (litter/stretcher evacuation) 3. Evakuasi medis dg sarana angkutan darat (ground ambulance and vehicle evacuation) 4. Evakuasi medis dg sarana angkutan air (river and sea medical evacuation) 5. Evakuasi medis dg pesawat udara (aeromedical evacuation)

Evakuasi Medis Tanpa Alat (Manual Evacuation) 1. Evakuasi medis oleh 1 orang penolong a. Saddle back carry b. Supporting carry

c. Fireman carry

31

d. Menggendong menggunakan tali Kernmantel (Improvisasi Pistol-belt carry)

e. Menyeret korban dengan koppel riem

f. Menyeret korban (Neck drag)

g. Cradle-drop drag

32

2. Evakuasi medis oleh 2 orang atau lebih penolong a. Two-man supporting carry

b. Two-man fore-and-aft carry

c. Four-hand seat carry

33

d. Two-man arms carry

e. Two-man seat carry

Evakuasi Medis Dengan Tandu (Litter/Stretcher Evacuation) 1. Tandu standar 2. Tandu gulung (Neil Robertson litter)

34

3. Tandu penyelamat

4. Scoop stretcher

5. Sabuk pengaman pasien

6. Horse collar/sabuk pengait/survivor sling

7. Tandu penyelamat hellycopter

8. Tandu sked

9. Memasang scoop stretcher pada korban

10. Mengangkat korban keatas tandu

35

11. Mengangkat korban dengan tandu standard, naik tangga

36

Evakuasi Medis dengan Sarana Angkutan Air 1. Pemindahan korban dari kapal ke sekoci/LCVP. Menggunakan tangga yakob, dewidewi,/rescue net. Selanjutnya diangkut ke darat/Kapal Rumah Sakit

2. Pemindahan korban dari kapal ke kapal lain (Kapal Rumah Sakit). Dilakukan dengan Jackstay : kapal yang satu dihubungkan dengan kapal lain oleh tali, kemudian penderita/ korban dipindahkan dengan menggunakan kursi / tandu Stokes yg meluncur di atas tali tsb.

Evakuasi Medis Udara 1. Dengan helikopter. a. Vertical replenishment (vertrep), korban dibawa dengan tandu neil robertson secara vertikal oleh helikopter yang melakukan hovering dan didaratkan di kapal lain, jika tidak tersedia helipad. b. Pengangkutan biasa dengan helikopter mendarat di helipad. 2. Keuntungan & kerugian EMU a. Keuntungan Cepat Mobilitas tinggi Pertinggi moril prajurit Tingkat keamanan tinggi b. Kerugian Keadaan cuaca, malam hari Fasilitas khusus Kemampuan angkut personel terbatas 37

3. Tindakan khusus pada EMU a. Berkaitan penurunan PO2 b. Berkaitan pengembangan gas dalam tubuh 4. Pengamanan Korban : Korban yang dievakuasi secara manual harus ditangani dengan hati-hati. Penanganan yang kasar atau tidak benar dapat menyebabkan cedera lebih lanjut yang lebih parah pada korban. Tiap gerakan yang dibuat untuk mengangkut/memindahkan korban harus dilakukan dengan hati-hati dan setenang mungkin. Korban tidak boleh dipindahkan sebelum jenis dan tingkat cederanya diperiksa dan diberikan perawatan medis darurat. Kecuali diperlukan pemindahan segera utk alasan keselamatan korban

38

LEMBAGA KESEHATAN KELAUTAN Drs. MED. R. RIJADI S.Phys. RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA 28 MEI 1 JUNI 2012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2012
39

Dasar Pemikiran
Tupok lantamal Duklog & admin sur TNI AL, binpotnaskuatmar
Fungsi pangkalan Kesiapan ? Pelaksanaan ?

Fas labuh Duk pembekalan Watpers Fas bin lan Har & perbaikan

Dukkes Masa konflik

Kes pangkalan

Yankes Masa damai

1. 2. 3. 4.

Fgsi duk sat ops Fgsi Binpotnaskuatmar Fgsi Binter Matla Fgsi kamla dan SAR terbatas

Bekal kes Faskes Litbangkes Anggaran

Perskes Pros-metoda Profesi Infokes

P Golongan Duklog Fas Lan 1. Fas labuh 2. Fas harkan 3. Fas bekal 4. Fas watpers 5. Fas BinLan dermaga, landasan, t4 ranpur dock, dermaga, hanggar, bengkel logca, brg umum, tehnik, amo sar yankes, mess, OR, Dik fasum, jasa, angk, tanah

Kesehatan Pangkalan Mrpk salah satu bentuk giat operasional penyelenggaran kes di lant dlm rangka berikan duk & yan kes melalui fungsi tugas dr sur2kes yg diselenggarakan utk berikan dukkes pd giat perorangan /sat ops TNI AL maupun yankes pd prajurit beserta keluarganya guna peroleh kesejahteraan kes, air bersih, fas kebersihan pemukiman & perkantoran serta faskes lainnya yg berupa sarana & prasarana, bekkes & matkes, sumber daya manusia serta mobilitas sarana & prasarana kesehatan Jenis Kegiatannya A. Dukungan kesehatan 1. Operasi dan latihan dilaut. a. Operasi pertahanan laut 1) Peperangan di atas permukaan (kes kaa) 40

2) Peperangan bawah permukaan (kes bwh air) 3) Proyeksi kekuatan kedarat (kes amphibi) 4) Kes intel maritim 5) Peperangan elektronika 6) Sabotase bawah air (kes bawah air) b. Operasi keamanan laut 1) Stabilitas kam diperairan yuridikasi nas (kes kpl atas air) 2) Penegakan hukum di laut (kes karantina) 3) Pam proyek vital (kes intel maritim) c. Operasi intelijen maritim 1) Operasi penyelidikan (kes intel maritim) 2) operasi pengamanan (kes intel maritim) 3) Operasi penggalangan (kes intel maritim) d. Operasi angkutan laut militer 1) Pendaratan adminintrasi (duklog kes) 2) Pergeseran pasukan (duklog kes) 3) Pergeseran logistik (duklog kes) e. Survei & pemetaan hidro oceanografi (kes kaa & kes bwh air) f. Penyelaman & penyelaman bawah air (kes hiperbarik) g. Penerbangan (kes penerbangan) 1) Ops pengintaian taktis 2) Ops peperangan anti kpl selam 3) Ops pendaratan pasukan & ratan lintas heli 4) Ops duklog cepat h. Kemampuan 1) Lan utk satops & dispersi kuat (admin kes) 2) Duk utk ketahanlamaan ops yg optimal dg : a) Fasbek (admin kes) b) Faswatpers (admin kes) i. Operasi amphibi (kesehatan amphibi)

j. Operasi bakti sosial 1) Tugas bencana. 2) Operasi SAR 3) Penanggulangan pencemaran 2. Ops & lat han pangkalan (dukkes lan) a. Dalkura b. Pertahanan pangkalan c. Pam objek vital di pangkalan d. Pam daerah basis e. Sabotase bawah air 3. Latkesdu (latihan kesehatan terpadu) 41 kemanusiaan & 4) Rumkit lapangan

4. Kesehatan umum di pangkalan a. Pam VIP dan VVIP b. VIP (Very Important Person) c. TMMD (Tentara Manunggal Membangun Desa) d. BJRB (Bintal Juang Remaja Bahari) e. Evakuasi medis f. Baksos (bakti sosial) B. Uji pemeriksaan kesehatan 1. Reguler (tk I, II , III , IV) 2. Penerimaan personel TNI AL / sipil C. Pelayanan kesehatan 1. Kesehatan perawatan kel (BK, BP) 2. Kes promosi 3. Kes prev 4. Kes kurativ 5. Kes lingkungan hysan 6. Panitia kesehatan 7. Binpers kes (pembinaan personil 8. Adminkes (administrasi kesehatan) a. Laporan kesehatan 1) Laptri (laporan triwulan) 2) Lap tahunan 3) Lapsus (laporan khusus) b. Put c. Penerimaan d. Distribusi e. Gudkes (gudang kesehatan) f. RBK (bekal rutin kesehatan) g. DPK (dana pemeliharaan kesehatan) h. Binkes (pembinaan kesehatan) Bentuk Kes Pangkalan 1. Kesla (kesehatan kelautan) a. Dukkes (dukungan kesehatan) b. Urikes (uji pemeriksaan kesehatan) c. Kessus (kesehatan khusus) 2. Kesum (kesehatan umum) a. Kesprev (kesehatan preventif) b. Keskurehab (kesehatan kuratif rehabilitatif) 3. Minkes a. Matkes (material kesehatan) b. Minkes c. Gudkes 3. Penempatan personel 4. Penerimaan calon taruna

kesehatan)

42

Tujuan Bin Dukkes Lan Tujuannya adalah utk dpt kembalikan, pelihara, katkan moral & kepercayaan prajurit beserta kel nya dg kembalikan kondisi penderita melalui wat darurat, wat inap rmh sakit, wat jalan serta laks was hygene sanitasi, cegah wabah penyakit di rah lan.

Pokok-Pokok Dukyankes Di Pangkalan 1. Asas-asas a. Tgg jawab binaan kpd komandan b. Kesinambungan c. Mobilitas sesuai sat yg diduk d. Pencegahan & promosi e. Kekenyalan 2. Prinsip a. Ren utk sur pelaksana terpusat di diskes lantamal b. Manajeman terpadu sesuai prosedur baku, integratif & seragam c. Keserasian & keseimbangan utk capai sasaran dg efektif dan efisien d. Tataran kewenangan sesuai dg ketentuan e. Integral dg azas bin TNI AL f. Efektivitas & efisien g. Integritas h. Pembakuan i. Keamanan & kerahasiaan

Penggolongan Organisasi diskes lantamal : 1. Unsur pimpinan kadiskes lantamal 2. Unsur pelaksana a. Kasubdis kesla b. Kasubdis kesum c. Kasubdis minkes Susunan Struktur Jabatan Diskes Lantamal
Kadiskes Unsur pemimpin

3. Unsur pelayanan kataud (kepala tata usaha urusan dalam) 4. Unsur pelaksana teknis lapangan a. Ka BK keluarga lantamal b. Ka BP keluarga lantamal

Kataud

Unsur pelayan

Kasubdis Kesum

Kasubdis Kesla

Kasubdis Minkes

Unsur pelaksana

Ka balai Kesehatan

Ka balai Pengobatan

Unsur pelaksana Tehnis di lapangan

43

Dukyankes Lantamal Dinas kesehatan pangkalan utama TNI AL (diskes lantamal) Tugas pokok (tupok) 1. Bin & laks fungsi bin kesla & yankesum pers TNI AL & kel lant v & badan2 TNI AL lain dg kel sesuai ketentuan. 2. Koordinir bin teknis kes matra laut di satker2 kes hingga terwujud keterpaduan dukyankes yg akurat. Kegiatan 1. Kesehatan permukaan dan bawah air 2. Kesehatan ampibi & kes intel kesmar 3. Kesehatan penerbangan 4. Pemeriksaan kemampuan badan (urikkes) 5. Kes kerja & kes lingkungan, kes injasmar 6. Giat bid kesprev 7. Giat evakuasi medis 8. Prog & metode cegah medis serta peningkatan kesum 9. Laks giat hygiene & sanitasi, cegah & karantina & penanggulangan peny. menular 10. Pengawasan adanya vektor2 peny karantina & air minum & adakan pendataan & rik thd kapal2 asing 11. Vaksinasi massal, monitoring adanya penyakit2 menular (daerah terjangkit) 12. Penyuluhan dibidang kes preventif 13. Usaha2 rat proofing & brantas hama tikus di lantamal 14. Kesehatan karantina laut 15. Fungsi pullahta & epidemiologi kes 16. Prog laks giat bid keskurrehab 17. Prog & metode pengobatan & wat serta rehabmed terbatas di kes umum 18. Rumus & susun ketentuan ttg pengobatan / wat orang sakit di BP/RS 19. Selenggarakan giat pengobatan & wat & kel TNI AL yang sakit 20. Pengadaan, simpan & pendistribusian matkes 21. Har & penghapusan matkes 22. Pengamatan, penampungan & olah serta simpan & penyediaan data kesehatan 23. Perawatan/pemeliharaan gedung kesehatan Penyelenggaraan Dukyankes 1. Dukungan kesehatan a. Dukkes kpd satgas ops lat tempur TNI/TNI AL b. Dukkes kpd tim protokoler (sesuai fungsi lan) c. Dukkes kpd ops bhakti SBJ (Surya Baskara Jaya), dll sejenis d. Dukkes kpd satgas lainnya 44

2. Pelayanan kesehatan Unsur kes ditujukan perorangan & masy umum : a. Fungsi yankes pangkalan pd anggota TNI AL beserta keluarganya b. Fungsi yankes pada masy umum Faktor Yang Mempengaruhi 1. Jaks pemimpin TNI AL 2. Perkembangan iptek 3. Keterbatasan sumda manusia & dana 4. Puan & kualitas pers kesehatan lant 5. Tingkat maintain ability asset material yg ada 6. Faktor lingkungan 7. Faktor perilaku 8. Faktor pelayanan kesehatan Jangkauan Yankes
Sar & Fas Fak. Lingk Fisik Pot Masy P R O S E S

P.Ada Obat

Masukan

Manajem Tehno Puan Lint sektor

Jangkauan Yankes

Peningkatan Kesadaran & Partisipasi Masyarakat

Sumda Dana Sdm Kes Fak. Sosial Eko

Harapan Peningkatan Status kes

Faktor Yg Hrs Diperhatikan 1. Rendukkes hrs sejalan dg ren setiap ops 2. Koordinasi in / external setiap duk tugas ops 3. Ren dukyankes sesuai karakteristik di lap & iklim 4. Keadaan psychis anggota 5. Policy evakuasi, saluran evakuasi, sarana evakuasi 6. Log kes & SDM, faskes2 di lanal2 di luar lan 7. Faskes di lan / lanal (sesuai tk faskes) 8. Keadan masy sekitar wil pemukiman anggota TNI AL 9. Puan diskes lantamal 10. Perkiraan jumlah pasien di tiap faskes 11. Jangkauan upaya kesehatan 12. Pengadaan & pengendalian obat2an 13. Manajemen upaya kesehatan 14. Peran serta masyarakat 15. Kerja sama lintas sektoral

45

Beban kerja potensial

Beban kerja riel

1. Jml populasi 2. Kondisi kes pop 3. But yankes periode lal

Jenis & jml penderita perjenis penyakit Proses yankes

Rujukan ke RS non TNI Beban kerja yankes But biaya riel

1. Jenis & jml faskes yg ada 2. Jml & kualifikasi perskes di faskes
Puan potensial

Puan yan beban kerja


Puan riel

Yankes Masy Umum & Anggota


Tingkat pemanfaatan sar mutu yankes tkt efisiensi Need / demand Anggota TNI/TNI AL sipil & kel

Masy Umum

Manunggal TNI

Faskes TNI AL

Perbaiki Citra

Bakti sosial Kesehatan Kendala 1. Strag pemasaran, sistem rujukan 2. Strag penanganan keluhan yg efisien 3. Strag peningkatan kinerja, otoda, krisis ekonomi, daya beli masy

Effisiensi : Bor 75 % Alos 6hr Toi 3hr Bto 30 /th

Peranan Logistik Kesehatan 1. Baik buruknya duklogkes dpt akibatkan sukses / gagal laks dukkes / yankes di pangkalan 2. Duklogkes hrs berada pd kesiapan di masa damai maupun konflik : a. Setiap duklogkes bertujuan jamin kelancaran ops b. Puan & pembatasan duklogkes akan berpengaruh thd laks tugas. c. giat duklogkes hubungkan semua sumber2 logkes dg sat samping, atas & lintas sektor 3. Evaluasi setiap giat

Dukungan Material Kesehatan 1. Binlog matkes : a. Bin matkes (pembinaan material b. Dukmatkes kesehatan) (dukungan material

kesehatan)

2. Permintaan matkes (sesuai juknik permintaan & pelaporan) a. Pengajuan permintaan dr faskes b. Permintaan rutin tahunan 3. Laporan matkes a. Bentuk laptri dan lapsus 46 c. Permintaan khusus (lengkap dg data) d. (untuk put) 2 kali dlm setahun

b. Jenis : 1) Lap penerimaan / pemakaian matkes a) Bentuk laptri seluruh matkes b) Pengelompokan (lafial non lafial dll) 2) Lap pengadaan matkes Pembelian dari DPK, RBK & anggaran lain 3) Lap narkotika (laptri) Sesuai ketentuan depkes 4. Pengadaan matkes a. Diskesal (dinas kesehatan angkatan laut) b. Produksi lafial (mell panja renprod) 1) Dasar put 2) Prioritas 5. Distribusi a. Ren distribusi pd smt I (jan feb) 6. Jadwal distribusi a. Semester I (januari februari) 1) Obat produksi lafial 2) Obat2 gigi 3) Obat alkes lainnnya b. Semester II ( juli agustus) 1) Obat produksi lafial 2) Obat no lafial 3) Bekal gilut 4) Bekal lainnya Hygiene Pangkalan TNI AL 1. Air bersih a. Prinsip was sedia air bersih di lan Kwalitas air, sistem distribusi, kontruksi reservoir, pipa dan tangki air di kapal b. Cara was sedia air minum 1) Was mutu air (riksa bakteriologis,sisa khlor,kimia) 2) Was thd sistem dan distribusi air 3) Was & penyuluhan ttg hygine sanitair c. Was thd kwalitas air Pemeriksaan bakteriologis dilaks di lab dg kirim contoh air 1) Tata cara pengambilan contoh air a) Frekuensi dilaks min 1x/bln / lbh bila tjd polusi,bocor. b) Sample air diambil di t4 reservoir,hydran,tangki,,kran c) Botol sample(pyrex steril) d) Air sample utk pemeriksaan bakteriologis 100-200 cc 2) Pengiriman sample(botol diisi contoh air diberi label ttg) T4 ambil sample, sumber, tanggal jam, nama yg ambil, alamat, maksud priksa, 4 jam hrs dikirim/simpan lemari es. b. Ren distribusi pd smt II (juli agst) c. Diskes lantamal 1) Dasar put 2) Prioritas

47

3) Was pengelolaan air di pangkalan a) Tangki air minum berkala 1bln sekali,6bln dikuras diberi semen kental kering diberi larutan kaporit dibilas dg air bersih dan dp digunakan lagi b) Tongkang air hindari polusi sbl diangkut dg tongkang air 2. Makanan a. Sedian makan utk kapal dan ling pangkalan hrs di perhatikan ok memegang peranan penyebaran penyakit dan keracunan b. Pengolahan makanan dr bahan mentah sd dikonsumsi dibagi mjd bbrp tahap 1) Pemilihan sumbernya 2) P angkut bahan mentah 3) P simpan dlm gudang 4) Pengolahan c. Peranan manusia sangat penting.tjd keracunan makanan sbg akibat dr toksin kuman ttt,infeksi bakteri, parasit, racun kimia, racun nabati d. Was sanitasi makanan dilakukan 1) Scr rutin 1x/bln mengenai : Sarana sanitasi, penggunaan sarana & har sarana tsb, kesehatan para pengelola,cara kerja 2) Bila ada indikasi (mis peny perut dr sumber makanan) Pemeriksaan bersifat epidemilogis. Diskes pangkalan hrs was t4 penyimpanan nampak dan tidak nampak bahan mentah dr 5) Simpan sementara 6) Penyajian

Pemberantasan di Pangkalan Daerah pangkalan hrs bebas dr segala mcm serangga rcn pemberantasan vektor jangka pendek kurangi jml vektor disuatu daerah panjang pertahankan yg sdh dicapai, cara yg dipakai : 1. Penyehatan ling, berantas sumbernya, suluh kes, chemical control a. Aedes aegypti Pangkalan, kapal kapal, ktr, rumdis dan lingk hrs bebas pemberantasan aedes aegypti 1) Cegah kontak manusia dg vektor 2) Berantas vektor 3) Was thd aedes aegypte sanitasi,suluh kes chemical control cara yg biasa digunakan, berantas berantas vektor, was mekanik, was lingk, was biologis, chemical kontrol. 4) Keuntungan chemical control wkt yg singkat dp tekan populasi nyamuk kerugian mahal, sementara, nyamuk kebal thd insektisida, perlu ketrampilan khusus utk aplikasi insektisida b. Lalat c. Kecoak 48

2. Pemberantasan tikus a. Tikus didarat Pada dasarnya bebaskan suatu daerah dr invasi tikus dg cara 1) Menciptakan lingk yg tdk memungkinkan utk pemukiman tikus a) Perbaikan sanitasi lingk b) Cegah masuk,keluar bersarngnya tikus 2) Membasmi tikus tikus yg ada a) Pemasangan perangkap b) Penggunaan racun tikus c) Pemasangan gas (fumigasi) Sblm melakukan fumigasi perlu diperhatikan : Semua lubang, celah ditutup agar gas fumigasi tdk ganggusekitar Tidak meracuni makanan dan bahan makanan Tdk merusak alat alat / barang barang di tempat yg di fumigasi Petugas paham ttg prosedur kerja Makin banyak barang dlm ruangan makin banyak fumigent dan dibutuhkan wkt lama Serangga membutuhkan fumigent dr pd tikus Setelah fumigent selesai gas dikeluarkan dr ruang scr aman, bangkai tikus dikumpul dan ditanam,baru penghuni boleh masuk d) Pelepasan musuh tikus e) Rodent kontrol progaram b. Tikus di kapal Semua kapal wajib memiliki sertifikat tikus. Adapun tata cara utk mendapatkan sertifikat tikus kapal hrs dipriksa : 1) Sertifikat hapus / bebas tikus berlaku 6 bulan dan dpt diperpanjang 1 bln sekali 2) Tata cara pemeriksaan tikus di kapal dimulai dr haluan sd buritan yaitu haluan, palka, kamar mesin, sekoci, kamar radio, dapur, tempat simpan bahan makanan, kamar ABK

Sanitasi Pangkalan TNI AL Di pangkalan hrs tersedia sarana pembuangan air kotor dan sampah jd hrs ada sarana sanitasi, sedia air cukup utk kapal/pangkalan, organisasi kebersihan, penyuluhan ttg kerja yg sanitasi & hygienis 1. Pembuangan air kotor Di pangkalan hrs ada sistem pembuangan air kotor yg baik a. Ada sarana utk buang air kotor scr sanitair b. Ada was dlm pemakaian dan har sarana sarana tsb c. Ada scr berlanjut penyuluhan ttg sanitasi air 49

2. Pembuangan sampah Di pangkalan, kapal tdk boleh buang sampah di laut, sampah diambil oleh tongkang sampah/mobil sampah. Hal hal yg perlu diperhatikan adalah : a. Adanya organisasi kebersihan yg efisien dg alat yg cukup b. Cara kerja yg sanitier hygienis c. T4 tampung sampah yg strategis dg kapasitas yg cukup 3. Sanitasi kapal Keadaan sanitasi kapal kapal kita umumnya sangat kurang baik. Banyak faktor salah satunya belum membudayanya sanitasi kapal sanitasi jelek mrpk t4 yg baik bagi serangga dan tikus tp t4 yg kurang baik bagi manusia ok t4 penularan penyakit. 7an, meningkatkan & memelihara sanitasi kapal & melindungi ABK. Cara selalu periksa & was sanitasi kapal. a. Pelaksanaan : 1) Dinkes yg berwajib di lan melaks was sanitasi kapal 2) Yg di periksa kapal perang dan kapal tamu 3) Priksa dilaks di lan dmn kapal sandar 4) Priksa follow up dilaks pd wkt ttt 5) Prosedur pemeriksaan a) Saat priksa diikuti PWA yg bertugas b) Inspeksi dilakukan dr haluan sd buritan c) Beri penerangan & nasehat utk perbaikan b. Pedoman pelaks utk sanitasi kapal 1) Geladak 2) Kamar ABK 3) Kamar mandi dan WC 4) Dapur 5) Kamar pendingin 6) Pengelola makanan 7) Ada alat berantas tikus dan serangga

50

Penyelaman Adalah aktivitas manusia di lingkungan bertekanan lebih dari satu atmosfir absolut ( 1 ATA )

Faktor Fisika 1. Tekanan 2. Gaya apung 3. Temperatur 4. Viskositas Unsur Tekanan Pada Penyelaman : 1. Tekanan karena air itu sendiri Beberapa Hukum Yg Berlaku 1. Hukum boyle : volume suatu gas berbanding terbalik dengan tekanannya pd suhu tetap p1v1=p2v2=p3v3= 2. Hukum dalton : tekanan suatu campuran gas sama dengan jumlah tekanan parsiil masing2 gas p=p1+p2+p3+ 3. Hukum henry : banyaknya gas yg larut dalam cairan berbanding lurus dengan tekanan gas tersebut pada temperatur tetap 4. Hukum charles : pd volume tetap, temperatur suatu gas berbanding lurus dg tekanannya pv/=k Viskositas Air Viskositas air yang tinggi dibanding dengan udara menambah beban energi yang mencolok sekali pada setiap gerakan fisik. 2. Tekanan karena atmosfir di atas air 5. Sifat gelombang suara 6. Sifat pancaran sinar 7. Pengaruh visual dan isyarat propioseptif

Fisiologi Penyelaman 1. Pengaruh biomekanis dari perubahan tekanan terhdp penyelam. 2. Bagian tubuh yang akan mendapat pengaruh lansung dari tekanan adalah rongga-rongga udara fisiologis dalam tubuh : a. Paru-paru b. Ruang telinga tengah c. Sinus-sinus paranasalis d. Gigi

51

Sistem Sirkulasi
Tissues Lung

Surface (1 ATA) Nitrogen partial pressure = 0,8 Oxygen partial pressure = 0,2

99 feet (4 ATA) Nitrogen partial pressure = 3,2 Oxygen partial pressure = 0,8

Penyelam 1. Waktu turun (descent) Tubuh mendapat penambahan tekanan dari luar Penyusutan rongga-rongga fisiologis Rongga-rongga fisiologis relatif negatif terhdp tekanan sekeliling 2. Waktu naik (ascent) Penurunan tekanan luar Rongga-rongga fisiologis relatif positif terhdp tekanan sekeliling Pengembangan (expasion) udara 3. Perlu equalisasi untuk penyamaan tekanan a. Normal : Tuba eustachii satu-satunya saluran utk fungsi equailisasi tekanan udara dalam cavum tympani dg tekanan di sekeliling b. Fisiologis : Memompakan udara dr nasopharynx lewat tuba ke dlm cav tympani lbh sulit drpd mengeluarkan udara dr cavum tympani ke nasopharynx c. Cara : 1) Menelan atau menggerak-gerakkan mandibula menggerakkan otot-otot sekeliling tuba eustachii musculus tensor palatini & stylopharyngeus memperbesar diameter tuba
52

2) Manuvra valsava Menjepit hidung & memaksaklan udara masuk lewat tuba eustachii dalam keadaan nasopharynx tertutup. d. Perbedaan tekanan : 1) 90 mmHg tidak memungkinkan pembukaan tuba secara aktif 2) 100 700 mmHg ruptura membrana tympani

Telinga

53

A. Syarat-syarat calon penyelam B. Pemeriksaan Kesehatan Calon Penyelam 1. Penyiapan sbg seorang penyelam udara kompresi 2. Penyiapan kesehatan 3. Penyiapan fisik 4. Penyiapan ketrampilan 5. Persyaratan umur a. Tidak ada batas maksimun umur bagi calon penyelam sport atau rekreasi b. Umur optimum antara 20-35 tahun. c. Tidak kurang dari umur 16 tahun [CMAS, Word Federation For Underwater Activity] d. Calon penyelam angkatan laut, komersial, pelatihan dilakukan tidak < umur 18 tahun dan tidak > umur 30 tahun. 6. Riwayat ganguan kesehatan katagori diskualifikasi mutlak a. Asthma b. Epilepsi c. Ruptur membran timpani d. Chronic bronchitis e. Spontaneous pneumothorax f. Syncope g. Diabetes h. Semua gangguan syaraf i. j. Angina pektoris, infarkmyocard Ketagihan obat

k. Penyakit ginjal l. Chronic sinusitis

7. Riwayat ganguan kesehatan katagori diskualifikasi relatif a. Penurunan fungsi paru b. Kelainan gigi c. Scoliosis d. Thoracotomy e. Kelainan ECG f. Perokok berat g. Migrain h. Vertigo

8. Riwayat gangguan kesehatan katagori disqualification temporarily a. URI, sinusitis, seasonal allergic rhenitis b. Acut bronchitis c. Acut gastroenteritis d. Orthopedic injury 9. Pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan fisik paru, jantung dan pembuluh darah, THT, neurologi b. Foto rontgen survey tulang panjang c. Laboratorium d. Test kompresi
54

e. Alcoholic or other drug intoxication f. Pregnancy

C. Pemeliharaan Kesehatan Untuk Penyelam 1. Larangan menyelam sementara a. Penggunaan obat-obatan b. Setelah vaksinasi dan imunisasi 2. Pembatasan penyelam setelah terbang a. Penyelam yg tlh melakukan tugas penyelaman b. Setelah menyelam tdk dibenarkan unt terbang (12jam) 3. Pemeriksaan berkala a. Pemerisaan kesehatan tiap 6 bln sekali unt penyelam rutin b. Pemeriksaan 3 bln sekali unt Team Clearence Diving c. Pemeriksaan kesh seblm n sesdh penyelaman, unt penyelam dalam ( >55 m) d. Pemeriksaan berkala tahunan 4. Transportasi penyelam yang menderita dcs a. Penerbangan tdk blh lebih dari 1000 feet (305 meter) b. Skin diving kedalaman 25 feet (7,6 m) ; 5000 feet or 12 jam c. Setelah kecelakaan, selama/sesudah melakukan skin diving c. Setelah perawatan gigi

D. Kedaruratan Penyelaman 1. Kedaruratan adalah suatu keadaan yg tdk terduga yg memerlukan tindakan segera. 2. Mencegah terjadinya kedaruratan a. Dengan latihan dan pengalaman yg didapat b. Mengetahui benar tentang penyelaman c. Merencanakan penyelaman dgn baik 3. Berdasarkan fisiologi dan pertolongan medis a. Tidak membutuhkan rekompresi 1) Kedaruratan sistim pernafasan 2) Kedaruratan sifat fisik air 3) Gangguan tehnik pelaksanaan penyelaman b. Tindakan yg memerlukan rekompresi 1) Dekompresi yg tdk terlaksana/tdk memedai 2) Emboli gas 3) Penyakit dekompresi

E. Penyelidikan Kecelakaan Bawah Air Pada penyelidikan kecelakaan bawah air, ada 5 hal 1. Penyelam dan riwayat kesehatan yg lampau 2. Kondisi lingkungan penyelaman 3. Profil dan riwayat penyelaman 4. Peralatan selam 5. Pemeriksaan autopsi

55

Pendahuluan Kehilangan kesadaran pada penyelam adalah penyebab utama kematian pada kecelakaan penyelaman butuh aksi cepat & pertolongan pertama (-) kesadaran di dlm air Tenggelam mati Bukan krn beratnya perubahan pathofhysiology Hilang media untuk pernapasan & aspirasi Penyebab 1. Hipoksia a. Pada penyelam tahan napas b. Saat naik tek , tek dlm paru , akibatkan O2 paru ke otak tak cukup 2. Hiperventilasi a. Napas cepat dan dalam CO2 banyak keluar b. Ingin bernapas dirangsang penumpukan CO2 c. O2 dlm paru dibawah titik kritis tapi kadar CO2 belum merangsang untuk bernapas 3. Tenggelam a. Tidak sadar b. Sadar 1) Terjebak 2) Alat selam rusak 4. Kedinginan a. Air dingin tubuh reflek tarik napas b. Suhu < 27 c kesadaran hilang c. Suhu turun lebih lanjut jantung & napas berhenti mati d. Aliran darah resiko DS 5. Barotrauma paru waktu turun (squeeze paru) a. Pada penyelam tahan napas > 40 meter b. Vol paru < vol paru setelah ekspirasi perdarahan napas tidak sadar 6. Luka karena binatang laut a. Digigit : hiu, ular laut, octopus, kerang beracun b. Disengat : ubur2, stone fish, sting ray
56

3) Keliru perkiraan 4) Kesalahan tehnis

5) Panik

c. Penyelam harus kenali kehidupan bawah laut laut daerah tsb 7. Muntah dan tertelannya muntahan atau air laut a. Penyebab : 1) Mabuk laut 2) Kehamilan 3) Rasa melayang 4) Menelan air laut 5) Penyakit telinga tengah/dalam 6) Membrana tympani robek 7) Minum alkohol 8) Infeksi saluran cerna

b. Muntah dapat menyumbat mouth piece dan masuk ke co2 absorben 8. Penyakit dekompresi a. Jarang pada penyelam tahan napas b. Mudah terjadi pada penyelaman dalam > 10 m dimana waktu periode dekompresi kurang dipatuhi c. Mirip emboli otak 9. Keadan kesehatan lain Penyelam yang menderita penyakit yang sebabkan tidak mampu kerja, jika terjadi dibawah air sangat berbahaya dilarang menyelam pada penderita DM, penyakit jantung, epilepsi, dsb. 10. Ledakan bawah air Penyebabnya jelas dan cedera yang diakibatkannya sangat berat 11. Barotrauma paru waktu naik (burst lung) a. Age pada otak b. Kehilangan kesadaran pada waktu mencapai permukaan, mungkin disebabkan terdapat udara yang terperangkap di dalam paru c. Bila ada batuk/dahak yang berdarah menyokong dx 12. Sinkop waktu naik Diduga karena adanya sedikit regangan jaringan paru sewaktu naik yang mengganggu kembalinya darah ke jantung sehingga tekanan darah menurun dan hilang kesadaran sebentar 13. Narkosis nitrogen a. Kehilangan kesadaran bila bernapas dgn udara tekan pada kedalaman > 100m b. Kesadaran hilang dipermukaan bukan karena nakosis nitrogen 14. Keracunan CO a. Jarang terjadi b. Mungkin pencemaran udara lewat knalpot kompresor terutama kompresor yang dengan mesin diesel 15. Keracunan oksigen Dapat terjadi keracunan akut pada otak bila tekanan partial O2 melebihi 1,8 ata alat selam O2 murni berbahaya bila digunakan di kedalaman > 9 10 m 16. Hipoksia akibat kerusakan alat /kesalahan tehnik a. Karena penggunaan gas pernapasan yang salah 1) Perkiraan yg salah 2) Tercemar
57

b. Bila korban cepat ditolong dan tidak menelan air atau terjadi komplikasi lain bisa cepat kembali normal Barotrauma 1. Definisi : kerusakan jaringan dan sequelenya akibat ketidakseimbangan antara tek. udara rongga udara fisiologis dalam tubuh dgn. tek. sekitar 2. Berdasar patogenesa: a. Barotrauma waktu naik(descent) b. Barotrauma waktu turun(ascent) 3. Barotrauma telinga a. Barotrauma telinga : luar, tengah dan dalam b. Paling sering terjadi c. Bt telinga luar : 1) Bila mae tertutup 2) Gejala : perdarahan ptechiae, subcutan,kongesti pemb.drh m.tym 3) Terapi : bersihkan dgn H2O2, larangan menyelam sementara d. Bt telinga tengah 1) Waktu turun sering terjadi tu.penyelam pemula 2) Cav. tym. terpisah dgn dunia luar oleh m. tym, dan berhub.dgn dunia luar mell t. eustachii >> equalisasi : menelan, menggerakkan mandibula atau manuvra valsava 3) Penyebab sumbatan : kongesti mukosa,otitis media,obstr.mek.,var.indiv. 4) Gx : nyeri,perdarahan mell.hidung atau mulut,perasaan buntu/tuli. 5) Tx : rest, dekongestan, ab e. Bt telinga dalam 1) Biasanya sebagai kx.bt.tel.tengah waktu turun, ok. Melakukan valsava terlalu dipaksakan 2) Akibat ruptur for.rotundum dankebocoran cairan perilymph 3) Gejala : perasaan buntu, tuli sens., tinnitus, gangguan vestibular, mis. vertigo. 4) Terapi : a) Ops. rekonstruksi memb. for. rotundum b) Dilarang menyelam/man.valsava c) Simptomatik f. Barotr. sinus-sinus paranasalis g. Barotr. gigi h. Barotr. wajah i. j. Barotr. kulit Barotr. kepala dan badan

58

Penyakit Dekompresi Menyelam tekanan meningkat Kepermukaan tekanan menurun Prosedur dekompresi salah Gelembung gas nitrogen Penyakit dekompresi Rekompresi (OHB) resolusi gelembung Pengobatan 1. Pertolongan Pertama (RJP) a. Penyelam harus dibawa secepat mungkin ke permukaan dan diangkat ke kapal atau ke pantai b. Pasien yang tidak sadar diusahakan agar bisa secara pasif mengeluarkan nafasnya untuk mencegah regangan paru yang berlebihan dan robekan paru. c. Setelah tiba di permukaan, nilailah frekuensi pernafasan dan sirkulasi ( denyut nadi/ jantung ) korban d. Bila pasien biru tapi bernapas, beri 100 % O2, bila tak bernapas lakukan pernapasan buatan mulut ke mulut e. Hal ini bisa dimulai dan dikerjakan di dalam air diteruskan di kapal atau di pantai. f. Bila denyut nadi tak teraba, lakukan pijat jantung. g. Beri O2 100 % lewat masker pada penderita secepat mungkin. h. Respirator tekanan positip Oxyviva, dan sebagainya hanya boleh digunakan dengan hatihati oleh karena tekanan positip bisa memperberat gejala penderita burst lung. i. Semua pertolongan kedaruratan harus terus dilakukan sampai didapatkan tindakan medis dengan alat-alat yang lebih memuaskan. 2. Anamnesa a. Sambil melakukan tindakan pertolongan, tanyakanlah pada orangorang yang mengetahui apa yang terjadi pada korban. b. Dimana terjadinya ketidak sadaran (di dasar, sewaktu naik atau di permukaan), semua yang terjadi sebelum korban tidak sadar, dan pengangkatan dari dalam air juga harus ditanyakan. c. Akan lebih berguna lagi bila ada seseorang yang mengetahui riwayat kesehatan korban. 3. Tindakan khusus Bila dx telah ditegakan dan dilakukan tidakan pertolongan seperti diatas maka tindakan khusus dapat dilakukan yaitu :

59

a. Terus lakukan tindakan di atas di tempat kejadian hingga korban dipindahkan ke rumah sakit. Jangan menghentikan tindakan selama diperjalanan ke rumah sakit kecuali bila telah dinyatakan meninggal oleh dokter. b. Pengobatan rekompresi sangat berguna untuk menyelamatkan jiwa pada kasus emboli udara di otak, dan penyakit dekompresi berat. Bila meragukan, anggaplah korban sebagai kasus yang memerlukan pengobatan rekompresi c. Beberapa kelainan tertentu mungkin perlu diatasi secara sekunder : 1) Hipotermi 2) Menelan muntahan 3) Ledakan bawah air 4) Cidera tubuh terkena kapal dan hipoglikemi epilepsi, dan sebagainya. d. Minta pertolongan pada dokter ahli penyelaman. 1) Didampingi seorang penyelam berpengalaman untuk beri keterangan pada petugas kesehatan 2) Rekompresi di dalam air bila ada dokter ahli dan perlu alat yang lengkap, bila terlalu lama dalam air dingin bisa menyebabkan kematian Kesimpulan Penyebab tersering dari kasus ketidaksadaran pada penyelaman adalah : 1. Hiperventilasi dan penyelaman tahan napas yang terlalu lama sehingga menyebabkan hipoksia. 2. Kesalahan tehnis penyelaman atau kerusakan alat selam yang mengakibatkan hipoksia atau near drowning pada penyelam yang menggunakan udara tekan pada alat selam sirkuit terbuka seperti Scuba. 3. Keracunan CO2 pada penyelam yang menggunakan alat selam sirkulasi tertutup.

60

Pengertian 1. TOHB merupakan suatu terapi dengan menggunakan gas oksigen 100% sebagai media nafas pada tekanan lebih dari 1 atm dalam suatu RUBT 2. Dapat bertindak sbg terapi utama maupun terapi bantuan pd kasus klinis yg bersifat ilmiah dan alamiah Indikasi Pengobatan HBO 1. Penyakit penyelaman a. Penyakit dekompresi 2. Penyakit klinis a. Gas gangren b. Bedah plastik dan rekonstruksi tandur kulit c. Osteomyelitis, osteoradionekrosis d. Crush injury, traumatic ischemia e. Thromboangitis obliterans Dasar-dasar Terapi OHB 1. Memperkecil vol gelembung gas, memprcepat resolusi gelembung gas. 2. Daerah ischemic/hipoxic akan menerima O2 sec maximal 3. Meningkatkan pmbentukan pmbuluh kapiler baru 4. Menekan pertumbuhan kuman 5. Meningkatkan pmbentukan fibroblas, meningkatkan daya fagositosis lekosit 6. Meningkatkan kebugaran, tujuan kecantikan dan geriatri Keracunan Carbon Monoksida 1. [CO] ud : 1 ppm 0,0001 % Mekanisme Toxic 1. CO + Hb HbCO (Hipoxia) 2. Afinitas CO thd Hb 200-210 x O2 Manifestasi Klinis PPM % HbCO Manifestasi 400 7,2 Nihil 800 14,4 Sakit kepala,dyspnu, nausea 1600 30 Bingung, rasa ingin kolaps
61

b. Emboli gas arterial

c. Keracunan CO

f. Neurologi (stroke, migrain, demensia) g. Luka bakar h. Ujung amputasi i. j. Luka hipoperfusi, ulkus DM Infeksi jaringan lunak

2. Tdk bewarna, tdk berbau, tdk berasa

3. HbCO mhmbt transport CO2 CO2 4. CO efek toxic seluler

3200 4000 4500

58 72 81

Kehilangan kesadaran Koma Mati

Terapi HBO Pada Luka Infeksi 1. Infeksi HBO : a. Bakterisid Kuman An aerob (Clostridium) b. Bakteriostatik Kuman Aerob (Mycobacterium) c. Meningkatkan kemampuan fagositosis leukosit 2. Kondisi Luka: Kerusakan jaringan, kerusakan pembuluh darah, platelet dan kolagen berinteraksi, perlekatan lekosit pd endotel dan infiltrasi granulosit + makrofag lumen menyempit, fibroblas bermetabolisme dgn cepat utk prod kolagen Kebutuhan O2 utk metabolisme Kemampuan sirkulasi lokal utk mndukung Krisis Energi Lokal Hypoxia Luka sulit sembuh, infeksi tak terkontrol 3. Pelaksanaan Terapi OHB pada kasus klinis memakai tabel Kindwall modifikasi Guritno dng tekanan 2,4 ATA selama 3x30 menit hisap O2 100% yang diselingi hisap udara 5 menit.

Contraindications 1. Absolute Untreated tension pnemotorax 2. Relative a. Upper respiratory infection b. Emphysema with CO2 retension c. Asymptomatic pulmonary lesions seen on chest X ray d. History of thoracic or ear surgery Complications 1. Midle ear barotrauma 2. Sinus pain 3. Pulmonary barotrauma 4. Oxygen seizure 5. DCS e. Uncontrolled high fever f. Pregnancy g. Claustrophobia h. Seizure dissorder i. Malignant disease

62

Coincidental Medical Events In Hyp. Chamber 1. Stroke 2. IMA 3. Epileptic seizure

Tabel Kindwall Modifikasi Guritno


Descent Rate = As Fast As Possible
50

40

Total Elapsed Time : 128 Min


Ascent Rate = 1Ft/Min

30

20

10

0 14

30

30

30

14

63

Pengertian 1. Kesehatan hiperbarik Mempelajari masalah kesehatan akibat pemberian tekanan lebih dari 1 atm terhadap tubuh serta penggunaannya untuk pengobatan. 2. Terapi oksigen hiperbarik Bentuk pengobatan dengan pemberian oksigen tekanan tinggi yang dilaksanakan dalam RUBT

Apakah pengobatan oksigen hiperbarik itu? Pengobatan Oksigen Hiperbarik adalah : Pengobatan yang menggabungkan menghirup Oksigen 100 % dengan memberikan tekanan > 1-3 atmosfir absolut didalam Hyperbaric chamber (RUBT) Prosedur Terapi OHB 1. Pasien masuk caisson 2. Tek. udara 2-3 ATA Fisiologi OHB 1. Dalam darah a. 1 grm Hb membawa 1,34 ml O2 b. 15 grm Hb dalam 100 ml darah membawa 20,1 ml O2 2. Dalam plasma a. Koefisien kelarutan 0,0214 ml O2/100 ml plasma b. 21% O2 tekanan 1 ATA 0,0045 ml O2/100 ml plasma c. 100% O2 tekanan 1 ATA 2,14 ml O2/100 ml plasma d. 100% O2 tekanan 3 ATA 6,42 ml O2/100 ml plasma Evolusi O2 Dalam Darah [HbO2], Plasma [Terlarut] Thd Fraksi O2 & Tek. Lingk.
[%] 6.0 ml O2/100ml plasma 3,8 ml O2/100ml plasma 20,1

3. Hirup O2 100% melalui masker

19,7

PLASMA

HbO2

21% O2

100% O2

100% O2

[ATA] 1.0 2.0 3.0

64

Pengobatan Oksigen Hiperbarik 1. Aman 2. Nyaman 3. Tidak menyakiti 4. Fisiologis Manfaat Oksigen Hiperbarik mencakup : 1. Masalah yang berhubungan dengan penyelaman Misalnya : penyakit dekompresi, keracunan gas CO, dan tes toleransi oksigen bagi penyelam 2. Beberapa penyakit klinis Misalnya: diabetes melitus, stroke, luka bakar, osteomyelitis, cangkok kulit/jaringan dan lain lain. 3. Kebugaran Meningkatkan asupan O2 di jaringan, meningkatkan sintesa kolagen, neovaskularisasi, mempercepat eliminasi asam laktat 5. Telah melalui uji klinis 6. Ada indikator klinis : dosis, indikasi, kontraindikasi, komplikasi, efek samping

Mekanisme Kerja 1. Hiperoksigenisasi a. Pada kondisi hiperbarik, O2 terlarut dalam darah lebih banyak. b. Dalam darah: O2 terikat dgn hemoglobin dan O 2 bebas dlm plasma. OHB membuat O2 bebas dlm plasma >>, kadar O2 dlm jaringan disekitar pembuluh darah >>. c. O2 mampu merasuk 10-15 kali lebih jauh & lebih banyak. d. Bermanfaat menangani gangguan hipoksia dan iskhemia 2. Neovaskularisasi a. Timbul setelah beberapa kali sesi terapi b. Adanya replikasi fibroblas c. Terbentuknya kolagen baru d. Tumbuhnya sel epitel pembuluh kapiler 3. Efek Antimikroba a. O2 impairs bacterial metabolism. Not selective but cover broad spectrum both gram(+) and gram(-). Most effective in anaerobic infections b. HBO improves the phagocytosis, which is impaired by hypoxia. c. HBO produces free radicals which are toxic to microorganism. d. HBO has synergistic effect when combine with Aminoglycosides, Sulfonamides and Quinolons increases the effect 5 to 10 fold e. HBO is effective in drug resistant infections f. Oxygen has direct bactericidal and bacteriostatic effect equal to that of some antibiotic g. HBO inhibits the exotoxin production such as, alpha and theta toxin of C. perfringen
65

4. Vasokonstriksi 5. Kompresi gelembung gas Indikasi, Kontraindikasi, Komplikasi HBO 1. Indikasi a. Disepakati pemakaiannya oleh UHMS, 1999 1) Embolisme gas dan udara 2) Keracunan CO 3) Clostridial myositis dan myonecrosis (gas gangrene) 4) Crush injury dan acute traumatic ischemias 5) Penyakit dekompresi 6) Meningkatkan peyembuhan luka 7) Anemia 8) Abses intrakranial 9) Infeksi jaringan lunak ternekrotisasi 10) Osteomyelitis 11) Delayed radiation injury 12) Skin grafts dan flaps 13) Luka bakar b. Kelas 2 : Indikasi Terapi Ajunktif 1) Pembedahan rekontruktif anggota gerak 2) Kegagalan sirkulasi darah perifer 3) Penyakit arteri koroner: Angina pectoris, Myocardial Infark 4) Oklusi arteri retina pusat 5) Penyakit otak iskemik 6) Tuli mendadak 7) Insufisiensi sirkulasi darah perifer 8) Luka bakar 9) Sindrom Meniere 10) Sekuele lambat keracunan CO 11) Ensefalitis virus non spesifik c. Indikasi Non Emergency (Chronic) 1) Kanker ganas, yang dikombinasikan dengan radiasi dan kemoterapi 2) Gangguan peredaran darah tepi dengan borok yang sulit sembuh 3) Cangkok kulit (Skin grafts) 4) Subacute Myelo-Optico Neuropathy (SMON) 5) Paresis Motorik, sekuele lanjut serangan pembuluh darah otak, cedera kranial dan craniotomy
66

12) Osteomyelitis kronik 13) Patah tulang 14) Osteoradionekrosis dan Kerusakan jaringan lunak 15) Ulkus duodenum dan Lambung 16) Ileus paralitik 17) Resusitasi kardiopulmoner 18) Udem otak 19) Syok, termasuk syok post operasi dalam bedah jantung

6) Sindrom yang tertunda pada intoksikasi CO 7) Neuropathy sumsum tulang belakang 8) Osteomyelitis dan Radio nekrosis 2. Kontra Indikasi a. Mutlak Untreated Pneumothorax b. Relatif 1) Infeksi Saluran Nafas Atas 2) Emfisema dengan retensi CO2 3) Lesi paru asimtomatis pd foto dada 4) Riwayat operasi dada dan telinga 3. Komplikasi a. Barotrauma: telinga, sinus, gigi, paru b. Temporer Myopia 4. Efek Samping a. Mual b. Keringat c. Batuk d. Sakit dada e. Kedutan f. Tinitus c. Kejang karena O2 d. Klaustrofobia 5) Demam tinggi 6) Penyakit keganasan. 7) Optic Neuritis 8) Kehamilan

67

Type RUBT 1. Large multi compartment chamber 2. Multi compatments for treatment 3. Portable high pressure multi-man chamber 4. Portable high or low pressure one-man chamber 5. Research Chamber

Alat Pendukung RUBT 1. Kompresor 6 2. Buffer tank 1 3. Tabung oksigen 2 B / K 4. Mobil ambulan

Hot Tip 1. RUBT diperkenalkan sejak tahun 1662 oleh dr. Henshaw dari Inggris. RUBT merupakan suatu tabung yang dari plat baja atau aluminium alloy dan dibuat sedemikian rupa sehingga mampu diisi udara tekan mulai dari 1 ATA sampai beberapa ATA 2. RUBT merupakan alat pendukung untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tekanan lebih dari 1 ATA. Bentuk RUBT disesuaikan kegunaannya.

Diagram Kerja RUBT 1. Control panel 2. Udara tekan kompressor 3. Oksigen mix gas RUBT

Multi Compatments For Treatment 1. Dipakai dalam pengobatan 2. Mampu diisi tekanan 2-4 ATA 3. Mampu menampung beberapa orang

Proses Evakuasi Pasien Dekompresi dari tempat kejadian menggunakan ambulance Hiperbaric

Kondisi Monoplace Chamber Bertekanan Tinggi Proses pemindahan pasien dari mono ke multi place chamber

Portable Hight Pressure Multi-Man Chamber 1. Dapat dipindahkan 2. Dipakai untuk pengobatan penyelam / pekerja Caisson 3. Mampu menampung lebih dari 1 orang Portable High Or Low Pressure One-Man Chamber 1. Untuk pengobatan / transport 2. Mampu menampung 1 orang
68

Komponen RUBT 1. Panel kontrol 2. Pintu / jendela 3. Ventilasi udara segar 4. Penyinaran 5. Pendinginan dan pemanasan 6. Pengatur kelembaban udara 7. Peredam suara 8. Komunikasi 9. Kamera televisi 10. System pemadam kebakaran 11. Masker set 12. Sound system 13. Water inlet WS / SW 14. Wc

Komponen Penunjang RUBT 1. Sistim komputer ops 2. Airspec qp 9000 ( spectromass ) 3. Laser doppler 4. EEG (encepalocel electrogarph ) 5. Transcutaneus ( TCPO2/TCPCO2) 6. Suction pump 7. Injektion pump / syrink pum 8. RCH / alat bantu napas 9. ECG ( electro cardiogram) 10. Minikite : a. Tensi meter stetoskop b. Tongspatel c. Glukosa 40 % d. Spuit e. Kasa steril f. Slimut

Material 1. Alat penelitian a. Spectromass b. Treadmill c. Periflux LS d. Cardiosyst 2. Penunjang a. R. terima b. R. konsultasi Penyakit Penyelaman 1. Penyakit dekompresi Penyakit Klinis 1. Keracunan CO 2. Gas ganggren, leprosy, osteomyelitis 3. Bedah plastik dan rekonstruksi 4. Traumatologi 5. Ortopedi (nonunion of fracture, comp syndr) 6. Penyakit pembuluh darah tepi (IHD) 7. Neurologi (stroke, migrain, demensia) 8. Endokrin (diabetes M) 9. Oesteoradionekrosis 10. Geriatri, kecantikan, kebugaran 2. Emboli gas/udara c. R. periksa & rawat d. R. tunggu e. Bomed f. In body analiser g. EEG h. Bubble detector i. j. RUBT binatang Autospiro

k. Audiometri l. Free radical lumat

69

Prosedur Terapi Oksigen Hiperbarik 1. Pengisian status 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan fisik 4. Pemeriksaan penunjang a. X-foto thoraks b. Lab (gula darah, BTA, dll) Program 1. Terapi OHB untuk kebugaran 2,4 ATA , 3x30 , 5 3 2 2. Terapi OHB untuk kecantikan 2,4 ATA , 3x30, 5-6 / minggu 24 3. Terapi OHB untuk geriatri 2,4 ATA , 3x30, 5-6 / minggu 24 Pengoperasian Chamber/Pelaksanaan Terapi OHB 1. Pengawas a. Kepala team ( ka ) 2. Operator / pengawas luar Bertugas melaksanakan program terapi a. Sesuai tabel yg ditentukan oleh dokter b. Menyiapkan kesiapan system pengoperasian chamber, meliputi suply udara dan oksigen c. Mampu bertindak cepat dan tepat, bila terjadi ada trabel dalam chamber d. Menjaga stabilitas kenyamanan dalam chamber e. Menjaga konsentrasi udara dlm chamber f. Mencatat waktu dimulai s/d akhir terapi termasuk kejadian2 yang terjadi selama terapi Pengoperasian Chamber/Pelaksanaan Terapi OHB Pengawas dalam ( tender ) 1. Seorang perawat / petugas yang terlatih 2. Bertugas : a. Menyiapkan peralatan masker, air minum b. Alat-2 penunjang medis dlm chamber c. Memandu pasien selama proses terapi mulai awal hingga selesai. d. Seleksi barang yg digunakan maupun barang bawaan ke dlm chamber. e. Mampu bertindak cepat dan tepat dalam mengambil keputusan apa bila terjadi trabel. b. 1 dokter hiperbarik 5. Informed concent yang benar 6. Evaluasi a. Penyelaman : selama terapi b. Klinis : awal, setelah 1 seri (10 x HBO)

Pengoperasian Kompresor Teknisi/Mesin Menjalankan kompresor


70

1. Melihat situasi dan kondisi lingkungan bebas asap dari pembakaran atau cerobong mesin lain 2. Mengisi bufer 3. Menjaga kondisi kompresos tetap siap Diagram Supply Udara RUBT Kompressor Filter Kran Air bank tank Panel chamber Chamber

Keterangan : 1. Udara luar akan masuk melalui kompressor, di dalamnya udara akan disaring melalui filter untuk mencegah adanya partikel-partikel berbahaya yang akan masuk melalui pipa. 2. Dari filter udara akan masuk ke kran yang akan disalurkan ke tangki penampung udara di mana udara di tampung sesuai dengan kapasitas tangki. 3. Dari tangk penampung udara, udara di alirkan ke dalam chamber melalui pengaturan yang ada di dalam panel chamber sehingga kebutuhan pasien akan uadara tetap terpenuhi.

Diagram Supply O2 O2 Cair dalam tanki Kran Evapurator Reduccer Panel Chamber Pasien Keterangan : 1. O2 cair dalam tanki dialirkan melalui pipa menuju kran. 2. Dari kran O2 cair dialirkan ke dalam evapurator. 3. Di dalam evapurator terjadi proses perubahan dari O2 cair menjadi gas O2. 4. O2 yang telah menjadi gas dialirkan ke dalam reducer yang mengatur keluar masuknya gas O 2. 5. Dari reducer O2 dialirkan ke dalam chamber melalui panel. 6. Dari panel masuk melalui system pipa kemudian kemasker dan diatur sesuai dengan kebutuhan kemudian di isap oleh pasien.

Diagram Supply Mixed Gas Mixed gas dalam tabung Kran Reducer Panel Chamber

Keterangan : 1. Mixed gas dalam tabung (heliox, netrox) dialirkan ke dalam kran melalui pipa. 2. Dari kran mixed gas di alirkan ke reducer untuk di atur tekanannya. 3. Dari reducer mixed gas dialirkan ke chamber melalui panel.

71

Tender / Pendamping pasien dalam Chamber pada waktu pelaksanaan Hiperbarik Oksigen Terapi 1. Syarat Tender : a. Medis / Paramedis yang telah terlatih / pernah diklat Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik b. Penyelam / Personil yang telah terlatih / pernah diklat Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik c. Tidak ada kontra indikasi dengan HBO terapi d. Tidak pobi ( ruang sempit dan tertutup) e. Mampu adaptasi dengan cepat pada lingkungan hiperbarik 2. Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Tender a. Pra HBO Terapi b. Pada Waktu Pelaksanaan HBO Terapi c. Post HBO Terapi

Pra HBO Terapi 1. Pasien Baru a. DCS b. Klinis c. Kebugaran 2. HBO Terapi Lanjutan a. DCS b. Klinis c. Kebugaran d. Pasien Transfer dari Ambulance

Hyperbaric.

Pasien Baru DCS TYPE I 1. Identifikasi pasien melalui Informasi oleh petugas Paramedis Rujukan / datang sendiri 2. Anamnese pasien oleh Medis/ Paramedis a. Riwayat kesehatan b. Riwayat kegiatan penyelaman 3. Pemeriksaan pasien oleh dokter 4. Pemberian arahan kepada pasien tentang : a. Benda yang dilarang masuk chamber pd saat HBO Terapi berlangsung. b. Cara valsava / equalisasi c. Kedaruratan insidentil individual d. Safety life support 5. Keluhan pasien : a. Kelelahan yang berlebihan setelah menyelam b. Mengantuk atau pusing ringan 72 e. Dampak pada saat kompresi / dekompresi c. Kejadian DCS d. Lama kejadian

c. Gatal-gatal pada kulit (skin bends) d. Nyeri, terutama di daerah persendian dan otot-otot di sekitarnya. Bisa timbul mendadak atau berangsur-angsur e. Hal tersebut diatas sebagai evaluasi pada waktu terapi HBO berlangsung f. Setiap ada perkembangan dilaporkan kepada dokter 6. Perlengkapan pasien : a. Pakaian yang tidak mudah menimbulkan reaksi listrik b. Alas kaki khusus HBO terapi c. Air minum / permen 7. Peralatan & Perlengkapan Tender : a. Pakaian khusus tender b. Memasang masker c. Urinal, bengkok, stikpan dan selimut d. Medical kit 1) Kain Kasa, verband, plester, kapas & gunting 2) Spuit, jarum suntik, infus set, tensi clock 3) Glukosa 40 %, SA, adrenalin, aminophilin, valium dll e. Medical lock berfungsi dng baik f. Kateter jely, infuset & RL, RD g. Air minum, permen h. Buku laporan 8. Koordinasi Petugas (Tim) a. Katim / dokter b. Operator / pengawas luar c. Tender / pengawas dalam d. Teknik kompressor e. Rencana tabel yang dipergunakan Tabel 5 US navy dll f. Embarkasi pasien ke dalam chamber (Memasukkan pasien ke dlm chamber) 1) Jalan sendiri 2) Menggunakan tandu, kursi roda 3) Menggunakan tempat tidur 4) Menggunakan portable monoplace chamber 5) ( lihat kondisi KUBT)

73

Tabel 5 US Navy Tabel ini dipakai untuk mengobati pain only DCS (tipe I)

Pelaksanaan HBO Terapi 1. Memberi salam & instruksi prosedur pelaksanaan HBO Terapi 2. Mengawasi K U pasien pada awal hingga akhir HBO Terapi. 3. Mengatasi insiden / trouble terhadap pasien 4. Melayani kebutuhan pasien 5. Koordinasi dengan Dokter / Operator selama pelaksanaan HBO Terapi 6. Awasi keadaan umum pasien 7. Bantu valsava bila kesulitan 8. Catat dan laporkan setiap kejadian kpd dokter / katim 9. Mencapai kedalam pasang masker pd pasien berikan oksigen 100 % 10. Jaga kenyamanan lingkungan ( suhu udara ) 11. Berikan minum atau makan pada waktu istirahat 5 menit (tidak menghisap oksigen). 12. Perhatikan pada waktu perubahan tekanan. 13. Catat dan laporkan setiap ada perkembangan pada waktu oksigenasi dari awal hingga selesai terapi. 14. Lepas masker oksigenasi selesai. 15. Evaluasi hasil terapi a. Tender, pasien, operator dan RUBT siap, tekan (kompresi / descent) RUBT dengan kecepatan 25 feet/m. b. Mencapai 60 fsw pakai masker hisap O2 100% 20 menit pertama istirahat 5 menit evaluasi keluhan pasien.

74

c. Hisap O2 100% 20 menit kedua selesai, lakukan dekompresi (ascent) dengan kecepatan 1 feet/m d. Kemudian sambil isap O2 100% menuju 30 fsw selama 30 menit e. Setibanya di 30 fsw lepas masker istirahat 5 menit f. Hisap O2 100% 20 menit lepas masker istirahat 5 menit. g. Lakukan dekompresi (ascent) dari 30 fsw ke permukaan dengan kecepatan 1 feet/m, pasien bernafas dengan O2 murni. h. Keluarkan penderita dari RUBT, terapi selesai. 16. Insiden/trouble pasien pd waktu HBOT a. Barotrauma pada waktu penekan (turun) 1) Sakit telinga (terlambat valsava) 2) Sakit sekitar hidung dan muka 3) Pusing sakit kepala c. Oksigen toxicyti (keracunan oksigen) 1) Kepala terasa ringan (light headness), pusing, tinitus, vertigo 2) Otot seluruh badan gemetar, semutan 3) Wajah gemetar, pucat, pinsan kejang. 17. Mengatasi insiden / trouble terhadap pasien a. Stop/hentikan penekan 1) Bantu valsava berikan minum, menelan air ludah, buka mulut lebar-2, miringkan kepala posisi yang sakit diatas 2) Turunkan tekanan hingga telinga menjadi enak seperti semula. 3) Berikan tetes hidung 4) Berikan masker dengan bernafas menggunakan mulut lebar-2 5) Berikan minum teh manis hangat. b. Barotrauma pada waktu naik 1) Epistaksis / mimisen 2) Telinga bunyi grebeg-2 3) Keluar darah dari telinga .. Beri pengertian. Periksa dokter c. Oksigen toxicyti (keracunan oksigen) 1) Stop oksigen / lepas makser. 2) Berikan minum teh manis hangat 18. Mengatasi Oksigen toxicyti (keracunan oksigen) pinsan kejang. a. Selamatkan pasien dari benturan benda sekitar, jatuh dari tempat duduk tempat tidur b. Stop oksigen / lepas makser c. Pindahkan pasien ke tempat aman dan tidurkan di lantai dengan posisi kepala miring ke kanan atau ke kiri d. Periksa KU pasien 75 b. Barotrauma pada waktu naik 1) Epistaksis / mimisen 2) Telinga bunyi grebeg-2 3) Keluar darah dari telinga

1) Bila kejang lindungi lidah dari gigitan 2) Berikan tindakan ABC bila diperlukan e. Bersihkan kotoran di sekitar mulut f. Periksa jalan nafas g. Periksa sirkulasi pernafasan......henti nafas............ nafas buatan h. Periksa denyut nadi............ Henti jantung............. Pijat Jantung (CPR) i. j. Laporkan pada dokter ......... Masalah teratasi Tindakan lebih lanjut atas perintah dokter

Post HBO Terapi 1. Memberi arahan kepada pasien tentang dampak dekompresi 2. Debarkasi pasien keluar chamber 3. Mengemas masker dan merapikan serta membersihkan ruangan chamber untuk siap dioperasikan lagi 4. Membersihkan dan menyeterilkan masker 5. Selesai operasional chamber terakhir, lakukan sterilisasi ruang chamber dengan sinar Ultra Violet

Pasien Baru DCS TYPE II 1. Tipe II Tipe ini adalah penyakit dekompresi yang serius, dimana yang terserang sistem saraf pusat atau sistem kardiopulmoner. Gejala-gejala klinis dapat berupa : a. Gejala-gejala neurologis b. Lesi pada otak 1) Penglihatan kabur 2) Titik-titik buta c. Hemiplegia / hemiparesis d. Apaksia motorik / sensorik 2. Koordinasi Petugas (Tim) a. Katim / Dokter b. Operator / Pengawas Luar c. Tender / Pengawas dalam d. Teknik Kompressor e. Rencana Tabel yang dipergunakan Tabel 6 / 6A US navy f. Siapkan 2 tender g. Embarkasi pasien ke dalam chamber (Memasukkan pasien ke dlm chamber) 1) Jalan sendiri 2) Menggunakan tandu, kursi roda 76 3) Menggunakan tempat tidur e. Confusion, kehilangan kesadaran dan atau konvulsi f. Resiko kematian besar bilamana tidak mendapat pengobatan segera dan tepat.

4) Menggunakan portable monoplace chamber 5) ( lihat kondisi KUBT) 6) Memberikan peringatan ulang pada pasien :

a) Barang bawaan b) Pesan kpd keluarga 7) Menutup pintu chamber

Tabel 6 US Navy 1. Awasi keadaan umum pasien 2. Bantu valsava hingga mencapai kedalaman 165 feet 3. Catat dan laporkan setiap kejadian kpd dokter / katim 4. Mencapai kedalam pasien bernafas deng udara biasa 5. Perhatikan pada waktu perubahan tekanan. 6. Mencapai kedalaman 60 feet pasang masker pada pasien berikan oksigen 100 % 7. Berikan minum atau makan pada waktu istirahat (tidak mengisap oksigen bila pasieb sadar). 8. Mobilisasi pada bagian yang sakit 9. Periksa kantung kencing(blas) bila penuh pasang kateter 10. Catat dan laporkan setiap ada perkembangan pada waktu oksigenasi dari awal hingga selesai terapi. 11. Lepas masker oksigenasi selesai. 12. Evaluasi hasil terapi

77

Tabel 6 A US Navy

Pasien Baru Klinis Rencana Tabel yang dipergunakan Tabel Kind Wall
Descent Rate = As Fast As Posible
50 Total Elapsed Time : 128 Min

40

Isap Oksigen 30 menit

Isap Oksigen 30 menit

Isap Oksigen 30 menit

Ascent Rate = 1Ft/Min

30

20 10

3 0 14

30

30

30

14

Tabel Klinis Kind Wall ( HBOT Lakesla ) 50 fsw / 14 m / 2.4 ATA Pasien Baru Kebugaran 1. Prinsip sama dengan pasien klinis 2. Tabel sama 3. Pelaksanaan Program terapi : a. Terapi OHB untuk kebugaran 2,4 ATA , 3x30 , 5 3 2 b. Terapi OHB untuk kecantikan 2,4 ATA , 3x30, 5-6 / minggu 24 78

c. Terapi OHB untuk geriatri 2,4 ATA , 3x30, 5-6 / minggu 24

HBO Terapi Lanjutan 1. Klinis a. Pasien mendaftar di Informasi H 1 b. Embarkasi pasien ke dalam chamber c. Pelaksanaan HBO Terapi 1) Memberi salam & instruksi prosedur pelaksanaan HBO Terapi 2) Mengawasi K U pasien pada awal hingga akhir HBO Terapi. 3) Mengatasi insiden / trouble terhadap pasien 4) Melayani kebutuhan pasien 5) Koordinasi dengan Dokter / Operator selama pelaksanaan HBO Terapi 6) Melakukan tindakan medis a/p dokter bila dianggap perlu 2. DCS a. HBO terapi untuk pasien DCS direkomendasikan oleh dokter Hyperbarik b. Embarkasi pasien kedalam chamber c. Pelaksanaan HBO terapi 1) Mengawasi KU pasien pada hingga akhir HBO Terapi 2) Mengatasi insiden / trouble terhadap pasien 3) Melayani kebutuhan pasien 4) Koordinasi dengan dokter / operator selama pelaksanaan HBO Terapi 5) Melakukan tindakan medis a/p dokter bila dianggap perlu

Hal-Hal Yang Sering Ditanyakan Pasien 1. Apa bedanya menghisap oksigen di RS dengan di dalam chamber? 2. Apa bedanya terapi ozon dengan HBO terapi ? 3. Kenapa pada saat dekompresi timbul kabut ? 4. Kenapa pada saat kompresi telinga terasa sakit ? 5. Apa yang dimaksud dengan radikal bebas ? 6. Kenapa tidak boleh membawa : a. Koran/buku b. Pulpen c. Arloji/jam tangan d. Parfum/minyak kayu putih e. Barang yang terbuat dari logam f. Hand phone, remote mobil

7. Bahan pakaian yang mudah menimbulkan reaksi listrik 8. Kenapa setelah selesai terapi HBO terasa lapar dan ngantuk? 9. Kenapa orang yang lumpuh akibat menyelam bisa sembuh dengan terapi HBO ?

79

Pasien Transfer Dari Ambulance Hyperbaric 1. Menyiapkan lift 2. Geser ambulance hyperbarik ke lift 3. Menurunkan monoplace chamber ke gedung main chamber dengan sarana lift 4. Menyiapkan Multipalce Chamber ( sesuai dgn persiapan kasus DCS ) 5. Connect monoplace chamber dengan main chamber 6. Multipalce Chamber penekanan ( descent ) sesuikan dengan tabel dekompresi monoplace chamber pintu terbuka 7. Proses transfer pasien dari monoplace chamber ke main chamber dilaksanakan. 8. Tutup pintu EL dan monoplace chamber ascent lepas dari ML 9. Teruskan dng HBOT sesuai rencana 10. Evakuasi dpt menggunakan ambulance / helly

Evakuasi 1. Ambulance hyperbaric 2. Helly

80

Tenggelam 1. Definisi tenggelam : kesulitan untuk bernafas sewaktu terbenam di dalam air atau laut 2. Nyaris tenggelam (near drowning) adl. Keadaan nyaris terganggunya pernafasan selagi tenggelam yang berhasil diselamatkan dengan resusitasi dan tindakan medis lainnya

Terdapat 2 Macam Nyaris Tenggelam 1. Nyaris tenggelam tanpa aspirasi akibat reflek laringospasme 2. Nyaris tenggelam dengan aspirasi air laut / air tawar

Nyaris Tenggelam Tanpa Aspirasi 1. Secara faal serupa dengan terhentinya pernafasan 2. Pengobatan : a. Memperbaiki pernafasan dan laryngospasme b. Pemberian O2 c. Memperbaiki keadaan asidosis

Nyaris Tenggelam Yang Disertai Aspirasi Cairan 1. Organ yang menjadi sasaran utama adalah paru-paru 2. Gangguan utama berupa hipoksia dan metabolik asidosis 3. Sedang gangguan sekunder berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta hemolisis intravaskuler ( air tawar )

Air laut Pengisian alv. ok. perbedaan smotik Kemampuan paru menurun Edema paru

Air tawar Resorbsi langsung air Transudasi cairan ke dalam alveoli Atelektase dan edema paru Shunt intrapulm. Hipoksia

81

Air laut dalam alv. Transudasi plasma ke dlm alv. Vol. plasma berkurang Hipotensi Met. Asidosis Air tawar dlm. alv. Abs. cepat dari paru Vol. plasma Gagal jantung kongestif Pengobatan 1. Pengobatan segera berupa perbaikan udara pernafasan, hipoksia dan asidosis 2. Pemberian antibiotik dan steroid 3. Semua korban perlu dirawat di RS Hemolisis Gagal ginjal Hemokonsentrasi Konsentarsi NaCl

Hipothermi 1. Mempertahankan suhu tubuh yang normal merup. masalah penting bagi penyelam 2. Faktor yang berpengaruh terhadap daya tahan dan penampilan dalam air dingin Ada dua pendapat : a. Penyebab utama kematian tenggelam di laut adl. Hipotermi b. Pada perairan yang sama waktu survival berbeda scr. individual 1) Bentuk tubuh 2) Vasomotor tone 3) Latihan, dll

3. Kedinginan seluruh tubuh dibagi 3 phase : a. Phase eksitasi (suhu 37 C 34 C) ; timbul vasokonstriksi perifer tek. Darah, HR, COP meningkat b. Phase adinamik (suhu 34 C 30 C); met.rate menurun, COP dan CBF menurun,edema bronchial c. Phase paralitik (dibawah 30 c); di bawah 20 C terjadi aritmia jantung,sinus bradikardi ,dll 4. Pengobatan a. Hot bath / hot shower b. Cairan infus yang dihangatkan c. Perbaiki asidosis d. Atasi aritmia e. Beri pakaian kering, selimut,

minuman hangat

82

Jenis Pakaian Pelindung 1. Pakaian yang dialiri air hangat 2. Wet suit 3. Dry suit

Penyakit Infeksi Pada Penyelaman 1. Informasi tentang infeksi pada kasus penyelaman sangat sedikit 2. Infeksi pad penyelaman : a. Infeksi superfisial b. Infeksi sistemik

Infeksi Nonspesifik 1. Otitis eksterna 2. Otitis media 3. Sinusitis

Binatang Berbahaya Karena Gigitannya 1. Ikan Hiu 2. Barracuda 3. Moray Eel 4. Groper

Binatang Berbahaya Karena Racunnya 1. Ikan pari (sting ray) 2. Ular laut (sea snake) 3. Ikan kalajengking (scorpion fish) 4. Ikan sembilang (cat fish) 5. Ubur-ubur (sea wasp) 6. Kerang lonjong (cone shell) 7. Bulu babi (sea urchi)

83

Pendahuluan 1. Kehilangan kesadaran pada penyelam adalah penyebab utama kematian pada kecelakaan penyelaman 2. Butuh aksi cepat & pertolongan pertama (-) Kesadaran di dlm air tenggelam mati Bukan krn beratnya perubahan pathofhysiology 3. Hilang media untuk pernapasan & aspirasi

Penyebab 1. Hipoksia 2. Hiperventilasi 3. Tenggelam 4. Kedinginan 5. Barotrauma paru waktu turun (squeeze paru) 6. Luka karena binatang laut 7. Muntah dan tertelannya muntahan atau air laut 8. Penyakit dekompresi Hipoksia 1. Pada penyelam tahan napas 2. Saat naik tek , tek dlm paru , akibatkan O2 paru ke otak tak cukup Hiperventilasi 1. Napas cepat dan dalam banyak keluar 2. Ingin bernapas dirangsang penumpukan CO2 3. O2 dlm paru dibawah titik kritis tapi kadar CO2 belum merangsang untuk bernapas Tenggelam 1. Sadar 2. Tidak sadar a. Terjebak b. Alat selam rusak c. Keliru perkiraan d. Kesalahan tehnis e. Panik 9. Keadan kesehatan lain 10. Ledakan bawah air 11. Barotrauma paru waktu naik (burst lung) 12. Sinkop waktu naik 13. Narkosis nitrogen 14. Keracunan co 15. Keracunan oksigen 16. Hipoksia akibat kerusakan alat /kesalahan tehnik

84

Kedinginan 1. Air dingin tubuh reflek tarik napas 2. Suhu < 27 C kesadaran hilang 3. Suhu turun lebih lanjut jantung & napas berhenti mati 4. Aliran darah resiko ds

Barotrauma 1. Definisi : kerusakan jaringan dan sequelenya akibat ketidakseimbangan antara tek. udara rongga udara fisiologis dalam tubuh dgn. tek. sekitar 2. Berdasar patogenesa: a. Barotrauma waktu naik (descent) 3. Barotrauma telinga a. Barotrauma telinga : luar, tengah dan dalam b. Paling sering terjadi c. Bt telinga luar : 1) Bila mae tertutup 2) Gejala : perdarahan ptechiae, subcutan,kongesti pemb.drh m.tym 3) Terapi : bersihkan dgn H2O2, larangan menyelam sementara d. Bt telinga tengah 1) Waktu turun sering terjadi tu.penyelam pemula 2) Cav. tym. terpisah dgn dunia luar oleh m. tym, dan berhub.dgn dunia luar mell t. eustachii >> equalisasi : menelan, menggerakkan mandibula atau manuvra valsava 3) Penyebab sumbatan : kongesti mukosa,otitis media,obstr.mek.,var.indiv. 4) Gx : nyeri,perdarahan mell.hidung atau mulut,perasaan buntu/tuli. 5) Tx : rest, dekongestan, ab e. Bt telinga dalam 1) Biasanya sebagai kx.bt.tel.tengah waktu turun, ok. Melakukan valsava terlalu dipaksakan 2) Akibat ruptur for.rotundum dankebocoran cairan perilymph 3) Gejala : perasaan buntu, tuli sens., tinnitus, gangguan vestibular, mis. vertigo. 4) Terapi : d) Ops. rekonstruksi memb. for. rotundum e) Dilarang menyelam/man.valsava f) Simptomatik f. Barotrauma paru waktu turun (squeeze paru) 1) Pada penyelam tahan napas > 40 meter 2) Vol paru < vol paru setelah ekspirasi perdarahan napas tidak sadar b. Barotrauma waktu turun (ascent)

85

g. Barotrauma paru waktu naik (burts lung) 1) Age pada otak 2) Kehilangan kesadaran pada waktu mencapai permukaan, mungkin disebabkan terdapat udara yang terperangkap di dalam paru 3) Bila ada batuk/dahak yang berdarah menyokong dx h. Barotr. sinus-sinus paranasalis i. j. Barotr. gigi Barotr. wajah

k. Barotr. kulit l. Barotr. kepala dan badan

Luka Karena Binatang Laut 1. Digigit : a. Hiu b. Ular laut c. Octopus d. Kerang beracun 3. Penyelam harus kenali kehidupan bawah laut laut daerah tsb Muntah Dan Tertelannya Muntahan Atau Air Laut 1. Penyebab : a. Mabuk laut b. Kehamilan c. Rasa melayang d. Menelan air laut e. Penyakit telinga tengah/dalam f. Membrana tympani robek g. Minum alkohol h. Infeksi saluran cerna 2. Disengat : a. Ubur2 b. Stone fish c. Sting ray

2. Muntah dapat menyumbat mouth piece dan masuk ke CO2 absorben

Penyakit Dekompresi Menyelam tekanan meningkat Kepermukaan tekanan menurun Prosedur dekompresi salah Gelembung gas nitrogen Penyakit dekompresi Rekompresi (OHB) resolusi gelembung 1. Jarang pada penyelam tahan napas 2. Mudah terjadi pada penyelaman dalam > 10 m dimana waktu periode dekompresi kurang dipatuhi 86

3. Mirip emboli otak Keadaan Kesehatan Lain Penyelam yang menderita penyakit yang sebabkan tidak mampu kerja, jika terjadi dibawah air sangat berbahaya dilarang menyelam pada penderita DM, penyakit jantung, epilepsi, dsb.

Ledakan Penyebabnya jelas dan cedera yang diakibatkannya sangat berat

Sinkop Waktu Naik Diduga karena adanya sedikit regangan jaringan paru sewaktu naik yang mengganggu kembalinya darah ke jantung sehingga tekanan darah menurun dan hilang kesadaran sebentar

Narkose Nitrogen 1. Kehilangan kesadaran bila bernapas dgn udara tekan pada kedalaman > 100m 2. Kesadaran hilang dipermukaan bukan karena nakosis nitrogen Keracunan CO 1. Jarang terjadi 2. Mungkin pencemaran udara lewat knalpot kompresor terutama kompresor yang dengan mesin diesel Keracunan O2 Dapat terjadi keracunan akut pada otak bila tekanan partial O2 melebihi 1,8 ata alat selam O2 murni berbahaya bila digunakan di kedalaman > 9 10 m

Hipoksia Akibat Kerusakan Alat Atau Kesalahan Tehnik 1. Karena penggunaan gas pernapasan yang salah a. Perkiraan yg salah b. Tercemar

2. Bila korban cepat ditolong dan tidak menelan air atau terjadi komplikasi lain bisa cepat kembali normal Pengobatan 1. Pertolongan Pertama (RJP) a. Penyelam harus dibawa secepat mungkin ke permukaan dan diangkat ke kapal atau ke pantai b. Pasien yang tidak sadar diusahakan agar bisa secara pasif mengeluarkan nafasnya untuk mencegah regangan paru yang berlebihan dan robekan paru. c. Setelah tiba di permukaan, nilailah frekuensi pernafasan dan sirkulasi ( denyut nadi/ jantung ) korban 87

d. Bila pasien biru tapi bernapas, beri 100 % O2, bila tak bernapas lakukan pernapasan buatan mulut ke mulut e. Hal ini bisa dimulai dan dikerjakan di dalam air diteruskan di kapal atau di pantai. f. Bila denyut nadi tak teraba, lakukan pijat jantung. g. Beri O2 100 % lewat masker pada penderita secepat mungkin. h. Respirator tekanan positip Oxyviva, dan sebagainya hanya boleh digunakan dengan hatihati oleh karena tekanan positip bisa memperberat gejala penderita burst lung. i. Semua pertolongan kedaruratan harus terus dilakukan sampai didapatkan tindakan medis dengan alat-alat yang lebih memuaskan. 2. Anamnesa a. Sambil melakukan tindakan pertolongan, tanyakanlah pada orangorang yang mengetahui apa yang terjadi pada korban. b. Dimana terjadinya ketidak sadaran (di dasar, sewaktu naik atau di permukaan), semua yang terjadi sebelum korban tidak sadar, dan pengangkatan dari dalam air juga harus ditanyakan. c. Akan lebih berguna lagi bila ada seseorang yang mengetahui riwayat kesehatan korban. 3. Tindakan khusus Bila dx telah ditegakan dan dilakukan tidakan pertolongan seperti diatas maka tindakan khusus dapat dilakukan yaitu : a. Terus lakukan tindakan di atas di tempat kejadian hingga korban dipindahkan ke rumah sakit. Jangan menghentikan tindakan selama diperjalanan ke rumah sakit kecuali bila telah dinyatakan meninggal oleh dokter. b. Pengobatan rekompresi sangat berguna untuk menyelamatkan jiwa pada kasus emboli udara di otak, dan penyakit dekompresi berat. Bila meragukan, anggaplah korban sebagai kasus yang memerlukan pengobatan rekompresi c. Beberapa kelainan tertentu mungkin perlu diatasi secara sekunder : 1) Hipotermi 2) Menelan muntahan 3) Ledakan bawah air 4) Cidera tubuh terkena kapal dan hipoglikemi epilepsi, dan sebagainya. d. Minta pertolongan pada dokter ahli penyelaman. 1) Didampingi seorang penyelam berpengalaman untuk beri keterangan pada petugas kesehatan 2) Rekompresi di dalam air bila ada dokter ahli dan perlu alat yang lengkap, bila terlalu lama dalam air dingin bisa menyebabkan kematian Kesimpulan Penyebab tersering dari kasus ketidaksadaran pada penyelaman adalah : 1. Hiperventilasi dan penyelaman tahan napas yang terlalu lama sehingga menyebabkan hipoksia. 88

2. Kesalahan tehnis penyelaman atau kerusakan alat selam yang mengakibatkan hipoksia atau near drowning pada penyelam yang menggunakan udara tekan pada alat selam sirkuit terbuka seperti Scuba.
3. Keracunan CO2 pada penyelam yang menggunakan alat selam sirkulasi tertutup.

89

a. Tujuan Rekompresi 1. uk gelembung gas a. Percepat resolosi b. Kurang tekanan arteri, vena, nervus, limfe, sel 2. gradien difusi sehingga gas keluar 3. Atasi iskemi dan hipoksia 4. Fungsi normal jaringan

b. O2 Treatment Table 5

c. O2 Treatment Table 6

90

d. Tabel 6 A US Navy

e. Penting : 1. Pemilihan gas dan pembatasan kompresi 2. Tabel terapi yang sesuai 3. Kompresi sampai kedalaman dimana gejala berkurang

91

DIAGNOSA KEPERAWATAN MATRA LAUT DAN HIPERBARIK No. Diagnosa Keperawatan 1. Kecemasan b/d defisit pengetahuan tentang terapi oksigen hiperbarik dan prosedur perawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Pasien dan/atau keluarga akan menyatakan : 1. Alasan untuk terapi oksigen hiperbarik 2. Tujuan terapi 3. Prosedur yang terlibat dengan terapi oksigen hiperbarik 4. Potensi bahaya dari terapi oksigen hiperbarik Intervensi 1. Dokumentasikan pemahaman pasien / keluarga tentang pemikiran dan tujuan terapi HBO, prosedur yang terlibat dan potensi bahaya terapi HBO. 2. Mengidentifikasi hambatan pembelajaran. 3. Mengidentifikasi kebutuhan belajar termasuk informasi mengenai hal hal berikut : a. Tujuan dan hasil yang diharapkan dari terapi HBO b. Urutan prosedur perawatan dan apa yang diharapkan ( yaitu tekanan, temperatur, suara, perawatan luka ) c. Sistem pengiriman oksigen d. Telinga teknik kliring e. Barotrauma paru f. Pencegahan toksisitas oksigen 4. Memberikan kesempatan terus untuk diskusi dan instruksi. 5. Menyediakan pasien dan/atau keluarga dengan brosur informasi mengenai terapi HBO. 4. Dengan memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya, kita dapat mengetahui hal hal yang belum dipahami oleh pasien. 5. Brosur dapat membantu pasien untuk memahami terapi HBO. 92 2. Untuk mengurangi kecemasan pasien. 3. Pasien memahami proses dan tindakan terapi HBO. Rasional 1. Dengan mengetahui pemahaman pasien tentang terapi HBO, kita dapat mengukur tingkat pengetahuan pasien.

6. Menjaga pasien dan/atau keluarga diberitahu tentang semua prosedur. 7. Dokumen pasien / keluarga instruksi, menggunakan konfirmasi bentuk instruksi dan bentuk instruksi pasien umum. 2. Potensi cidera yang berkaitan dengan pasien transfer in/out dari ruang, ledakan peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis. Pasien tidak akan mengalami cidera apapun. 1. Membantu pasien masuk dan keluar dari ruang tepat. 2. Mengamankan peralatan di dalam ruang sesuai dengan kebijakan dan prosedur. 3. Memantau peralatan dan supplies untuk perubahan tekanan dan volume. 4. Mengikuti prosedur pencegahan kebakaran sesuai kebijakan dan prosedur yang ditentukan. 5. Memonitor adanya udara di IV dan tekanan tubing line invasif, udara semua harus dikeluarkan dari tabung jika ada. 6. Dokumen yang semua line invasif atau menghapus udara bertekanan sebelum ruang dan depressurization. 1. Mengelola dekongestan, per perintah dokter, sebelum perawatan terapi oksigen hiperbarik. 2. Sebelum perawatan menginstruksikan pasien dalam teknik pemerataan telinga, seperti menelan, mengunyah, menguap, manuver valsava dimodifikasi, atau memiringkan kepala. 3. Menilai kinerja pasien teknik pemerataan telinga sebagai ruang bertekanan terjadi.

6. Dengan menjelaskan semua prosedur, pasien akan mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan kepada dirinya. 7. Pasien dapat mengenal lingkungan HBO dan untuk mengetahui adanya gangguan selama terapi HBO. 1. Memudahkan pasien dalam menjalani terapi HBO. 2. Untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan juga demi keamanan serta kenyamanan pasien. 3. Mencegah terjadinya perubahan tekanan dan volume selama terapi HBO. 4. Mencegah terjadinya kebakaran. 5. Memantau terjadinya emboli udara.

6. Mencatat segala tindakan sesuai dengan prosedur. 1. Menghidari perubahan tekanan yang besar selama mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas atau serangan alergi. 2. Berusaha untuk membuka tuba eustakius dan mengurangi tekanan.

3.

Potensi barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.

Tanda-tanda dan terjadinya tanda dari barotrauma akan diakui, ditangani, dan segera dilaporkan.

3. Agar tidak terjadi barotrauma. 93

4. Mengingatkan pasien untuk bernapas dengan normal selama perubahan tekanan. 5. Konfirmasi ET / manset Trach diisi dengan NS sebelum tekanan udara.

6. 7.

8.

9.

4. Meminimalkan terjadinya potensial barotrauma. 5. Kolaborasi dengan dokter untuk mengetahui apakah ET / Manset Trach perlu di isi dengan NS agar mencegah terjadinya emboli. Memberitahukan operator ruang multiplace jika 6. Memberikan tindakan pertolongan dengan pasien tidak dapat mencapai persamaan tekanan. segera. Dokumen penilaian. 7. Mencatat segala kondisi pasien selama proses tindakan untuk menentukan intervensi selanjutnya. Terus memantau pasien selama terapi oksigen 8. hiperbarik untuk tanda-tanda dan gejala barotrauma termasuk: a. Ketidakmampuan untuk menyamakan a. Perawatan saat pre chamber, intra telinga, atau sakit di telinga dan / atau sinus chamber dan post chamber untuk (terutama setelah pengobatan awal, dan meminimalkan resiko barotrauma. setelah perawatan berikutnya). b. Peningkatan tarif dan / atau kedalaman b. Memaksimalkan keefektifan terapi pernafasan HBOT c. Tanda dan gejala dari pneumotoraks, c. Mendeteksi secara dini adanya termasuk: pneumothorax. 1) Tiba-tiba nyeri dada tajam 2) Kesulitan, bernafas cepat 3) Gerakan dada abnormal pada sisi yang terkena, dan 4) Takikardia dan/ kecemasan Mengikuti perintah dokter hiperbarik untuk 9. Kolaborasi dengan dokter untuk mencapai manajemen pasien. hasil terapi HBOT yang maksimal.

94

4.

Potensi toksitas oksigen yang b/d pemberian oksigen 100 & pada tekanan atmosfir meningkat.

Tanda dan gejala keracunan oksigen akan diakui dan segera ditangani.

1. Penilaian hasil laporan pasien ke dokter hiperbarik dari: a. Suhu tinggi tubuh b. Riwayat penggunaan steroid c. Riwayat kejang oksigen d. Dosis tinggi vitamin C atau aspirin menggunakan e. Fi O2 > 50%, dan f. Faktor risiko tinggi lainnya sebagai approriate 2. Memantau pasien selama terapi oksigen hyperbarik dan tanda-tanda dokumen dan gejala keracunan oksigen sistem saraf pusat termasuk: a. Mati rasa dan berkedut b. Dering di telinga atau halusinasi pendengaran lainnya c. Rasa pusing d. Penglihatan kabur e. Gelisah dan mudah tersinggung dan f. Mual (Catatan: SSP toksisitas oksigen pada akhirnya dapat mengakibatkan kejang) 3. Mengubah sumber oksigen 100% untuk udara untuk pasien jika tanda-tanda dan gejala muncul, dan memberitahukan kepada dokter hiperbarik. 4. Monitor pasien selama terapi oksigen hiperbarik dan tanda-tanda dokumen dan gejala keracunan oksigen paru, termasuk: a. Substernal iritasi atau pembakaran

1. TTV dilakukan untuk deteksi dini adanya potensi toksisitas O2 dan mengidentifikasi adanya infeksi.

2. Mencegah terjadinya keracunan O2.

3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pertolongan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi selanjutnya. 4. Penilaian awal terhadap tanda dan gejala keracunan O2 penting dilakukan.

95

5.

Potensial untuk pengiriman gas tidak memadai terapi yang b/d system pengiriman dan kebutuhan pasien/ keterbatasan.

Tanda dan gejala pengiriman oksigen yang tidak memadai akan diakui dan dilaporkan segera.

b. Sesak di dada c. Batuk kering (terhenti-henti) d. Kesulitan menghirup napas penuh, dan e. Nafas yang sulit pada pengerahan tenaga 5. Memberitahukan dokter hiperbarik jika tandatanda dan gejala keracunan oksigen paru muncul. 1. Menilai kondisi pasien, kebutuhan, dan keterbatasan untuk system gas terbaik pengiriman cocok : a. Tudung kepala untuk anak-anak dengan cat wajah, atau per preferensi pasien b. Masker wajah c. T bagian untuk pasien yang intubasi atau trakeostomi d. Ventilator untuk pasien intubated yang memerlukan bantuan ventilasi 2. Memonitor respon pasien dengan system pengiriman oksigen, termasuk kemampuan mereka untuk mentolerir system yang dipilih.

5. Kolaborasi dengan dokter hiperbarik untuk tindakan selanjutnya. 1. Untuk mengidentifikasi keadaan umum pasien dan efektivitas kebutuhan oksigen yang digunakan pasien dalam terapi HBO

3. Membantu teknisi hiperbarik dengan system pengiriman, yang sesuai. Tudung kepala a. Membantu pasien dengan aplikasi dan penghapusan tudung b. Setelah perakitan periksa kebocoran

2. Untuk mengetahui lebih awal efek samping ( komplikasi) yang dirasakan pasien dalam terapi HBO bisa saja terjadi karena maneuver falsava yang dilakukan oleh pasien tidak sesuai oleh instruksi perawat tender. 3. Untuk fungsi kolaborasi perawat tender dengan operator hiperbarik a. Untuk informasi penggunaan yang efektif pada pasien b. Agar oksigen yang dihirup oleh pasien tidak keluar dari tudung kepala 96

c. Amati pasien untuk tanda- tanda dan gejala penumpukan CO2 termasuk kegelisahan

c. Untuk mengidentifikasi tanda-tanda komplikasi penumpukan CO2 dalam tubuh akibat kadar O2 dalam tubuh berlebih

Masker a. Membantu pasien dengan aplikasi topeng dan penghapusan, dan reposisi topeng yang diperlukan b. Periksa kebocoran dan kelangsungan segel terhadap wajah pasien

a. Agar pemberian oksigen menggunakan aplikasi topeng dapat terhirup dengan maksimal b. Agar pasien dapat menghirup oksigen 100% sesuai kebutuhan tanpa adanya kebocoran oksigen

T-Piece a. Proses setup b. Tindakan monitor pasien, kedalam respirasi, dan mendengarkan suara nafas. c. Memberitahukan dokter hiperbarik jika pasien mengalami kesulitan bernafas dan hisap yang diperlukan. Ventilator a. Manajemen dokumen ET manset dengan NS sebelum turunnya.

a. Untuk persiapan alat-alat (T-Piece) siap digunakan. b. Untuk mengkaji fungsi respirasi pasien. c. Untuk fungsi kolaborasi perawat dan dokter dalam mengidentifikasi komplikasi yang timbul akibat THBO.

b. Suction menjaga peralaatan didekatnya dan siap untuk digunakan ( suction sesuai keabutuhan ).

a. Untuk pengkajian riwayat penggunaan ventilator pada pasien kemudian untuk dicocokkan sesuai dengan penggunaan HBOT. b. Untuk menghisap lender atau secret yang menumpuk pada pasien.

97

c. Monitor dan volume tidal dokumen pasien, laju pernapasan dan bunyi nafas sebelum bertekanan ruang, setelah tekanan udara ruang, maka setiap 30-60 menit atau seperti yang diperintahkan. d. Monitor pasien untuk gangguan pernapasan, dan memberitahu dokter hiperbarik jika jelas. e. Memberikan oksigen secara manual pasien jika perlu tingkat TCPO2 monitor dan tingkat PO2 ABG sebagai mana diperintahkan. f. Memberitahukan dokter hiperbarik pembacaan abnormal. 6. Kecemasan dan ketakutan yang berhubungan dengan perasaan kecemasan kurungan terkait dengan ruang oksigen hiperbarik. Pasien akan mentolerir pengobatan oksigen hiperbarik. 1. Menilai pasien untuk setiap sejarah kecemasan kurungan, dan menyampaikan informasi yang relevan dengan dokter hiperbarik. 2. Melaksanakan tindakan pencegahan yang sesuai pendidikan yaitu obat, ruang berkeliling. 3. Selama perawatan terapi oksigen hiperbarik, memantau dan menilai tanda dan gejala kecemasan continemen, termasuk: a. Gelisah b. Ketidakmampuan untuk mentolerir masker wajah atau tudung kepala. c. Laporan perasaan tertutup atau terjebak. 4. Menjalin kontak mata dengan pasien.

c. Untuk mengidentifikasi keadaan klinis pasien sebagai format pengkajian perawat maupun dokter.

d. Untuk mendeteksi secepatnya gangguan pernapasan yang terjadi pada pasien akibat proses HBOT. e. Untuk mengetahui pemenuhan oksigen (saturasi oksigen) didalam tubuh.

f. Sebagai bentuk kerja sama perawat dengan dokter untuk mengetahui proknosis penyakit pasien. 1. Untuk mengidentifikasi claustrophobia pada pasien bahwa ruang tera[I HBO sempit dan memberikan pengetahuan sekilas tentang informasi pelaksanaan HBOT. 2. Pemberian edukasi dan obat dapat mengurangi kecemasan pasien terhadap tindakan terapi. 3. Untuk mengetahui lebih awal penurunan kondisi pada pasien selama dilakukan terapi agar tidak jatuh dalam keadaan kritis.

4. Sebagai komunikasi non verbal antar 98

5. Meyakinkan pasien bahwa dia aman.

5.

6. Pasien terlibat dalam pemecahan masalah atau perasaannya kecemasan kurungan. 7. Member obat anti kecemasan setiap perintah dokter hiperbarik dan menilai efektifitas atau pengobatan. 8. Memberitahukan dokter hiperbarik respon pasien terhadap anti kecemasan, langkahlangkah dan kemampuan untuk mentolerir kurungan. 9. Dokumen hasil intervensi.

6.

7.

8.

perawat dengan pasien. Memberikan keyakinan kepada pasien untuk proses keamanan dan kenyamanan selama HBOT. Sebagai komunikasi interpersonal dalam problem solving akan kecemasan yang dialami pasien. Sebagai terapi medis penunjang dari dokter atau tenaga medis untuk mengurangi kecemasan. Bentuk kolaborasi tindakan antar perawat dan dokter.

7.

Rasa sakit yang terkait dengan masalah medis yang terkait.

Pasien akan menyatakan kepuasan dengan manajemen nyeri.

1. Menilai pengalaman pasien sakit apakah rasa sakit meningkat selama terapi oksigen hiperbarik 2. Mengobati pasien untuk nyeri sebelum terapi oksigen hyperbarik, sesuai kebutuhan, dan manfaat dokumen analgesik memiliki analgesik selama pengobatan terapi oksigen hiperbarik 3. Mereposisi pasien untuk kenyamanan.

9. Sebagai pertanggung jawaban perawat akan segala tindakan atau prasat yang telah dilakukan. 1. Mengetahui penyebab peningkatan rasa sakit dan perawatan tindak lanjut memungkinkan evaluasi keefektifan pengobatan 2. Mengurangi atau menghilangkan nyeri pada waktu terapi HBO dan tidak mengganggu keefektifan terapi HBO 3. Terapi HBO 2 jam lamanya , sehingga mengurangi rasa ketidaknyamanan dan mengoptimalkan oksigen 100% menjangkau semua organ atau jaringan 4. Mencegah atu menghindari efek samping yang ditimbulkan oleh obat IM selama terapi 99

4. Menghindari obat IM segera sebelum perawatan.

8.

Ketidaknyamanan yang b/d perubahan suhu dan kelembaban di dalam ruang hiperbarik.

Pasien akan mentolerir iklim internal ruangan.

1. Berkala menilai kenyamanan pasien dengan kelembaban dan suhu 2. Menawarkan tindakan kenyamanan pasien (misalnya, selimut, botol air panas, atau kain dingin) 1. Memberikan dukungan dan dorongan tanpa melebihi harapan tujuan pengobatan

1.

2.

9.

Potensi individu tidak efektif berhubungan dengan stress mengatasi penyakit dan/ atau miskin system dukungan psikososial.

Pasien akan dapat memenuhi prosedur perawatan terapi oksigen hiperbarik.

1.

2. Membahas kemampuan pasien untuk mengatasi pengasuh lainnya, dan tetap informasi kemajuan dan membantu pendekatan

2.

3. Memfasilitasi komunikasi antara pasien dan/ atau keluarga dan anggota staf lainnya terapi hiperbarik oksigen.

3.

4. Mendorong pasien, jika mampu, untuk membahas keprihatinan dan perasaan. 5. Dokumen bersangkutan diskusi dan penilaian. 10. Potensi disritmia berkaitan dengan patologi penyakit. Tanda dan gejala disritmia akan diakui dan segera ditangani. 1. Monitor pembacaan EKG, sementara pasien berada di dalam ruangan.

4.

5. 1.

HBO Respon pasien terhadap rasa nyaman berbeda-beda, sehingga perawat harus mengetahui respon masing-masing pasien Membantu meningkatkan mengembalikan kenyamanan pasien terhadap ruang hiperbarik Membantu mengidentifikasi dan membenarkan persepsi realita dan memungkinkan dimulainya usaha pemecahan masalah Meningkatkan perasaan aman . jika pasien sudah merasa aman, pasien akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan koping adaptif atau kemampuan memecahkan masalah. Pasien mungkin akan merasa lebih bebas dalam konteks hubungan ini untuk menunjukkan perasaan tidak tertolong atau tanpa tenaga dan untuk mendiskusikan perubahan yang diperlukan dalam kehidupan pasien. Menyediakan petunjuk untuk membanu pasien dalam mengembangkan kemampuan koping Sebagai catatan untuk perkembangan dan kemajuan pasien selama mengikuti terapi. Disritmia umum pada pasien dengan penyakit katup. Disritmia atrium paling umum, berkenaan dengan peningkatan 100

2. Memonitor dan mendokumentasikan arus tekanan darah seperti yang ditunjukkan.

2.

3. Menilai dan mendokumentasikan tanda-tanda hipokalemia pada pasien dengan infeksi akut fasiitis.

3.

4. Mempertahankan infuse IV sebagaimana diperintahkan. 5. Memantau tekanan invasive dan nilai-nilai catatan seperti yang ditunjukkan. 6. Memperoleh sampel laboratorium seperti yang diperintahkan. 7. Memberitahu dokter hiperbarik yang diperlukan

4. 5.

6.

7.

tekanan dan volume atrium. Abnormalitas konduksi dapat juga terjadi, misalnya pada penyakit katup aortic, karena penurunan arteri koroner. Perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi menunjukkan efek gangguan curah jantung pada sirkulasi sistemik atau perifer. Meskipun tidak semua disritmia mengancam hidup, penanganan cepat untuk mengakhiri disritmia diperlukan pada adanya gangguan curah jantung dan perfusi jaringan. Ketidakseimbangan elektrolit seperti kalium secara merugikan mempengaruhi irama dan kontraktilitas jantung. Memperbaiki hipokalemia mungkin perlu untuk mengakhiri beberapa disritmia ventrikuler. Jalan masuk paten diperlukan untuk pemberian obat darurat. Membantu untuk mengetahui secara dini jika ada kelainan dan segera menghentikan terapi jika ada tanda kegawatan. Perubahan pada hasil laboratorium yang menunjukkan ketidaknormalan dapat mempengaruhi keefektifan dari terapi. Memberitahukan jika ada kelainan pada pasien yang berguna untuk menentukan terapi selanjutnya apakah terapi akan diteruskan atau dihentikan.

101

11. Potensial untuk defisit Tanda dan gejala defisit volume cairan volume cairan akan diakui dan berhubungan dengan segera dilaporkan. dehidrasi atau pergeseran cairan.

1. Menilai keseimbangan cairan dan elektrolit dan hidrasi menjaga dan / atau mendukung tekanan per physicianorder. 2. Monitor pasien I & C seperti yang ditunjukkan. 3. Monitor tanda vital pasien seperti yang ditunjukkan.

1. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan. 2. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan. 3. Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan volume cairan (TD < 90 mmhg dan nadi >110 diduga 25% penurunan volume atau 1000ml). 1. Mempengaruhi penetapan intervensi kerusakan atau kemunduran tanda atau gejala neurologis atau kegagalan memperbaikinya setelah fase awal memerlukan tindakan pencegahan dan/atau pasien harus dipindahkan ke ruangan perawtan kritis (ICU) untuk melakukan pemantauan terhadap peningkatan TIK. 2. Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan kemajuan atau resolusi kerusakan SSP. 3. Menentukan tingkat kesadaran. 4. Mengukur kesadaran secara keseluruhan dan kemampuan merespon pada rangsangan eksternal merupakan petunjuk keadaan kesadaran terbaik pada pasien. 5. Mungkin bermanfaat untuk mengatasi situasi. 102

12. Perubahan perfusi jaringan serebral yang b/d: 1. Keracunan CO 2. Dekompresi 3. Infeksi akut fasiitis 4. Gas emboli 5. Lainnya

Tanda dan gejala penurunan fungsi neurologis yang akan diakui dan dilaporkan segera.

1. Lakukan penaksiran dasar neurologis sebelum perawatan.

2. Memantau dan memeriksa dokumen neurologis per Protokol-kondisi khusus yang ditetapkan.

3. Bandingkan penilaian neurologis berlangsung dengan penjajagan baseline. 4. Menilai dan mendokumentasikan fungsi motorik dan sensorik pasien.

5. Menyediakan reorientasi dan dukungan emosional yang diperlukan.

6. Menyediakan tes neuro-psikometri seperti yang diperintahkan. 7. Beritahu dokter hyperbarik perubahan yang signifikan seperti yang ditunjukkan. 1. Menilai dan dokumentasi keluhan pasien mual. 2. Menjaga integritas jalan nafas untuk mencegah aspirasi 3. Beritahu dokter hiperbarik pasien mual dan mengelola pengobatan seperti yang diperintahkan. 4. Pasang NGT tube jika diperintahkan. 5. Memantau dan mendokumentasikan jumlah dan emesis pada catatan pasien untuk input dan output. 1. Menilai untuk defisit pengetahuan yang berkaitan dengan patologi yang mendasari. 2. Diskusikan dengan pasien dan atau intruksikan pemenuhan pemasukan dan kebutuhan keluarga termasuk biaya. Penyembuhan Luka a. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang prinsip-prinsip dasar penyembuhan luka dan efek terapi oksigen hiperbarik dalam penyembuhan. b. Berikan informasi pengaruh merokok pada penyembuhan luka.

13. Potensi perubahan dalam kenyamanan, cairan, dan elektrolit b.d mual dan muntah.

Pasien akan mengalami penurunan gejala mual dan muntah.

14. Pemeliharaan kesehatan b.d defisit pengetahuan untuk : 1. Manajemen luka kronis 2. Pembatasan penyakit dekompresi lebih lanjut. 3. Melaporkan gejala setelah keracunan karbn monoksida.

Pasien atau keluarga melaporkan gejala untuk terapi hiperbarik berikutnya.

6. Mengindikasikan adanya peningkatan TIK atau menandakan nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya. 7. Memantau status keadaan pasien dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. 1. Mengetahui adanya efek samping akibat tekanan oksigen 100%. 2. Tekanan oksigen 100% dapat menyebabkan terjadinya aspirasi. 3. Sebagai tindakan kolaborasi dengan tim medis untuk mencegah pasien jatuh ke keadaan yang lebih buruk. 4. Mencegah untuk tidak terjadi aspirasi dan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi pasien. 5. Mengetahui dan mencegah terjadinya dehidrasi karena masukan yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan. 1. Pengetahuan pasien/keluarga dapat mempengaruhi proses kesembuhan secara cepat. 2. Adanya biaya dalam suatu pengobatan menjadi faktor yang mempengaruhi terapi lanjutan. a. Prinsip dasar terapi oksigen hiperbarik dapat dipahami pasien dan keluarga terutama dalam penyembuhan luka. b. Zat zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dapat menghambat 103

c. Tanyakan bagaimana adekuat diet protein, cairan, dan vitamin C dalam meningkatkan penyembuhan luka. d. Konsultasi dengan tim perawatan kesehatan multidisiplin seperti yang diperintahkan. e. Intruksikan prosedur perawatan luka dan persediaan.

pertumbuhan sel-sel baru dalam proses penyembuhan luka. c. Protein, cairan dan vitamin C berfungsi dalam pertumbuhan jaringan baru. d. Tindakan kolaborasi dengan tim medis dalam penggunaan obat dapat mempercepat penyembuhan luka. e. Penjelasan prosedur secara dini dirasa sangat perlu karena dapat mengurangi kecemasan pasien dan keluarga dalam proses pengobatan yang akan dijalani.

Penyakit Dekompresi a. Istrahat untuk menghindari alkohol dan kafein, mendorong cairan dan diet yang cukup, menghindari aktivitas berat, dan menghindari mandi air panas atau mandi selama 24 jam setelah selesai terapi oksigen hiperbarik. b. Hubungi departemen hiperbarik atau Diviers Alert Network (DAN) jika ada gejala kembali. c. Hindari paparan ketinggian selama 72 jam atau menyelam dibawah air tanpa rekomendasi dokter. d. Memperkuat pentingnya tindak lanjut setelah pulang.

a. Alkohol dan kafein dapat menyebabkan penekanan pada SSP, aktivitas berat dapat memperparah keadaan dekompresi dan vasodilatasi dapat dikurangi.

b. Pencegahan dan penanganan dini terhadap efek dari terapi oksigen hiperbarik dapat maksimal. c. Perbedaan tekanan atmosfer dan tekanan bawah laut dapat mengakibatkan dekompresi mendadak. d. Edukasi post terapi oksigen hiperbarik dapat meminimalkan efek samping.

104

Keracunan Karbon Monoksida a. Anjurkan pasien dan keluarga untuk melaporkan gejala perubahan perilaku, kelesuan, muntah persisten, sakit kepala persisten, peningkatan kehilangan memori, nyeri dada, tremor, ataksia atau haid yang tidak teratur. b. Anjurkan pasien untuk tidak menggunakan kendaraan, tungku atau mesin sampai sepenuhnya diperiksa dan diperbaiki oleh tenaga profesional. c. Dokumentasi pasien dan atau keluarga dengan perintah tertulis. d. Ajarkan pasien dan keluarga dan dokumentasikan, demonstrasikan kembali bila perlu.

a. Pendeteksian dini terhadap keracunan karbon monoksida sangat penting untuk penanganan cepat terhadap gangguan yang mungkin terjadi.

b. Keadaan yang bisa menimbulkan gangguan kesadaran terutama pada penurunan kesadaran dapat dikurangi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. c. Dokumentasi secara tertulis merupakan suatu pertanggungjawaban bagi setiap tindakan yang sudah dilakukan. d. Edukasi tindakan post terapi penting diketahui oleh pasien dan keluarga untuk penanganan mandiri.

105

You might also like