You are on page 1of 31

EIRTP-2

PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (KAT) (INDIGENOUS PEOPLES DEVELOPMENT PLAN / IPDP) SUB PROYEK EIB-155 KABUPATEN PANIAI PROVINSI PAPUA

1. LATAR BELAKANG STUDI ..................................................................................................... 1 1.1 Kabupaten Paniai dan Perkembangan Jalannya ................................................................ 1 1.2 Deskripsi Proyek ................................................................................................................. 2 2. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IVP ............................................................................. 2.1 Karakteristik Umum IVP ...................................................................................................... 2.2 Karakteristik Khusus IVP ..................................................................................................... 2.2.1. Institusi Sosial .......................................................................................................... 2.2.2. Kondisi Ekonomi dan Sumber Mata Pencaharian ................................................... 3 3 3 3 5

3.TEMUAN DAN DAMPAK PROYEK ........................................................................................... 6 3.1 Potensi Negatif .................................................................................................................... 6 3.1.1. Dominasi Ekonomi Kaum Pendatang ........................................................................ 6 3.1.2. Alih Hak Ulayat .......................................................................................................... 7 3.1.3. Meningkatnya Kecelakaan Lalulintas ........................................................................ 8 3.1.4. Penyebaran Virus HIV/AIDS ..................................................................................... 8 3.1.5. Menigkatnya Penjualan Minuman Keras ................................................................... 8 3.2 Mitigasi ................................................................................................................................ 9 3.2.1 Dominasi Ekonomi Kaum Pendatang dan Mitigasinya ............................................... 9 3.2.2 Alih Hak Ulayat dan Mitigasinya ................................................................................. 10 3.2.3 Kecelakaan Lalulintas dan Mitigasinya ...................................................................... 12 3.2.4 Penularan HIV/AIDS ................................................................................................... 12 3.2.5 Penjualan MIRAS (Munuman Keras) dan Mitigasinya ............................................... 13 4. RENCANA TINDAK SUB PROYEK EIB-155 KABUPATEN PANIAI-PROVINSI PAPUA ...... 14 5. Lampiran-Lampiran

-i-

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2)

PROGRAM PEMBERDAYAAN KAT SUB PROYEK EIB 155 KABUPATEN PANIAI-PROVINSI PAPUA
1. LATAR BELAKANG STUDI Laporan ini adalah hasil studi Analisa Dampak Sosial (ANDAS) untuk mendukung keberhasilan pembangunan fisik jalan, sesuai dengan kebijakan World Bank dalam dokumen Eastern Indonesia Regional Transport Project (EIRTP-2). Survei ini dilakukan di Kabupaten Paniai. Tujuannya untuk meminimalisir dampak negatif yang timbul akibat pembangunan fisik jalan, mencari potensi pengembangan masyarakat (Community Development) yang sesuai dengan kondisi lingkungan, sosial dan budaya masyarakat pada link Keniyaapa-Wagethe di Kabupaten Paniai.

1.1 Kabupaten Paniai dan Perkembangan Jalannya Berdasarkan PP No 52 Tahun 1996 Kabupaten Paniai dimekarkan menjadi kabupaten administratif dan berubah menjadi kabupaten yang definitif pada tahun 2001. Topografi Kabupaten Paniai umumnya berupa pegunungan dengan kemiringan lereng yang terjal dan lembah-lembah. Jalan darat di Kabupaten Paniai merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat vital guna memperlancar kegiatan perekonomian dan juga memudahkan mobilitas penduduk. Oleh

karenanya, kebijakan pembangunan infrastruktur jalan merupakan cara untuk membuka Kabupaten Paniai dari keterisolasian dan selanjutnya membuka akses bagi pembangunan sosial dan ekonomi. Perkembangan panjang jalan beraspal mengalami peningkatan dari 1,00 km pada tahun 2004 menjadi 3,00 km pada tahun 2005. Sementara panjang jalan berkerikil berkurang menjadi 37,791 km dibandingkan dengan tahun 2001-2004 yaitu 41,791 km. Untuk jalan kabupaten, panjang jalan beraspal mengalami perkembangan menjadi 15 km pada tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004 yaitu 10,00 km dan tahun 2001-2003 sekitar 3,00 km. Seiring dengan perkembangan tersebut panjang jalan kabupaten yang berkerikil mengalami pengurangan dari 10,00 km sejak tahun 2002 menjadi 4,00 km pada tahun 2005. sedangakan panjang jalan kabupaten dengan permukaan tanah yang sebelumnya tidak ada menjadi 3 km pada tahun 2005 pengaspalan jalan baru mencapai sekitar 25%, dari total keseluruhan jalan kabupaten.

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) 1.2 Deskripsi Proyek Sub Proyek Keniyaapa-Wagethe (EIB-155) merupakan bagian dari ruas jalan Enarotali (ibu kota Kabupaten Paniai) dengan Nabire ( 300 km). Link ini akan menghubungkan Enarotali dan bandara baru di Wagethe. Bandara baru ini direncanakan memiliki landasan pacu sepanjang 3000 meter dengan standar internasional. Link yang semula diusulkan untuk EIRTP-2 adalah Uibutu-Keniyaapa, namun sebagian besar dari link ini sudah diaspal dengan dana APBD. Selanjutnya PEMDA Paniai mengusulkan link baru, Keniyaapa-Wagethe, yang masih dalam ruas jalan yang sama. Rencana titik 0 (nol) dimulai dari jembatan Keniyaapa dan titik akhir ujung bandara di Distrik Wagethe dengan panjang jalan 18 km. Melewati 6 (enam) kampung, yaitu Keniyaapa, Udaugiida, Edagotadi, Watiyai, Wagethe II, dan Wagethe I. Sementara distrik yang dilalui adalah Distrik Yatamo, Distrik Tigi Timur, dan Distrik Tigi Gambar 1: Peta proyek Link- Keniyaapa- Wagethe.

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) 2. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IVP

2.1 Karateristik Umum IVP Lingkungan alam yang bergunung-gunung, lembah yang dalam, hutan-hutan tropis, menyebabkan sistem mata pencaharian hidup mereka terdiri dari berburu, meramu, pertanian ladang dan beternak babi. Suku Mee adalah kelompok suku dominan di Kabupaten Paniai, tersebar di 21 distrik. Jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Paniai sampai 2006 berjumlah 157.696 jiwa. Bahasa yang digunakan termasuk dalam kategori bahasa non-austronesia. Mereka terdiri dari kelompok-kelompok patrilineal yang terbagi dalam klen-klen (totem). Masyarakat komunal sangat mementingkan hubungan keluarga luas (extended family), seperti klen atau marga. Suku Mee baru dikenal dan mendapat kontak dengan dunia luar pada tahun 1938. Dimulai ketika pemerintahan Belanda membuka pos pertamanya di Danau Paniai. Dalam waktu yang bersamaan Gereja Protestan dari badan CMA (Christian and Missionary Alliance) membuka posnya yang pertama di Enarotali. Sejak itulah dimulai penyebaran agama oleh Gereja-Gereja Kristen, baik dari Gereja Missi Katolik maupun dari Gereja Protestan. Masuknya rombongan misionaris telah membawa suku Mee mulai mengenal dunia luar.

2.2.

Karakteristik Khusus IVP

Kelompok suku Mee adalah komunitas adat yang menganut pola kepemimpinan bigman atau pria berwibawa. Ciri terpenting dari pola kepemimpinan pria berwibawa adalah kecakapannya untuk memanipulasi orang-orang dan sumber-sumber daya guna mencapai maksud dan tujuan tertentu. Seorang bigman disebut tonowi sebagai tokoh sentral dalam proses penentuan kebijakan pembangunan,

penyelesaian sengketa adat, dan tanah adat. Konsep ini dicirikan oleh kewibawaan (authority) atas dasar kemampuan pribadi seseorang untuk mengalokasikan dan merelokasi sumber-sumber daya yang penting untuk umum.

2.2.1. Institusi sosial Seorang tonowi mempunyai fungsi sebagai tokoh sentral yang dapat memutuskan hal-hal yang menyangkut perdamaian dan perang. Dalam kelompok sebagai pemimpin, tonowi berperan sebagi hakim, perunding, atau sebagai negosiator

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) dalam penyelesaian konflik. Aparat kampung yang berstatus sebagai tonowi oleh masyarakat tidak dipandang sebagai aparat negara. Sebaliknya, mereka dipandang sebagai tonowi yang sudah ada sejak turun temurun dan mendapat legitimasi dari adat. Seorang tonowi berperan sebagai hakim untuk menyelesaikan masalahmasalah yang timbul diantara anggota kelompoknya. Fungsi lain dari sorong tonowi adalah menghadiri upacara adat dalam tiap kelompok, memutuskan perselisihan antara individu atau kelompok, sebagai pengawas ketertiban sosial. Tegasnya, penyelesaian masalah sosial kultural yang terkait dengan proyek peningkatan jalan di EIB 155 (Keniyaapa-Wagethe) dapat melibatkan seorang tonowi.

Umumnya

masyarakat

komunal

memiliki

pranata

yang

dapat

menjaga

keseimbangan ekologi dalam upaya mempertahankan kelangsungan kehidupan mereka sebagai komunitas adat. Motivasi ini didasari pada keyakinan bahwa tanah yang mereka tempati adalah peninggalan leluhur mereka yang semestinya dipertahankan keasliannya. Oleh karena itu, suku Mee membangun pagar-pagar pembatas pemukiman yang dikenal dengan owaadaa. Owaada merupakan suatu konsep yang sarat dengan nilai dan falsafah hidup. Sebagai pelindung dan penjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungannya. Konkritnya owaada diperlihatkan dengan pagar (eda), pagar yang menggunakan kayu (au). Iyoo weii, merupakan aktivitas konkrit berupa penanaman tanaman seperti ubi jalar disekitar pemukiman masyarakat. Perpaduan antara konsep owaadaa dan iyoo wei dapat membawa dampak positif untuk menjaga keseimbangan manusia dan lingungannya. Suku Mee membagi lingkungan ke dalam dua bagian yaitu tanah dan air dan mengacu pada sistem pengetahuan lokal penduduk lokal. Mereka membagi alam tersebut berdasarkan nilai ekonomis dan ciri-ciri fisiknya. Seorang suku Mee akan menggunakan seperangkat kategori ini ketika berbicara dalam konteks hukum mereka. Dengan demikian, sistem pengklasifikasian penduduk setempat dapatlah dianggap sebagai aturan-aturan tentang penguasaan atas lahan. Misalnya, pada kebutuhan masak, umumnya masyarakat menggunakan kayu bakar yang berasal dari hutan yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Paniai. Penebangan biasanya dilakukan dengan sistem tebang pilih. Tidak semua pohon ditebang, tetapi jenis pohon yang sangat dibutuhkan atau pohon kayu yang sudah kering.

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) 2.2.2. Kondisi Ekonomi dan Sumber Mata Pencaharian Kehidupan ekonomi masyarakat pegunungan di tanah Papua hingga awal abad 20 terutama bertumpu pada sektor pertanian tradisional dan hubungan barter, disamping berburu, meramu, mencari ikan di danau dan mengumpulkan hasil hutan. Dasar pertukaran tradisional bersinggungan dengan struktur sosial mereka. Semua bentuk pertukaran tradisional menekankan pada hubungan resiprositas untuk membangun solidaritas yang kuat di dalam kelompok masyarakat. Hubungan resiprositas didasarkan untuk mencapai kedudukan sosial seseorang menjadi pemimpin (bigman). Fenomena sosial seperti ini menunjukkan bahwa ekonomi orang Mee tidaklah berdiri sendiri (autonomus), tetapi terkait dengan institusi sosial seperti kekerabatan, religi, kepemimpinan atau prestise. Oleh karena itu, sistem ekonomi penduduk disekitar area proyek EIB 155, yaitu dari hasil hutan, menangkap ikan dan udang di danau atau sungai, dan bertani. Disamping itu, masih terdapat juga masyarakat peramu yang hanya memanfaatkan hasil hutan seperti kayu gaharu, kulit masohi, damar dan rotan. Sistem perekonomian mereka berkembang sesuai dengan kondisi dan lokasi tempat masyarakat menetap. Untuk masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan, pertanian dilakukan secara berpindah-pindah. Sistem pertanian berpindah dilakukan terutama pada lahan pertanian yang terletak dilereng pegunungan atau perbukitan. Tujuannya adalah untuk menjaga kualitas hara/humus dan hasil produksi. Sesudah setahun melakukan aktivitas pertanian, mereka akan membuka kebun baru. Proses pembukaan kebun baru itu tidak diikuti dengan perpindahan pemukiman penduduk kampung. Biasanya pemukiman penduduk tetap ditempat yang telah dijadikan kampung, tetapi lahan pertanian bisa berpindah-pindah. Untuk daerah yang bersuhu rendah dan berkelembaban tinggi seperti Paniai, tanaman pangan seperti padi dan kelapa tidak ditemukan. Sementara jenis tanaman seperti sawi, labu siam, bayam, dan tomat tumbuh subur. Jenis tanaman ini awalnya diusahakan oleh orang-orang Belanda untuk memenuhi kebutuhan mereka. Beternak babi merupakan unsur mata pencaharian yang yang sangat penting, selain dapat meningkatkan staus sosial sebagai orang kaya, juga dapat diperjual belikan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Hampir sebagian rumah tangga memiliki babi. Anak babi dipelihara sampai menjadi dewasa, kemudian dijual untuk mendapatkan sejumlah uang. Uang yang diperoleh itu dipergunakan untuk membeli bibit babi baru, modal untuk berkebun, membangun

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) rumah dan untuk memenuhi kebutuhan sosial lainnya. Berjualan di pasar merupakan aktivitas rutin yang selalu dilakukan dengan menjual hasil-hasil dari kebun, ternak, dan hasil hutan berupa kayu bakar.

3. TEMUAN DAMPAK PROYEK DAN MITIGASI Untuk mendapatkan gambaran tentang dampak proyak pada sub proyek EIB 155 Keniyaapa-Wagethe dan mitigasinya, maka telah dilakukan konsultasi publik dengan pendekatan Fokus Group Discussion (FGD). Kegiatan ini dilakukan di tiga lokasi pada lapisan masyarakat yang berbeda dan melibatkan aparat pemerintah, keamanan, tokoh masyarakat, pemuda, dilakukan di tiga titik. FGD pertama, dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2007, di aula kantor Bupati Paniai. Peserta yang terlibat dalam konsultasi publik tersebut adalah dari dinas/badan dalam lingkup Pemerintah Daerah, seperti BAPPEDA, Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM), Dinas Pertanian, Sosial, Kesehatan. FGD kedua, dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2007, di lokasi akhir proyek (ending poreject) peningkatan jalan, yaitu di Kantor distirk Wagethe, melibatkan sekitar 30 orang, dari unsur aparat distrik, tokoh masyarakat (tonowi), agama, pemuda. FGD ketiga, dilaksanakan pada tgl 23 Agustus 2007, di titik nol proyek peningkatan jalan, yaitu di kampung Keniyaapa, bertempat di sebuah honai (balai pertemuan masyarakat).

3.1 Potensi Negatif Pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Paniai telah membuka keterisolasian wilayah, walaupun belum maksimal, karena belum menjangkau seluruh wilayah di Kabupaten Paniai. Terbukanya wilayah yang terisolasi akan membantu kelancaran pembangunan, dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memberikan akses yang lebih luas. Namun disisi lain, akan menghadirkan masalah-masalah sosial baru. Masalah ini bukan disebabkan karena pembangunan jalan itu sendiri, tetapi ketidaksiapan masyarakat menerima inovasi baru. Hal ini terungkap dari hasil survei ANDAS EIB 155. 3.1.1. Dominasi Ekonomi Kaum Pendatang Dengan adanya akses masuk yang lebih baik menyebabkan arus migrasi ke kabupaten Paniai semakin meningkat, dan peluang-peluang ekonomi akan dikuasai

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) oleh kaum pendatang. Minoritas pendatang yang jumlahnya terus meningkat akan menguasai sektor ekonomi pasar dan sektor informal lainnya. Sementara mayoritas masyarakat Mee masih hidup dalam lingkungan ekonomi tradisional berburu, meramu, dan bertani yang hanya memberi peluang untuk memenuhi kebutuhan subsisten mereka. Perbedaan ekstrim antara kaum pendatang dan mayoritas penduduk asli yang hidup dalam tekno-ekonomi tradisional inilah yang paling sering muncul dalam diskusi publik. Namun di sisi lain, masuknya kaum pendatang ke wilayah Paniai dapat kita lihat secara positif sebagai pembuka bagi berlangsungnya pembangunan sosial-ekonomi dan kebudayaan. Masyarakat tidak menafikan bahwa kehadiran kaum pendatang membawa perubahan yang nyata, sekaligus menjadi pesaing yang kemungkinan akan memarginalkan orang-orang Mee dalam meraih peluang ekonomi pasar dan sektor jasa lainnya. Kecemburuan sosial terhadap kaum pendatang terungkap pula dari tuntutan masyarakat untuk terlibat dalam pekerjaan fisik konstruksi, sebagai buruh maupun penyedia material. Biasanya konflik antara kontraktor dan masyarakat terjadi akibat ketidaksesuaian upah kerja yang ditentukan oleh kontraktor.

3.1.2. Alih Hak Ulayat Suku Mee di wilayah Paniai mengenal dua pola penguasaan atas tanah, yakni kepemilikan individu (pribadi) dan kepemilikan secara komunal. Hak penguasaan dan pemilikan secara individu berlaku atas lahan-lahan yang telah diolah untuk kebun atau budidaya tanaman yang biasanya dipagari dengan kayu. Hak komunal adalah hak bersama seperti hutan primer, pohon-pohon yang tumbuh liar. Selain itu, danau-danau seperti Danau Tigi, Danau Tage, Danau Paniai dan sungai-sungai dianggap sebagai milik bersama. Masuknya kaum pendatang juga akan dapat menimbulkan dampak sosial, seperti degradasi lingkungan hidup, penjualan assetasset lokal dimana masyarakat setempat menggantungkan hidupnya pada apa yang telah disediakan oleh alam. Mereka akan memanfaatkan sumber daya alam semaksimal mungkin, seperi membangun perumahan-perumahan, kios-kios di wilayah strategis yang mudah dijangkau. Pada pihak lain, adalah pemerintah dengan dalil kepentingan pembangunan akan mengabaikan hak-hak dasar masyarakat. Hal ini bisa menyebabkan konflik internal antara suku-suku yang mengklaim hak ulayat sebagai hak kebersamaan.

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) 3.1.3. Meningkatnya Kecelakaan Lalu Lintas Dengan adanya peningkatan kualiatas jalan Keniayaapa-Wagethe, menuju bandara Wagethe, maka angkutan umum akan berseliweran di ruas jalan tersebut. Dampak negatif yang bisa muncul, adalah pada kebiasaan masyarakat yang suka berjalan di tengah jalan akan menyebabkan rawannya kecelakaan lalu-lintas.

3.1.4. Meningkatnya Penyebaran HIV/AIDS Perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Paniai dalam konsultasi Publik mengungkapkan, bahwa pada tahun 2006 terdapat sedikitnya 6 orang yang meninggal karena HIV/AIDS, dan banyak kasus yang belum teridentifikasi. Penyebaran HIV/AIDS di Provinsi Papua telah memprihatinkan1. Pembangunan ruas jalan memungkinkan terbukanya area yang sebelumnya terisolasi, sehingga memberikan peluang meningkatnya jumlah ODHA (orang dengan HIV/AIDS). Penyebarannya dapat terjadi begitu cepat terutama pada generasi muda dan kaum wanita yang rentan terhadap AIDS. Penularan virus HIV/AIDS disinyalir disebakan karena perilaku seks bebas, dan minuman keras yang memberi peluang terhadap seks bebas. HIV/AIDS, menurut wakil kepala dinas kesehatan Kabupaten Paniai, telah merambah wilayah-wilayah pedesaan Kabupaten Paniai. 3.1.5. Meningkatnya Penjualan Minuman Keras Penyebaran minuman keras (miras) akan masuk ke wilayah Paniai melalui jalur darat dari Kabupaten Nabire yang dibawa oleh pedagang. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan meningkatkan kasus kriminal seperti perkelahian, pembunuhan yang sebelumnya sudah ada. Konflik yang diakibatkan minuman keras, membawa konsekwensi pada denda adat yang dikonversi ke dalam ganti rugi darah atau nyawa dengan uang tunai. Nilai uang tidaklah sedikit, bisa mencapai puluhan juta rupiah. Kasus-kasus perkelahian, akibat minuman keras semakin meningkat di Kabupaten Paniai.

kasus di Papua per 31 Oktober 2000 sebanyak 394 kasus, terdiri dari 294 AIDS dan 100 kasus HIV. Korban yang telah meninggal sejak ditemukan tahun 1994-2000, sebanyak 84 orang (kompas)

1Jumlah

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) 3.2 Mitigasi Secara umum apresiasi masyarakat terhadap pembangunan jalan KeniyaapaWagtehe cukup positif. Pembangunan infrastruktur jalan diyakini sebagai sarana untuk membuka keterisolasian, meningkatkan roda perekonomian, mempermudah akses pendidikan, kesehatan, pemerintahan dan kontak-kontak sosial antara penduduk lokal lebih intesif di wilayah Kabupaten Paniai. Memang dalam diskusi publik terungkap dampak-dampak negatif dari pembangunan jalan, namun dampak negatif tersebut dapat diminimalkan. Upaya untuk meminimalkan dampak negatif sebaiknya dibarengi dengan program-program pengembangan masyarakat yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat, seperti program pendidikan,

kesehatan, peningkatan ekonomi, yang bisa langsung dirasakan hasilnya. Bukan program-program jangka panjang yang akan membawa kejenuhan bagi masyarakat. Masyarakat yang hidup pada tekhno-ekonomi berburu dan meramu, berkebun berpindah tidak dapat disodori dengan program-program jangka panjang, dengan teknologi yang sangat sederhana. Program yang bersifat jangka panjang akan membuat masyarakat bertambah malas.

3.2.1 Penguasaan Peluang Ekonomi Kaum Pendatang dan Mitigasinya Potensi negatif yang akan muncul setelah pembangunan link Keniyaapa-Wagethe, yang menghubungkan Kabupaten Nabire dengan Kabupaten Paniai adalah meningkatnya arus migrasi masuk ke wilayah Paniai. Diasumsikan bahwa kaum pendatang akan menguasai sektor perdagang yang memang sudah dikuasi oleh kaum pendatang sekarang ini. Link ini akan dimanfaatkan kaum pendatang untuk membawa barang dagangan, seperti sembako, pakaian jadi, alat-alat pertanian dengan keuntungan yang besar. Selain itu, penguasaan lapangan yang

membutuhkan skill rendah pun akan dikuasai oleh kaum pendatang seperti tukang ojek. Pada akhirnya terjadi penguasaan ekonomi yang memang tidak mampu dikuasai oleh penduduk setempat (suku Mee). Akibatnya, penduduk setempat merasa termarginalkan, karena mereka kalah bersaing dengan kaum in-migran. Terungkap bahwa kemampuan masyarakat lokal di EIB 155 dalam membangun kewirausahaan sangat rendah. Alasan yang terungkap, yaitu lemahnya sumber daya manusia sehingga mereka tidak mampu bersaing dengan kaum pendatang yang mempunyai keahlian yang lebih. Dalam upaya meminimalkan dampak negatif,

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) maka usulan mitigasinya yaitu, dibutuhkan keberpihakan (affiramtive action) dari Pemerintah Daerah kepada suku Mee dalam upaya menciptakan persaingan dengan kaum pendatang. Konsekuensi logis terhadap keberpihakan tersebut adalah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan pengembangan bidang-bidang pertanian, perkebunan, perikanan, yang sudah dikuasai oleh penduduk asli. Meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan, pembinaan berkelanjutan dari dinas koperasi, untuk memotivasi masyarakat lokal dalam menigkatkan produktivitas hasil-hasil dari bertani, berkebun, beternak dan perikanan. Dengan menjual hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan di pasar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga mereka dan kebutuhan sosial lainnya yang dianggap potensial. Penguatan ini sangat penting, untuk menghindari konflik sosial dan kecemburuan sosial terhadap kaum pendatang. Pada saat ini komoditas yang memiliki potensi, peluang dan prospek yang baik untuk diusahakan adalah tanaman pangan (jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian), hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan), peternakan (babi, kambing).

Upaya pelibatan masyarakat dan tokoh pemuda untuk terlibat dalam pekerjaan fisik konstruksi jalan sebagai buruh dan penyedia material, sebagaimana usulan masyarakat dan tokoh pemuda dalam konsultasi publik perlu dikelola dengan baik. Apablila tidak dikelola dengan baik, maka hal ini dapat menjadi potensi konflik antara masyarakat dan kontraktor. Usulan mitigasinya, adalah perlu kontrak kerja dan penentuan harga dan asuransi keselamatan kerja yang jelas antara kontraktor dan masyarakat. Kontrak kerja ini sebaiknya melibatkan kepala suku (tonowi) masing-masing kelompok masyarakat, aparat keamanan seperti Kapolsek, Danramil, Kepala Desa dan Kepala Distrik sebagai penengah. Keterlibatan masyarakat sebagai buruh dan penyedia bahan material merupakan alasan logis dari masyarakat.

3.2.2Alih Hak Ulayat dan Mitigasinya Umumnya tanah-tanah di Kabupaten Paniai diakui sebagai milik setiap marga atau keret sebagi hak ulayat mereka. Urgensi kepemilikan tanah hak ulayat tersebut adalah milik komunal yang diatur dalam suatu pranata adat. Kepemilikan secara

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

10

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) komunal tanah ulayat adalah untuk kepentingan sosial dan ekonomi. Lebih jauh dari itu, tanah hak ulayat secara tidak langsung merupakan pengakuan masyarakat atas keberadaan mereka baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Lebih spesifik hak ulayat tersebut sebagai identitas kesukuan berdasarkan pertalian darah, ras, bahasa, agama dan kebudayaan. Tanah dalam pandangan suku Mee mislanya, sebagai ibu yang memberi air susu kehidupan kepada manusia. Menurut pandangan masyarakat, tanah tidak boleh dijual. Apabila tanah hak ulayat dijual akan menyebabkan sakit bagi keluarga yang menjual tanah tersebut atau hasil kebun dan ternak mereka tidak membawa keberuntungan. Mitos ini telah menjadi kenangangan kolektif dan pedoman hidup (way of live) pada suku Mee untuk menjaga dan mengelola hak ulayat mereka untuk kesejahteraan bersama serta mengamankannya dari eksploitasi pihak luar. Pada ahirnya, ide-ide untuk mempertahankan hak ulayat berbenturan dengan kebutuhan-kebutuhan sosial dan ekonomi. Desakan pembangunan dan masuknya in-migran yang membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal dan tempat berbisnis telah memunculkan ancaman dan melemahnya hak-hak ulayat masyarakat lokal. Pada akhirnya terjadi pergesaran pola kepemilikan tanah adat yang awalnya berfungsi sosial beralih ke fungsi ekonomi. Wacana seperti inilah yang terungkap dari hasil diskusi dengan stakeholder dalam studi sosial sub proyek EIB-155. Disadari oleh masyarakat, bahwa proyek peningkatan jalan link Keniyaapa-Wagethe akan melewati batasbatas hak ulayat suku Mee. Masyarakat dan kepala suku (tonowi) akan memberi dukungan terhadap proyek peningkatan jalan. Komitmen tersebut didasarkan pada pandangan bahwa masyarakat diberi kemudahan-kemudahan dalam proyek peningkatan jalan, karena proyek ini akan dimanfaatkan dan dinikmati oleh suku Mee. Jika proyek peningkatan jalan link Keniyaapa-Wagethe melewati tempattempat yang dikeramatkan oleh orang Mee maka Pemerintah Daerah akan memberikan uang doa. Uang doa diperuntukkan untuk makan bersama dengan memotong babi sebagai simbol kebersamaan (acara selamatan). Untuk mencegah konflik dari berbagai kemungkinan atas tuntutan masyarakat yang berlebihan, perlu pemahaman kepada masyarakat bahwa proyek peningkatan jalan akan menguntungkan masyarakat, dan memudahkan untuk mengakses berbagai peluang ekonomi dan memudahkan mobilitas masyarakat. Upaya pemahaman

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

11

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) seperti ini sebaiknya melibatkan tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dengan pihak pemerintah (Pemda Paniai).

3.2.3Kecelakaan Lalu Lintas dan Mitigasinya Untuk meminimalkan kecelakaan lalu-lintas karena peningkatan jalan, sebaiknya bahu jalan yang berbatu-batu diperkeras agar dapat digunakan oleh pejalan kaki sehingga mencegah pejalan kaki berjalan di tengah jalan. Hal ini sangat penting, untuk menghindari kecelakaan bagi pengguna jalan, yang dapat mengakibatkan konflik antara masyarakat dan pemilik kendaraan. Demikian pula sebaliknya, resiko yang dipikul oleh sopir mobil, apabila ada masyarakat yang tertabrak, tersenggol, maka sopir atau pemilik mobil wajib membayar denda sebagi bentuk ganti rugi yang dialami si korban. Besarnya denda terkadang melebihi kemampuan pemilik/sopir mobil. Hukuman denda uang berkisar antara 50.000.000.-100.000.000, dan harus terealisasi, karena mendapatkan pengakuan (dilegitimasi) oleh adat. Oleh karena itu, proyek peningkatan jalan Keniyaapa-Wagethe, seharusnya memperhatikan kepentingan pejalan kaki. Disamping itu, pembuatan rambu-rambu lalu lintas ditempat yang berbahaya, seperti tanda banyak ternak, banyak pejalan kaki, menjadi prioritas bagi pihak kepolisian untuk meminimalkan kecelakaan lalulintas, dan pemahaman bagi pengemudi untuk berhati-hati pada lokasi-lokasi pemukiman padat penduduk.

3.2.4Penularan HIV/AIDS dan Mitigasinya Peningkatan jalan berbatu menjadi jalan yang beraspal dapat diduga akan menambah kemudahan penyebaran HIV/AIDS, terutama disebabkan karena masuknya orang-orang yang sudah terinveksi virus HIV/AIDS ke wilayah Paniai. Persoalannya, karena masyarakat lokal belum memahami konsekuensi dari seks bebas yang dapat mengakibatkan menularnya virus HIV/AIDS. Paling pokok adalah kesadaran masyarakat. Untuk itu, upaya pencegahannya adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat, melalui corong tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah dalam proses sosialisasi. Upaya mitigasinya, bahwa penanganan masalah AIDS tidak dapat dilakukan oleh satu departemen saja, tetapi harus dilakukan secara terintegrasi, simultan dan terencana. Perlu penyuluhan dari dinas kesehatan dan dinas lainnya, NGO dalam memberikan pemahaman kepada

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

12

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS. Masyarakat dan keluarga dekat khususnya memiliki kewajiban untuk meringankan penderitaan ODHA. Salah satu upaya yang dapat dilakukan, yaitu dengan memberikan dukungan supaya mereka tidak putus asa dan tetap memiliki semangat hidup. Perlu dilakukan sosialisasi dampak, pola penyebaran HIV/AIDS terhadap mereka yang sudah terinfeksi virus HIV/AIDS. Penyebaran virus HIV yang dapat terjadi dengan cepat perlu mendapat perhatian karena masyarakat pada umum tidak mengetahui akibat dan proses

penyebarannya.

3.2.5Penjualan MIRAS (Minuman Keras) dan Mitigasinya Proyek peningkatan jalan link Keniyaapa-Wagtehe, akan membawa konsekuensi, meningkatnya kegiatan perdagangan barang-jasa dari kota Nabire ke kota Enarotali. Potensi dampak negatif adalah merebaknya penjualan minuman keras di wilayah pedesaan dan kota Enarotali yang dibawa oleh para pedagang dari luar Kabupaten Paniai. Kenyataannya, konflik antar suku, perkelahian antar pemuda, dan kematian akibat muniman keras adalah fenomena yang sering terjadi di Paniai. Hal ini disebabkan karena masyarakat memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman keras (beralkohol) yang mengakibatkan kematian, konflik suku, perkelahian antar pemuda. Masyarakat di wilayah pegunungan tengah termasuk Kabupaten Paniai, mempunyai kebiasaan meneguk minuman keras apabila mereka memiliki uang. Untuk mencegah terjadi konflik, yang menyebabkan kematian, pembunuhan, penyebaran virus HIV/AIDS akibat mimuman keras di kabupaten Paniai yang akan berdampak pada masyarakat di link Keniyaapa-Wagethe, maka dibutuhkan sosialiasi terhadap bahaya minuman keras oleh aparat keamanan khususnya pihak kepolisian pada masyarakat lokal adalah hal yang penting untuk menghindari dampak negatif dari proyak peningkatan jalan link Keniyaapa-Wagethe.

Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua

13

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2)


RENCANA TINDAK SUB PROYEK EIB-155 KABUPATEN PANIAI-PROVINSI PAPUA

1. Penguatan Ekonomi Kerakyatan


No 1 2 Isu Negatif Penguasaan ekonomi kaum pendatang/migran Program Pemberdayaan ekonomi pasar Pemanfaatan Tenaga Lokal Kerja Lokasi Distrik Tigi, Tigi Timur, Yatamo Distrik tigi, tigi timur, dan Yatamo Kegiatan Pelatihan management dagang Pelibatan tenaga kerja lokal dalam proyek peningkatan Jalan link Keniyaapa-Wagethe Institusi Koperasi Kontraktor dan Dinas PU Jadwal 2008/2009 2008/2009 Anggaran Rp 75.000.000 Sumber Anggaran OTSUS APBD Sesuai dengan UMR Papua Anggaran Rp 75.000.000 Sumber Anggaran OTSUS APBD Keterangan

2. Penguatan Hak Ulayat Bagi Masyarakat Lokal


No 1 Isu Negatif Alih HakUlayat Program Sosialisasi tentang hak-hak ulayat dan hak tanah adat Lokasi Masyarakat Link KeniyaapaWagethe Kegiatan Pemahaman tentang hak ulayat dan hak tanah yang dikuasai Negara Institusi Dinas Pemberdayaan Masyarakat (PMD) Jadwal Pelaksanaan 2008/2009 Keterangan

3. Penguatan Program Kesehatan


No 1 Isu Negatif Penyebaran HIV/AIDS Program Peningkatan informasi kesehatan bagi masyarakat dan pekerja konstruksi Lokasi Distrik Tigi Timur, Tigi dan Yatamo Kegiatan Kampanye tentang pencegahan penyakit menularHIV/AIDS Institusi Dinas Kesehatan Jadwal Pelaksanaan 2008/2009 Anggaran Rp 100.000.000 Sumber Anggaran OTSUS APBD Keterangan

14 Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua (Lampiran Rencana Tindak)

Second Eastern Indonesia Region Transportation Project (EIRTP-2) 4. Pencegahan Terhdap Penyebaran Minuman Keras
No 1 Isu Negatif Penyebaran Miras Program Peningkatan kesadaran masyarakat Lokasi Distrik Tigi Timur, Tigi dan Yatamo Kegiatan Penyuluhan melalui pendekatan agama, tokoh adat Institusi yang Bertanggung Jawab DEPAG Jadwal Pelaksanaan 2008/2009 Anggaran Rp 25.000.000 Sumber Anggaran OTSUS APBD Keterangan

5. Peningkatan Keselamatan Lalulintas


No 1 Isu Negatif Meningkatnya Kecelakaan Lalu lintas Belum terdapat ramburambu lalu lintas Program Peningkatan keamanan keselamatan Lalu lintas Peningkatan keamanan keselamatan Lalu lintas Lokasi Distrik Tigi Timur, Tigi dan Yatamo Kegiatan Pembuatan bahu jalan yang diperkeras bagi pejalan kaki Pemasangan rambu-rabu lalu lintas Institusi yang Bertanggung Jawab Dinas PU Jadwal Pelaksanaan 2008/2009 Anggaran Rp 25.000.000 Sumber Anggaran APBD Keterangan

Dinas Perhubungan

2008/2009

25.000.000

15 Laporan SIA sub proyek Keniyapa Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua (Lampiran Rencana Tindak)

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berita Acara Konsultasi Publik Undangan Rapat Koordinasi Pemda Daftar Hadir Konsultasi Publik Foto-foto Kegiatan Diagram Alur Mekanisme Penyampaian Keluhan

Second Eastern Indonesian Region Transportation Project (EIRTP-2

Lampiran I. Hasil Ringkasan Konsultasi Publik. Sub Projec name & ref. Number Tanggal Pertemuan Lokasi Participated for project proponent :EIB 155-Kabupaten Paniai :22 Agustus 2007 :Ruang rapat kantor Bupati Paniai :Naffi Sanggenafa (narasumber SIA) :Akhamd Kadir (narasumber SIA) :Elly Kusumawati ( CTC2) : Yang Giay, (PU Kabupaten Paniai) : Andreas Goo (Asisten Peneliti)

Participated from community: : Asisten I Pemda Paniai Community Leaders/ : 20 of members reprsentatives Community Members 1 Issu-issu Negatif Pembukaan jalan mempercepat penyebaran penyakit HIV/AIDS pembukaan jalan mempercepat distribusi miras (minuman keras) dan berpotensi meningkatkan angka kejahatan. Kasus perkelahian mengakibatkan 5 orang meninggal dan denda uang Rp 75.000.000, Pengembangan jalan Keniyaapa-Wagethe melalui tempattempat keramat yang menurut masyarakat tidak boleh diganggu, dan harus dilakukan dengan upacara adat. Rendahnya sumber daya manusia, sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan secara maksimal sumber daya alam yang ada 2.Issu-issu Positif Akses dan peluang ekonomi lebih baik, karena jalan darat dapat menghubungkan Kab. Nabire dan Paniai. Harga kebutuhan pokok bisa ditekan Menciptakan lapangan pekerja bagi penduduk lokal, mereka dapat menjadi buruh kasar pada proyek peningkatan jalan Keniyapha-Wagthe. Angka kematian ibu melahirkan dapat ditekan karena jalan sudah diaspal 2.Issu-issu Positif Akses dan peluang ekonomi lebih baik, karena jalan darat dapat menghubungkan Kab. Nabire dan Paniai. Harga kebutuhan pokok bisa ditekan Menciptakan lapangan pekerja bagi penduduk lokal, mereka dapat menjadi buruh kasar pada proyek peningkatan jalan Keniyapha-Wagthe. Angka kematian ibu melahirkan dapat ditekan karena jalan sudah diaspal

Laporan SIA sub Keniyaapa-Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua (Lampiran)

Second Eastern Indonesian Region Transportation Project (EIRTP-2

Tindakan disetujui

Perlunya pemberdayaan masyarakat untuk menekan dampak negatif proyek jalan, yang selama ini kurang disadari oleh Pemda. Pemberdayaan tersebut mencakup aspek pendidikan, kesehatan, UKM dan pariwisata. Melibatkan masyarakat dalam tahap konstruksi melalui penggunaan buruh kasar dan material lokal akan membantu peningkatan sumber penghasilan masyarakat yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup terutama dalam bidang kesehatan, gizi, pendidikan, dll. Pemberdayaan masyarakat memerlukan dana yang tidak sedikit. Pemerinath Daerah akan mendiskusikannya dalam rapat kerja dinas terkait di lingkungan Pemda. Dana Pemberdayaan masyarakat tidak melibatkan dari dana proyek peningkatan jalan Diperlukan penjelasan yang lebih awal mengenai upah, jam kerja, dan kewajiban-kewajiban buruh pada saat penduduk lokal terlibat sebagai buruh dalam proyek peningkatan jalan. Peningkatan ruas jalan perlu memperhatikan desain gorong gorong/jembatan yang standar Tanggal Pertemuan :23 Agustus 2007 Tempat : Kantor Distrik di Wagethe Participated for project proponent :Naffi Sanggenafa (narasumber SIA) :Akhamd Kadir (narasumber SIA) :Elly Kusumawati ( CTC2) :Yan Giay (Dinas PU) : Andreas Goo (Asisten Peneliti) Participated from community: : Kepala Distrik dan Kepala Suku, Tokoh Community Leaders/ masyarakat, Danramil, Kapolsek. reprsentatives : 30 peserta Kelompok masyarakat 1. Issu-issu Masyarakat menanggapi proyek jalan secara positif karena manfaat yang dirasakan sangat banyak, antara lain memudahkan mobilitas, meningkatkan pendidikan, distribusi kebutuhan pokok, dan menurunya harga bahan pokok. masyarakat ingin terlibat dalam proyek, terutama dalam hal penggunaan buruh dan material lokal selama tahap konstruksi proyek masyarakat dan aparat desa mengingatkan bahwa kontraktor terpilih wajib melapor pada aparat desa yang berwenang sebelum memulai pekerjaan konstruksi mutu pekerjaan perlu dipantau dengan baik oleh masyarakat

yang

Laporan SIA sub Keniyaapa-Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua (Lampiran)

Second Eastern Indonesian Region Transportation Project (EIRTP-2

maupun Pemda yang dalam hal ini diwakili oleh Dinas PU masyarakat dilibatkan dalam proyek, melalui penggunaan tenaga dan material lokal dalam konstruksi. pelibatan masyarakat sebagai buruh proyek akan memberikan sumber penghasilan bagi mereka sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. sebelum pekerjaan konstruksi dimulai, kontraktor terpilih wajib melapor pada aparat desa yang berwenang

Laporan SIA sub Keniyaapa-Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua (Lampiran)

Second Eastern Indonesian Region Transportation Project (EIRTP-2

Lampiran II: Undangan dan Daftar Hadir Peserta

Laporan SIA sub Keniyaapa-Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua (Lampiran)

Second Eastern Indonesian Region Transportation Project (EIRTP-2

Laporan SIA sub Keniyaapa-Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua (Lampiran)

Second Eastern Indonesian Region Transportation Project (EIRTP-2

Laporan SIA sub Keniyaapa-Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua (Lampiran)

Second Eastern Indonesian Region Transportation Project (EIRTP-2

Laporan SIA sub Keniyaapa-Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua (Lampiran)

Second Eastern Indonesian Region Transportation Project (EIRTP-2

Laporan SIA sub Keniyaapa-Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua (Lampiran)

Second Eastern Indonesian Region Transportation Project (EIRTP-2

Laporan SIA sub Keniyaapa-Wagethe (EIB-155), Kabupaten Paniai-Papua (Lampiran)

DINAMIKA DISKUSI SIA SUB PROYEK EIB-155 KABUPATEN PANIAI 1 2

BpK Yan Giay, (PU), ELLy (CTC2), Pak David (Asisten I Pemda Pania) Pak NaffI Narasumber. (Aula KantorBupati) ) Pania)

Peserta diskusi dari dinas PMD, Bappeda, Kesehatan, Pertanian, Perdagangan, sosial, dll (Aula Kantor Bupati Paniai)

Masyarakat peserta FGD dan Narasumber (lokasi Rumah Honai Keniyaapa (titik O)

Diskusi dalam Honai dan Narasumber (lokasi Keniyaapa (titik O)

Diskusi di Wagethe( Titik akhir ANDAS) Lokasi Kantor Distrik Tigi

Diskusi di Wagethe ( Insert Pemuda yang tidak tertampung di ruangan (lokas Kantor distrik Tigi)

DINAMIKA MASYARAKAT LINK KENIYAAPA WAGETHE

Jalan Link Keniyaapa-Wagethe Pasca Hujan

Jalan Link Keniyaapa-Wagethe Pasca Hujan

10

Kampung Keniyaapa (Titik 0)

Kota Distrik Tigi (Titik Akhir)

11

12

Aktivitas Masyarakat (link Keniyaapa-Wagethe)

Pajak tanah adat Bagi kendaraan yang lewat dari Nabire

13

14

Potensi Wisata Alam (Sungai Yawei Kampung Keniyaapa)

Kayu bakar yang siap dijual ke Kota Enarotali

15

16

Puskesam Keliling (Lebih lancar menjangkau mas.

Motor naik Pesawat ke Paniai dari Timika

17

18

Suasana Belajar di sebuah SD (link Keniyapa-Wagethe)

Puskesmas Pembantu (link Keniyapa-Wagethe)

19

20

Ruas jalan sebagai arena bermain anak

Ruas jalan sebagai arena diskusi (tempat santai)

DIAGRAM ALUR MEKANISME PENYAMPAIAN KELUHAN

PMU EIRTP-2

Mekanisme Keluhan terhadap Implementasi Rencana Tindak ANDAS


Proses

KAT

Forum Koordinasi Kesejahteraan Sosial KAT (FKKS-KAT) Daerah : - Dinas Sosial - Kepala Satker P2JJ - Perguruan Tinggi/LSM - Tokoh Masyarakat

M O N I T O R I N G

Investigasi dilakukan oleh FKKS-KAT

dalam 12 hari Konsultasi dengan KAT

Kesepakatan dengan KAT

Publikasi di Tingkat Lokal

Implementasi

You might also like