You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Demam berdarah dengue (Dengue hemorrhagic fever) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Asia Tropik termasuk Indonesia. Insiden tertinggi pada anak dengan puncak umur 5-11 tahun.1,2 Beberapa dekade terakhir ini, insiden demam dengue menunjukkan peningkatan yang sangat pesatdiseluruh penjuru dunia. Sebanyak dua setengah milyar atau dua perlima penduduk dunia beresiko terserang demam dengue. Sebanyak 1,6 milyar (52%) dari penduduk yang beresiko tersebut hidup di wilayah Asia Tenggara. WHO memperkirakan sekitar 50 juta kasus infeksi dengue tiap tahunnya. Pada tahun 2007 di Amerika terdapat lebih dari 890.000 kasus dengue yang dilaporkan dimana 26.000 kasus diantaranya tergolong dalam demam berdarah dengue (DBD).3 Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.5 Sejak Januari sampai dengan 5 maret 2004 total kasus DBD di seluruh Propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR= 1,53%) dengan kasus tertinggi terdapat di propinsi DKI Jakarta (11.534 kasus) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Provinsi NTT (3,96).4 Jumlah kejadian DBD di Indonesia sepanjang bulan JanuariNovember 2007 mencapai 127.687 kasus, dengan jumlah kasus meninggal 1.296 kasus (CFR 1%). Keadaan ini masih menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan keadaan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data kasus dan angka kematian DBD di Dinas Kesehatan Propinsi Riau tahun 2004 menunjukkan selama tahun tersebut telah dilaporkan kasus DBD di Propinsi Riau sebanyak 732 kasus, dan menempati urutan ke-6 dari 10 besar penyakit yang dirawat di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Selama tahun 2004 periode Januari Mei, khususnya kota Pekanbaru dinyatakan sebagai wilayah Kejadian Luar Biasa DBD, dimana terjadi peningkatan kasus DBD sebanyak 119 orang dan kematian 4 orang dengan incidence rate 3,36 % .2 Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, A. albopictus, A. polynesiensis dan beberapa spesies A.scuttellaris, akan tetapi di Indonesia penularan adalah melalui A. aegypti dan A. Albopictus.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Demam dengue/ dan demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever/ DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ atau nyeri sendi yang disertai lekopeni, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.5 Etiologi Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4 yang semua nya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.5-7 Keempat serotype ini ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak.1 Patofisiologi Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan membedakan demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah tingginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diabetes hemoragik. Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai hematokrit.8 Dua teori yang banyak dianut dalam menjelaskan patogenesis infeksi dengue adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory) dan hipotesis immune enhancement.9 Menurut hipotesis infeksi sekunder yang diajukan oleh Suvatte, sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu, menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit, proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. 2

Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa. Pada penderita renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24 -48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Hipotesis immune enhancement menjelaskan menyatakan secara tidak langsung bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD berat. Antibodi heterolog yang telah ada akan mengenali virus lain kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang berikatan dengan Fc reseptor dari membran leukosit terutama makrofag. Sebagai tanggapan dari proses ini, akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.9 Gambaran Klinis10 Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase pemulihan. Pada fase febris, Biasanya demam mendadak tinggi 2 7 hari, disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan perdarahan gastrointestinal. Fase kritis, terjadi pada hari 3 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya berlangsung selama 24 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok. Fase pemulihan, bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48 72 jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil dan diuresis membaik

Diagnosis 3

Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis). Kriteria klinis demam dengue adalah demam akut selama 2-7 hari ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis seperti nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia/artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif), leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien demam dengue atau demam berdarah dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama Kriteria Klinis:9,11 1. 2. Demam akut mendadak 2-7 hari, bersifat bifasik Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan : Uji tourniket positif Ptekie, ekimosis, purpura Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi Hematemesis dan melena

Kriteria Laboratoris: Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang) Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut: Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur

dan jenis kelamin. Penurunan hemtokrit >20% setelah mendapatkan terapi cairan,

dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.

Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia atau peningkatan hematokrit, cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah dengue. Efusi pleura dan atau hipoalbumin, dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia, mendukung diagnosa demam berdarah dengue.12 WHO (2004) membagi demam berdarah dengue menjadi 4 derajat berdasarkan tingkat keparahan, yaitu 5

Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet. Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain. Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah. Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody total, IgM maupun IgG. Pemeriksaan IgM
dan IgG dapat untuk menentukan jenis infeksi virus dengue apakah primer atau sekunder.

IgM terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang setelah 6090 hari. IgG pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke 2. Penting untuk membedakan infeksi primer maupun sekunder. Hal ini dapat ditentukan dari terbentuknya IgG antidengue, yang menunjukkan infeksi sekunder, dimana sudah dapat dideteksi pada hari ke-3 demam.5 Penatalaksanaan Prinsip utama adalah terapi suportif, dimana angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Divisi Penyakit Tropik dan infeksi dan Divisi Hematologi dan onkologi Medik Fakultas Kedokteran FK UI, telah menyusun lima protokol penatalaksanaan Demam berdarah dengue pada pasien dewasa berdasarkan kriteria :12 1.Tatalaksana dengan rencanan tindakan sesuai indikasi 2. Praktis dalam penatalaksanaan 3. Mempertimbangkan cost efectiveness Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada protokol WHO. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori, sebagai berikut:5 1. Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok 2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat 5

3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20% 4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa 5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa Protokol I. Penanganan Tersangka (probable) demam berdarah dengue dewasa tanpa syok Apabila didapatkan nilai Hb, Ht dan trombosit seperti: 1. Hb, Ht, trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol ke poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya dimana dilakukan pemeriksaan Hb, Ht dan Leukosit, trombosit tiap 24 jam, atau apabila keadaan penderita memburuk, segera kembali ke IGD 2. 3. Hb, Ht normal tapi trombosi <100.000, dianjurkan untuk dirawat Hb, ht meningkat dan trombosit normal dan atau turun juga dianjurkan untuk dirawat

Protokol II. Penanganan Tersangka (probable) demam berdarah dengue dewasa diruang rawat Pasien tersangka demam berdarah dengue tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok, diberikan cairan infuse kristaloid dengan jumlah seperti rumus : 1500+(20 x(BB dalam kg-20) Setelah pemberian cairan, dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam: 1. 2. Bila Hb, Ht meningkat 10-20 % dan trombosit < 100.000, jumlah pemberian cairan Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit < 100.000, maka pemberian cairan sesuai tetap sesuai rumus diatas dengan pemantauan Hb,Ht trombosit tiap 12 jam dengan protokol III

Gamb.1 observasi dan pemberian cairan suspek DBD deawsa tanpa renajatan di Unit Gawat Darurat

Gamb.2 Pemberian cairan suspek DBD deawsa di ruang

BAB III ILUSTRASI KASUS Identitas Pasien Nama Umur Pekerjaan Alamat Masuk RS : H : 20 tahun : Pelajar : Kecamatan Minas : 22 Desember 2011

Jenis kelamin : Perempuan

ANAMNESIS (Autoanamnesis dan alloanamnesis ibu pasien) Keluhan Utama Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) Riwayat Penyakit Sekarang Sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan demam tinggi, muncul mendadak, naik turun, tidak menggigil, otot dan persendian pegal-pegal, sakit kepala, batuk berdahak, nafsu makan berkurang, tidak ada sakit tenggorokan, tidak ada perdarahan dari gusi dan hidung, dan tidak ada bintik-bintik kemerahan pada tubuh. Keluhan juga disertai mual, muntah 1 kali lebih banyak air daripada sisa makanan, ada nyeri ulu hati, nyeri tidak berkurang setelah makan. Kadang perut terasa kembung, makan sedikit cepat kenyang. Pasien sudah berobat untuk mengatasi demam tapi tidak sembuh. BAB normal tidak berwarna hitam, dan BAK normal. Dua hari yang lalu, pasien merasa keluhan tidak berkurang dan masih muntah. Muntah sebanyak 2 kali berisi air dan makanan. Satu hari yang lalu pasien merasa keluhan tidak berkurang juga. Keluhan disertai mencret lebih banyak air daripada ampasnya. mencret sebanyak 3 kali dan pasien merasa lemas. Lalu pasien berobat ke RSUD AA. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien pernah mengeluhkan amandel 1 minggu yang lalu. 8

Riwayat gastritis (+). Tidak pernah menderita penyakit malaria, penyakit typoid sebelumnya Riwayat Penyakit Dalam Keluarga Tidak ada keluarga yang sakit serupa dengan pasien ataupun penyakit kelainan darah. Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan dan sosial ekonomi :

Riwayat pekerjaan yaitu pelajar. Pasien sering makan tidak teratur, menyukai makanan pedas dan asam Riwayat berpergian jauh tidak ada dalam 1 bulan terakhir Daerah sekitar rumah padat, ventilasi baik

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Kesadaran Vital Sign : Tampak sakit sedang : Komposmentis : Tekanan darah Frekuensi nadi Suhu Pemeriksaan Khusus: Kepala dan leher Kulit dan Wajah : Wajah tidak sembab, muka tidak pucat Mata Lidah Leher Thorak Paru : Inspeksi tertinggal - Palpasi : fremitus kanan = kiri 9 : dada simetris kiri dan kanan, gerak nafas simetris, tidak ada bagian yang : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikhterik, pupil bulat, isokor dengan diameter 3/3 mm, reflek cahaya (+/+) : tidak kotor, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1. : KGB tidak membesar, JVP 5-2 cmH2O : 110/70 mmHg : 95x/menit (teratur, kuat, iisian cukup). : 38,90 C (axilla)

Frekuensi napas : 22x/menit

- Perkusi

: Sonor pada kedua lapangan paru.

- Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan paru, ronki (-/-), wheezing (-/-) Jantung : Inspeksi Palpasi Perkusi : ictus kordis tidak terlihat : ictus kordis teraba RIC IV 2 jari medial LMCS : Batas jantung kanan : RIC V Linea Sternalis Dekstra Batas jantung kiri : RIC V 2 jari medial LMCS

Auskultasi : Bunyi jantung normal, bunyi tambahan (-) Abdomen :

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

: Perut datar, venektasi (-), distensi abdomen (-) : Supel, nyeri tekan epigastrium (+) ,nyeri tekan supra pubis (-), hepar dan lien tidak teraba, ballotemen (-/-) : Timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-/-) : Bising usus (+), 5x/menit, Normal

Ekstremitas : Ptekie (+), akral hangat, refilling kapiler <2 detik, edema tidak ada, sianosis(-),turgor kulit normal, uji tourniket : rumpleed (+) Pemeriksaan Penunjang 22/12/2010 Darah rutin Hb Leukosit Trombosit Ht RESUME Pasien H, perempuan, 20 tahun, datang ke RSUD AA pada tanggal 22 Desember 2011 dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Dari anamnesa didapatkan demam yang muncul mendadak dan naik turun, otot dan persendian pegal-pegal, sakit kepala, nafsu makan kurang, tidak ada perdarahan dari gusi dan hidung, tidak ada bintik-bintik kemerahan pada tubuh, dan disertai batuk berdahak. Keluhan juga disertai mual, ada nyeri ulu hati, nyeri 10 : 13,1 gr/dl : 1.600 /ul : 94.000 /ul : 37,6%

tidak berkurang setelah makan. Kadang perut terasa kembung, makan sedikit cepat kenyang. Pasien sudah berobat untuk mengatasi demam tapi tidak sembuh. Dari pemeriksaan fisik: suhu terukur demam, adanya nyeri tekan epigastrium. Dari pemeriksaan penunjang: trombositopenia, leukopeni, dan Uji tourniket (+) DAFTAR MASALAH 1. 2. 3. 4. ANALISIS MASALAH 1. Demam Dari anamnesis didapatkan sejak 3 hari SMRS pasien mengeluh demam tinggi yang muncul mendadak dan naik turun. Pasien juga mengeluh nyeri kepala, nyeri otot dan persendian. Hal ini sesuai dengan kepustakaan kriteria klinis dari demam berdarah dengue yaitu demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, disertai nyeri kepala, mialgia dan artralgia.5,13 Pasien tidak mengeluh adanya demam disertai menggigil, berkeringat banyak, dan pasien tidak pernah mempunyai riwayat bepergian keluar kota dan tidak pernah menderita malaria sebelumnya. Hal ini menyingkirkan diagnosis malaria. Pasien juga tidak ada ruam makulopapular, injeksi konjungtiva, dan tidak ada keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien. Hal ini juga menyingkirkan demam chikungunya.14 Demam tifoid mungkin bisa dipikirkan karena pada pasien ini, didapatkan demam baru dialami sejak 3 hari SMRS, sehingga belum bisa menyingkirkan demam tifoid.5 2. Mual, muntah dan nyeri ulu hati Mual, muntah dan nyeri ulu hati juga merupakan gejala dari demam berdarah dengue. 5,13 Mual dan muntah ini dalam kepustakaan disebabkan setiap infeksi yang menyerang tubuh manusia akan menyerang retikuloendothelial sehingga sistem ini bisa terganggu menyebabkan reaksi antigen antibodi yang merangsang sistem hipothalamus, sehingga menimbulkan peningkatan suhu tubuh serta mengaktifasi anafilaksis dan kompensasinya adalah nyeri ulu hati, selain itu juga dapat berpengaruh pada saluran pencernaan yang dapat mengganggu asupan makanan dan cairan karena mual, muntah dan anoreksia. Pada pasien 11 Demam Mual, muntah dan nyeri ulu hati Trombositopeni Leukopeni

ini bisa dicurigai adanya dispepsia. Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh mual, muntah, nyeri ulu hati, kadang terasa kembung, cepat kenyang, pasien juga memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, menyukai makanan pedas dan asam, dan memiliki riwayat gastritis sebelumnya. Hal ini bisa mengakibatkan peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam sehingga menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak di perut.5 3. Trombositopenia Dari pemeriksaan laboratorium pasien didapatkan trombositopenia, yaitu trombosit 94.000/mm3. Hal ini sesuai dengan kriteria dari demam berdarah dengue. Trombosititopenia terjadi pada hari ke 3-8. Dalam kepustakaan menyebutkan trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsum tulang dan destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit.5,15 4. Leukopenia Jumlah leukosit pada pasien demam berdarah dengue bervariasi dari leukopeni ringan hingga leukopenia sedang. Leukopenia akan muncul antara hari demam pertama dan ke tiga pada 50% kasus DBD ringan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh adanya degenerasi sel PMN yang matur dan pembentukan sel PMN muda. Pada pasien dijumpai leukosit 1.600/mm3. Hal ini sesuai dengan kepustakaan, leukopenia merupakan salah satu gejala laboratorium dari demam berdarah dengue.5,15 DIAGNOSIS KERJA : DHF grade I + dyspepsia RENCANA PEMERIKSAAN Cek Hb, Ht, trombosit, serologi DHF, pemeriksaan parasit malaria RENCANA PENATALAKSANAAN Non Farmakologi : Istirahat Diit ML Banyak minum

12

Farmakologi : IVFD Ringer laktat 20 tts/ mnt Ranitidin intravena 2 x 1 amp (50 mg) Paracetamol tab 3 x 500 mg

FOLLOW UP PASIEN 23 Desember 2010 S : badan lemah, demam, nafsu makan kurang, batuk berdahak, otot dan persendian pegalpegal, sakit kepala, BAB lembek, nyeri ulu hati O : Kesadaran : Komposmentis TD : 100/70 mmHg N : 85 x/menit Hb Leukosit Trombosit Hematokrit IgG anti dhf IgM anti dhf RR : 20 x/mnt T : 38,70C

Ptekie muncul tiba-tiba pada ekstremitas bawah Darah Rutin (Tanggal 23 Desember 2011) : 14,1 gr% : 2.300 /mm3 : 24.000/mm3 : 47,9 vol% : reaktif : reaktif

Parasit malaria : tidak ditemukan

A : DHF grade II + dyspepsia P : IVFD RL 30 tts/mnt Paracetamol tab 3x500 mg Ranitidin intravena 2 x 1 amp (50 mg) Ambroxol syr 3xc1 (24 Desember 2011) S O : demam (+), nyeri ulu hati, batuk berdahak. : kesadaran Vital sign : compos mentis : TD : 90/70 mmHg, nadi: 88 x/mnt, pernafasan : 20 x/mnt, S : 37,90C.

Trombosit : 20.000/mm3

13

Hb

Darah Rutin (Tanggal 24 Desember 2011) : 14,9 gr% : 3.400 /mm3 : 20.000/mm3 : 48,1 vol%

Leukosit Trombosit Hematokrit A P :-

: DHF grade II + dyspepsia IVFD Ringer laktat 30 tts/ mnt Ranitidin intravena 2 x 1 amp (50 mg) Paracetamol tab 3 x 500 mg Ambroxol syr 3xc1 Antasida syr 3x c1

(25 Desember 2011) S O : badan lemas, nyeri ulu hati, batuk berdahak, nafsu makan kurang. : kesadaran Vital sign Hb Leukosit Trombosit Hematokrit A P :: compos mentis : TD : 100/70 mmHg, nadi: 86 x/mnt, pernafasan : 20 x/mnt, S : 370C. : 13,7 gr% : 3.700 /mm3 : 30.000/mm3 : 46,7 vol%

Darah Rutin (Tanggal 25 Desember 2011)

: DHF grade II + dyspepsia IVFD Ringer laktat 30 tts/ mnt Ambroxol syr 3xc1 Antasida syr 3x c1 Curcuma 3x1

(26 Desember 2011) S O : badan lemas, demam (-), nyeri ulu hati, batuk berdahak, nafsu makan kurang. : kesadaran Vital sign 36,50C. : compos mentis : TD : 110/70 mmHg, nadi: 84 x/mnt, pernafasan : 20 x/mnt, S :

14

Hb

Darah Rutin (Tanggal 26 Desember 2011) : 13,6 gr% : 5.700 /mm3 : 60.000/mm3 : 41,9 vol%

Leukosit Trombosit Hematokrit A P :-

: DHF grade II +dyspepsia IVFD Ringer laktat 30 tts/ mnt Ambroxol syr 3xc1 Antasida syr 3x c1 Curcuma 3x1

(27 November 2009) S O : badan lemah, batuk (+) : kesadaran Vital sign Hb Leukosit Trombosit Hematokrit A P : DHF grade II : infuse stop Ambroxol syr 3xc1 Curcuma 3x1 : compos mentis :TD : 110/70mHg, nadi : 85x/mnt, pernafasan : 20x/mnt, S : 36,5, : 12,1 gr% : 5.500 /mm3 : 110.000/mm3 : 38,9 vol%

Darah Rutin (Tanggal 27 Desember 2011)

Pasien diizinkan pulang

15

DAFTAR PUSTAKA 1. Pasaribu S. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU. Cermin Dunia Kedokteran No.80. USU press. 2. Akhyar Y, Kurniawan L. Demam Berdarah Dengue. Faculty of medicine University of Riau. FK UR press,2009 3. Hairani LK. Gambaran epidemiologi demam berdarah di Indonesia. FKM UI. 2009 4. Wahono TD. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan; 2004 5. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III. Demam Berdarah Dengue. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : 2006. 1709-13 6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan medis. IDI. Jakarta: 2010. 141-9 7. DEPKES. Tatalaksana DBD. Available from: http://www.depkes.go.id/downloads/Tata %20Laksana%20DBD.pdf 8. Lestari K. Epidemiologi dan pencegahan Demam Berdarah dengue di Indonesia. Farmaka. 2007; 5:12-29 9. Chen K, Herdiman T. Pohan, Sinto R. Diagnosis dan terapi cairan pada demam berdarah dengue. Medicinus: Scientic Journal of Pharmaceutical Development and Medical Application. 2009; 22: 3-7 10. World Health Organization. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. New edition. Geneva. 2009. 11. Departemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan kesehatan, 2005.p.19-34 12. Hendarwanto. Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1999. 417-426 13. Departemen kesehatan RI, 2009. Demam Berdarah Dengue http://www.depkes.go.id [diakses 28 Desember 2011] 14. Sungkar S. Demam beradarah dengue. Pendidikan kedokteran berkelanjutan ikatan dokter Indonesia. Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta; 2002 15. Anggia SD. Gambaran Klinis Penderita Demam Berdarah Dengue yang dirawat di Bagian Ilmu penyakit Dalam Periode 1 Januari- 31 Desember 2005. Pekanbaru, 2006 : 27-37 16

17

You might also like