You are on page 1of 111

Cover dalam

BANJIR
Bahan Pengayaan Bagi Guru SD/MI
Penulis: Dra. Yuke Indrati, M.Ed
Nara Sumber: Dr. Ing. Ir. Agus Maryono
PUSAT KURIKULUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
JAKARTA, 2009
Modul Ajar
Pengintegrasian Pengurangan Risiko
Modul Ajar Pengintegrasian
Pengurangan Risiko Banjir
Bahan Pengayaan Bagi Guru SD/MI
Penulis: Dra. Yuke Indrati, M.Ed
Nara Sumber: Dr. Ing. Ir. Agus Maryono
Editor: Ninil R Miftahul Jannah dan Dian Afriyanie
Ilustrator Sampul : Quiona Ayu (SDN Lempuyangan II Yogyakarta)
Ilustrator Isi:
Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T.
Lay Out Isi:
Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos.
ISBN : 978-979-725-222-9
Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR)
Jl. Tulung Agung No. 46, Jakarta 10310, INDONESIA
Telp : +62 21 390 5484 (hunting)
Fax : +62 21 391 8604
E-mail : secretariat@sc-drr.org
Website : www.sc-drr.org
Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Safer Communities through
Disaster Risk Reduction disingkat SCDRR), merupakan proyek kerja sama antara United Nations Development
Programme (UNDP), BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP,
Departement for International Development (DFID) Pemerintah Inggris dan Australian Agency For International
Development (AusAID)
SAMBUTAN
KEPALA
PUSAT KURIKULUM
I
ndonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia
berada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadi
bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan
longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban
jiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuang
membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya.
Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap tingkat
kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat
bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi
bencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kita
ilmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaan
terhadap bencana merupakan bagian dari keterampilan untuk kelangsungan
hidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempat
belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling
cepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga
dan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan
di sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu
fokus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami
tanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk
mengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yang
penting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadi
kesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam dunia
pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam
pengembangan model-model kurikulum sebagai referensi satuan pendidikan
dalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusun
serangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasian
pengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secara
keseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu:
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SD.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMP.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SD.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMP.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SD.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMP.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA.
Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD,
SMP dan SMA.
Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pusat
Kurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS
dalam sebuah Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR)
In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP)
yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui
berbagai upaya pengurangan risiko bencana.
Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri dari
panduan fasilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraan
penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana,
pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke dalam kurikulum
satuan pendidikan.
Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanfaat dan dijadikan bahan acuan
bagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Pusat Kurikulum
Dra. Diah Harianti, M.Psi
SAMBUTAN
KEPALA BADAN PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
I
ndonesia sebagai negara kepulauan dengan letak geografsnya pada posisi
pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan wilayah yang rawan bencana.
Selain itu dengan kompleksitas kondisi demograf, sosial dan ekonomi di
Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat
terhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalam
menangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjadi
tinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah
negara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World
Disaster Reduction Campaign, UNESCO).
Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma pengurangan
risiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselon
II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Pendidikan
Nasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal
BAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Safer Community Through
Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development melalui dana hibah UNDP. Kegiatan
ini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai
upaya pengurangan risiko bencana.
Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnya
dalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan Risiko
Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan
Jasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampai
SMA atau yang sederajat. Model pengintegrasian materi dan kompetensi PRB
dengan mata pelajaran-mata pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum dan
beban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke mata
pelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) serta ekstra
kurikuler.
Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangka
untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencana
dan mensosialisasikan langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko bencana
yang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerus
untuk mendiseminasikan informasi tentang ancaman dan langkah-langkah yang
dapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, sulit bagi
kita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapi
bencana.
Modul ini dapat menjadi salah satu solusi yang memungkinkan bagi para guru untuk
mengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan,
sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami
dan diketahui dalam ingatan belaka tapi juga mendorong munculnya respon cepat
penyelamatan yang benar dari peserta didik ketika menghadapi bencana.
Diharapkan modul ini dapat dimanfaatkan, antara lain:
Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan
pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik di
sekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan dari
bencana di sekolah.
Membuka peluang dan membangun kreatiftas guru dalam menerapkan
pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikan
dengan konteks sekolah yang dibinanya
Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensif cara
pengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana
ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri di
Sekolah.
Mendorong inisiatif para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakan
pengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan di
sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar.
Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi
bermanfaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan,
meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebih
tanggap terhadap ancaman bencana.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly
SAMBUTAN
DIREKTUR KAWASAN KHUSUS
DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS
SELAKU NATIONAL PROJECT
DIRECTOR SCDRR
M
enyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayah
tanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesia
telah melakukan sejumlah inisiatif guna mengurangi risiko bencana ditanah
air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 2009, sebagai komitmen dalam
mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan nasional, yang
merupakan pelengkap dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2005 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 2009 tersebut, Pemerintah
telah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risiko
bencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun
2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang Undang Nomor
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah
dalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan
turunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP)
melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008.
Untuk mendukung prakarsa prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesia
tersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri
telah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat
yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atau
yang dikenal dengan Program Safer Communities Through Disaster Risk Reduction in
Development (SCDRR in Development). Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5
tahun (2007 2012) dan dirancang untuk mendorong agar pengurangan risiko bencana
menjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untuk
mewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana
kedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakan
melalui 4 pilar sasaran program SCDRR, yaitu : (1) Diberlakukannya kebijakan, peraturan
dan kerangka kerja regulasi pengurangan risiko bencana; (2) Diperkuatnya kelembagaan
pengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risiko
bencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut oleh
masyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik;
(4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari program
pembangunan.
Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaran
publik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintah
bersama-sama beberapa lembaga swadaya masyarakat, dan institusi pendidikan di
tingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikan
kebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal,
pelatihan untuk guru, kampanye dan advokasi, hingga school road show untuk kegiatan
simulation drill di sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belum
terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat
disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawan
bencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikan
masih sangat minim dan terpusat, khususnya di wilayah Jawa dan Sumatera. Kajian kesiapsiagaan
masyarakat terhadap bencana yang telah dilakukan di berbagai wilayah menunjukkan rendahnya
tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 2007).
Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakan
kelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan
dan keterampilannya.
Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana
kedalam sistem pendidikan juga telah banyak dikaji, seperti : (1) Beratnya beban kurikulum siswa;
(2) Kurangnya pemahaman guru mengenai bencana ; (3) Kurangnya kapasitas dan keahlian guru
dalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang
terdistribusi dan dapat diakses oleh guru; (5) Terbatasnya sumberdaya (tenaga, biaya dan sarana);
dan (6) Kondisi bangunan fsik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan,
tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa.
Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risiko
bencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siaga
bencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun
Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional.
Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkan
dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intra
maupun ekstrakurikuler secara nasional.
Untuk mendukung implementasi kebijakan tesebut, maka SCDRR mendukung Pusat Kurikulum,
Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihan
pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modul
ini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam hal
integrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler.
Diharapkan modul-modul yang disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional
ini dapat menjadi acuan standar dan/atau memperkaya bahan-bahan yang sudah ada dan sudah
disusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanfaat dan digunakan oleh praktisi
pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan
sekolah terutama didaerah rawan bencana. Terima Kasih.
Jakarta, Desember 2009
Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Bappenas
Selaku National Project Director SCDRR
Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM III
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL V
SAMBUTAN DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL,
BAPPENAS SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR VI
DAFTAR ISI IX
DAFTAR TABEL XI
DAFTAR GAMBAR XIII
DAFTAR KOTAK XV
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Landasan dan Pedoman 1
1.1.1 Landasan Filosofs 4
1.1.2 Landasan Sosiologis 4
1.1.3 Landasan Yuridis 4
1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk 5
1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke Dalam
Sistem Pendidikan Nasional 6
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 7
1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana
dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 7
1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 8
BAB II FENOMENA DAN PERISTIWA BANJIR 10
2.1 Fenomena Banjir di Indonesia 14
2.2 Peristiwa Banjir di Indonesia 14
BAB III PENGURANGAN RISIKO BANJIR 19
3.1 Pengurangan Risiko Bencana 20
3.1.1 Bencana 20
3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan
dan Kapasitas 22
Daftar Isi
x
3.1.3 Pengurangan Risiko Bencana 23
3.1.4 Upaya Pengurangan Risiko Bencana 24
3.2 Kesiapsiagaan Banjir 30
3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Banjir 30
3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Banjir 31
3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Banjir 31
BAB IV MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO BANJIR 33
4.1 Identifkasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir 33
4.2 Pemetaan Indikator Siswa 35
4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar 37
BAB V PENGINTEGRASIAN MATERI POKOK PENGURANGAN
RISIKO BANJIR KE DALAM KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DASAR (SD/MI) 40
5.1 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Mata Pelajaran 40
5.1.1 Identifkasi Materi Pembelajaran Risiko Banjir 42
5.1.2 Analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Mata Pelajaran Terintegrasi 43
5.1.3 Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Terintegrasi 51
5.1.4 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran Terintegrasi 55
5.1.5. Penyusunan Bahan Ajar 57
5.2 Pengembangan Model Muatan Lokal Pengurangan
Risiko Banjir 67
5.3 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir ke dalam
Kegiatan Pengembangan Diri 78

DAFTAR ISTILAH 89
DAFTAR PUSTAKA 93
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir 34
Tabel 4.2 Indikator Prilaku Siswa untuk Pembelajaran Pengurangan Risiko
Banjir 35
Tabel 5.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir 42
Tabel 5.2 Pemetaan SK-KD ke dalam mata pelajaran IPS 44
Tabel 5.3 Pemetaan SK-KD ke dalam mata pelajaran IPA 47
Tabel 5.4 Pemetaan SK-KD ke dalam mata pelajaran Penjas 48
Tabel 5.5 Pemetaan SK-KD ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia 50
Tabel 5.6 Contoh Pengembangan Silabus Model Integrasi
Pengurangan Risiko Banjir ke dalam Mata Pelajaran IPS 53
Tabel 5.7 Contoh Pengembangan Silabus Model Integrasi
Pengurangan Risiko Banjir ke dalam Mata Pelajaran IPA 54
Tabel 5.8 Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk
Mata Pelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir 69
Tabel 5.9 Contoh Pengembangan Silabus
Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir 70
Tabel 5.10 Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk
Mata Pelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir 71
Tabel 5.11 Format Program Kegiatan Ekstrakurikuler
Tahun Pelajaran 79
Tabel 5.12 Contoh Program Kegiatan Ekstrakurikuler SD/MI 80
Daftar Tabel
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Lempeng Tektonik Indonesia 10
Gambar 2.2: Daerah Sebaran Bencana 12
Gambar 2.3: Banjir Jakarta, tahun 2007 16
Gambar 3.1: Model hubungan antara risiko bencana,
kerentanan, dan bahaya 20
Gambar 3.2: Kerusakan pada bangunan akibat gempa bumi
di Yogyakarta, 2006 21
Gambar 3.3: Persentase Orang Terkena Bencana
Berdasarkan Jenis Bencana 22
Daftar Gambar
xiv
DAFTAR KOTAK
Kotak 5.1: Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko
Banjir pada mata pelajaran IPS 56
Kotak 5.2: Contoh Model Bahan Ajar Integrasi
Pengurangan Risiko Banjir pada Mata Pelajaran 59
Kotak 5.3: Contoh Pengembangan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi
Pengurangan Risiko Banjir pada mata pelajaran 72
Kotak 5.4: Contoh Bahan Ajar Model Pengintegrasian Pengurangan
Risiko Banjir ke dalam Kegiatan Ekstrakurikuler 73
Kotak 5.5: Contoh Bahan Ajar Model Pengintegrasian Pengurangan
Risiko Banjir ke dalam Kegiatan Ekstrakurikuler 81
Daftar Kotak
xvi
1.1. Landasan dan Pedoman
Berdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana
yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang;
dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema
Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana memberikan
suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan
sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi
tersebut menekankan perlunya mengidentifkasi cara-cara untuk membangun
ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana.
Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi non-
pemerintah, institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang,
pada World Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konferensi tersebut
mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005-
2015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA).
Kerangka Aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas
secara substansiil mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun
kerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan
negara dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setindaknya
pada tahun 2015.
HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu sentral kebijakan
pembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan,
dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan
rakyat dan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat
bencana, bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian
Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals). Untuk
membantu pencapaian hasil yang diinginkan, HFA mengidentifkasi lima Prioritas
Aksi yang spesifk: (1) Membuat pengurangan risiko bencana sebagai prioritas;
(2) Memperbaiki informasi risiko dan peringatan dini; (3) Membangun budaya
keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko pada sektor-sektor utama; (5)
Memperkuat kesiapan untuk bereaksi.
HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang
strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya.
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
2
Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifkasi cara-cara untuk
membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana
dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan
didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada
akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan
dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas.
Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasuk_
kannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian
yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan
jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak-
anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana
sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 20052014 untuk Pendidikan bagi
Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable
Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal
dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-
lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan
aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir
efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang
pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para
perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah
tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis
masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana
mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan
menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh
pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7)
menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak
terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko bencana.
Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah yang
dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for Disaster Reduction)
hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anak-
anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama
yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana,
gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang
sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampak
bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak
sebentar dan pastilah sangat mahal.
Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru,
pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain
itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas
isu manajemen bencana, mendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional,
pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan
antara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-anak dan
membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam
masyarakat; (2) fasilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
3
melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian
bencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan fasilitas keselamatan
di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan
Pembangunan Millenium.
Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda,
yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan
tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-
anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak
bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan
keselamatan dan keamanan sekolah.
Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana
alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu
bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi
generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar-
mengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah
membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan
perlindungan aset/milik masyarakat pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan
pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu
dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat.
Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal
ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun
individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan
di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/
regional/nasional/ internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi
secara aktif. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya
ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka
kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di
segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat.
Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak
melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara berkelanjutan.
Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah-sekolah bisa
dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran pengurangan
risiko bencana ke dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3)
ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Atau secara khusus megembangkan dan
menyelenggarakan kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangan
diri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana.
Pendahuluan
4
1.1.1. Landasan Filosofs
Bencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan
penghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara flosofs, pengurangan risiko
bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara Republik
Indonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan hak
setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.
1.1.2. Landasan Sosiologis
Ada tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertama
secara geografs, demografs dan geologis, Indonesia merupakan negara
rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, seperti
kegagalan atau mala praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telah
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang berakibat pada
terjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencana
itu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungan
dan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulangan
bencana telah dilakukan secara komprehensif yang mencakup pendekatan
yang bersifat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaan
tindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping
itu, pendekatan yang mengedepankan pentingnya partisipasi dari semua
tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran
yang aktif dalam menciptakan manajemen bencana yang efektif. Serta
pentingnya partisipasi publik dan pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam penanganan bencana.
1.1.3. Landasan Yuridis
Pertimbangan yuridis adalah menyangkut masalah-masalah hukum serta peran
hukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukum
dalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen
untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atau
peraturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dan
keadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawaban
atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penangan
bencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usaha-
usaha pengurangan risiko bencana di Indonesia.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
5
1.1.4. Pedoman pengembangan produk
Program pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) bertujuan untuk
meminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalam
melaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan
peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara
mengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalam
kurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan
pengembangan diri dan ekstrakurikuler, dan bahan ajar.
Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serial
modul dan modul pelatihan adalah:
1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
3. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
4. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025.
5. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009.
6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
7. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
8. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEAN
(Persetujuan ASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan Penanganan
Darurat).
9. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
10. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
11. Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan.
12. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan
Mendiknas No. 6 Tahun 2007.
13. Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balitbang Depdiknas.
14. Peraturan Mendiknas No. 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Pemerintah Provinsi.
15. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
16. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP.
Pendahuluan
6
1.1.5. Pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam Sistem
Pendidikan Nasional
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2):
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah
Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunan
kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah
dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan
kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat.
Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17
menyebutkan:
1 Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/
MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah,
sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
2 Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan,
dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di
bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yang
mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan
MAK.
Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar
sesuai dengan kondisi geografs dan demografs untuk daerah, kebutuhan,
potensi dan karkateristik satuan pendidikan dan peserta didik, yang selanjutnya
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No.
24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan Pasal 1:
1 Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan
menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai kebutuhan satuan pendidikan.
2 Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan
kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar
kompetensi lulusan.
3 Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh
kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan
pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
7
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 32 Ayat 1, juga telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan
bencana dalam terminologi pendidikan layanan khusus. Yakni pendidikan
bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat
yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak
mampu dari segi ekonomi.
1.2. Kerangka Kerja Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko
Bencana
1.2.1. Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan Untuk
Pembangunan Berkelanjutan
Pada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254
untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan,
mulai 2005-2014, dibawah koordinasi UNESCO. Pendidikan untuk
pengurangan bencana (alam) telah diidentifkasi sebagai masalah inti yang
akan dibahas di bawah DESD. Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih
luas. Sebagaimana didefnisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, Pendidikan
sangat penting untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran
etika, nilai-nilai dan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan
pembangunan berkelanjutan. Baik formal dan pendidikan non-formal sangat
diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan . Pendidikan dan pengetahuan
berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta
kerentanan dan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga
memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup.
Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 2015 yang
menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari
prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk
membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat.
Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga-
lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam
program pendidikan. Pendidikan pengurangan risiko bencana yang mencakup
semua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yang
bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahan
melalui identifkasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkah-
langkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana.
Oleh karena itu Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana - sebagai
bagian dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, dan mendukung kerangka
ESD yang mencakup 3 aspek, yaitu:
1 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner.
Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, dan
hubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya.
2 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana dan meningkatkan
pemikiran kritis dan pemecahan masalah, dan ketrampilan hidup sosial dan
emosional untuk pemberdayaan kelompok rentan atau terkena bencana.
Pendahuluan
8
3 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung Tujuan
Pembangunan Milenium. Tanpa mempertimbangkan Pengurangan Risiko
Bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunan
termasuk inisiatif DESD dihancurkan dalam hitungan detik.
Kerangka kerja Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana atau pendidikan
pengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR
sebagai berikut: Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah
proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat
dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko
bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas.
Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional
dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.
HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasi
bahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan formal dan
informal.
Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana
dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan
menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau pemuda
dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai
suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(2005-2015) dari PBB .
1.2.2. Konsep Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana
Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan terencana
dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam upaya
untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta
tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikan
bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana.
Tetapi mengembangkan motivasi, keterampilan, dan pengetahuan agar
dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko
bencana.
Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah:
1 Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.
2 Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana.
3 Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang
kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fsik, serta kerentanan
perilaku dan motivasi.
4 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan
pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana.
5 Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara
individu maupun kolektif.
6 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siaga bencana.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
9
7 Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.
8 Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali
komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan
karena terjadinya bencana.
9 Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan
mendadak.
2.1. Fenomena Banjir di Indonesia
Dari aspek geologis, geografs, dan morfologis, Indonesia merupakan salah satu
wilayah yang rawan terhadap bencana. Kepulauan Indonesia termasuk dalam
wilayah deretan gunung berapi Pasifk, yang bentuknya melengkung dari utara
Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara hingga ke Sulawesi Utara.
Gambar 2.1: Lempeng Tektonik Indonesia
Sumber; http://issacnewton.fles.wordpress.com
Meskipun kepulauan Nusantara mempunyai sifat iklim tropis, namun secara mikro
tiap pulau mempunyai karakteristik tersendiri, mulai dari Sumatera hingga ke Papua
sifat iklimnya semakin kering. Musim di Indonesia dipengaruhi oleh letak kepulauan
yang berada di antara Samudera Hindia dan Pasifk dan Benua Asia dan Australia.
Angin muson barat yang bertiup dari Asia dan Pasifk mengakibatkan terjadinya
musim penghujan, sementara agin muson timur yang bertiup dari Australia
mengakibatkan musim kemarau. Pada saat kondisi iklim global berpengaruh
terhadap iklim di Indonesia, maka perubahan musim dapat menjadi pemicu
terjadinya bencana banjir, kekeringan dan kebakaran hutan.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Pasifk dan lempeng Indo Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat
tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di
sebelah barat Sumatera, sebelah selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan
FENOMENA DAN PERISTIWA BANJIR
BAB II
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
11
Nusa Tenggara, sebelah utara Kepulauan Maluku dan sebelah utara Papua.
Akibat lain dari adanya tumbukan itu adalah terbentuknya palung samudera,
lipatan, punggungan, dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan
sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang berada di Indonesia berjumlah 129
dan 13% dari gunung api aktif dunia berada di negara kita. Sehingga Indonesia
merupakan kawasan rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa
bumi.
Jenis tanah pelapukan yang banyak dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan
gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dan sedikit
pasir. Tanah jenis ini menjadikan sebagian besar Indonesia merupakan tanah yang
subur. Sebaliknya, tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada
perbukitan atau punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi
mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas
tinggi. Jika di perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam,
maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. Selain longsor, tanah
perbukitan yang gundul juga akan menyebabkan terjadinya banjir di daerah-daerah
sekitarnya yang berkedudukan lebih rendah. Curah hujan yang cukup tinggi yang
seringkali terjadi di berbagai kawasan di Indonesia semakin memicu terjadinya
banjir.
Dengan demikian Indonesia selain merupakan negara yang menempati posisi yang
strategis dengan kekayaan alam yang begitu melimpah dan beraneka ragam, juga
merupakan negara dengan tingkat kerentanan bencana yang sangat tinggi. Jajaran
gunung api memunculkan ancaman erupsi gunung api, sementara lempeng bumi
yang terus bergerak memunculkan ancaman gempa dan tsunami. Sebagai kawasan
tropis, Indonesia juga memiliki risiko terhadap ancaman banjir, tanah longsor
dan berbagai macam wabah penyakit. Saat musim kemarau, datang ancaman
kekeringan. Kondisi ini telah terjadi pada setiap musim kemarau sekitar 10 tahun
belakangan ini, dan dapat diprediksikan akan terus berlanjut karena kerusakan
sebagian besar daerah aliran sungai di Indonesia ini.

Fenomena dan peristiwa Banjir
12
Gambar 2.2: Daerah Sebaran Bencana
Sumber BMG dalam Bakornas PB 2007
Oleh karena itu, pengelolaaan yang tidak baik terhadap sumber daya alam dan
sumber daya manusia akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam
dan keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan
terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks. Pada
umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa
bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir,
tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah
penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan
teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran
bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konfik antar manusia
akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik.
Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada
suatu daerah.
Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang
berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir
tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran
kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor,
kekeringan, letusan gunungapi, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya.
Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan
menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi
karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman
bahaya.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
13
Beberapa faktor utama yang dapat menimbulkan banyak korban dan kerugian
besar akibat adanya bencana tersebut, yaitu:
1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya.
2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya
alam.
3. Kurangnya informasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan.
4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.
Banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun di Indonesia terutama
pada musim hujan. Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian Barat
yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia
bagian Timur.
Banjir merupakan peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah,
yang ketinggiannya melebihi batas normal. Banjir merupakan bahaya yang paling
luas menyebar. Banjir dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi di atas normal
sehingga sungai-sungai meluap, bendungan yang bobol, pencairan salju yang
cepat, terhambatnya aliran air gelombang badai tropis atau karena adanya pipa-
pipa air yang pecah. Sebagian besar banjir bersifat merugikan terhadap tempat
hunian manusia.
Sebagai gejala atau proses alam, banjir sebenarnya merupakan hal yang biasa
terjadi dan merupakan bagian dari siklus hidrologi. Banjir tidak dapat dihindari dan
pasti terjadi. Hal ini dapat kita lihat dari adanya dataran banjir pada sistem aliran
sungai. Saat banjir, terjadi transportasi muatan sedimen dari daerah hulu sungai
ke hilir dalam jumlah besar. Muatan sedimen itu berasal dari erosi yang terjadi
di daerah pegunungan atau perbukitan. Melalui mekanisme banjir ini, muatan
sedimen itu disebarkan sehingga membentuk dataran. Daerah persawahan pada
hakikatnya terbentuk melalui mekanisme banjir ini. Tanpa mekanisme banjir ini,
dataran rendah yang subur tidak akan terbentuk.
Banjir dapat berarti peremajaan kembali daerah-daerah persawahan. Daerah itu
mendapat kembali suplai zat hara yang baru dari pegunungan atau perbukitan.
Dengan kata lain, melalui mekanisme banjir ini, daerah persawahan mengalami
penyuburan kembali secara alamiah.
Dalam skala yang lebih besar, banjir-banjir itu membentuk delta di muara-muara
sungai, dan mengalirkan muatan sedimen ke laut yang akhirnya menjadi lapisan-
lapisan batuan sedimen. Dari delta-delta dan lapisan-lapisan batuan itu manusia
mendapatkan berbagai hal untuk kehidupannya. Sebagai contoh, minyak bumi
banyak didapatkan dari endapan delta.
Fenomena dan peristiwa Banjir
14
Banjir dapat menyediakan air untuk irigasi tanaman dan perikanan, dan menyediakan
cadangan-cadangan air musiman untuk menopang kehidupan di daratan-daratan
yang kering. Banjir yang pada hakekatnya proses alamiah dapat menjadi bencana
bila proses itu berdampak kepada manusia sebagai korban dan menyebabkan
kerugian jiwa maupun materi.
Di Indonesia, banjir menjadi bencana yang mengancam setiap musim penghujan
mulai tiba. Sebagian besar kejadian banjir yang melanda di beberapa wilayah
Indonesia pada umumnya disebabkan karena debit air sungai yang sangat tinggi
hingga melampaui daya tampung saluran sungai lalu meluap ke daerah sekitarnya.
Debit air sungai yang tinggi terjadi karena curah hujan yang tinggi. Selain itu, banjir
juga terjadi karena perilaku manusia.
Pertumbuhan penduduk yang kian pesat telah menyebabkan munculnya daerah-
daerah rawan bencana yang padat penduduk dan risiko banjir terpaksa diterima
lantaran sulit menemukan wilayah lain yang aman untuk hidup, mengingat daerah-
daerah aman sudah penuh sesak. Pertumbuhan penduduk yang pesat berpadu
dengan pengelolaan sumberdaya yang kurang efektif telah menyebabkan timbulnya
tipe-tipe banjir baru. Daerah hulu sungai yang berhutan untuk menangkap lebihan
air sudah digunduli dan diubah menjadi bangunan tempat peristirahatan atau
menjadi lahan pertanian, sehingga lembah penampung itu menjadi jauh berkurang
dayanya untuk menahan air yang datang. Tanah yang kini tak lagi terikat oleh akar-
akar pepohonan jadi mudah longsor, menambah risiko bencana dan tebing-tebing
sungai yang dahulu dipenuhi tumbuhan sebagai benteng pengaman daerah
sekitarnya telah gundul, lalu runtuh, menyebabkan peningkatan aliran permukaan
sehingga air sungai lebih mudah mengalir ke arah yang tingginya sama atau lebih
rendah dari sungai. Banjirpun menjadi makin sering, makin mendadak dan makin
parah dampaknya.
Selain itu, di kota-kota besar seperti Jakarta bangunan sudah tidak terhitung lagi
jumlahnya. Dan boleh dikatakan hampir tidak ada tanah telanjang yang berfungsi
alamiah sebagai penyerap air. Hujan lebat langsung mengalir diatas permukaan
baik di halaman-halaman gedung yang sudah disemen, di tepi-tepi jalan aspal dan
sebagainya. Sementara itu, saluran-saluran air yang ada tidak berfungsi karena
kurangnya pemeliharaan. Air tidak bisa mengalir dan membanjiri daerah tersebut.
Perlu dipahami juga bahwa peningkatan banjir yang terjadi di Indonesia dan dunia,
saat ini juga dipengaruhi oleh perubahan iklim global yang sekarang sudah terjadi.
Perubahan iklim global ditandai dengan peningkatan suhu global bumi (suhu air
laut dan suhu udara) yang mengakibatkan pada pencairan es di kutub Utara dan
Selatan serta kenaikan air laut, perubahan arus laut, perubahan arah angin (badai
siklon dan puting beliung), perubahan curah hujan (intensitas ataupun durasi),
perubahan kelembaban udara yang kesemuanya sangat berpengaruh terhadap
tipe-tipe banjir yang telah disebutkan di depan.
2.2. Peristiwa Banjir di Indonesia
Kecenderungan bencana banjir di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Data bencana dari BAKORNAS PB menyebutkan bahwa antara tahun 2003-
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
15
2005 telah terjadi 1.429 kejadian bencana, di mana bencana hidrometeorologi
merupakan bencana yang paling sering terjadi yaitu 53,3 persen dari total kejadian
bencana di Indonesia. Dari total bencana hidrometeorologi, yang paling sering
terjadi adalah banjir (34,1 persen dari total kejadian bencana di Indonesia) diikuti
oleh tanah longsor (16 persen).
Kejadian kekeringan, banjir serta tanah longsor yang terjadi di berbagai daerah di
negeri kita beberapa tahun belakangan ini seperti di Medan, Riau, Bogor, Bandung,
Jakarta, Aceh, Pakanbaru, Lampung, Banyumas, mulai meluas ke daerah-daerah lain.
Hal tersebut menyebabkan Indonesia memiliki daerah langganan banjir, longsor
dan kekeringan yang semakin banyak dan meluas, tanpa bisa berbuat sesuatu
yang signifkan. Pada musim hujan kelebihan air dan saat musim kemarau sangat
kekurangan air.
Setiap bencana menimbulkan permasalahan kemanusiaan yang serius serta
dampak sosial bagi masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi. Rehabilitasi
dan rekonstruksi pascabencana mencakup bidang yang luas, seperti infrastruktur,
tataruang, sumber daya alam dan lingkungan hidup, ekonomi dan ketenagakerjaan,
sistem dan mekanisme pendanaan, pendidikan, pemulihan ketertiban dan
keamanan masyarakat, hukum dan hak asasi, kelembagaan dan pemerintahan, dan
sosial budaya dan agama.
Tahun 2002 khususnya, akan diingat karena bencana banjir melanda hampir
seluruh wilayah Jakarta dan pengaruhnya yang luar biasa terhadap masyarakat,
harta benda, serta kegiatan ekonomi. Wilayah Pulau Jawa merupakan wilayah yang
mengalami dampak paling parah akibat bencana banjir dan longsor yang terjadi
pada tahun 2002 yang lalu. Dari hasil investigasi yang dilakukan, bencana alam di
Pulau Jawa mencakup hampir seluruh wilayah, yakni DKI Jakarta, Ciamis, Subang,
Bogor, Karawang dan Majalengka (Jabar), Kota dan Kabupaten Tangerang (Banten),
Jalur pantura (Brebes, Pemalang, Kendal, Semarang), Kebumen, Cilacap, Pati dan
Kudus (Jateng), Lumajang, Banyuwangi, Bojonegoro, pacitan, Tulungagung,
Trenggalek, Surabaya, Malang, Nganjuk, Pasuruan, Gresik, Lamongan, Situbondo
dan Bondowoso (Jatim).
Secara fsik, bencana tersebut juga telah mengakibatkan hampir 37.970 Ha
kawasan permukiman tergenang dan 42.844 Ha sawah tergenang. Dampak ini
menjadi kelihatan lebih serius apabila biaya-biaya sosial dan korban jiwa juga
diperhitungkan.
Dari Bengkulu dilaporkan saluran induk yang melayani sawah semiteknis seluas
100 ha jebol sepanjang 70 meter, terutama yang melewati Desa Karangpinang,
Kecamatan Padang Ulak Tanding (Rejanglebong). Menurut Kepala Dinas PU TkI
Bengkulu, ada sekitar 49 daerah irigasi yang rusak karena banjir musim hujan tahun
lalu (Kompas,16/11).
Demikian pula Banjir di Jakarta tahun 2007 (Wikipedia) adalah bencana banjir
yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. yang
mengakibatkan lebih 50 orang meninggal dunia.
Fenomena dan peristiwa Banjir
16
Gambar 2.3: Banjir Jakarta, tahun2007
Sumber: BBC Indonesia.com 2007
Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung
sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari,
ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari
Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir
60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga
5 meter di beberapa titik lokasi banjir. Dampak pemanasan global yang memicu
terjadinya perubahan iklim memang telah dan akan membawa dampak yang luas
terhadap manusia dan lingkungan.
Kemudian banjir di wilayah DKI Jakarta beberapa hari ini telah melumpuhkan
lalu lintas, stasiun KA Tanahabang, dan merusak berbagai sarana lainnya. Padahal,
banjir yang terjadi ini hanya merupakan luapan dua dari 13 sungai yang membelah
kota Jakarta, yaitu Sungai Pesanggrahan dan Ciliwung. Sejauh ini, sudah tiga orang
tewas akibat luapan Sungai Ciliwung.
Di Kabupaten Sragen-Jawa Tengah, ada sepuluh kecamatan di daerah tersebut
yang termasuk sebagai daerah rawan banjir dari 20 kecamatan yang ada. Sepuluh
kecamatan tersebut selalu mengalami banjir setiap tahun di musim hujan.
Di Sumatera, wilayah dengan potensi banjir tinggi di Kabupaten Solok dan Kota
Padang, Sumatera Barat. Sementara potensi banjir menengah tersebar di Tanah
Datar, Kampar, Rengat, Pasi Penyu, Peranap (Indragiri Hulu) di Provinsi Riau, serta
Sumber Jaya, Jabung, dan Sidomulyo di Jambi. (GSA).
Sementara itu, 5.000 Rumah Terendam Banjir di Cirebon. Sedikitnya 5.000 rumah
dan 450 hektare lahan pertanian di empat Desa Kecamatan Gunung Jati Kabupaten
Cirebon terendam banjir hingga ketinggian 1.5 meter yang terjadi pada 19 Januari
2008. Banjir yang juga merendam Jalan Pantura diakibatkan dari hujan deras serta
luapan dan air sungai dan jebolnya tanggul Sungai Bondet, Sungai Condong
dan Sungai Simuntuk. Empat Desa yang terendam banjir masing-masing adalah,
Desa Grogol, Kalisapu, Wanakaya, dan Desa Astana. Lokasi banjir yang paling
parah terdapat di Desa Wanakaya, ditempat itu sedikitnya 1400 Kepala Keluarga
diungsikan ketempat-tempat evakuasi dan rumah penduduk di desa tetangga
yang tidak terkena banjir. Di tempat itu juga sekitar 1200 hektar lahan pertanian
terendam.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
17
Di Tahun 2009 ini saja peristiwa banjir telah terjadi di berbagai daerah. Di Riau
misalnya, pada tanggal 17 April 2009 banjir melanda Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
Sekitar 2.755 rumah warga di 50 desa terendam banjir akibat hujan dan meluapnya
Sungai Indragiri dan Sungai Kuala Cinaku. Daerah paling parah dilanda banjir di
Indragiri Hulu adalah permukiman penduduk di Desa Redang dan Danau Baru,
Kecamatan Rengat Barat. Ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian air
mencapai 1 meter. Banjir juga menenggelamkan sejumlah akses jalan. Akibatnya,
aktivitas warga lumpuh total. Satu-satunya transportasi menuju lokasi banjir adalah
dengan menggunakan perahu karet dan sampan. Banjir sudah merendam ribuan
rumah warga dan sekitar 264 hektare lahan pertanian.
Pada tanggal 26 November 2009, banjir melanda Kecamatan Banjarsari Kabupaten
Lebak, Provinsi Banten. Jalan yang menghubungkan antardesa terputus akibat
genangan air setinggi 1,5meter.
Dari berbagai gambaran di atas, setiap bencana menimbulkan permasalahan
kemanusiaan yang serius serta dampak sosial bagi masyarakat yang tidak dapat
dinilai dengan materi. Bencana yang umumnya terjadi dalam waktu singkat
menghancurkan hasil pembangunan yang telah dirintis dan diperjuangkan dalam
waktu yang lama. Selain menimbulkan korban jiwa, bencana menghancurkan
perumahan, area pertanian dan perkebunan, infrastuktur perekonomian,
infrastruktur publik, komunikasi dan transportasi, instalasi pengadaan air dan energi,
serta bidang-bidang penting dan strategis lainnya. Bencana meluluhlantakkan
seluruh aspek kehidupan manusia.
Pada hakekatnya semua jenis bencana, baik yang disebabkan oleh alam, non alam
dan bencana sosial selalu berpotensi mengancam kehidupan seperti timbulnya
korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
bagi masyarakat. Mengingat kondisi geografs, geologis, hidrologis, dan demografs
di wilayah Indonesia, maka diperlukan suatu upaya yang menyeluruh dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik ketika bencana itu sedang
terjadi, sudah terjadi maupun bencana yang berpotensi terjadi di masa yang akan
datang. Hal tersebut merupakan bentuk tanggung jawab Pemerintah Daerah
dalam melindungi segenap warga dengan tujuan untuk memberikan perlindungan
terhadap kehidupan dan penghidupan, termasuk perlindungan atas korban
bencana, kesemuanya itu dilakukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
umum yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penanganan bencana pada
saat ini cenderung kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
paradigma penanganan bencana yang bersifat parsial, sektoral dan kurang terpadu,
disamping itu masih memusatkan tanggapan pada upaya pemerintah, sebatas
pemberian bantuan fsik dan dilakukan hanya pada fase kedaruratan. Pada bagian
lain, perubahan pada sistem pemerintahan serta semakin terlibatnya organisasi non
pemerintah dalam kegiatan kemasyarakatan memerlukan perubahan mendasar
pada sistem penanganan bencana.
Dalam hal sosialisasi siaga bencana, dibutuhkan kerja sama yang baik antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan sampai ke masyarakat atau
Fenomena dan peristiwa Banjir
18
kawasan yang rawan bencana. Indonesia merupakan negeri rawan bencana
sehingga perlu dibentuk bangsa yang mampu merespons bencana dengan benar.
Selain itu, dalam kaitan dengan kondisi geografs Indonesia yang rawan bencana
alam, peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan tentang kesiapsiagaan
menghadapi bencana secara rutin agar mereka mampu beradaptasi dengan kondisi
tersebut dan mengetahui secara tepat apa yang harus dilakukan saat bencana
datang, mengetahui bagaimana menyelamatkan diri secara tepat sehingga sewaktu
bencana datang mereka dapat menghadapi bencana secara tenang. Peserta didik
juga perlu diajarkan tentang kondisi geografs dan sosial wilayah Indonesia dan
diajarkan secara rinci mengenai panduan-panduan praktis dan tepat yang mesti
mereka lakukan saat bencana terjadi. Pembelajaran tidak mesti harus dalam mata
pelajaran tersendiri tetapi dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sesuai.
3.1. Pengurangan Risiko Banjir
Pengelolaaan yang tidak baik dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia
akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam dan keanekaragaman
penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan terjadinya bencana
alam, bencana akibat ulah manusia, dan kedaruratan kompleks. Pada umumnya
risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa bumi, tsunami
dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor,
kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia,
penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan
industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana
akibat ulah manusia terkait dengan konfik antar manusia akibat perebutan
sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan
kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu
daerah.
Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang
berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir
tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran
kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor,
kekeringan, letusan gunung api, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya.
Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan
menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi
karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman
bahaya.
Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang setiap tahun.
Bahkan sekarang ini peristiwa bencana menjadi lebih sering dan terjadi silih
berganti, misalnya dari kekeringan, kemudian kebakaran, lalu diikuti banjir.
Akibatnya muncul anggapan bahwa bencana tersebut sebagai sesuatu hal yang
memang harus terjadi. Padahal semua itu merupakan fenomena alamiah yang
melekat pada bumi dan timbulnya korban dan kerugian disebabkan oleh beberapa
faktor ketidaksiapan. Beberapa faktor tersebut adalah :
1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya.
2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya
alam.
BAB III PENGURANGAN RISIKO BANJIR
Pengurangan Risiko Banjir
20
3. Kurangnya informasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan.
4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.
3.1.1. Bencana
Bencana merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen,
ancaman, dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga
menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Ancaman merupakan
kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk
menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial
ekonomi atau kerusakan lingkungan. Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang
ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fsik, sosial ekonomi dan
lingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu komunitas terhadap
dampak ancaman bencana. Risiko merupakan suatu peluang dari timbulnya
akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka,
kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan matapencaharian
dan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi
antara ancaman bencana dan kondisi kerentanan.
Atau disebut pula dalam Undang-undang Penanganan Bencana No. 24 tahun
2007 bahwa bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. .
Menurut ISDR bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian
suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada
kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang
melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi
dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.
Adapun komponen yang berpengaruh terhadap besar kecilnya dampak suatu
bencana antara lain sebagai berikut: bahaya, kerentanan, risiko bencana, dan
kapasitas.
Terjadinya Bencana
Bahaya
Kerentanan
Kejadian
RISIKO
BENCANA
BENCANA
Gambar 3.1: Model hubungan antara risiko bencana,
kerentanan, dan bahaya
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
21
Berdasarkan sumber bencananya, terdapat tiga jenis bencana: (1) bencana
alam, yaitu bencana yang murni yang disebabkan oleh peristiwa alam,
contohnya gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung. (2) bencana
akibat ulah manusia, yaitu bencana yang disebabkan oleh kekhilafan manusia
seperti kebakaran dan kornsleting listrik. (3) bencana kompleks, yaitu bencana
yang diakibatkan oleh gabungan antara perilaku alam dan ulah manusia
sebagai contoh banjir akibat hujan diluar normal dan penggundulan hutan.
Bahaya
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan
potensi bencana yang sangat tinggi. Beberapa potensi bencana yang ada
antara lain adalah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir,
tanah longsor, dan lain-lain. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama
dan potensi bahaya ikutan. Potensi bahaya utama ini dapat dilihat antara lain
pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa
Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi
bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi
bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.
Gambar 3.2: Kerusakan pada bangunan akibat gempa bumi
Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia
memiliki potensi bahaya utama yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak
menguntungkan bagi negara Indonesia.
Disamping tingginya potensi bahaya utama, Indonesia juga memiliki potensi
bahaya ikutan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator
misalnya likuifaksi, persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan
bangunan, dan kepadatan industri berbahaya. Potensi bahaya ikutan ini sangat
tinggi terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase
bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan
jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan indikator diatas, perkotaan
Indonesia merupakan wilayah dengan potensi bencana yang sangat tinggi.
Pengurangan Risiko Banjir
22
3.1.2. Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas
Banjir, 38 %
Gempa Bumi,
31 %
Kebakaran,
17 %
Epidemik,
4 %
Mass
movwet,
2 %
Letusan
Gunung Api,
3 %
Kekeringan,
6 %
Gambar 3.3: Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan Jenis Bencana
Gambar di atas menunjukkan persentase orang terkena bencana berdasarkan
jenis bencana di Indonesia antara kurun waktu 1980 2008. Kejadian bencana
di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Ini membuktikan bahwa
Indonesia merupakan negara yang rapuh dalam menghadapi ancaman
bencana.
Perbedaan kemampuan dalam mengenali karakteristik bahaya membuat
besaran risiko yang mengena pada situasi bencana juga akan berbeda. Semakin
mampu untuk mengenali dan memahami fenomena bahaya itu dengan baik,
maka manusia akan semakin dapat mensikapinya dengan lebih baik. Sikap dan
tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan
dapat memperkecil risiko bencana. Kehancuran dahsyat yang terjadi akibat
gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, serta D.I Yogyakarta dan Jawa
Tengah, juga memunculkan kebingungan bagaimana harus mensikapinya;
hiruk pikuk di Alor dan Palu saat terjadi gempa menunjukkan betapa bangsa
Indonesia belum mampu dengan baik menghadapi ancaman bahaya yang
melingkupi.
Ancaman Bencana
Ancaman bencana seperti yang tertuang dalam UU RI No. 24 Tahun 2007
tentang Penanganan Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana. Sedangkan menurut Dr. Krishna S. Pribadi ancaman
bencana merupakan:
1. Suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, dalam lingkungan alam atau
lingkungan binaan, yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatan
manusia, sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan bencana.
2. Suatu fenomena alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkan
kerugian fsik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan
kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, kegiatan
budi daya atau industri.
Ancaman bencana dapat bersifat membahayakan bagi suatu lingkungan
akibat kondisi lingkungan yang rentan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
23
Kerentanan
Kerentanan adalah seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan
atau suatu daerah akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak
suatu bahaya tertentu, bergantung kepada kondisinya, jenis konstruksi dan
kedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau rawan bencana.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerentanan tersebut adalah :
1. Institusi lokal yang lemah dalam membuat kebijakan dan peraturan serta
penegakan kebijakan tersebut, terutama terkait dengan penanggulangan
bencana dan upaya pengurangan risiko bencana, termasuk di dalamnya
adalah lemahnya aparat penegak hukum;
2. Kurangnya penyebaran informasi mengenai kebencanaan, baik melalui
penyuluhan, pelatihan serta keahlian khusus yang diperlukan dalam
upaya-upaya pengurangan risiko bencana
3. Penduduk terkait dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat,
Kenyataan menunjukkan kerentaan cukup tinggi dari masyarakat, infrastruktur
serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana. Karena
kurangnya pemahaman adanya bahaya sekitarnya, maka masyarkat dikatakan
rentan terhadap bencana. Bangunan dibantaran sungai, bangunan tepat di
lereng tempat mengairnya lahar gunung berapi, bangunan di tepi pantai,
bangunan yang permanen dan tidak tahan gempa dan lain-lain merupakan
contoh kerentaan suatu lingkungan
Kapasitas
Kapasitas adalah kemampuan dari masyarakat dalam menghadapi bencana.
Misalnya pengetahuan rendah, maka kapasitasnya rendah, contohnya:
1. Tidak tahu kalau di dekat rumahnya terdapat ancaman tanah longsor
2. Tidak tahu kalau membangun rumah di bantaran kali dapat menyebabkan
banjir
3. Tidak tahu kalau mengikis tebing untuk diambil tanahnya dapat
menyebabkan longsor,
4. Tidak tahu kalau menebang pohon tanpa mengganti dengan pohon baru
dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor
5. Tidak memiliki keterampilan bagaimana membuat rumah tahan gempa
6. Tidak memiliki keterampilan bagaimana mengevakuasi kalau terjadi
gempa
7. Tidak memiliki keterampilan bagaimana menyelamatkan diri dan orang
lain ketika terjadi bencana, dan lain-lain.
3.1.3. Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko
bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-
faktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan
terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan
lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan
terhadap kejadian yang merugikan.
Pengurangan Risiko Banjir
24
3.1.4. Upaya Pengurangan Risiko Bencana
Mitigasi Bencana
Tujuan dari mitigasi bencana gempa bumi adalah untuk mengembangkan
strategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan dari alam
sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi dan
biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan
oleh bencana gempa bumi. Rencana mitigasi bencana gempa bumi dapat
meningkatkan cara pandang yang luas dan terintegrasi terhadap sistem
pengurangan risiko bencana yang meliputi elemen-elemen berikut :
1. Identifkasi bencana dan kerentanannya serta evaluasi risiko bencana
tersebut.
2. Strategi pengurangan bencana yang bersumber dari wilayah dan dimiliki
oleh pemegang kebijakan.
3. Seperangkat peraturan, perundang-undangan dan regulasi yang
menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk interaksi antara
berbagai organisasi dan institusi yang berbeda.
4. Mekanisme koordinasi institusi yang kuat.
5. Sistem yang solid untuk mengendalikan pemenuhan dan penguatan code
dan standar untuk konstruksi bangunan yang aman.
6. Perencanaan dan tataguna lahan dan pemukiman yang menggabungkan
kepedulian akan bencana dan pengurangan risiko.
7. Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan risiko akibat
bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
bencana, pendidikan, pelatihan dan penilaian.
8. Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pemahaman
risiko.
9. Kerjasama dan koordinasi antar instansi, antar kota, antar organisasi.
Dalam upaya mengurangi risiko bencana maka diperlukan kesiapsiagaan yang
lebih baik. Oleh karena itu siswa juga harus harus memahami pengertian dari
banjir, sebab-sebab terjadinya, dampaknya, serta hal-hal apa saja yang harus
diperhatikan sebelum, saat dan setelah terjadinya banjir tersebut.
Dampak Banjir
Banjir yang besar memiliki dampak-dampak yang tidak diinginkan antara lain
dampak fsik, sosial, ekonomi dan lingkungan.
1. Dampak fsik adalah kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor
pelayanan publik yang disebabkan oleh banjir.
2. Dampak sosial mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental,
menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-
anak tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan
publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar
lainnya.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
25
3. Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan
ekonomi (orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi
komoditas terhambat, dan lain-lain).
4. Dampak lingkungan mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar
yang dibawa oleh banjir) atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat
terbawa banjir.
5. Dampak banjir terhadap masyarakat tidak hanya berupa kerugian harta
benda dan bangunan. Selain itu, banjir juga mempengaruhi perekonomian
masyarakat dan pembangunan masyarakat secara keseluruhan, terutama
kesehatan dan pendidikan (Arduino dkk, 2007).
Menurut Bakornas PB (2007), dampak bencana banjir akan terjadi pada
beberapa aspek (sebagian besar di wilayah Indonesia bagian barat) dengan
tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut:
1. Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,
tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah
dan penduduk terisolasi.
2. Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya
dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya
jalannya pemerintahan.
3. Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak
berfungsinya pasar tradisional, kerusakan dan hilangnya harta benda, ternak
dan terganggunya perekonomian masyarakat.
4. Aspek sarana-prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk,
jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas
umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.
5. Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, objek wisata,
persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/
jaringan irigasi.
Yang terpenting dalam keadaan banjir adalah bahaya timbulnya penyakit
akibat banjir yang mengancam masyarakat dari semua golongan. Hal ini
dikarenakan banyaknya sampah yang terhanyut terbawa air banjir, air got yang
bersatu dengan air banjir yang menimbulkan bau yang tidak sedap ataupun
septik tank yang luber dan isinya terbawa air kemana-mana, Akibatnya
lingkungan kita menjadi sangat kotor, sehingga mempermudah timbulnya
penyakit pasca banjir: diare, DBD, leptospirosis, ISPA, cacingan dan berbagai
penyakit penyerta lain. Bahkan tidak jarang juga menimbulkan kasus penyakit
yang luar biasa. Banjir juga menimbulkan dampak menurunnya kondisi tubuh
& daya tahan terhadap stress (Wijaya. 2008).
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh bahwa Soegijanto S (2008)
tentang penyakit pasca bencana yang sering ditemukan:
1. Polusi udara berdampak sakit batuk sesak.
2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi menyebabkan diare akut.
3. Tikus-tikus baik yang mati atau hidup akibat bencana banjir berpotensi
menularkan kuman pes dan leptospira.
Pengurangan Risiko Banjir
26
4. Air kemih tikus perlu dicermati penyakit leptospira.
5. Peningkatan populasi nyamuk Aedes aegypti maupun Albocpitus yang
menularkan virus dengue maupun Chikungunya.
6. Dampak trauma kepala dan patah tulang, dibutuhkan kerjasama dengan
dokter ahli bedah umum maupun bedah tulang.
Di sisi lain, banjir dapat menguntungkan karena:
1. Banjir bisa menggelontor bahan-bahan pencemar air yang mengendap
menyumbat saluran air.
2. Banjir bisa menjaga kelembaban tanah dan mengembalikan kelembaban
tanah tandus / kering.
3. Banjir bisa menambah cadangan air tanah.
4. Pengendapan lumpur banjir dapat meningkat kesuburan tanah.
5. Banjir dapat menjaga lingkungan hayati (ekosistem) sungai dengan cara
menyediakan tempat bersarang, berbiak dan makan bagi ikan, burung dan
binatang-binatang liar.
6. Banjir menyebabkan banyaknya kerugian. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko akibat
terjadinya banjir. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
7. Pemberian informasi mengenai perkiraan tingkat kenaikan permukaan
air sungai. Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar peringatan akan
adanya bahaya banjir dan sebagai rencana untuk melakukan pengungsian
serta untuk pengaturan tata ruang daerah misalnya corak pembangunan
apa dan kegiatan pertanian apa yang boleh berlangsung.
8. Melakukan antisipasi akan ancaman bencana banjir yaitu dnegan
memperhatikan hal-hal berikut : (1) Analisis kekerapan banjir, artinya
seberapa sering wilayah tersebut kebanjiran, (2) Pemetaan tinggi rendah
permukaan tanah (topograf), (3) Pemetaan bentangan daerah seputar
sungai (kontur sekitar sungai) lengkap dengan perkiraan kemampuan
sungai itu untuk menampung lebihan air, (4) Catatan pemantauan lelehan
salju / es dan kelongsoran tebing / daerah hulu, (5) Kemampuan tanah untuk
menyerap air, (6) Catatan pasang surut gelombang laut (untuk kawasan
pantai / pesisir). Kekerapan badai, (7) Geograf pesisir / pantai, (8) Ciri-ciri
banjir, dan (9) Mengetahui Jalur banjir agar kita siap jika terjadi acamanan
banjir.
9. Melakukan kerja bakti membersihkan saluran air.
10. Membuang sampah pada tempatnya.
11. Mengadakan reboisasi/penghijauan atau penanaman tanaman (hutan
resapan) di kawasan hulu DAS dan penanaman tanaman keras di
sepanjang bantaran sungai. Jika hal itu dilakukan akan diperoleh beberapa
hal. Pertama, berkurangnya laju aliran permukaan. Kedua, perbesaran
laju infltrasi air. Ketiga, peminimalan erosi. Keempat, penambahan kadar
oksigen dalam udara, dan kelima, penambahan hasil buah dan kayu.
12. Pembuatan tampungan air (situ/embung) atau sumur resapan. Pada
musim hujan, prasarana itu sebagai tempat penampungan air dan pada
musim kemarau berfungsi sebagai sumber air cadangan irigasi.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
27
13. Melaksanakan program normalisasi sungai dengan pembuatan turap tebing
sungai (beronjong) dalam rangka mencegah longsor dan memperbesar
daya tampung air, di samping pengerukan sediment dari dasar sungai.
14. Mengembangkan kembali bangunan rumah panggung untuk daerah-
daerah yang memang berkecenderungan menperoleh bencana banjir,
15. Memberikan peringatan dini banjir yang dapat dilakukan beberapa hari
sampai satu hari sebelum terjadi dengan menginformasikan pada instansi
terkait. Dalam hal ini dapat digunakan radar hujan yang bisa memprediksi
curah hujan sesaat, sebagai bagian dalam sistem peringatan dini banjir.
Alat ini dapat memprediksi intensitas dan lamanya hujan yang akan terjadi
hingga H minus 4.
16. Melakukan perlindungan, pemeliharaan dan perbaikan sarana-sarana yang
berada pada jalur dan kawasan yang dikhawatirkan rentan banjir
17. Membuat bangunan di daerah yang aman seperti di dataran yang tinggi
18. Memberi pengertian akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah
terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar
dari banjir.
19. Melakukan latihan pengungsian. Mengetahui jalur evakuasi, jalan yang
tergenang air dan yang masih bisa dilewati. Setiap orang harus mengetahui
tempat evakuasi, kemana harus pergi apabila terjadi banjir.
20. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah - agar tidak dilalui
orang pada saat banjir. Adakan perbaikan apabila diperlukan.
21. Memasang tanda ketinggian air - pada saluran air, kanal, kali atau sungai
yang dapat dijadikan petunjuk pada ketinggian berapa akan terjadi banjir
atau petunjuk kedalaman genangan air.
22. Simpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan
aman.
23. Naikkan panel-panel dan alat-alat listrik ke tempat yang lebih tinggi,
sekurang-kurangnya 30 cm di atas garis ketinggian banjir maksimum
24. Pada saat banjir, tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam
rumah, dan matikan listrik dari meterannya.
25. Pindahkan barang-barang rumah tangga ke tempat yang lebih tinggi.
26. Memperhatikan kebersihan air yang digunakan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari.
Penanggulangan Bencana
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana, pasal 33-38, dinyatakan, bahwa:
Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:
1. prabencana;
2. saat tanggap darurat; dan
3. pasca bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana
meliputi:
Pengurangan Risiko Banjir
28
1. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan
2. dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi
bencana sebagaimana dimaksud meliputi:
1. perencanaan penanggulangan bencana;
2. pengurangan risiko bencana;
3. pencegahan;
4. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
5. persyaratan analisis risiko bencana;
6. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
7. pendidikan dan pelatihan; dan
8. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:
1. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
2. pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
3. analisis kemungkinan dampak bencana;
4. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
5. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana;
dan
6. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk
yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi
bencana. Kegiatan meliputi:
1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
2. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
3. pengembangan budaya sadar bencana;
4. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan
5. penerapan upaya fsik, nonfsik, dan pengaturan penanggulangan
bencana.
Pencegahan meliputi:
1. identifkasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana;
2. kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang
secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya
bencana;
3. pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau
berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana;
4. penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
5. penguatan ketahanan sosial masyarakat.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
29
Berdasarkan informasi dari Undang-undang tersebut, banyak hal yang dapat
diidentifkasi, dijadikan bahan pengayaan bagi guru, yang tidak diajarkan ke
siswa. Selain kompetensi yang harus dikuasai siswa tentu harus dikuasai guru,
sebaiknya kepala sekolah dan guru menambah kompetensi lainnya seperti:
1. Menyusun program untuk meningkatkan keamanan sekolah terhadap
Bencana.
2. Menyusun rencana aksi sekolah, seperti.
3. perencanaan penanggulangan bencana;
4. pengurangan risiko bencana;
5. pencegahan;
6. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
7. persyaratan analisis risiko bencana;
8. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
9. Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:
pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
analisis kemungkinan dampak bencana;
pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana; dan
alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
10. Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk
yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak
terjadi bencana. Kegiatan meliputi:
pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
pengembangan budaya sadar bencana;
peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;
dan
penerapan upaya fsik, nonfsik, dan pengaturan penanggulangan
bencana.
11. Pencegahan meliputi:
identifkasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya
atau ancaman bencana;
kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam
yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber
bahaya bencana;
pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/
atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya
bencana;
penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
penguatan ketahanan sosial masyarakat.
Pengurangan Risiko Banjir
30
3.2. Kesiapsiagaan Banjir
Kesiapsiagaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Sebagai contoh: membangun sistem peringatan dini, penyiapan
jalur evakuasi bila terjadi bencana, latihan simulasi bencana.
Kesiapsiagaan diri, keluarga dan sekolah akan sangat membantu dalam mengurangi
dampak bencana, baik kerugian harta maupun korban jiwa, kesiapsiagaan dimulai
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memahami potensi ancaman yang ada di daerah masing-masing.
2. Memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya bencana.
3. Memahami apa yang harus dipersiapkan dan yang harus dilakukan baik
sebelum, pada saat dan sesudah bencana.
4. Di sekolah, guru dapat memberikan latihan kesiapsiagaan bencana banjir
kepada siswa.
3.2.1. Tindakan sebelum terjadi banjir
1. Sebelum terjadi bencana kita harus sudah bisa memilih dan menentukan
beberapa lokasi yang bisa kita jadikan sebagai tempat penampungan jika
terjadi bencana.
2. Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan apabila
terjadi bencana banjir.
3. Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga tempat di mana anggota
keluarga akan berkumpul usai bencana terjadi.
4. Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi keperluan yang dibutuhkan
seperti: Makanan kering seperti biskuit, air minum, kotak kecil berisi obat-
obatan penting, lampu senter dan baterai cadangan, Lilin dan korek api,
kain sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan, surat berharga, fotokopi
tanda pengenal yang dimasukkan kantong plastik, serta nomor-nomor
telepon penting.
5. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir:
Buat sumur resapan bila memungkinkan.
Tanam lebih banyak pohon besar.
Membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir.
Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi
banjir.
Membangun sistem peringatan dini banjir.
Menjaga kebersihan saluran air dan limbah.
Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan
bangunan rumah hingga batas ketinggian banjir jika memungkinkan.
Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan.
Pengendali banjir dan lokasi evakuasi.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
31
Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga
daerah resapan air.
3.2.2. Tindakan Saat Terjadi Banjir
1. Jangan panik.
2. Pada saat terjadi bencana banjir, warga yang berada di daerah rawan
bencana banjir diminta memantau perkembangan cuaca, bila hujan terus
terjadi tidak henti-hentinya, diimbau waspada dan berhati- hati untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Pada saat dan setelah bencana terjadi, berbagai aktivitas kesehatan harus
dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan para korban serta mencegah
memburuknya derajat kesehatan masyarakat yang terkena bencana. Pada
tahapan tanggap darurat, energi yang cukup besar biasanya dicurahkan
untuk evakuasi korban.
4. Ketika melihat air datang, Jauhi secepat mungkin daerah banjir. segera
selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin menuju tempat yang
tinggi.
5. Apabila kamu terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda yang bisa
mengapung sebisanya.
6. Dengarkan jika ada informasi darurat tentang banjir.
7. Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan listrik/sumber listrik.
8. Selamatkan barang-barang berharga dan dokumen penting sehingga
tidak rusak atau hilang terbawa banjir.
9. Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar untuk
tindakan selanjutnya.
10. Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum.
11. Terlibat dalam pendistribusian bantuan.
12. Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan.
13. Menggunakan air bersih dengan efsien.
3.2.3. Tindakan Sesudah Terjadinya Banjir
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sesudah terjadi bencana antara
lain:
1. Pemberian bantuan misalnya tempat perlindungan darurat bagi meraka
yang kehilangan tempat tinggalnya.
2. Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah.
3. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
4. Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah
(SPAL).
5. Pemberian bantuan yang meliputi kesehatan lingkungan, dan
pemberantasan penyakit, pelayanan kesehatan serta distribusi logistik
kesehatan dan bahan makanan.
6. Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor agar tetap bekerja
Pengurangan Risiko Banjir
32
pada saat terjadi banjir.
7. Menjauhi kabel atau instalasi listrik lainnya.
8. Menghindari memasuki wilayah yang rusak kecuali dinyatakan aman misal
bangunan yang rusak atau pohon yang miring.
9. Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian menolong orang di dekat
kamu yang memerlukan bantuan.
10. Mencari anggota keluarga.
11. Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan hati-hati, jangan
menyalakan listrik kecuali telah dinyatakan aman.
12. Membersihkan lumpur
13. Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari sumur
terbuka karena sudah terkontaminasi. Makanan yang telah terkena air
banjir harus dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.
4.1. Identifkasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
Muatan Pendidikan PRB untuk siswa SD/MI disusun dengan mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Kepentingan dan kemampuan peserta didik dan lingkungannya
Muatan pendidikan PRB dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki peluang atau kesempatan untuk selamat dan membantu orang
lain agar selamat ketika gempa bumi terjadi. Untuk mendukung pencapaian
tujuan tersebut perlu peningkatan kompetensi/kapasitas peserta didik
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan, termasuk kearifan lokal yang dimiliki
masyarakat dalam lingkungan tersebut. Kegiatan pembelajaran PRB berpusat
pada peserta didik.
2. Keragaman risiko bahaya dan karakteristik daerah dan lingkungan
Setiap daerah memiliki risiko, kebutuhan, tantangan, dan keragaman
karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan PRB
sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh
karena itu, kurikulum harus mengakomodir keragaman tersebut yang relevan
dengan kebutuhan pendidikan PRB.
3. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Pengembangan muatan pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian
keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat
diperlukan, termasuk kearipan lokal yang ada.
4. Peningkatan kesadaran akan adanya risiko bencana akibat gempa
Muatan pendidikan PRB dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan
kesadaran siswa akan adanya risiko bahaya gempa. Untuk itu diperlukan
pengetahuan dan pemahaman terjadinya gempa bumi, zona gempa bumi,
hal-hal yang terjadi ketika dan setelah gempa bumi.
5. Peningkatan kompetensi/kapasitas diri agar dapat mengurangi bahaya
bencana yang diakibatkan gempa bumi
Pendidikan PRB dilakukan secara sistematik dan terpadu dengan pendidikan
mata pelajaran lain, untuk meningkatkan kompetensi siswa secara holistik
BAB IV
MATERI PEMBELAJARAN
PENGURANGAN RISIKO BANJIR
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
34
yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang
secara optimal, agar selamat ketika gempa terjadi. Sejalan dengan itu,
kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan,
minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik
peserta didik.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi muatan pendidikan PRB mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi yang diperlukan, dimensi kognitif, psikomotor dan afektif.
7. Belajar sepanjang hayat
Pengembangan muatan pendidikan PRB diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
Adapun materi pembelajaran pengurangan risiko banjir untuk setiap jenjang kelas
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
Adapun materi pembelajaran pengurangan
risiko banjir untuk setiap jenjang kelas adalah sebagai berikut:
C. Tindakan Setelah Terjadi Banjir
- Dampak ban[lr
- Manfaat ban[lr
- Trauma Healing
v
v
v
B. Tindakan Saat Terjadi Banjir
- Tlndakan pada saat ban[lr ter[adl
(mencari tempat yang lebih tinggi, tidak
bermain di air deras, menghindari
aliran listrik di air)
- Penyedlaan bantuan darurat (makanan,
air bersih, pakaian, obat-obatan)
- Proses ter[adlnya ban[lr
v v
- Mekanlsme penyelamatan oleh
individu, masyarakat dan pemerintah
v
v
v v v
A. Sebelum Terjadi Bencana Banjir
- Pengertlan ban[lr
- 1enls-[enls ban[lr
- Peta daerah ban[lr
- Penyebab ban[lr
- Tanda-tanda ter[adlnya ban[lr
- Pencegahan bencana ban[lr
- Menylapkan posko ban[lr
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
MATERI PEMBELAJARAN
KELAS
(1) (2)
IV V VI
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
35
4.2. Pemetaan Indikator Siswa
Kompetensi tersebut dapat dielaborasi ke dalam indikator-indikator sebagai berikut :
-

P
e
n
c
e
g
a
h
a
n

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
g
e
n
a
l
l

b
e
n
d
a
-

b
e
n
d
a

y
a
n
g

b
e
r
b
a
h
a
y
a

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
g
e
t
a
h
u
l

[
a
l
u
r

e
v
a
k
u
a
s
l

[
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
-

M
a
m
p
u

p
r
a
k
t
e
k

(
s
l
m
u
l
a
s
l
)

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l

k
e
t
l
k
a


t
e
r
[
a
d
l

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
g
e
t
a
h
u
l

k
e
g
l
a
t
a
n
/
k
e
b
l
a
s
a
a
n

y
a
n
g

a
k
a
n

m
e
n
y
e
b
a
b
k
a
n

t
e
r
[
a
d
l

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r

m
l
s
a
l

:

M
e
m
b
u
a
n
g

s
a
m
p
a
h

s
e
m
b
a
r
a
n
g
a
n
-

M
e
n
g
e
n
a
l
l

b
e
n
d
a
-

b
e
n
d
a

y
a
n
g

b
e
r
g
u
n
a

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
g
e
t
a
h
u
l

[
a
l
u
r

e
v
a
k
u
a
s
l

[
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
-

M
a
m
p
u

p
r
a
k
t
e
k

(
s
l
m
u
l
a
s
l
)

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l

k
e
t
l
k
a


t
e
r
[
a
d
l

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
-

M
e
l
a
k
u
k
a
n

k
e
r
[
a

b
a
k
t
l

m
e
m
b
e
r
s
l
h
k
a
n

s
a
l
u
r
a
n

a
l
r
-

P
e
n
y
e
b
a
b

b
a
n
[
l
r
-

T
a
n
d
a
-
t
a
n
d
a

t
e
r
[
a
d
l
n
y
a

b
a
n
[
l
r
M
e
n
g
e
n
a
l
l

g
e
[
a
l
a
M
e
n
g
e
n
a
l
l

g
e
[
a
l
a
M
e
n
g
e
n
a
l
l

p
e
n
y
e
b
a
b
M
e
n
g
e
n
a
l
l

p
e
n
y
e
b
a
b
M
e
n
g
e
n
a
l
l

p
e
n
y
e
b
a
b
-

M
e
n
g
e
t
a
h
u
l

[
a
l
u
r

e
v
a
k
u
a
s
l

[
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
-

M
a
m
p
u

p
r
a
k
t
e
k

(
s
l
m
u
l
a
s
l
)

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l

k
e
t
l
k
a


t
e
r
[
a
d
l

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
-

P
e
t
a

d
a
e
r
a
h

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
g
e
t
a
h
u
l

d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

s
e
r
l
n
g

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
-

P
e
m
e
t
a
a
n

d
a
e
r
a
h

r
a
w
a
n

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
g
e
n
a
l
l

t
e
m
p
a
t
-
t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
g
e
n
a
l
l

t
e
m
p
a
t
-
t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

b
e
r
b
a
h
a
y
a

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
-

1
e
n
l
s
-
[
e
n
l
s

b
a
n
[
l
r
M
e
n
g
e
n
a
l
l

[
e
n
l
s
-
[
e
n
l
s

b
a
n
[
l
r
M
e
n
g
e
n
a
l
l

k
e
k
u
a
t
a
n

b
a
n
[
l
r
-

P
e
n
g
e
r
t
l
a
n

b
a
n
[
l
r

M
e
n
g
e
n
a
l
l

p
e
n
g
e
r
t
l
a
n
S
E
B
E
L
U
M

T
E
R
J
A
D
I

B
E
N
C
A
N
A

B
A
N
J
I
R
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
(
3
)
(
4
)
(
1
)
(
2
)
I
V
V
V
I
M
A
T
E
R
I
P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
K
E
L
A
S
B
.

P
e
m
e
t
a
a
n

I
n
d
i
k
a
t
o
r

S
i
s
w
a
K
o
m
p
e
t
e
n
s
l

t
e
r
s
e
b
u
t

d
a
p
a
t

d
l
e
l
a
b
o
r
a
s
l

k
e

d
a
l
a
m

l
n
d
l
k
a
t
o
r
-
l
n
d
l
k
a
t
o
r

s
e
b
a
g
a
l

b
e
r
l
k
u
t

:
T
a
b
e
l

4
.
2

I
n
d
i
k
a
t
o
r

P
r
i
l
a
k
u

S
i
s
w
a

u
n
t
u
k

P
e
m
b
e
l
a
j
a
r
a
n

P
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

R
i
s
i
k
o

B
a
n
j
i
r
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
36


D
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r


P
e
n
y
e
d
l
a
a
n

b
a
n
t
u
a
n

d
a
r
u
r
a
t

(
m
k
a
n
a
n
,

a
l
r

b
e
r
s
l
h
,

p
a
k
a
l
a
n
,

o
b
a
t
-
o
b
a
t
a
n
)


M
a
m
p
u

m
e
n
[
a
g
a

k
e
s
e
h
a
t
a
n


T
r
a
u
m
a

h
e
a
l
l
n
g


M
a
m
p
u

b
e
r
a
d
a
p
t
a
s
l

d
a
l
a
m

s
l
t
u
a
s
l

s
e
t
e
l
a
h

g
e
m
p
a


M
e
n
g
l
k
u
t
l

p
e
m
b
e
l
a
[
a
r
a
n

d
l

t
e
m
p
a
t

t
e
r
d
e
k
a
t


M
e
m
b
e
r
s
l
h
k
a
n

t
e
m
p
a
t

t
l
n
g
g
a
l

d
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n

r
u
m
a
h
V


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

a
l
r

b
e
r
s
l
h

d
e
n
g
a
n

e

s
l
e
n


T
l
n
d
a
k
a
n

p
a
d
a

s
a
a
t

b
a
n
[
l
r

t
e
r
[
a
d
l

(
m
e
n
c
a
r
l

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

l
e
b
l
h

t
l
n
g
g
l
,

t
l
d
a
k

b
e
r
m
a
l
n

d
l

a
l
r

d
e
r
a
s
,

m
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

a
l
l
r
a
n

l
l
s
t
r
l
k

d
l

a
l
r
)


M
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

b
e
n
d
a
-
b
e
n
d
a

y
a
n
g

b
e
r
b
a
h
a
y
a

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
/
m
e
m
a
n
f
a
a
t
k
a
n

b
e
n
d
a
-
b
e
n
d
a

y
a
n
g

b
e
r
g
u
n
a

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r


M
a
m
p
u

m
e
n
g
a
m
a
n
k
a
n

b
a
r
a
n
g
-
b
a
r
a
n
g

b
e
r
h
a
r
g
a

d
a
n

d
o
k
u
m
e
n

p
e
n
t
l
n
g

k
e

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n


M
e
m
a
t
l
k
a
n

p
e
r
a
l
a
t
a
n

l
l
s
t
r
l
k
/
s
u
m
b
e
r

l
l
s
t
r
l
k


M
e
m
a
h
a
m
l

c
a
r
a

m
e
n
c
a
r
l

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
/
m
e
m
a
n
f
a
a
t
k
a
n

b
e
n
d
a
-
b
e
n
d
a

y
a
n
g

b
e
r
g
u
n
a

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r

u
t
k

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l


M
a
m
p
u

m
e
n
g
a
m
a
n
k
a
n

b
a
r
a
n
g
-
b
a
r
a
n
g

b
e
r
h
a
r
g
a

d
a
n

d
o
k
u
m
e
n

p
e
n
t
l
n
g

k
e

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n


M
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

b
e
n
d
a
-

b
e
n
d
a

y
a
n
g

b
e
r
b
a
h
a
y
a

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
/
m
e
m
a
n
f
a
a
t
k
a
n

b
e
n
d
a
-
b
e
n
d
a

y
a
n
g

b
e
r
g
u
n
a

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r


M
a
m
p
u

m
e
n
g
a
m
a
n
k
a
n

b
a
r
a
n
g
-
b
a
r
a
n
g

b
e
r
h
a
r
g
a

d
a
n

d
o
k
u
m
e
n

p
e
n
t
l
n
g

k
e

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n


M
e
k
a
n
l
s
m
e

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

o
l
e
h

l
n
d
l
v
l
d
u
,

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t

d
a
n

p
e
m
e
r
l
n
t
a
h


M
e
n
g
e
n
a
l
l

c
a
r
a
/
m
e
k
a
n
l
s
m
e

m
e
n
y
e
l
a
m
a
t
k
a
n

d
l
r
l

s
a
a
t

b
a
n
[
l
r


M
e
n
g
e
n
a
l
l

c
a
r
a

m
e
n
o
l
o
n
g
/

L
v
a
k
u
a
s
l

k
e
l
u
a
r
g
a
/
K
o
r
b
a
n

k
e
t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n


M
e
m
l
l
l
k
l

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
y
e
l
a
m
a
t
-
k
a
n

d
l
r
l

d
a
r
l

b
a
h
a
y
a

b
a
n
[
l
r


M
e
n
g
e
n
a
l
l

c
a
r
a

m
e
n
o
l
o
n
g
/

L
v
a
k
u
a
s
l

k
e
l
u
a
r
g
a
/
K
o
r
b
a
n

k
e
t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n


M
e
n
g
e
n
a
l
l

c
a
r
a
/
m
e
k
a
n
l
s
m
e

m
e
n
y
e
l
a
m
a
t
-
k
a
n

d
l
r
l

s
a
a
t

b
a
n
[
l
r


M
e
n
g
e
n
a
l
l

c
a
r
a

m
e
n
o
l
o
n
g
/

L
v
a
k
u
a
s
l

k
e
l
u
a
r
g
a
/
K
o
r
b
a
n

k
e
t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n


M
e
n
c
a
r
l

l
o
k
a
s
l

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l

y
a
n
g

t
e
r
d
e
k
a
t

d
a
n

a
m
a
n


P
r
o
s
e
s

t
e
r
[
a
d
l
n
y
a

b
a
n
[
l
r


M
e
n
c
a
r
l

l
o
k
a
s
l

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l

y
a
n
g

t
e
r
d
e
k
a
t

d
a
n

a
m
a
n


M
e
n
c
a
r
l

l
o
k
a
s
l

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l

y
a
n
g

t
e
r
d
e
k
a
t

d
a
n

a
m
a
n


M
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

b
e
r
b
a
h
a
y
a

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
T
I
N
D
A
K
A
N

S
E
T
E
L
A
H

B
A
N
J
I
R
T
I
N
D
A
K
A
N

S
A
A
T

T
E
R
J
A
D
I

B
A
N
J
I
R
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
(
3
)
(
4
)
(
1
)
(
2
)
I
V
V
V
I
M
A
T
E
R
I
P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
K
E
L
A
S
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
37
4.3. Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar-mengajar pendidikan pengurangan risiko bencana khususnya
untuk bencana banjir dilakukan melalui 2 tahapan kegiatan mencakup tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan.
Dalam rangka persiapan pengintegrasian pendidikan pengurangan risiko bencana
banjir dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, perlu memperhatikan beberapa
prinsip yaitu:
1. Berpusat pada kondisi daerah potensi bencana dan jenis bencana yang terjadi
serta kebutuhan pengetahuan, pemahaman, dan penerapan penanggulangan
bencana.
2. Pendidikan PRB mengikuti prinsip beragam yaitu dikembangkan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan daerah potensi bencana serta integrasi dengan
matapelajaran IPA, IPS, Penjaskes, Agama, Muatan Lokal dan Pengembangan
Diri. Dimungkinkan pula untuk dikembangkan dalam materi pengembangan
diri atau dapat bentuk kegiatan temporer, bahkan dalam bentuk lainnya
3. Tanggap terhadap perkembangan dengan memperhatikan perkembangan
kondisi wilayah setempat, kemajuan iptek, dan pengembangan potensi daerah
setempat.
4. Relevan dengan kebutuhan masyarakat setempat agar dapat diterapkan dalam
situasi yang membutuhkan.
5. Pendidikan PRB disusun untuk dipergunakan dan dikembangkan dengan
berkesinambungan sehingga memuat pengetahuan dan pemahaman yang
komprehensif dan melekat dalam kehidupan siswa.
Pendekatan pengintegrasian pengurangan risiko bencana dalam pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar sebagai berikut:
1. Berorientasi pada perkembangan anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai
dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik,
maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian
dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang
dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan
dari ke-aku-an ke rasa sosial.
2. Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak dan dimaksudkan untuk mengoptimalkan semua aspek
perkembangan anak. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran
hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan
masing-masing anak.
3. Aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan
dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-
kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
38
anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat
anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan dengan menggunakan multi strategi, multi metode, materi/
bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak.
4. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar
Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu
memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam
sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan
berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi
dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.
5. Mengembangkan kecakapan hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan
hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya
kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh
keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
I
ntegrasi pendidikan pengurangan risiko bencana kedalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dimaknai sebagai menggabungkan muatan pendidikan
PRB dan muatan KTSP, atau memasukkan muatan pendidikan PRB dalam
muatan KTSP. Pengintegrasian pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan
keterpaduan dan kesinambungan muatan pendidikan PRB dan muatan KTSP
(termasuk program ekstra kurikuler yang dimiliki sekolah), sumber daya yang
dimiliki untuk melaksanakan pendidikan PRB. Pengintegrasian muatan pendidikan
PRB dapat dilakukan dengan muatan mata pelajaran pokok, mata pelajaran muatan
lokal, dan/atau program ekstra kurikuler. Pengintegrasian dilakukan secara terpadu
sehingga menyatu, saling terkait dan berkesinambungan secara harmonis.
Pengintegrasian dilakukan dengan mempertimbangkan muatan pendidikan PRB,
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pokok dan muatan lokal,
objek kajian mata pelajaran pokok, program pembiasaan, dan/ atau ketersediaan
sumber daya guru yang akan melaksanakannya. Cara pengintegrasian yang dipilih
mempunyai implikasi tuntutan pengerjaan administratif yang berbeda-beda
sebelum pelaksanaan pendidikan PRB dilakukan.
Pengintegrasian pendidikan PRB ada baiknya dilakukan secara terpadu dan
menyeluruh kepada salah satu cara berikut: mata pelajaran pokok, muatan lokal,
atau kegiatan ekstra kurikuler. Agar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi mudah
dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Selanjutnya adalah, bila muatan pendidikan PRB dintegrasikan dengan muatan
mata pelajaran, merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar muatan
Pendidikan PRB. Membuat perencanaan pembelajaran dan evaluasi muatan
Pendidikan PRB atas dasar SK dan KD muatan Pendidikan PRB kedalam silabus
dan RPP. Bila muatan Pendidikan PRB diintegrasikan dengan Program Pembiasaan,
maka selanjutnya adalah menyusun program pelaksanaan muatan Pendidikan PRB
tersebut
Permen Diknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses mengamanatkan bahwa
proses pembelajaran untuk mencapai KD dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fsik serta psikologis peserta didik.
BAB V
PENGINTEGRASIAN MATERI POKOK
PENGURANGAN RISIKO BANJIR
KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN DASAR (SD/MI)
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
40
Selain itu, proses pembelajaran juga harus menggunakan metode yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfrmasi.
Berbagai model pembelajaran dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar
agar anak mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Untuk itu, guru perlu mengupayakan kegiatan pembelajaran
tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat diberikan pada siswa adalah
model pembelajaran terintegrasi.
Pembelajaran integrasi yang memasukkan materi tertentu ke dalam suatu bidang
studi dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan, diharapkan akan
dapat memotivasi anak dalam belajar dan memberikan pengetahuan, sikap, atau
keterampilan yang bermakna bagi anak.
Terdapat beberapa alternatif cara mengitegrasikan pendidikan PRB kedalam
kurikulum satuan pendidikan. Pertama adalah mengintegrasikan muatan pendidikan
PRB kedalam mata pelajaran pokok. Kedua adalah mengintegrasikan muatan
pendidikan PRB kedalam mata muatan Lokal. Ketiga adalah mengintegrasikan
muatan pendidikan PRB kedalam kegiatan ekstra kurikuler. Keempat adalah
mengintegrasikan secara lintas mata pelajaran, atau kedalam beberapa mata
pelajaran pokok, mata pelajaran muatan lokal, dan/atau kegiatan ekstra kurikuler.
5.1. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir ke dalam Mata
Pelajaran
Tahapan dalam pengintegrasian materi PRB terhadap mata pelajaran di tingkat SD
sebagai berikut :
1. Identifkasi materi pembelajaran tentang PRB
Konsep mengenai pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dapat
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pokok dalam kurikulum, diantaranya:
IPA Terpadu, IPS Terpadu, Bahasa Indonesia, Muatan Lokal, dan Penjas Orkes.
2. Analisis KD yang memungkinkan dapat diintegrasikan dengan PRB
Kompetensi-kompetensi dasar yang terdapat pada KTSP dapat diintegrasikan
dengan materi PRB dalam bentuk model KTSP daerah bencana. Model ini
disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi, dan karakteristik satuan
pendidikan dan peserta didik di daerah bencana yang diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan atau referensi bagi satuan pendidikan di daerah lain
yang punya karakteristik yang sama.
Setelah kurikulum, bahan ajar sebagai acuan yang lebih operasional dalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah, merupakan komponen yang sangat
berperan dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai
bencana dan kesiapsiagaan bencana terhadap warga negara, khsusnya peserta
didik.
Melalui bahan ajar yang disusun pada pembelajaran tematik dan di setiap
mata pelajaran dapat diintegrasikan mengenai jenis-jenis bencana beserta
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
41
penyebabnya, usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam menghindari terjadinya
beberapa bencana, apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana, dampak
yang ditimbulkan oleh bencana dan usaha-usaha yang dalam mengurangi
dampak tersebut, apa yang dilakukan setelah bencana itu terjadi, dan lain-
lain.
3. Menyusun silabus yang terintegrasi PRB
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar yang diintegrasikan dengan nilai-
nilai pengurangan risiko bencana (PRB).
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Silabus Integrasi PRB dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-
masing sekolah dan jenis ancaman bencana yang rentan di wilayahnya.
Langkah-langkah penyusunan silabus yang mengintegrasikan PRB diantaranya
adalah sebagai berikut.
Mengkaji dan menentukan standar kompetensi (SK) yang dapat
diintegrasikan dengan PRB.
Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan SK
yang diintegrasikan.
Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (dengan mengacu pada
SK dan KD).
Mengidentifkasi Materi Pokok/Pembelajaran yang sesuai dengan PRB
gempa bumi.
Mengembangkan kegiatan pembelajaran berintegrasi PBR gempa bumi,
seperti penyampaian informasi bahaya gempa, simulasi penyelamatan
diri, pertolongan pertama, dan lainnya.
Menentukan Jenis Penilaian.
Menentukan Alokasi Waktu.
Menentukan Sumber Belajar yang berhubungan dengan PRB gempa
bumi.
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pembelajaran merupakan langkah awal dari suatu menejemen
pembelajaran yang berisi kebijakan strategic tentang pelaksanaan pembelajaran
yang akan dilakukan. Dalam rencana pembelajaran selalu terdapat komponen
yang saling berkaitan yaitu tujuan, bahan ajar, metode/teknik, media, alat
evaluasi, dan penjadwalan setiap langkah kegiatan. Komponen-komponen
tersebut saling berkaitan dan diintegrasikan dengan nilai-nilai usaha
pengurangan risiko bencana (PRB).
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
42
disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. RPP yang terintegrasi
PRB banjir disusun sesuai dengan KD yang relevan dengan materi ajar PRB
banjir.
Untuk lebih jelasnya, tahapan pengintegrasian dijelaskan sebagai berikut.
5.1.1. Identifkasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
Setelah dianalisis, pengurangan risiko banjir dapat diintegrasikan pada beberapa
mata pelajaran. Pemetaan materi pembelajaran untuk pengintegrasian
pengurangan risiko banjir dengan contoh format identifkasi materi pelajaran
tentang PRB adalah sebagai berikut.
Tabel 5.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
NO Tahapan Peristiwa Bencana Materi Pembelajaran
Sebelum terjadi bencana
banjir
a. Pengertian banjir
b. Jenis-jenis banjir
c. Peta daerah banjir
d. Penyebab banjir
e. Tanda-tanda terjadinya banjir
f. Pencegahan bencana banjir
g. Menyiapkan posko banjir
1
Setelah terjadi bencana
banjir
- Dampak ban[r
- Manfaat ban[lr
- Trauma healing
3
Saat terjadi bencana banjir - Proses ter[adlnya ban[lr
- Mekanlsme penyelamatran oleh lndlvldu,
masyarakat dan pemerintah
- Tlndakan pada saat ban[lr ter[adl (mencarl
tempat yang leblh tlnggl, tldak bermaln
dl alr deras, menghlndarl allran llstrlk dl alr)
- Penyedlaan bantuan darurat (mkanan,
alr berslh, pakalan, obat-obatan)
2
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
43
5.1.2. Analisis Kompetensi Dasar (KD) yang dapat diintegrasikan
Kegiatan Analisis Kompetensi Dasar yang memungkinkan dapat diintegrasi
dengan PRB perlu dilakukan agar pembelajaran yang diitegrasikan dapat
sesuai, Kegiatan analisis dapat dituangkan pada format analisis kompetensi
dasar dengan materi pengurangan resiko bencana. Di bawah ini terdapat
hasil analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk beberapa
mata pelajaran yang dapat diintegrasikan dalam pendidikan pengurangan
risiko bencana banjir.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
44
K
L
S
/

S
M
T
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A

(
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
)
M
A
.
P
E
L
.
S
T
A
N
D
A
R

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

(
S
K
)

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R

(
K
D
)

S
e
b
e
l
u
m

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

P
e
t
a

d
a
e
r
a
h

b
a
n
[
l
r
-

T
a
n
d
a
-
t
a
n
d
a



t
e
r
[
a
d
l
n
y
a

b
a
n
[
l
r
S
a
a
t

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

T
l
n
d
a
k
a
n

p
a
d
a

s
a
a
t



b
a
n
[
l
r

t
e
r
[
a
d
l



(
m
e
n
c
a
r
l

t
e
m
p
a
t



y
a
n
g

l
e
b
l
h

t
l
n
g
g
l
,



t
l
d
a
k

b
e
r
m
a
l
n



d
l

a
l
r

d
e
r
a
s
,



m
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

a
l
l
r
a
n



l
l
s
t
r
l
k

d
l

a
l
r
)
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-

D
a
m
p
a
k

b
a
n
[
r
-

T
r
a
u
m
a

h
e
a
l
l
n
g
S
e
b
e
l
u
m

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

t
e
m
p
a
t
-


t
e
m
p
a
t

y
a
n
g



b
e
r
b
a
h
a
y
a

k
e
t
l
k
a



t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
.
-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

t
e
m
p
a
t
-


t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n



k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
.
-

M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n



k
e
g
l
a
t
a
n
/
k
e
b
l
a
s
a
a
n



y
a
n
g

a
k
a
n



m
e
n
y
e
b
a
b
k
a
n

t
e
r
[
a
d
l



b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r

m
l
s
a
l

-

M
e
m
b
u
a
n
g

s
a
m
p
a
h



s
e
m
b
a
r
a
n
g
a
n
.
S
m
t

1
:
M
e
m
b
a
c
a

p
e
t
a

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n

s
e
t
e
m
p
a
t

(
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
,

p
r
o
v
l
n
s
l
)

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
s
k
a
l
a

s
e
d
e
r
h
a
n
a
.

M
e
n
g
e
n
a
l

p
e
r
m
a
s
a
l
a
h
a
n

s
o
s
l
a
l

d
l

d
a
e
r
a
h
-
n
y
a
.
S
m
t

2
:
M
e
n
g
e
n
a
l

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m
,

k
e
g
l
a
t
a
n

e
k
o
n
o
m
l
,

d
a
n

k
e
m
a
[
u
-
a
n

t
e
k
n
o
l
o
g
l

d
l

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n

k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a

d
a
n

p
r
o
v
l
n
s
l
.
-

M
e
m
b
a
c
a

p
e
t
a

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n

s
e
t
e
m
p
a
t

(
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
,

p
r
o
v
l
n
s
l
)

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

s
k
a
l
a

s
e
d
e
r
h
a
n
a
.
-

M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

k
e
n
a
m
p
a
k
a
n

a
l
a
m
d
l

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n

k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a

d
a
n

p
r
o
v
l
n
s
l

s
e
r
t
a

h
u
b
u
n
g
a
n
n
y
a

d
e
n
g
a
n

k
e
r
a
g
a
m
a
n

s
o
s
l
a
l


d
a
n

b
u
d
a
y
a
.
I
P
S
I
V
a
.

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

I
P
S
T
a
b
e
l

5
.
2

T
a
b
e
l

P
e
m
e
t
a
a
n

S
K
-
K
D

k
e

d
a
l
a
m

m
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n

I
P
S
K
L
S
/

S
M
T
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A

(
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
)
M
A
.
P
E
L
.
S
T
A
N
D
A
R

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

(
S
K
)

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R

(
K
D
)

S
e
b
e
l
u
m

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

1
e
n
l
s
-
[
e
n
l
s

b
a
n
[
l
r
-

P
e
n
y
e
b
a
b

b
a
n
[
l
r
S
a
a
t

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

T
l
n
d
a
k
a
n

p
a
d
a

s
a
a
t



b
a
n
[
l
r

t
e
r
[
a
d
l



(
m
e
n
c
a
r
l

t
e
m
p
a
t



y
a
n
g

l
e
b
l
h

t
l
n
g
g
l
,



t
l
d
a
k

b
e
r
m
a
l
n



d
l

a
l
r

d
e
r
a
s
,



m
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

a
l
l
r
a
n



l
l
s
t
r
l
k

d
l

a
l
r
)
.
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-

D
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r
S
e
b
e
l
u
m

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n


[
e
n
l
s
,

-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n



p
e
n
y
e
b
a
b
S
a
a
t

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
u
n
[
u
k
k
a
n

l
o
k
a
s
l



p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l



y
a
n
g

t
e
r
d
e
k
a
t

d
a
n



a
m
a
n
.
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-

m
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l



d
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r
.
S
m
t

1
:
M
e
n
g
h
a
r
g
a
l

b
e
r
b
a
g
a
l

p
e
n
l
n
g
-
g
a
l
a
n

d
a
n

t
o
k
o
h

s
e
[
a
r
a
h

y
a
n
g

b
e
r
s
k
a
l
a

n
a
s
l
o
n
a
l

p
a
d
a

m
a
s
a

H
l
n
d
u
-
8
u
d
h
a

d
a
n

|
s
l
a
m
,

k
e
r
a
g
a
m
a
n

k
e
n
a
m
p
a
k
a
n

a
l
a
m

d
a
n

s
u
k
u

b
a
n
g
s
a
,

s
e
r
t
a

k
e
g
l
a
t
a
n

e
k
o
n
o
m
l

d
l

|
n
d
o
n
e
s
l
a
.
S
m
t

2
:
M
e
n
g
h
a
r
g
a
l

p
e
r
a
n
a
n

t
o
k
o
h

p
e
[
u
a
n
g

d
a
n

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t

d
a
l
a
m

m
e
m
p
e
r
s
l
a
p
k
a
n

d
a
n

m
e
m
p
e
r
-
t
a
h
a
n
k
a
n

k
e
m
e
r
d
e
k
a
a
n

|
n
d
o
n
e
s
l
a
.
M
e
n
g
e
n
a
l


k
e
r
a
g
a
m
a
n

k
e
n
a
m
p
a
k
a
n

a
l
a
m
d
a
n

b
u
a
t
a
n

s
e
r
t
a

p
e
m
b
a
g
l
a
n

w
l
l
a
y
a
h

w
a
k
t
u

d
l

|
n
d
o
n
e
s
l
a

d
e
n
g
a
n
m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
t
a
/
a
t
l
a
s
/
g
l
o
b
e

d
a
n

m
e
d
l
a

l
a
l
n
n
y
a
.
I
P
S
V
K
L
S
/

S
M
T
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A

(
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
)
M
A
.
P
E
L
.
S
T
A
N
D
A
R

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

(
S
K
)

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R

(
K
D
)

S
e
b
e
l
u
m

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

P
e
t
a

d
a
e
r
a
h

b
a
n
[
l
r
S
a
a
t

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

T
l
n
d
a
k
a
n

p
a
d
a

s
a
a
t



b
a
n
[
l
r

t
e
r
[
a
d
l



(
m
e
n
c
a
r
l

t
e
m
p
a
t



y
a
n
g

l
e
b
l
h

t
l
n
g
g
l
,



t
l
d
a
k

b
e
r
m
a
l
n



d
l

a
l
r

d
e
r
a
s
,



m
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

a
l
l
r
a
n



l
l
s
t
r
l
k

d
l

a
l
r
)
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-

D
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r
S
e
b
e
l
u
m

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
g
l
n
d
e
n
t
l

k
a
s
l



d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

s
e
r
l
n
g



t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
.
-

M
e
l
a
k
u
k
a
n

P
e
m
e
t
a
a
n

d
a
e
r
a
h

r
a
w
a
n

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
c
a
r
l

l
o
k
a
s
l

p
e
n
y
e
-


l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l

y
a
n
g

t
e
r
-


d
e
k
a
t

d
a
n

a
m
a
n
.

-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

c
a
r
a



m
e
n
c
a
r
l

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g



a
m
a
n
.
S
a
a
t

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

c
a
r
a



m
e
n
c
a
r
l

l
o
k
a
s
l



p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l



y
a
n
g

t
e
r
d
e
k
a
t

d
a
n



a
m
a
n
.
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

c
a
r
a


b
e
r
a
d
a
p
t
a
s
l

d
a
l
a
m


s
l
t
u
a
s
l

s
e
t
e
l
a
h

b
a
n
[
l
r
.
S
m
t

1
:
M
e
m
a
h
a
m
l

p
e
r
k
e
m
b
a
n
g
a
n

w
l
l
a
y
a
h

|
n
d
o
n
e
s
l
a
,

k
e
n
a
m
p
a
k
a
n

a
l
a
m

d
a
n

k
e
a
d
a
a
n

s
o
s
l
a
l

n
e
g
a
r
a
-
n
e
g
a
r
a

d
l

A
s
l
a

T
e
n
g
g
a
r
a
,
s
e
r
t
a

b
e
n
u
a
-
b
e
n
u
a
.
S
m
t

2
:
l
.

M
e
m
a
h
a
m
l

g
e
[
a
l
a

a
l
a
m





y
a
n
g

t
e
r
[
a
d
l

d
l

|
n
d
o
n
e
s
l
a

d
a
n





s
e
k
l
t
a
r
n
y
a
.
2
.

M
e
m
a
h
a
m
l

p
e
r
a
n
a
n

b
a
n
g
s
a




|
n
d
o
n
e
s
l
a

d
l

e
r
a

g
l
o
b
a
l
.

S
m
t

1
:
M
e
m
b
a
n
d
l
n
g
k
a
n

k
e
n
a
m
p
a
k
a
n

a
l
a
m

d
a
n

k
e
a
d
a
a
n

s
o
s
l
a
l

n
e
g
a
r
a
-
n
e
g
a
r
a

t
e
t
a
n
g
g
a
.
S
m
t

2
:
M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

p
e
r
a
n
a
n

|
n
d
o
n
e
s
l
a

p
a
d
a

e
r
a

g
l
o
b
a
l

d
a
n

d
a
m
p
a
k


p
o
s
l
t
l
f

s
e
r
t
a

n
e
g
a
t
l
f
n
y
a

t
e
r
h
a
d
a
p

k
e
h
l
d
u
p
a
n

b
a
n
g
s
a

|
n
d
o
n
e
s
l
a
.
I
P
S
V
I
K
L
S
/

S
M
T
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A

(
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
)
M
A
.
P
E
L
.
S
T
A
N
D
A
R

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

(
S
K
)

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R

(
K
D
)

S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


1
e
n
l
s
-
[
e
n
l
s

b
a
n
[
l
r


P
e
n
y
e
b
a
b

b
a
n
[
l
r


T
a
n
d
a
-
t
a
n
d
a

t
e
r
[
a
d
l
n
y
a



b
a
n
[
l
r
.


P
e
n
c
e
g
a
h
a
n

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
.
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


P
r
o
s
e
s

t
e
r
[
a
d
l
n
y
a

b
a
n
[
l
r
.


M
e
k
a
n
l
s
m
e

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n



o
l
e
h

l
n
d
l
v
l
d
u
,

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t



d
a
n

p
e
m
e
r
l
n
t
a
h
.


T
l
n
d
a
k
a
n

p
a
d
a

s
a
a
t

b
a
n
[
l
r



t
e
r
[
a
d
l

(
m
e
n
c
a
r
l

t
e
m
p
a
t



y
a
n
g

l
e
b
l
h

t
l
n
g
g
l
,

t
l
d
a
k



b
e
r
m
a
l
n

d
l

a
l
r

d
e
r
a
s
,



m
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

a
l
l
r
a
n

l
l
s
t
r
l
k



d
l

a
l
r
)
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


D
a
m
p
a
k

b
a
n
[
r


T
r
a
u
m
a

h
e
a
l
l
n
g
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a

B
a
n
j
i
r


M
e
n
u
l
l
s
k
a
n

[
e
n
l
s
-
[
e
n
l
s



b
a
n
[
l
r


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

t
e
m
p
a
t
-


t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

b
e
r
b
a
h
a
y
a



k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r


M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

p
e
n
y
e
b
a
b



b
a
n
[
l
r


M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n


g
e
[
a
l
a


M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

k
e
g
l
a
t
a
n
/


k
e
b
l
a
s
a
a
n

y
a
n
g

a
k
a
n



m
e
n
y
e
b
a
b
k
a
n

t
e
r
[
a
d
l



b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r


m
l
s
a
l

:


M
e
m
b
u
a
n
g

s
a
m
p
a
h



s
e
m
b
a
r
a
n
g
a
n


M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

b
e
n
d
a
-


b
e
n
d
a

y
a
n
g

b
e
r
g
u
n
a

k
e
t
l
k
a



t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
T
i
n
d
a
k
a
n

S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
a
n
j
i
r


M
e
n
c
a
r
l

l
o
k
a
s
l

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
-


a
n

d
l
r
l

y
a
n
g

t
e
r
d
e
k
a
t

d
a
n



a
m
a
n


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

c
a
r
a
/


m
e
k
a
n
l
s
m
e

m
e
n
y
e
l
a
m
a
t
-


k
a
n

d
l
r
l

s
a
a
t

b
a
n
[
l
r


M
e
n
y
e
b
u
t
k
a
n

c
a
r
a

m
e
n
o
-


l
o
n
g
/

L
v
a
k
u
a
s
l

k
e
l
u
a
r
g
a
/


K
o
r
b
a
n

k
e
t
e
m
p
a
t

y
a
n
g



a
m
a
n
T
l
n
d
a
k
a
n

S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
[
a
d
l

8
a
n
[
l
r
M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

d
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r
S
m
t

1
:
M
a
k
h
l
u
k

H
l
d
u
p

d
a
n

P
r
o
s
e
s

K
e
h
l
d
u
p
a
n
2
.

M
e
m
a
h
a
m
l

h
u
b
u
n
g
a
n

a
n
t
a
r
a





s
t
r
u
k
t
u
r

b
a
g
l
a
n

t
u
m
b
u
h
a
n

d
e
n
g
a
n





f
u
n
g
s
l
n
y
a
5
.

M
e
m
a
h
a
m
l

h
u
b
u
n
g
a
n

s
e
s
a
m
a





m
a
k
h
l
u
k


h
l
d
u
p

d
a
n

a
n
t
a
r
a

m
a
k
h
l
u
k





h
l
d
u
p

d
e
n
g
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n
n
y
a
8
e
n
d
a

d
a
n

S
l
f
a
t
n
y
a

6
.

M
e
m
a
h
a
m
l

b
e
r
a
g
a
m

s
l
f
a
t

d
a
n





p
e
r
u
b
a
h
a
n

w
u
[
u
d

b
e
n
d
a

s
e
r
t
a

b
e
r
-




b
a
g
a
l

c
a
r
a

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

b
e
n
d
a





b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

s
l
f
a
t
n
y
a
S
m
t

2
:
L
n
e
r
g
l

d
a
n

P
e
r
u
b
a
h
a
n
n
y
a
7
.

M
e
m
a
h
a
m
l

g
a
y
a

d
a
p
a
t

m
e
n
g
u
b
a
h





g
e
r
a
k

d
a
n
/
a
t
a
u


b
e
n
t
u
k

s
u
a
t
u

b
e
n
d
a
8
.

M
e
m
a
h
a
m
l

b
e
r
b
a
g
a
l

b
e
n
t
u
k

e
n
e
r
g
l





d
a
n

c
a
r
a

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n
n
y
a

d
a
l
a
m





k
e
h
l
d
u
p
a
n

s
e
h
a
r
l
-
h
a
r
l
8
u
m
l

d
a
n

A
l
a
m

S
e
m
e
s
t
a

9
.

M
e
m
a
h
a
m
l


p
e
r
u
b
a
h
a
n

k
e
n
a
m
p
a
k
a
n





p
e
r
m
u
k
a
a
n

b
u
m
l

d
a
n

b
e
n
d
a

l
a
n
g
l
t
l
0
.

M
e
m
a
h
a
m
l

p
e
r
u
b
a
h
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n







s
l
k

d
a
n

p
e
n
g
a
r
u
h
n
y
a

t
e
r
h
a
d
a
p








d
a
r
a
t
a
n
l
l
.

M
e
m
a
h

a
m
l

h
u
b
u
n
g
a
n

a
n
t
a
r
a








s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m

d
e
n
g
a
n








l
l
n
g
k
u
n
g
a
n
,

t
e
k
n
o
l
o
g
l
,

d
a
n








m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
7
.
l

M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

p
r
o
s
e
s








p
e
m
b
e
n
t
u
k
a
n

t
a
n
a
h








k
a
r
e
n
a

p
e
l
a
p
u
k
a
n
7
.
4

M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

p
r
o
s
e
s








d
a
u
r

a
l
r

d
a
n

k
e
g
l
a
t
a
n








m
a
n
u
s
l
a

y
a
n
g

d
a
p
a
t








m
e
m
p
e
n
g
a
r
u
h
l
n
y
a
7
.
5

M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

p
e
r
l
u
-







n
y
a

p
e
n
g
h
e
m
a
t
a
n

a
l
r
7
.
6

M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l








p
e
r
l
s
t
l
w
a

a
l
a
m

y
a
n
g








t
e
r
[
a
d
l

d
l

|
n
d
o
n
e
s
l
a

d
a
n








d
a
m
p
a
k
n
y
a

b
a
g
l








m
a
k
h
l
u
k

h
l
d
u
p

d
a
n








l
l
n
g
k
u
n
g
a
n
7
.
7

M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l









b
e
b
e
r
a
p
a

k
e
g
l
a
t
a
n








m
a
n
u
s
l
a

y
a
n
g

d
a
p
a
t








m
e
n
g
u
b
a
h

p
e
r
m
u
k
a
a
n








b
u
m
l

(
p
e
r
t
a
n
l
a
n
,








p
e
r
k
o
t
a
a
n
,

d
s
b
)


I
P
A
I
V
b
.

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

I
P
A
T
a
b
e
l

5
.
3

T
a
b
e
l

P
e
m
e
t
a
a
n

S
K
-
K
D

k
e

d
a
l
a
m

m
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n

I
P
A
K
L
S
/

S
M
T
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A

(
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
)
M
A
.
P
E
L
.
S
T
A
N
D
A
R

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

(
S
K
)

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R

(
K
D
)

S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


P
e
n
y
e
b
a
b

b
a
n
[
l
r


T
a
n
d
a
-
t
a
n
d
a



t
e
r
[
a
d
l
n
y
a

b
a
n
[
l
r


P
e
n
c
e
g
a
h
a
n



b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
k
a
n
l
s
m
e



p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
r
a
n

o
l
e
h



l
n
d
l
v
l
d
u
,

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t



d
a
n

p
e
m
e
r
l
n
t
a
h


T
l
n
d
a
k
a
n

p
a
d
a

s
a
a
t



b
a
n
[
l
r

t
e
r
[
a
d
l

(
m
e
n
c
a
r
l


t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

l
e
b
l
h



t
l
n
g
g
l
,

t
l
d
a
k

b
e
r
m
a
l
n



d
l

a
l
r

d
e
r
a
s
,



m
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

a
l
l
r
a
n



l
l
s
t
r
l
k

d
l

a
l
r
)
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


D
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
u
l
l
s
k
a
n

p
e
n
y
e
b
a
b


b
a
n
[
l
r


8
e
r
b
a
h
a
y
a

k
e
t
l
k
a



t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r


M
e
n
g
e
n
a
l
l

t
e
m
p
a
t
-


t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n



k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
c
a
r
l

l
o
k
a
s
l



p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l



y
a
n
g

t
e
r
d
e
k
a
t


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l



c
a
r
a
/
m
e
k
a
n
l
s
m
e



m
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
k
a
n

d
l
r
l



s
a
a
t

b
a
n
[
l
r


M
e
n
y
e
b
u
t
k
a
n

c
a
r
a



m
e
n
o
l
o
n
g
/
e
v
a
k
u
a
s
l



k
e
l
u
a
r
g
a
/
k
o
r
b
a
n



k
e
t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
a
m
p
u

m
e
n
[
a
g
a



k
e
s
e
h
a
t
a
n


M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

c
a
r
a



h
l
d
u
p

s
e
h
a
t


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

c
a
r
a
-


c
a
r
a

m
e
n
[
a
g
a



k
e
b
e
r
s
l
h
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n
S
m
t

1
:
l
.
2

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

g
e
r
a
k








d
a
s
a
r

a
t
l
e
t
l
k

s
e
d
e
r
h
a
n
a
,








s
e
r
t
a

n
l
l
a
l

s
e
m
a
n
g
a
t
,







p
e
r
c
a
y
a

d
l
r
l

d
a
n

d
l
s
l
p
l
l
n
5
.
l

M
e
n
[
a
g
a

k
e
b
e
r
s
l
h
a
n









l
l
n
g
k
u
n
g
a
n

r
u
m
a
h









d
a
n

s
e
k
o
l
a
h
5
.
2

M
e
m
b
l
a
s
a
k
a
n

m
e
m
b
u
-







a
n
g

s
a
m
p
a
h

p
a
d
a

t
e
m
-







p
a
t
n
y
a
S
m
t


2
:
l
0
.
l
M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

g
e
r
a
k









d
a
s
a
r
,

m
e
l
u
n
c
u
r
,









m
e
n
g
g
e
r
a
k
k
a
n

t
u
n
g
k
a
l
,









m
e
n
g
g
e
r
a
k
k
a
n

l
e
n
g
a
n









s
e
r
t
a

n
l
l
a
l

k
e
b
e
r
s
l
h
a
n
l
0
.
2

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

c
a
r
a










b
e
r
n
a
p
a
s

d
a
l
a
m










r
e
n
a
n
g

g
a
y
a

b
e
b
a
s
l
0
.
3

M
e
n
g
k
o
m
b
l
n
a
s
l
k
a
n










g
e
r
a
k
a
n

l
e
n
g
a
n

d
a
n










t
u
n
g
k
a
l

r
e
n
a
n
g










g
a
y
a

b
e
b
a
s
l
0
.
4

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

d
a
s
a
r
-









d
a
s
a
r

k
e
s
e
l
a
m
a
t
a
n










d
l

a
l
r
l
l
.
3

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

p
o
l
a










h
l
d
u
p

s
e
h
a
t
l
2
.
l

M
e
n
g
e
n
a
l

b
e
r
b
a
g
a
l










u
p
a
y
a

d
a
l
a
m

m
e
n
[
a
g
a










k
e
b
e
r
s
l
h
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n
l
2
.
2

M
e
n
[
a
g
a

k
e
b
e
r
s
l
h
a
n










l
l
n
g
k
u
n
g
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p










s
u
m
b
e
r

p
e
n
u
l
a
r
a
n










p
e
n
y
a
k
l
t

s
e
p
e
r
t
l










n
y
a
m
u
k

d
a
n

u
n
g
g
a
s
P
E
N
J
A
S
I
V
c
.

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

P
e
n
j
a
s
T
a
b
e
l

5
.
4

T
a
b
e
l

P
e
m
e
t
a
a
n

S
K
-
K
D

k
e

d
a
l
a
m

m
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n

P
e
n
j
a
s
S
m
t

1
:
4
.
2

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

k
o
m
b
i
-







n
a
s
i

p
o
l
a

g
e
r
a
k

j
a
l
a
n
,








l
a
r
i

d
a
n


l
o
m
p
a
t

d
a
l
a
m








g
e
r
a
k

r
i
t
m
i
k
,

s
e
r
t
a

n
i
l
a
i








k
e
r
j
a
s
a
m
a
,

p
e
r
c
a
y
a

d
i
r
i
,








d
a
n

d
i
s
i
p
l
i
n
S
m
t

2
:
1
1
.
2

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

b
e
r
-









b
a
g
a
i

k
e
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n










g
e
r
a
k

d
a
l
a
m

k
e
g
i
a
t
a
n










p
e
n
j
e
l
a
j
a
h
a
n

d
i

l
i
n
g
-









k
u
n
g
a
n

s
e
k
o
l
a
h

y
a
n
g









s
e
h
a
t
,

s
e
r
t
a

n
i
l
a
i









k
e
r
j
a
s
a
m
a
,

d
i
s
i
p
l
i
n
,









k
e
s
e
l
a
m
a
t
a
n
,









k
e
b
e
r
s
i
h
a
n
,

d
a
n

e
t
i
k
a
S
m
t

1
:
1
.
3


M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

k
o
o
r
d
i
n
a
s
i









g
e
r
a
k

d
a
s
a
r

d
a
l
a
m

t
e
k
n
i
k









l
a
r
i
,

l
e
m
p
a
r

d
a
n

l
o
m
p
a
t









d
e
n
g
a
n

p
e
r
a
t
u
r
a
n

y
a
n
g









d
i
m
o
d
i

k
a
s
i
,

s
e
r
t
a

n
i
l
a
i









s
e
m
a
n
g
a
t
,

s
p
o
r
t
i
v
i
t
a
s
,









p
e
r
c
a
y
a

d
i
r
i

d
a
n

k
e
j
u
j
u
r
a
n
S
m
t

2
:
1
0
.
2

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

c
a
r
a

b
e
r
-









n
a
p
a
s

s
a
l
a
h

s
a
t
u

g
a
y
a










r
e
n
a
n
g
,

s
e
r
t
a

n
i
l
a
i

k
e
b
e
r
a
-









n
i
a
n
,

d
i
s
i
p
l
i
n
,

d
a
n










k
e
b
e
r
s
i
h
a
n
1
0
.
3

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

k
o
m
b
i
n
a
s
i










g
e
r
a
k
a
n

l
e
n
g
a
n

d
a
n










t
u
n
g
k
a
i

d
a
l
a
m

r
e
n
a
n
g










g
a
y
a

d
a
d
a
,

s
e
r
t
a


n
i
l
a
i










k
e
b
e
r
a
n
i
a
n

d
a
n

d
i
s
i
p
l
i
n
1
0
.
4

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

d
a
s
a
r
-









d
a
s
a
r

k
e
s
e
l
a
m
a
t
a
n

d
i

a
i
r
K
L
S
/

S
M
T
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
M
A
.
P
E
L
.
S
T
A
N
D
A
R

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

(
S
K
)

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R

(
K
D
)

I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A

(
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
)
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

1
F
O
D
F
H
B
I
B
O

C
F
O
D
B
O
B

C
B
O
K
J
S
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

.
F
L
B
O
J
T
N
F

Q
F
O
Z
F
M
B
N
B
U
B
O



o
l
e
h

i
n
d
i
v
i
d
u
,

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t



d
a
n

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
t

5
J
O
E
B
L
B
O

Q
B
E
B

T
B
B
U

C
B
O
K
J
S



t
e
r
j
a
d
i

(
m
e
n
c
a
r
i

t
e
m
p
a
t



y
a
n
g

l
e
b
i
h

t
i
n
g
g
i
,

t
i
d
a
k



b
e
r
m
a
i
n

d
i

a
i
r

d
e
r
a
s
,

m
e
n
g
-


h
i
n
d
a
r
i

a
l
i
r
a
n

i
s
t
r
i
k

d
i

a
i
r
)
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

%
B
N
Q
B
L

C
B
O
K
J
S
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

.
F
O
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

M
P
L
B
T
J



e
v
a
k
u
a
s
i

j
i
k
a

t
e
r
j
a
d
i

b
a
n
j
i
r
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

.
F
O
D
B
S
J

M
P
L
B
T
J

Q
F
O
Z
F
M
B
N
B
U
B
O

E
J
S
J




y
a
n
g

t
e
r
d
e
k
a
t
t

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

D
B
S
B

N
F
L
B
O
J
T
N
F




m
e
n
y
e
l
a
m
a
t
k
a
n

d
i
r
i

s
a
a
t

b
a
n
j
i
r
t

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

D
B
S
B

N
F
O
P
M
P
O
H

F
W
B
L
V
B
T
J

L
F
M
V
B
S
H
B

L
P
S
C
B
O



k
e
t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

.
F
O
H
V
O
H
L
B
Q
L
B
O

D
B
S
B


m
e
n
j
a
g
a

k
e
s
e
h
a
t
a
n
t

.
F
N
Q
S
B
L
U
J
L
L
B
O

D
B
S
B

I
J
E
V
Q

T
F
I
B
U
t

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

D
B
S
B

D
B
S
B



m
e
n
j
a
g
a

k
e
b
e
r
s
i
h
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
P
E
N
J
A
S
V
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

1
F
O
D
F
H
B
I
B
O

C
F
O
D
B
O
B

C
B
O
K
J
S
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

.
F
L
B
O
J
T
N
F

Q
F
O
Z
F
M
B
N
B
U
B
O



o
l
e
h

i
n
d
i
v
i
d
u
,

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t



d
a
n

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
t

5
J
O
E
B
L
B
O

Q
B
E
B

T
B
B
U

C
B
O
K
J
S



t
e
r
j
a
d
i

(
m
e
n
c
a
r
i

t
e
m
p
a
t



y
a
n
g

l
e
b
i
h

t
i
n
g
g
i
,

t
i
d
a
k

b
e
r
-


m
a
i
n

d
i

a
i
r

d
e
r
a
s
,

m
e
n
g
h
i
n
-


d
a
r
i

a
l
i
r
a
n

l
i
s
t
r
i
k

d
i

a
i
r
)
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

%
B
N
Q
B
L

C
B
O
K
J
S
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

.
F
O
V
O
K
V
L
L
B
O

U
F
N
Q
B
U



t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n

k
e
t
i
k
a



t
e
r
j
a
d
i

b
a
n
j
i
r
t

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

M
P
L
B
T
J



e
v
a
k
u
a
s
i

j
i
k
a

t
e
r
j
a
d
i

b
a
n
j
i
r
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

.
F
O
D
B
S
J

M
P
L
B
T
J

Q
F
O
Z
F
M
B
N
B
U



a
n

d
i
r
i

y
a
n
g

t
e
r
d
e
k
a
t
t

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

D
B
S
B

N
F
L
B
O
J
T
N
F

N
F
O
Z
F
M
B



m
a
t
a
k
a
n

d
i
r
i

s
a
a
t

b
a
n
j
i
r
t

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

D
B
S
B

N
F
O
P
M
P
O
H

F
W
B
L
V
B
T
J

L
F
M
V
B
S
H
B

L
P
S
C
B
O



k
e
t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
t

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

D
B
S
B

D
B
S
B



m
e
n
j
a
g
a

k
e
s
e
l
a
m
a
t
a
n

d
i

a
i
r
V
I
d
.

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
(
2
)
(
1
)
(
3
)
(
4
)
(
5
)
(
6
)
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


P
e
n
g
e
r
t
l
a
n

b
a
n
[
l
r


1
e
n
l
s
-
[
e
n
l
s

b
a
n
[
l
r


P
e
t
a

d
a
e
r
a
h

b
a
n
[
l
r


P
e
n
y
e
b
a
b

b
a
n
[
l
r


T
a
n
d
a
-
t
a
n
d
a

t
e
r
[
a
d
l
n
y
a



b
a
n
[
l
r


P
e
n
c
e
g
a
h
a
n

b
e
n
c
a
n
a



b
a
n
[
l
r
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


P
r
o
s
e
s

t
e
r
[
a
d
l
n
y
a

b
a
n
[
l
r


M
e
k
a
n
l
s
m
e

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
-


a
n

o
l
e
h

l
n
d
l
v
l
d
u
,

m
a
s
y
a
-


r
a
k
a
t

d
a
n

p
e
m
e
r
l
n
t
a
h


T
l
n
d
a
k
a
n

p
a
d
a

s
a
a
t

b
a
n
[
l
r



t
e
r
[
a
d
l

(
m
e
n
c
a
r
l

t
e
m
p
a
t



y
a
n
g

l
e
b
l
h

t
l
n
g
g
l
,

t
l
d
a
k



b
e
r
m
a
l
n

d
l

a
l
r

d
e
r
a
s
,



m
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

a
l
l
r
a
n

l
l
s
t
r
l
k



d
l

a
l
r
)
S
e
s
u
d
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
l
7


D
a
m
p
a
k

b
a
n
[
r
l
8


T
r
a
u
m
a

h
e
a
l
l
n
g
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a

B
a
n
j
i
r


M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

p
e
n
g
e
r
t
l
a
n
,


M
e
n
y
e
b
u
t
k
a
n

[
e
n
l
s
-
[
e
n
l
s

b
a
n
[
l
r


M
e
n
y
e
b
u
t
k
a
n

t
e
m
p
a
t
-
t
a
m
p
a
t

y
a
n
g



a
m
a
n

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r


M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n


p
e
n
y
e
b
a
b
,


M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n


b
e
n
d
a
-

b
e
n
d
a

y
a
n
g

|


b
e
r
g
u
n
a

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r


M
e
m
b
u
a
t

[
a
l
u
r

e
v
a
k
u
a
s
l

[
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l



b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r


M
e
m
p
r
a
k
t
e
k
k
a
n

(
s
l
m
u
l
a
s
l
)

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
-


a
n

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l

k
e
t
l
k
a


t
e
r
[
a
d
l



b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r


M
e
l
a
k
u
k
a
n

k
e
r
[
a

b
a
k
t
l

m
e
m
b
e
r
s
l
h
k
a
n



s
a
l
u
r
a
n

a
l
r
T
i
n
d
a
k
a
n

S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
c
a
r
l

l
o
k
a
s
l

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l

y
a
n
g



t
e
r
d
e
k
a
t

d
a
n

a
m
a
n


M
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

t
e
m
t
a
p
t

y
a
n
g

b
e
r
b
a
h
a
y
a



k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r


M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

c
a
r
a
/
m
e
k
a
n
l
s
m
e

m
e
n
y
e
-



l
a
m
a
t
k
a
n

d
l
r
l

s
a
a
t

b
a
n
[
l
r


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

c
a
r
a

m
e
n
o
l
o
n
g
/


L
v
a
k
u
a
s
l

k
e
l
u
a
r
g
a
/
K
o
r
b
a
n

k
e
t
e
m
p
a
t



y
a
n
g

a
m
a
n


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
/
m
e
m
a
n
f
a
a
t
k
a
n

b
e
n
d
a
-


b
e
n
d
a

y
a
n
g

b
e
r
g
u
n
a

k
e
t
l
k
a

t
e
r
[
a
d
l



b
a
n
[
l
r

u
t
k

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
l
r
l


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

c
a
r
a

m
e
n
g
a
m
a
n
k
a
n



b
a
r
a
n
g
-
b
a
r
a
n
g

b
e
r
h
a
r
g
a

d
a
n

d
o
k
u
m
e
n



p
e
n
t
l
n
g

k
e

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

a
m
a
n
T
i
n
d
a
k
a
n

S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
a
n
j
i
r


M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

c
a
r
a

m
e
n
[
a
g
a

k
e
s
e
h
a
t
a
n
l
.
l

M
e
m
b
u
a
t

g
a
m
b
a
r
/
d
e
n
a
h

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

p
e
n
[
e
l
a
s
a
n

y
a
n
g








d
l
d
e
n
g
a
r
l
.
2

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

k
e
m
b
a
l
l

s
e
c
a
r
a

l
l
s
a
n

a
t
a
u

t
u
l
l
s

p
e
n
[
e
l
a
s
a
n








t
e
n
t
a
n
g

s
l
m
b
o
l

d
a
e
r
a
h
/
l
a
m
b
a
n
g

k
o
r
p
s
2
.
l

M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

t
e
m
p
a
t

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

d
e
n
a
h








a
t
a
u

g
a
m
b
a
r

d
e
n
g
a
n

k
a
l
l
m
a
t

y
a
n
g

r
u
n
t
u
t
2
.
2

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

p
e
t
u
n
[
u
k

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

s
u
a
t
u

a
l
a
t








d
e
n
g
a
n

b
a
h
a
s
a

y
a
n
g

b
a
l
k

d
a
n

b
e
n
a
r
3
.
l

M
e
n
e
m
u
k
a
n

p
l
k
l
r
a
n

p
o
k
o
k

t
e
k
s

a
g
a
k

p
a
n
[
a
n
g








(
l
5
0
-
2
0
0

k
a
t
a
)

d
e
n
g
a
n

c
a
r
a

m
e
m
b
a
c
a

s
e
k
l
l
a
s

3
.
2

M
e
l
a
k
u
k
a
n

s
e
s
u
a
t
u

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

p
e
t
u
n
[
u
k

p
e
m
a
k
a
l
a
n








y
a
n
g

d
l
b
a
c
a

3
.
3

M
e
n
e
m
u
k
a
n

m
a
k
n
a

d
a
n

l
n
f
o
r
m
a
s
l

s
e
c
a
r
a

t
e
p
a
t








d
a
l
a
m

k
a
m
u
s
/
e
n
s
l
k
l
o
p
e
d
l



m
e
l
a
l
u
l

m
e
m
b
a
c
a

m
e
m
l
n
d
a
l
4
.
l

M
e
l
e
n
g
k
a
p
l

p
e
r
c
a
k
a
p
a
n

y
a
n
g

b
e
l
u
m

s
e
l
e
s
a
l

d
e
n
g
a
n








m
e
m
p
e
r
h
a
t
l
k
a
n

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

e
[
a
a
n

(
t
a
n
d
a

t
l
t
l
k

d
u
a
,

d
a
n








t
a
n
d
a

p
e
t
l
k
)
4
.
2

M
e
n
u
l
l
s

p
e
t
u
n
[
u
k

u
n
t
u
k

m
e
l
a
k
u
k
a
n

s
e
s
u
a
t
u

a
t
a
u








p
e
n
[
e
l
a
s
a
n

t
e
n
t
a
n
g

c
a
r
a

m
e
m
b
u
a
t

s
e
s
u
a
t
u
4
.
3

M
e
l
e
n
g
k
a
p
l

b
a
g
l
a
n

c
e
r
l
t
a

y
a
n
g

h
l
l
a
n
g

(
r
u
m
p
a
n
g
)








d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

k
a
t
a
/
k
a
l
l
m
a
t

y
a
n
g

t
e
p
a
t








s
e
h
l
n
g
g
a

m
e
n
[
a
d
l

c
e
r
l
t
a

y
a
n
g

p
a
d
u
4
.
4

M
e
n
u
l
l
s

s
u
r
a
t

u
n
t
u
k

t
e
m
a
n

s
e
b
a
y
a

t
e
n
t
a
n
g

p
e
n
g
a
l
a
m
a
n








a
t
a
u

c
l
t
a
-
c
l
t
a

d
e
n
g
a
n

b
a
h
a
s
a

y
a
n
g

b
a
l
k

d
a
n

b
e
n
a
r

d
a
n








m
e
m
p
e
r
h
a
t
l
k
a
n

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

e
[
a
a
n

(
h
u
r
u
f

b
e
s
a
r
,

t
a
n
d
a








t
l
t
l
k
,

t
a
n
d
a

k
o
m
a
,

d
l
l
.
)
5
.
l

M
e
n
y
a
m
p
a
l
k
a
n

k
e
m
b
a
l
l

l
s
l

p
e
n
g
u
m
u
m
a
n

y
a
n
g

d
l
b
a
c
a
k
a
n
5
.
2

M
e
n
l
r
u
k
a
n

p
e
m
b
a
c
a
a
n

p
a
n
t
u
n

a
n
a
k

d
e
n
g
a
n

l
a
f
a
l








d
a
n

l
n
t
o
n
a
s
l

y
a
n
g

t
e
p
a
t


6
.
l

8
e
r
b
a
l
a
s

p
a
n
t
u
n

d
e
n
g
a
n

l
a
f
a
l

d
a
n

l
n
t
o
n
a
s
l

y
a
n
g

t
e
p
a
t
6
.
2

M
e
n
y
a
m
p
a
l
k
a
n

p
e
s
a
n

y
a
n
g

d
l
t
e
r
l
m
a

m
e
l
a
l
u
l








t
e
l
e
p
o
n

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

l
s
l

p
e
s
a
n
7
.
l

M
e
n
e
m
u
k
a
n

k
a
l
l
m
a
t

u
t
a
m
a

p
a
d
a

t
l
a
p

p
a
r
a
g
r
a
f

m
e
l
a
l
u
l








m
e
m
b
a
c
a

l
n
t
e
n
s
l
f




7
.
2

M
e
m
b
a
c
a

n
y
a
r
l
n
g

s
u
a
t
u

p
e
n
g
u
m
u
m
a
n

d
e
n
g
a
n

l
a
f
a
l

d
a
n








l
n
t
o
n
a
s
l

y
a
n
g

t
e
p
a
t

7
.
3

M
e
m
b
a
c
a

p
a
n
t
u
n

a
n
a
k

s
e
c
a
r
a

b
e
r
b
a
l
a
s
a
n

d
e
n
g
a
n








l
a
f
a
l

d
a
n

l
n
t
o
n
a
s
l

y
a
n
g

t
e
p
a
t
8
.
l

M
e
n
y
u
s
u
n


k
a
r
a
n
g
a
n

t
e
n
t
a
n
g

b
e
r
b
a
g
a
l

t
o
p
l
k

s
e
d
e
r
h
a
n
a








d
e
n
g
a
n

m
e
m
p
e
r
h
a
t
l
k
a
n

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

e
[
a
a
n

(
h
u
r
u
f

b
e
s
a
r
,








t
a
n
d
a

t
l
t
l
k
,

t
a
n
d
a

k
o
m
a
,

d
l
l
.
)

8
.
2

M
e
n
u
l
l
s

p
e
n
g
u
m
u
m
a
n

d
e
n
g
a
n

b
a
h
a
s
a

y
a
n
g

b
a
l
k

d
a
n








b
e
n
a
r

s
e
r
t
a

m
e
m
p
e
r
h
a
t
l
k
a
n

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

e
[
a
a
n

8
.
3

M
e
m
b
u
a
t

p
a
n
t
u
n

a
n
a
k

y
a
n
g

m
e
n
a
r
l
k

t
e
n
t
a
n
g

b
e
r
b
a
g
a
l








t
e
m
a

(
p
e
r
s
a
h
a
b
a
t
a
n
,

k
e
t
e
k
u
n
a
n
,

k
e
p
a
t
u
h
a
n
,

d
l
l
.
)

s
e
s
u
a
l








d
e
n
g
a
n

c
l
r
l
-
c
l
r
l

p
a
n
t
u
n
B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
e
n
d
e
n
g
a
r
k
a
n
M
e
n
d
e
n
g
a
r
k
a
n

p
e
n
[
e
l
a
s
a
n

t
e
n
t
a
n
g

p
e
t
u
n
[
u
k

d
e
n
a
h

d
a
n

s
l
m
b
o
l

d
a
e
r
a
h
/
l
a
m
b
a
n
g

k
o
r
p
s


B
e
r
b
i
c
a
r
a
M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

s
e
c
a
r
a

l
l
s
a
n

t
e
m
p
a
t

s
e
s
u
a
l

d
e
n
a
h

d
a
n

p
e
t
u
n
[
u
k

p
e
n
g
-
g
u
n
a
a
n

s
u
a
t
u

a
l
a
t
M
e
m
b
a
c
a
M
e
m
a
h
a
m
l

t
e
k
s

a
g
a
k

p
a
n
[
a
n
g

(
l
5
0
-
2
0
0

k
a
t
a
)
,

p
e
t
u
n
[
u
k

p
e
m
a
k
a
l
a
n
,

m
a
k
n
a

k
a
t
a

d
a
l
a
m

k
a
m
u
s
/
e
n
s
l
k
l
o
p
e
d
l

M
e
n
u
l
i
s
M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

p
l
k
l
r
a
n
,

p
e
r
a
s
a
a
n
,

d
a
n

l
n
f
o
r
m
a
s
l

s
e
c
a
r
a

t
e
r
t
u
l
l
s

d
a
l
a
m

b
e
n
t
u
k

p
e
r
c
a
k
a
p
a
n
,


p
e
t
u
n
[
u
k
,

c
e
r
l
t
a
,

d
a
n

s
u
r
a
t
I
V
/
1
K
L
S
/
S
M
T
M
A
T
E
R
I
P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
(
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N

P
R
B
)
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
T
A
N
D
A
R
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

(
S
K
)

K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R

(
K
D
)

T
a
b
e
l

5
.
5

T
a
b
e
l

P
e
m
e
t
a
a
n

S
K
-
K
D

k
e

d
a
l
a
m

m
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n

B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
51
5.1.3. Penyusunan Silabus Integrasi
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/ tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar.
Di dalam menyusun silabus, haruslah memperhatikan beberapa prinsip antara
lain:
1. Ilmiah adalah : Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan
dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan (dikaitkan dengan PRB tsunami).
2. Relevan adalah : Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fsik,
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik (contoh: peserta
didik di Sekolah Dasar mendapat materi tentang bencana tsunami relevan
dengan tingkat kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian di
SD).
3. Sistematis adalah: Komponen-komponen silabus saling berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi (dikaitkan juga PRB
tsunami)
4. Konsisten adalah: Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas)
antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian (yang mampu menilai
materi PRB tsunami).
5. Memadai adalah: Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang
pencapaian kompetensi dasar (sesuai dengan jenjang pendidikan dasar).
6. Aktual dan Konstekstual adalah: Cakupan indikator, materi pokok/
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi (terutama dikaitkan dengan
PRB tsunami).
7. Fleksibel adalah: Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi
di sekolah dan tuntutan masyarakat (misal: peserta didik yang pernah
terkena bencana tsunami tentu akan lebih mendalami materi dibandingkan
peserta didik yang belum pernah mengalaminya).
8. Menyeluruh adalah: Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah
kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). Hal ini dimungkinkan karena PRB
tsunami dapat diaplikasikan peserta didik pada saat terjadinya tsunami.
Adapun komponen silabus adalah:
1. Standar kompetensi.
2. Kompetensi dasar.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
52
3. Indikator.
4. Materi pokok/pembelajaran.
5. Kegiatan Pembelajaran (mengacu pada indikator).
6. Penilaian.
7. Alokasi waktu.
8. Sumber belajar.
Langkah-langkah pengembangan silabus sebagai berikut:
1. Mengkaji dan menentukan standar kompetensi.
2. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar.
3. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi.
4. Mengidentifkasi materi pokok/pembelajaran.
5. Mengembangkan kegiatan pembelajaran.
6. Menentukan jenis penilaian.
7. Menentukan alokasi waktu.
8. Menentukan sumber belajar.
T
a
b
e
l

5
.
6

C
o
n
t
o
h

P
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

S
i
l
a
b
u
s

M
o
d
e
l

I
n
t
e
g
r
a
s
i

P
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

R
i
s
i
k
o


B
a
n
j
i
r


k
e

d
a
l
a
m

m
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n


I
P
S
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I
D
A
S
A
R
I
N
D
I
K
A
T
O
R
M
A
T
E
R
I
P
O
K
O
K
K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
P
E
N
I
L
A
I
A
N
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R
B
E
L
A
J
A
R
2
.
1

M
e
n
d
e
s
k
r
i
p
-







s
i
k
a
n

g
e
j
a
l
a








(
p
e
r
i
s
t
i
w
a
)








a
l
a
m








y
a
n
g

t
e
r
j
a
d
i








d
i








I
n
d
o
n
e
s
i
a








d
a
n

n
e
g
a
r
a








t
e
t
a
n
g
g
a
-

M
e
n
g
u
r
a
l
k
a
n

p
e
n
g
e
r
t
l
a
n



b
a
n
j
i
r

d
a
n

c
o
n
t
o
h

p
e
r
i
s
t
i
w
a



y
a
n
g

p
e
r
n
a
h

t
e
r
j
a
d
i
-

M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

d
a
e
r
a
h



r
a
w
a
n

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

p
e
n
y
e
b
a
b



t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

t
a
n
d
a
-
t
a
n
d
a



t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

p
r
o
s
e
s



t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

d
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

u
p
a
y
a



m
e
n
g
u
r
a
n
g
l

r
l
s
l
k
o

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

t
l
n
d
a
k
a
n
-
t
l
n
d
a
k
-


a
n

s
e
b
e
l
u
m
,

s
a
a
t
.

d
a
n



s
e
s
u
d
a
h

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
m
b
e
r
l
k
a
n

c
o
n
t
o
h



p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

j
i
k
a

t
e
r
j
a
d
i



b
a
n
j
i
r
B
a
n
j
i
r
-

M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

p
e
n
g
e
r
t
l
a
n

b
a
n
[
l
r



d
a
n

c
o
n
t
o
h

p
e
r
i
s
t
i
w
a

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

d
a
e
r
a
h

r
a
w
a
n



b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r

d
e
n
g
a
n



m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
t
a
-

M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

p
e
n
y
e
b
a
b

t
e
r
[
a
d
l
-


n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

t
a
n
d
a
-
t
a
n
d
a



t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

p
r
o
s
e
s

t
e
r
[
a
d
l
n
y
a



b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
c
a
r
l

l
n
f
o
r
m
a
s
l

m
e
l
a
l
u
l

b
e
r
b
a
g
a
l



s
u
m
b
e
r

d
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
g
a
m
a
t
l

m
e
d
l
a

m
l
t
l
g
a
s
l



b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
s
l
m
u
l
a
s
l
k
a
n

u
p
a
y
a



p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

j
i
k
a

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

T
e
s
-

N
o
n

T
e
s
6

x

3
5
m
e
n
i
t
-

P
e
t
a
/
A
t
l
a
s

|
n
d
o
n
e
s
l
a
-

G
a
m
b
a
r

t
e
n
t
a
n
g



b
e
n
c
a
n
a

t
s
u
n
a
m
l
-

8
u
k
u

|
P
S

k
e
l
a
s

v
|



s
e
m
e
s
t
e
r

2
-

M
a
[
a
l
a
h
/
k
o
r
a
n
/
m
e
d
l
a



e
l
e
k
t
r
o
n
i
k
-

P
e
n
g
a
l
a
m
a
n

a
n
a
k



d
a
n

g
u
r
u
e
.

C
o
n
t
o
h

S
i
l
a
b
u
s
C
o
n
t
o
h

l
:

M
a
t
a

P
e
l
a
[
a
r
a
n

|
P
S










S
|
L
A
8
U
S
M
a
t
a

P
e
l
a
[
a
r
a
n


:

|
L
M
U

P
L
N
G
L
T
A
H
U
A
N

S
O
S
|
A
L
K
e
l
a
s
/
S
e
m
e
s
t
e
r


:

v
|
/
l
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
l

:

2
.

M
e
m
a
h
a
m
l

g
e
[
a
l
a

a
l
a
m

y
a
n
g

t
e
r
[
a
d
l

d
l

|
n
d
o
n
e
s
l
a

d
a
n

s
e
k
l
t
a
r
n
y
a
T
a
b
e
l

5
.
7

C
o
n
t
o
h

P
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

S
i
l
a
b
u
s

M
o
d
e
l

I
n
t
e
g
r
a
s
i

P
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

R
i
s
i
k
o


B
a
n
j
i
r


k
e

d
a
l
a
m

m
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n


I
P
A
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I
D
A
S
A
R
I
N
D
I
K
A
T
O
R
M
A
T
E
R
I
P
O
K
O
K
K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
P
E
N
I
L
A
I
A
N
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R
B
E
L
A
J
A
R
7
.
6

M
e
n
g
i
d
e
n
t
i

-






k
a
s
i

p
e
r
i
s
t
i
w
a








a
l
a
m

y
a
n
g







t
e
r
j
a
d
i

d
i







I
n
d
o
n
e
s
i
a







d
a
n

d
a
m
p
a
k
-






n
y
a

b
a
g
i






m
a
k
h
l
u
k







h
i
d
u
p

d
a
n







l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
-

M
e
n
u
l
l
s
k
a
n

[
e
n
l
s
-
[
e
n
l
s



b
a
n
j
i
r

-

M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

t
e
m
p
a
t
-


t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

b
e
r
b
a
h
a
y
a



k
e
t
i
k
a

t
e
r
j
a
d
i

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
y
e
b
u
t
k
a
n

p
e
n
y
e
b
a
b



t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
B
a
n
j
i
r
-

M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

p
e
n
g
e
r
t
l
a
n



b
a
n
j
i
r

d
a
n

c
o
n
t
o
h

p
e
r
i
s
t
i
w
a



b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

d
a
e
r
a
h



r
a
w
a
n

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r



d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
t
a
-

M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

p
e
n
y
e
b
a
b



t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

p
r
o
s
e
s



t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
c
a
r
l

l
n
f
o
r
m
a
s
l

m
e
l
a
l
u
l



b
e
r
b
a
g
a
i

s
u
m
b
e
r

d
a
m
p
a
k



b
a
n
j
i
r
-

T
e
s
-

N
o
n

T
e
s
4

x

3
5
m
e
n
i
t
-

G
a
m
b
a
r

t
e
n
t
a
n
g



b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
-

8
u
k
u

|
P
A
,


M
a
[
a
l
a
h
/


k
o
r
a
n
/
m
e
d
l
a



e
l
e
k
t
r
o
n
i
k
C
o
n
t
o
h

2
:

M
a
t
a

P
e
l
a
[
a
r
a
n

|
P
A










S
|
L
A
8
U
S
M
a
t
a

P
e
l
a
[
a
r
a
n


:

|
L
M
U

P
L
N
G
L
T
A
H
U
A
N

A
L
A
M
K
e
l
a
s
/
S
e
m
e
s
t
e
r


:

v
|
/
l
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i

:
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
55
5.1.4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar. RPP paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang
meliputi 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau
lebih.
Dalam menyusun RPP yang akan diintegrasikan tentang bencana banjir perlu
memperhatikan beberapa hal, antara lain:
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik (misal: peserta didik
yang telah mengerti tentang banjir dan yang belum).
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik (contoh: peserta didik diajak
untuk memecahkan masalah apabila terjadinya bencana banjir).
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis yang berkaitan dengan
bencana banjir.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut dikaitkan dengan bencana
banjir.
5. Keterkaitan dan keterpaduan antara materi bencana banjir dengan
indikator pencapaiannya.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi (missal: gambar-gambar
dan informasi dari Internet mengenai banjir).
Langkah-langkah menyusun RPP yang mengintegrasikan PRB Banjir:
1. Mengisi kolom identitas.
2. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan.
3. Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan (terdapat pada
silabus yang telah disusun).
4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang
telah ditentukan. (Lebih rinci dari KD dan Indikator, pada saat-saat tertentu
rumusan indikator sama dengan tujuan pembelajaran, karena indikator
sudah sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi).
5. Mengidentifkasi materi ajar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang
terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/
pembelajaran dikaitkan dengan PRB banjir.
6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.
7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan
awal, inti, dan akhir dikaitkan dengan PRB banjir.
8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan sesuai dengan
PRB banjir.
9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik
penskoran, dll sesuai dengan PRB banjir.
Dibawah ini akan merupakan contoh penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
56
Kotak 5.1: Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi
Pengurangan Risiko Banjir pada mata pelajaran IPS
Contoh Rencana Pembelajaran
Contoh 1 : Mata Pelajaran IPS,
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Kelas/Semester : V1/1I
Topik : Banjir
Waktu : 6 X 35 menit
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
2. Memahami gejala alam yang terjadi
di Indonesia dan sekitarnya
2.1 Mendeskripsikan gejala (peristiwa)
alam yang terjadi di Indonesia dan
negara tetangga
Indikator
1. Menguraikan pengertian banjir dan contoh peristiwa banjir
2. Mengidentifkasi daerah rawan bencana banjir
3. Menjelaskan penyebab terjadinya banjir
4. Mendeskripsikan tanda-tanda terjadinya banjir
5. Menjelaskan proses terjadinya banjir
6 Menjelaskan dampak banjir
7. Menjelaskan upaya mengurangi risiko banjir
8. Menjelaskan tindakan-tindakan sebelum, saat, dan sesudah banjir
9. Memberikan contoh penyelamatan jika terjadi banjir
Materi Pokok :
Banjir
Alat dan Sumber Belajar
1. Gambar bencana banjir
2. Buku IPS kelas VI
3. Pengalaman guru
PERTEMUAN 1
Alat dan Sumber Belajar
1. Gambar proses terjadinya banjir
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
57
2. Buku IPS kelas VI
3. Pengalaman guru
4. Berbagai artikel/berita tentang banjir
Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan awal
1. Guru memperlihatkan beberapa gambar mengenai bencana banjir
2. Menugaskan anak untuk mengamati gambar dan meminta anak untuk
menceritakan isi gambar yang dilihatnya
Kegiatan inti
1. Siswa dan guru melakukan tanya jawab seputar bencana banjir.
Misalnya:
Apakah banjir itu?
Apa akibat yang ditimbulkan karena adanya banjir?
2. Siswa membaca teks tentnag banjr
3. Siswa mendiskusikan tentang pengertian banjir dan penyebab
terjaadinya banjir.
4. Siswa mengamati peta dan menemutunjukkan daerah-daerah yang
rawan bencana banjir
5. Siswa bersama guru membahas hasil identifkasi/temuannya.
Kegiatan akhir
Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran
Penilaian
Tes esai
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan banjir!
2. Berikan contoh peristiwa bencana banjir yang pernah terjadi!
3. Apa yang menyebabkan terjadinya banjir?
PERTEMUAN 2
Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan awal
Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali pelajaran sebelumnya
tentang penyebab terjadinya bencana banjir melalui tanya jawab.
Kegiatan inti
1. Guru menunjukkan gambar-gambar yang dapat menyebabkan
terjadinya banjir.
2. Siswa mendiskusikan proses terjadinya banjir dengan bantuan gambar.
3. Siswa mendiskusikan tanda-tanda terjadinya banjir.
4. Siswa mendiskusikan dampak dari bencana banjir yang telah diperoleh
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
58
dari berbagai sumber.
5. Berdasarkan hasil diskusi siswa mengisikan hasilnya pada table
misalnya.
JENIS
BENCANA
PENYEBAB
PROSES
TERJADINYA
TANDA-TANDA YANG
DITUNJUKKAN
DAMPAK
Kegiatan akhir
1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan belajar yang
telah dilakukan
Penilaian
Tes esai
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Jelaskan proses terjadinya banjir!
2. Sebutkan tanda-tanda banjir!
3. Jelaskan dampak banjir!
5.1.5. Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru/instruktur
untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar
adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud
bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis
baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar.
Sedangkan fungsi bahan ajar adalah :
1. Pedoman bagi guru.
2. Pedoman bagi siswa.
3. Alat evaluasi.
Tujuannya adalah:
1. Membantu siswa.
2. Memberikan banyak pilihan.
3. Memudahkan guru
4. Lebih menarik
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
59
Langkah-langkah menyusun bahan ajar yang mengintegrasikan PRB
banjir
1. Memahami teknik penyusunan bahan ajar
2. Mengidentifkasi materi pembelajaran tentang PRB banjir
3. Menganalisis kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan materi PRB
banjir
4. Menyusun silabus dan rpp yang mengintegrasikan materi PRB banjir
5. Menyusun bahan ajar yang mengintegrasikan materi PRB banjir
Contoh Bahan Ajar
Kotak 5.2: Contoh Model Bahan Ajar Integrasi Pengurangan
Risiko Banjir pada Mata Pelajaran
(Sumber: Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar,Terintegrasi Materi Bencana
dan Kesiapsiagaan Bencana Di Sekolah Dasar)
Kegiatan 1
Bacalah teks berikut ini dengan teliti!
Bencana Banjir Dan Penyebabnya
Hujan adalah salah satu peristiwa alam sebagai karunia Allah yang sangat
dibutuhkan makhluknya, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Proses
turunnya hujan menurut ilmu pengetahuan adalah butir-butir air laut yang
mengkristal kemudian turun ke bumi, lalu kemudian disebut sebagai hujan.
Namun, adakalanya hujan yang turun berlebihan akan menjadi masalah bagi
manusia, yaitu terjadi banjir yang dapat menyengsarakan.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
60
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda beberapa
daerah di Negara Indonesia. Tidak ada seorang manusia pun yang menginginkan
bencana itu. Tetapi kalau sudah terjadi seolah-olah kita tidak dapat berbuat
apa-apa. Banjir, ada yang menyebutnya air bah, adalah meluapnya aliran
sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan
menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah disekitarnya.
Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat
akibat hujan besar, peluapan air sungai, pecahnya bendungan sungai atau
akibat badai tropis. Kejadian banjir sebetulnya merupakan hasil interaksi antara
manusia dan alam yang keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Agama Islam melalui Surat Ar-Ruum (030): 41 menekankan tentang hubungan
manusia dengan lingkungannya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan oleh perbuatan
tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar). (Erik Teguh Primiantoro)
Tugas
Buatlah karangan singkat tentang peristiwa banjir. Kemukakan mengenai
antara lain: apakah kamu pernah mengalami peristiwa kebanjiran? Bagaimana
menurutmu, peristiwa itu menyenangkan atau menyedihkan? Mengapa
demikian? Apa yang kamu lakukan saat mengalami peristiwa itu?
Tahukah kalian sebab terjadinya banjir? Telah kita ketahui bahwa banjir akan
menyengsarakan kita semua. Maka kita perlu mengetahui penyebab terjadinya
banjir. Di bawah ini dipaparkan penyebab berbagai penyebab banjir antara
lain :
1. Curah hujan yang sangat tinggi yang tidak diimbangi dengan daya
tampung air di permukaan daratan untuk menyerap air;
2. Adanya perusakan lingkungan berupa penggundulan hutan;
3. Kerusakan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) dimana daya tampung
palung sungai menjadi kecil;
4. Saluran air yang tidak berfungsi dengan baik, karena banyak yang
tersumbat, ditutup, atau dicaplok menjadi lahan rumah sehingga aliran
air menjadi tersumbat atau tidak lancar;
5. Tanah yang mempunyai daya serapan air yang buruk, karena adanya
permukaan tanah yang tertutup / ditutup untuk digunakan sebagai areal
pemukiman;
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
61
Buruknya penanganan sampah kota
PENDANGKALAN AKIBAT SAMPAH DI SUNGAI (SUNGAI WINONGO, YOGYAKARTA)
( sumber: sebab banjir terus-menerus di indonesia oleh dr.-ing. Ir. Agus maryono)
Gelombang besar / Tsunami akibat gempa bumi menyebabkan banjir pada
daerah pesisir pantai pada wilayah tertentu di tanah air;
Tugas
Amati tabel curah hujan di atas dan buatlah grafk dari data tersebut.
Kegiatan 2
Bacalah teks di bawah ini dan kerjakan tugasnya
Jenis banjir dan dampaknya
Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia Bagian Barat yang menerima
curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian
Timur. Carilah pada peta wilayah apa saja yang menerima curah hujan lebih
banyak dan yang sedikit curah hujannya.
Penebangan hutan yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan peningkatan
aliran air sehingga tidak terkendali. Akibatnya, terjadi kerusakan lingkungan
di daerah aliran sungai yang mengakibatkan adanya bencana banjir. Telah
terjadi beberapa kejadian banjir misalnya di Kecamatan Bahorok dan Langkat
(Sumatra Utara) pada tahun 2003, Kecamatan Ayah di Kabupaten Kebumen
(Jawa Tengah), dan Aceh Tamiang pada akhir tahun 2006.
Tahukah kalian jenis-jenis banjir? Banjir dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu:
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
62
1. Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah
hujan berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang
menyebabkan debit sungai naik secara cepat. Contoh banjir bandang adalah
di Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Banjir itu terjadi
pada tanggal 2 November 2003 dengan dengan korban jiwa sebanyak 151
jiwa dan korban hilang mencapai 101 jiwa.
2. Banjir Hujan Ekstrim: Banjir ini biasanya terjadi hanya dalam waktu 6 jam
sesudah hujan lebat mulai turun. Biasanya banjir ini ditandai dengan
banyaknya awan yang menggumpal di angkasa serta kilat atau petir yang
keras dan disertai dengan badai tropis atau cuaca dingin. Umumnya banjir
ini akibat meluapnya air hujan yang sangat deras, khususnya bila tanah
bantaran sungai rapuh dan tak mampu menahan cukup banyak air. nya
antara lain adalah:
kegagalan bendungan menahan volume air (debit) yang meningkat,
es yang tiba-tiba meleleh atau,
berbagai perubahan besar lainnya di hulu sungai.
Kerawanan terhadap banjir kilat akan meningkat bila wilayah itu merupakan
lereng curam, sungai dangkal dan pertambahan volume air jauh lebih besar
daripada yang tertampung, air mengalir melalui lembah-lembah sempit
dan bila hujan guntur terjadi.
3. Banjir luapan sungai atau kiriman: Jenis banjir ini biasanya berlangsung
dalam waktu lama dan sama sekali tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca
pada waktu banjir melanda dataran sebab peristiwa alam yang memicunya
telah terjadi berminggu-minggu sebelumnya. Data sejarah banjir luapan
sungai yang melanda kota-kota di lembah utama membuktikan bahwa
tindakan-tindakan perlindungan tidak bisa diandalkan, akibat beraneka-
ragamnya sumber banjir, yang bukan hanya dari induk sungai melainkan juga
dari anakanak sungai. Di bawah ini adalah gambar tentang Pemukiman di
sempadan sungai, bahaya pada saat banjir bandang. Kabupaten Bantaeng,
Sulawesi Selatan.
Jenis banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama. Datangnya banjir
dapat mendadak. Banjir luapan sungai ini kebanyakan bersifat musiman
atau tahunan dan bisa berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-
minggu tanpa berhenti. Jenis banjir ini terjadi sepanjang sungai dan anak-
anak sungainya dan membanjiri wilayah luas. dan mendorong peluapan
air lembah-lembah sungai yang mandiri (yang bukan merupakan anak
sungainya) banjir yang meluap dari sungai-sungai selain induk sungai.
Banjir bandang. Banjir bandang umumnya Dari sekian banyak kejadian,
sebagian besar diawali oleh adanya longsoran di bagian hulu sungai.
Kemudian, material longsoran dan pohon-pohon menyumbat sungai
dan menimbulkan bendung-bendung alami. Selanjutnya, bendung alami
tersebut ambrol/roboh dan mendatangkan air bah dalam volume besar
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
63
dalam waktu yang sangat singkat. Banjir bandang dengan debit puncak
tinggi disertai aliran kayu-kayuan dan butu-batuan yang terjadi dengan
kecepatan tinggi dan waktu relatif singkat, kembali menggoncang persada
Indonesia. Kejadian ini dapat dirunut kembali secara berturut-turut; Pacet
2001 Jawa Timur, Bahorok 2003 dan Kutacane 2004 di Sumatra Utara,
Jember 2005 Jawa Timur, Sinjai 2006 Sulawesi Selatan dan Gorontalo 2006
Sulawesi Utara, dan terakhir adalah banjir bandang di Aceh dan Langkat
Sumut tahun 2006 yang sangat memilukan hati.
4. Banjir pantai ( ROB ): Banjir yang disebabkan angin puyuh laut atau taifun
dan gelombang pasang air laut.
5. Banjir hulu: Banjir yang terjadi di wilayah sempit, kecepatan air tinggi, dan
berlangsung cepat dan jumlah air sedikit.
Menurutmu apakah dampak atau akibat dari banjir? Amatilah gambar di bawah
ini. Gambar di bawah ini menggambarkan dampak akibat adanya bencana
banjir.
Nah, sekarang amatilah keempat gambar di bawah ini. Pilihlah satu gambar
dan ungkapkanlah apa isi gambar tersebut, dan penyebab dari persoalan yang
tergambar pada gambar
298 x 225 - 19k-jpg
202.146.4.17
banjir seperti
1024 x 679 - 169k-jpg
dedenfaoz.wordpress.com
peaceandcat.blogsome.com
indoalert.blogspot.com
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
64
298 x 225 - 19k-jpg
202.146.4.17
banjir seperti
1024 x 679 - 169k-jpg
dedenfaoz.wordpress.com
peaceandcat.blogsome.com
indoalert.blogspot.com
Berdasarkan gambar di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini
1. Gambar di atas menceritakan peristiwa .....
2. Akibat peristiwa bencana sesuai dengan gambar adalah .....
3. Penyebab terjadinya bencana sesuai gambar yaitu .....
4. Usaha yang dapat dilakukan saat terjadi peristiwa sesuai gambar adalah .....
5. Usaha yang dapat dilakukan setelah peristiwa terjadi adalah .....
6. Saran yang tepat untuk peristiwa seperti gambar di atas adalah .....
7. Pendapatmu mengenai bencana yang terdapat pada gambar adalah
8. Pertanyaan yang dapat kamu ajukan sesuai dengan gambar adalah .....
9. Jika teman kamu mengalami peristiwa seperti pada gambar di atas, yang
dapat kamu lakukan adalah .....
Kegiatan 3
Usaha mencegah banjir
Banjir dan permasalahannya mengakibatkan kerugian. Dalam kondisi
demikian manusia tidak mungkin lagi dapat menghindari timbulnya
sebagai akibat dari bencana banjir yang terjadi. Upaya yang mungkin
dilakukan adalah mengurangi dampak kerugian dan kerusakan yang
ditimbulkan oleh bencana tersebut. Untuk mencegah atau mengurangi
datangnya bencana banjir, maka perlu dilakukan beberapa usaha antisipasi
bencana banjir. Usaha itu antara lain adalah :
1. Merehabilitasi setu yang ada sebagai penampung air hujan.
2. Membuat bendungan atau danau buatan.
3. Membuat resapan air di pekarangan rumah atau perkantoran.
4. Perbaikan sistem DAS, meningkatkan jumlah dan kualitas vegetasi
penutup tanah maupun daya tampung jaringan hidrologi DAS. Caranya
antara lain dengan menanami kembali kawasan DAS dengan tanaman
yang akarnya mampu meretensi air dan melakukan perbaikan bila
terdapat penyempitan saluran air atau jaringan hidrologi.
5. Membentuk satuan khusus untuk melaksanakan program pencegahan
banjir yang terdiri dari berbagai komponen masyarakat, mulai dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat bahu membahu.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
65
6. Meningkatkan akan kesadaran lingkungan, yaitu mempelajari jenis
intervensi yang dilakukan manusia yang merusak lingkungan sehingga
mengganggu siklus hidrologi;
7. Membangun komitmen mencegah / mengatasi banjir secara
berkesinambungan yaitu dengan tidak mengalirkan air hujan ke selokan,
tetapi diresap ke dalam tanah atau ke dalam sumur resapan.
8. Pemberdayaan masyarakat dengan penyuluhan, kampanye, dan
bimbingan tentang cinta lingkungan secara berkesinambungan,
diintensifkan sebagai program pembangunan pemerintah daerah.
9. Mengembangkan kembali bangunan rumah panggung untuk masyarakat
yang tinggal di daerah yang searing ada bencana banjir.
10. Memberikan peringatan dini banjir yang dapat dilakukan beberapa hari
sampai satu hari sebelum terjadi dengan menginformasikan pada instansi
terkait. Dalam hal ini dapat digunakan radar hujan yang bisa memprediksi
curah hujan sesaat, sebagai bagian dalam sistem peringatan dini banjir.
Alat ini dapat memprediksi intensitas dan lamanya hujan yang akan
terjadi hingga H minus 4.
Tuliskan langkah-langkah penanggulangan yang dapat dilakukan untuk
menghindari peristiwa banjir
Tindakan-tindakan sebelum, saat, dan sesudah bencana banjir
Banyaknya korban dalam suatu kejadian bencana banjir, baik jiwa maupun
harta benda, menggambarkan kurangnya kesiapan dan antisipasi masyarakat
dalam menghadapi bencana. Keadaan ini berkaitan dengan kurangnya
informasi dan pengetahuan dasar mengenai gejala bencana banjir tersebut.
Untuk itu, perlu diketahui tentang hal-hal apa yang harus dilakukan sebelum,
pada saat, dan setelah terjadinya bencana banjir.
1. Sebelum terjadi bencana
Sebelum terjadi bencana kita harus sudah bisa memilih dan menentukan
beberapa lokasi yang bisa kita jadikan sebagai tempat penampungan
jika terjadi bencana.
Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan apabila
terjadi bencana banjir.
Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga tempat di mana anggota
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
66
keluarga akan berkumpul usai bencana terjadi.
Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi keperluan yang dibutuhkan
seperti: Makanan kering seperti biscuit, air minum, kotak kecil berisi obat-
obatan penting, lampu senter dan baterai cadangan, Lilin dan korek api,
kain sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan, surat berharga, fotokopi
tanda pengenal yang dimasukkan kantong plastik, serta nomor-nomor
telepon penting.
2. Saat menjelang dan saat terjadi bencana
Jangan panik!
Mengajak keluarga dan teman-teman untuk segera menyelamatkan diri
meninggalkan rumah, pantai atau daerah bahaya menuju ke tempat yang
lebih tinggi.
Menghubungi posko-posko bantuan seperti Pemda, Polisi, Rumah Sakit,
Palang Merah dan lembaga pemerintah lainnya secepat mungkin.
Bawa tas darurat yang telah disiapkan sebelumnya.
Ketika melihat air datang, segera selamatkan diri dengan berlari secepat
mungkin menuju tempat yang tinggi.
Jika terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda yang bisa mengapung
sebisanya.
3. Sesudah terjadi bencana
Menjauhi bangunan yang rusak atau pohon yang miring.
Menjauhi kabel atau instalasi listrik lainnya.
Menghindari memasuki wilayah yang rusak kecuali dinyatakan aman.
Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian menolong orang di dekat
kamu yang memerlukan bantuan.
Mencari anggota keluarga.
Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan hati-hati, jangan
menyalakan listrik kecuali telah dinyatakan aman.
Membersihkan lumpur.
Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari sumur
terbuka karena sudah terkontaminasi. Makanan yang telah terkena air
banjir harus dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.
Ikut bergotong royong mendirikan tenda darurat, mengubur jenazah dan
mengumpulkan benda-benda yang masih dapat digunakan.
KEGIATAN 1
1. Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!
Tulislah sebab-sebab terjadinya banjir!
Jelaskan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh banjir
Jelaskan cara-cara mencegah banjir!
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
67
Bagaimana sikapmu terhadap korban banjir jika kamu tidak terkena
banjir?
Bagaimana sikapmu jika melihat orang yang membuang sampah di
sungai?
2. Tugas
Buatlah kliping tentang bencana banjir di seluruh Indonesia
Bandingkan, apakah ada perbedaan antara banjir yang terjadi di Ibukota
Jakarta dengan banjir yang terjadi di daerah lain!
5.2. Pengembangan Model Muatan Lokal Pengurangan Risiko
Banjir
Pengintegrasian pendidikan kebencanaan dapat dalam bentuk muatan
local. Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam
mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang
terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan
pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap
keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Muatan lokal merupakan
mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
diselenggarakan. Ruang lingkup muatan lokal meliputi lingkup keadaan
dan kebutuhan daerah. Oleh karena itu, bagi daerah yang dekat dengan
kebencanaan banjir dapat menyelenggarakan mata pelajaran muatan lokal
yang diperlukan dan sesuai dengan kebutuhan daerah. Dalam penentuan
mata pelajaran muatan lokal ini, perlu memperhatikan pula isi atau jenis
muatan lokalnya misalnya untuk memberi pengetahuan pada anak khususnya
tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang
dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Bagi daerah yang sering
atau berkecenderungan mendapat bencana, daerah atau sekolah dapat
menentukan muatan lokal untuk mengurangi akibat bencana yaitu dengan
memberi pemahaman tentang kebencanaan tersebut.
Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani
oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara
profesional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya.
Tahap persiapan pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah
dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut::
1. Mengidentifkasi keadaan dan kebutuhan daerah (Analisis Konteks)
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
68
kebutuhan daerah yang bersangkutan. Keadaan daerah dapat ditinjau dari
potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
budaya, dan kekayaan alam.
2. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal.
Berdasarkan kajian dari beberapa sumber diperoleh berbagai jenis
kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi
muatan lokal di daerah. Untuk daerah yang terkena bencana banjir dapat
dikembangkan untuk mengurangi akibart bencana.
3. Menentukan bahan kajian muatan lokal.
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai
kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian
sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan
kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
Tersedianya sarana dan prasarana;
Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;
Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan
situasi daerah.
4. Menentukan mata pelajaran muatan lokal.
Berdasarkan hasil pengkajian dapat ditentukan jenis mata pelajaran
muatan lokal yang sesuai dengan kondisi daerah/sekolah. Misalnya mitigasi
bencana banjir. Cakupan mata pelajaran muatan local tersebut antara lain
tentang :
Memahami pengertian bencana;
Mengenai jenis-jenis bencana;
Gejala-gejala bencana;
Menanggulangi bencana;
Mengenali daerah-daerah rawan bencana di sekitarnya;
Mengenali daerah-daerah untuk penyelamatan diri jika terjadi
bencana.
C
o
n
t
o
h

5
:

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

M
u
a
t
a
n

L
o
k
a
l









S
I
L
A
B
U
S
M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n


:

K
e
l
a
s
/
S
e
m
e
s
t
e
r


:

I
V
/
1
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i

:

M
e
n
d
e
s
k
r
i
p
s
i
k
a
n

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

r
i
s
i
k
o

b
e
n
c
a
n
a

u
n
t
u
k

m
e
m
b
a
n
g
u
n

k
e
s
a
d
a
r
a
n

k
e
s
e
l
a
m
a
t
a
n

d
i
r
i

d
a
n






k
e
t
a
h
a
n
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

s
e
k
i
t
a
r
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I
D
A
S
A
R
I
N
D
I
K
A
T
O
R
M
A
T
E
R
I
P
O
K
O
K
K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
P
E
N
I
L
A
I
A
N
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R
B
E
L
A
J
A
R
M
e
n
g
i
d
e
n
t
i

k
a
s
i

d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

d
a
p
a
t

u
n
t
u
k

m
e
n
g
u
n
g
s
i
M
e
n
u
l
i
s
k
a
n

c
i
r
r
i

d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

d
a
p
a
t

d
i
g
u
n
a
k
a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
g
u
n
g
s
i
P
e
n
c
e
-
g
a
h
a
n

b
e
n
c
a
n
a
b
a
n
j
i
r
t

-
J
O
H
L
V
O
H
O

T
F
L
J
U
B
S
t

.
F
O
H
B
N
B
U
J

M
J
O
H
L
V
O
H
B
O




s
e
k
i
t
a
r

d
a
n

m
e
n
u
l
i
s
k
a
n




d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

k
e
m
u
n
g
k
i
n
a
n




t
e
r
k
e
n
a

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
t

#
F
S
E
J
T
L
V
T
J

U
F
O
U
B
O
H

D
J
S
S
J

D
J
S
J




d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

d
a
p
a
t

d
i
g
u
n
a
k
-



a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
g
u
n
g
s
i
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I
D
A
S
A
R
I
N
D
I
K
A
T
O
R
M
A
T
E
R
I
P
O
K
O
K
K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
P
E
N
I
L
A
I
A
N
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R
B
E
L
A
J
A
R
M
e
n
g
i
d
e
n
t
i

k
a
s
i

c
a
r
a

p
e
n
y
e
l
a
-
m
a
t
a
n

d
i
r
i
/
E
v
a
k
u
a
s
i
t

.
F
O
V
M
J
T
L
B
O

B
M
B
U

F
W
B
L
V
B
T
J



s
e
d
e
r
h
a
n
a

y
a
n
g

d
a
p
a
t



d
i
p
a
k
a
i

s
a
a
t

b
a
n
j
i
r
.
K
e
s
e
l
a
-
m
a
t
a
n

d
i
r
i
t

.
F
O
V
M
J
T
L
B
O

B
M
B
U

B
M
B
U

F
W
B
L
V
B
T
J



s
e
d
e
r
h
a
n
a

y
a
n
g

d
a
p
a
t



d
i
g
u
n
a
k
a
n

p
a
d
a

s
a
a
t



b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
t

#
B
I
B
O

B
K
B
S

Z
B
O
H



d
i
s
i
a
p
k
a
n

g
u
r
u
C
o
n
t
o
h

6
:

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

M
u
a
t
a
n

L
o
k
a
l









S
I
L
A
B
U
S
M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n


:
K
e
l
a
s
/
S
e
m
e
s
t
e
r


:

V
I
/
2
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i

:

M
e
n
d
e
s
k
r
i
p
s
i
k
a
n

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

r
i
s
i
k
o

b
e
n
c
a
n
a

u
n
t
u
k

m
e
m
b
a
n
g
u
n

k
e
s
a
d
a
r
a
n

k
e
s
e
l
a
m
a
t
a
n

d
i
r
i

d
a
n

k
e
t
a
h
a
n
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p






l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

s
e
k
i
t
a
r
T
a
b
e
l

5
.
8

C
o
n
t
o
h

P
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

S
i
l
a
b
u
s

M
u
a
t
a
n

L
o
k
a
l

P
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

R
i
s
i
k
o

B
a
n
j
i
r
T
a
b
e
l

5
.
9


C
o
n
t
o
h

P
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

S
i
l
a
b
u
s

M
u
a
t
a
n

L
o
k
a
l

P
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

R
i
s
i
k
o

B
a
n
j
i
r
C
o
n
t
o
h

5
:

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

M
u
a
t
a
n

L
o
k
a
l









S
I
L
A
B
U
S
M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n


:

K
e
l
a
s
/
S
e
m
e
s
t
e
r


:

I
V
/
1
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i

:

M
e
n
d
e
s
k
r
i
p
s
i
k
a
n

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

r
i
s
i
k
o

b
e
n
c
a
n
a

u
n
t
u
k

m
e
m
b
a
n
g
u
n

k
e
s
a
d
a
r
a
n

k
e
s
e
l
a
m
a
t
a
n

d
i
r
i

d
a
n






k
e
t
a
h
a
n
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

s
e
k
i
t
a
r
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I
D
A
S
A
R
I
N
D
I
K
A
T
O
R
M
A
T
E
R
I
P
O
K
O
K
K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
P
E
N
I
L
A
I
A
N
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R
B
E
L
A
J
A
R
M
e
n
g
i
d
e
n
t
i

k
a
s
i

d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

d
a
p
a
t

u
n
t
u
k

m
e
n
g
u
n
g
s
i
M
e
n
u
l
i
s
k
a
n

c
i
r
r
i

d
a
e
r
a
h

a
t
a
u

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

d
a
p
a
t

d
i
g
u
n
a
k
a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
g
u
n
g
s
i
P
e
n
c
e
-
g
a
h
a
n

b
e
n
c
a
n
a
b
a
n
j
i
r
t

-
J
O
H
L
V
O
H
O

T
F
L
J
U
B
S
t

.
F
O
H
B
N
B
U
J

M
J
O
H
L
V
O
H
B
O




s
e
k
i
t
a
r

d
a
n

m
e
n
u
l
i
s
k
a
n




d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

k
e
m
u
n
g
k
i
n
a
n




t
e
r
k
e
n
a

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
t

#
F
S
E
J
T
L
V
T
J

U
F
O
U
B
O
H

D
J
S
S
J

D
J
S
J




d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

d
a
p
a
t

d
i
g
u
n
a
k
-



a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
g
u
n
g
s
i
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I
D
A
S
A
R
I
N
D
I
K
A
T
O
R
M
A
T
E
R
I
P
O
K
O
K
K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
P
E
N
I
L
A
I
A
N
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R
B
E
L
A
J
A
R
M
e
n
g
i
d
e
n
t
i

k
a
s
i

c
a
r
a

p
e
n
y
e
l
a
-
m
a
t
a
n

d
i
r
i
/
E
v
a
k
u
a
s
i
t

.
F
O
V
M
J
T
L
B
O

B
M
B
U

F
W
B
L
V
B
T
J



s
e
d
e
r
h
a
n
a

y
a
n
g

d
a
p
a
t



d
i
p
a
k
a
i

s
a
a
t

b
a
n
j
i
r
.
K
e
s
e
l
a
-
m
a
t
a
n

d
i
r
i
t

.
F
O
V
M
J
T
L
B
O

B
M
B
U

B
M
B
U

F
W
B
L
V
B
T
J



s
e
d
e
r
h
a
n
a

y
a
n
g

d
a
p
a
t



d
i
g
u
n
a
k
a
n

p
a
d
a

s
a
a
t



b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
t

#
B
I
B
O

B
K
B
S

Z
B
O
H



d
i
s
i
a
p
k
a
n

g
u
r
u
C
o
n
t
o
h

6
:

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

M
u
a
t
a
n

L
o
k
a
l









S
I
L
A
B
U
S
M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n


:
K
e
l
a
s
/
S
e
m
e
s
t
e
r


:

V
I
/
2
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i

:

M
e
n
d
e
s
k
r
i
p
s
i
k
a
n

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

r
i
s
i
k
o

b
e
n
c
a
n
a

u
n
t
u
k

m
e
m
b
a
n
g
u
n

k
e
s
a
d
a
r
a
n

k
e
s
e
l
a
m
a
t
a
n

d
i
r
i

d
a
n

k
e
t
a
h
a
n
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p






l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

s
e
k
i
t
a
r
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
71
5. Mengembangkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar.
6. Pengembangan silabus, dan RPP untuk pelaksanaan pembelajaran.
Pengembangan silabus secara umum mencakup:
Mengembangkan indikator;
Mengidentifkasi materi pembelajaran;
Mengembangkan kegiatan pembelajaran;
Pengalokasian waktu;
Pengembangan penilaian;
Menentukan sumber belajar.
7. Pengembangan RPP.
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran untuk satu kali tatap muka. Adapun komponen dari RPP
minimal memuat: a). Tujuan pembelajaran, b). Indikator, c). Materi Ajar/
Pembelajaran, d). Kegiatan Pembelajaran, e) Metode Pengajaran, f ). Sumber
Belajar.
Tabel 5.10 Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk
Mata Pelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
Mengidentikasi tahapan
Persiapan dalam
pencegahan
bencana banjir
t.FOHFOBMBODBNBOCBOKJS
t.FOEFTLSJQTJLBOGBLUPSGBLUPSQFOZFCBCSJTJLP
bencana banjir
t.FOHJEFOUJLBTJEBFSBIZBOHEBQBUVOUVL
NFOHVOHTJ
Mendeskripsikan kegiatan
QFOHVSBOHBOSJTJLP
CFODBOBVOUVL
NFNCBOHVOLFTBEBSBO
keselamatan diri dan
ketahanan terhadap
MJOHLVOHBOTFLJUBS
t.FOHJEFOUJLBTJMPLBTJCFODBOBHFNQBEJ
MJOHLVOHBOOZB
t.FOHLBKJDBSBNFOHVSOHJSJTJLPCFODBOB
EJMJOHLVOHBOOZB
t.FOFSBQLBOTJTUFNQFSJOHBUBOEJOJ
EJMJOHLVOHBOOZB
t.FOHJEFOUJLBTJDBSBQFOZFMBNBUBO
EJSJ&WBLVBTJ
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
72
Kotak 5.3: Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi
SD
Matapelajaran
Kelas / Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Alokasi Waktu
SD
Mulok/ mitigasi bencana banjir
VI/1
Mendeskripsikan kegiatan pengurangan
risiko bencana untuk membangun
kesadaran keselamatan diri dan
ketahanan terhadap lingkungan sekitar
Mengidentikasi cara penyelamatan
diri/Evakuasi
Menuliskan alat evakuasi sederhana
yang dapat dipakai saat banjir.
6 X 35 menit ( 3 X Pertemuan)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Indikator : Melakukan langkah-langkah penyelamatan diri pada
saat banjir
Menuliskan alat evakuasi sederhana yang dapat dipakai
saat banjir
Tujuan Pembelajaran : Tindakan penyelamatan pada saat banjir
Materi Ajar : Keselamatan diri
Metode Pembelajaran :
1. Tanya jawab
2. Simulasi
3. Diskusi
4. Presentasi
Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal (5 menit )
Klasikal :
1. Penjelasan tentang kegiatan yang dilakukan hari tersebut
Kegiatan Inti (50 menit)
Kelompok/Berpasangan:
1. Secara berkelompok siswa mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan
pada saat terjadi bencana.
2. Siswa menuliskan alat evakuasi yang diketahuinya
3. Mengamati gambar-gambar alat evekuasi
4. Salah satu siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
73
5. Siswa lainnya ditugaskan untuk memberikan masukkan/tanggapan
6. Setiap kelompok melakukan simulasi upaya penyelamatan diri saat
terjadi banjir.
Kegiatan Penutup (15 menit)
Klasikal :
1. Seluruh kelompok dikumpulkan kembali secara bersama-sama
2. Guru menyimpulkan pelajaran dengan menjelaskan secara singkat
tentang bencana banjir
3. Pesan moral dan refeksi
Alat/Bahan/Sumber Belajar
1. Kertas dan alat tulis
2. Peralatan untuk simulasi
Penilaian :
1. Performance (Unjuk Kerja)
2. Produk (hasil karya)
Sumber dan Media Pembelajaran
Gambar alat evekuasi
Penilaian
1. Teknik Penilaian
Tertulis atau lisan
Hasil penagmatan
2. Bentuk Instrumen
Pertanyaan
Tugas tugas
Kotak 5.4: Contoh Bahan Ajar Model Pengintegrasian Pengurangan
Risiko Banjir ke dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
BAHAN AJAR MUATAN LOKAL
Metode Evakuasi Dan Rekonstruksi Sederhana Akibat Banjir
(Kesiap Siagaan Terhadap Banjir)
Banjir kembali menerjang di berbagai daerah musim hujan kali ini diawali banjir
kecil-kecil di Jakarta, Bandung-Jawa Barat dan Jawa Tengah, disusul banjir
bandang di Bahorok provinsi Sumatra Utara dan banjir bandang di Pelabuhan
Ratu provinsi Jawa Barat. Masuk bulan Desembar banjir terjadi di Pontianak,
Palembang dll.
Kerugaian harta benda akibat banjir secara musim hujan ini dapat mencapai lebih
dari 500 milyard rupiah. Kerugaian tersebut umumnya berupa kerusakan jalan,
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
74
jembatan dan fasilitas umum lainnya serta kerugian peralatan rumah tangga
misal telivisi, kompor, mebel, yang tidak bisa diselamatkan. Sedang kerugian
jiwa mencapai lebih dari 200 orang. Korban wanita dan anak-anak umumnya
lebih besar pada peristiwa banjir dibanding kaum laki-laki. Kerugian-kerugia dan
korban di atas umumnya disebkan karena tidak adanya persiapan menghadapi
banjir, sehingga saat banjir datang masyarakat tidak mampu menyelamatkan
harta bendanya bahkan jiwa keluarganya. Disamping itu setelah banjir berlalu,
banyak pekerjaan yang harus dikerjakan oleh masyarakat dan pemerintah
daerah seperti perbaikanjalan, jembatan dan penyediaan air minum. Pada
umumnya dana bantuan terlambat datang sehingga upaya berbaikan dan
penyelesaian pasca banjir sering terlambat.
Guna mengurangi kerugian akibat banjir di atas dan guna mengadakan
renovasi darurat sarana-prasarana paska banjir, berikut ini disajikan beberapa
teknik evakuasi dan renovasi darurat sederhana dan tepat guna yang dapat
dipersiapkan oleh masyarakat untuk menghadapi kemungkinan banjir (sebelum
banjir atau pada saat banjir) dan mengadakan penanganan dan perbaikan
pasca banjir.
Alat Evakuasi Sederhana:
Pada gambar-gambar disamping disajikan beberapa metode tepat guna yang
dapat dipersiapkan warga bersama pemerintah untuk mengantisipasi kerugian
material dan jiwa pada waktu banjir;
1. Konstruksi plafon; untuk planggrangan digunakan untuk evakuasi/
menaruh barang-barang penting (mesin, elektronik dll). Setiap rumah di
daerah langganan banjir hendaknnya membuat konstruksi ini dengan cara
memperkuat konstruksi pilar ruang tengah dan plafonnya.
2. Anyaman Bambu (atau kayu), anyaman drem minyak bekas, anyaman
pohon pisang; bambu yang tidak dilobangi atau kayu dan pohon pisang
serta drem minyak bekas (bisa dilobang bagian atasnya atau tidak), dapat
dianyam untuk rakit evakuasi sederhana. Barang-barang penting dan
anak-anak serta para wanita bisa dievakuasi dengan alat ini.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
75
1.5 m
5.41 cm
1 m
Gambar: Rakit Bambu
20 cm
2 m
Bambu/Kayu
Gambar: Rakit Drum minyak Gambar: Rakit Pohon Pisang
3. Karet ban bekas dan ember plastik berbagai ukuran; merupakan alat evakuasi
sederhana yang dapat dipersiapkan sebelum banjir dan dipakai saat banjir.
Ban bekas bisa dipakai sebagai alat angkut dan alat evakuasi serta alat
emergensi renang.
56.5 cm
24 cm
Gambar: Ember plastik
30 cm 45 cm
Ban Karet Bekas
atau
Pelampung
4. Tali-temali dengan berbagai ukuran; sangat diperlukan dalam kondisi banjir,
misal dapat digunakan sebagai alat pengaman sewaktu berjalan keluar dari
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
76
lokasi banjir, dipakai mengikat barang-barang berharga (misal persediaan
kayu untuk bangunan dll.) agat tidak terbawa hanyut, mengevakuasi
ternak, menambatkan diri di atas pohon saat banjir dll. Alat sederhana ini
biasanya tidak dipersiapkan oleh masyarakat.
Tali - Temali
Diameter = 1 - 5 cm
Pada gambar selanjutnya disajikan cara-cara sederhana dalam menangani
masalah pasca banjir;
1. Jembatan sederhana dari bambu; jembatan sederhana ini sangat
diperlukan untuk menghubungakan daerah-daerah yang terputus, sambil
menunggu dana perbaikan. Jembatan bambu ini bisa digunakan sampai
mencapai bentang 30 m.
Bambu Apus/Wulung
Bambu Petung
Bambu Petung
Gambar: jembatan dari bambu
2. Perbaikan jalan dengan konstruksi sederhana; jalan- jalan setelah banjir
biasanya mengalami kerusakan hebat. Konstruksi jalan sederhana dapat
diterapkan dengan memanfaatkan material lokal berupa batu-batuan dan
pasir yang ada.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
77
Selokan
Badan Jalan
Lapisan Aus : Tanah Liat + Pasir
Lapisan Pengisi
Pondasi : Batu Pecah
Lapisan Pasir
Tanah Dasar
Konstruksi Jalan
3. Pembuatan alat penyaring air bersih; setelah banjir biasanya masyarakat
kesulitan air bersih karena seluruh sumber air yang ada banyak
mengandung lumpur termasuk sumur-sumur yang ada. Alat sederhana
berupa saringan pasir cepat seperti pada gambar atau pemakaian tawas
dapat digunakan untuk medapatkan air bersih.
Lapisan Aus : 0.6 - 1.2 m
Lapisan Pasir : 0.8 - 1.2 m 0.5 - 1 mm
Pasir Kasar : min 0.1 m 1 - 4 mm
Kerikil Halus : min 0.1 m 1 - 2 cm
Kerikil Sedang : min 0.1 m 2 - 3 cm
Kerikil Kasar : min 0.1 m 3 - 6 cm
Air Keruh
Saringan Pasir Cepat
Air Jernih
Penguras
Endapan
Pasir Halus
Pasir Kasar
Kerikil
Metode-metode di atas sangat mungkin dilakukan oleh masyarakat awam.
Sebelum datang banjir sebaikknya setiap rumah di lokasi langganan banjir atau
lokasi yang diperkirakan akan mengalami banjir karena kesalahan penggunaan
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
78
lahan disekitarnya mempersiapkan diri dengan alat evakuasi sederhana dan metode
perbaikan sarana-prasarana dengan teknik sederhana seperti tersebut di atas.
Metode diatas diperkirakan dapat menekan kerugian material maupun jiwa akibat
banjir. Tentusaja pada masyarakat kelas menengah ke atas dapat menggunakan
alat-alat yang lebih modern seperti perahu karet, rompi pelampung dll.
5.3. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir ke dalam
Kegiatan Pengembangan Diri
Materi PRB dapat diintegrasikan dalam kegiatan pengembangan diri. Artinya
materi PRB ini menjadi bagian dari kegiatan intra atau ekstra yang dilaksanakan
pada waktu yang ditentukan, misalnya secara bersama pada hari Sabtu siang, atau
dalam waktu khusus lain.
Jenis kegiatan ekstrakurikuler antara lain Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan
Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA),
cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan.
Strategi Pelaksanaan kegiatan PRB yang dilakukan melalui kegiatan pengembangan
diri dapat dilakukan melalui kegiatan keteladanan/contoh, kegiatan spontan,
kegiatan rutin, dan kegiatan terprogram.
1. Kegiatan keteladanan/contoh. Upaya pengurangan risiko bencana (PRB)
terhadap banjir dilakukan melalui kegiatan pemberian contoh/teladan yang
dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dalam hal bertingkah laku yang
baik terutama untuk membuang sampah pada tempatnya, tidak menebang
pohon sembarangan menjaga kebersihan lingkungan untuk menghindari
tersumbatnya aliran sungai
2. Kegiatan spontan. Upaya PRB terhadap banjir juga dapat dilakukan melalui
kegiatan spontan. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru melihat
seorang anak bertingkah laku yang kurang baik khususnya yang berhubungan
dengan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya banjir. Misalnya guru
melihat seorang anak yang membuang sampah di saluran air sehingga akan
menyumbat dan menyebabkan banjir.
3. Kegiatan rutin. Upaya PRB terhadap banjir juga dapat dilakukan melalui
kegiatan rutin. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara
terus menerus dan konsisten. Contohnya guru dan anak bersama-sama
melakukan pembersihan sungai agar aliarannya menjadi lancar
4. Kegiatan terprogram. Upaya PRB terhadap banjir juga dapat dilakukan melalui
kegiatan terprogram. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang diprogramkan
untuk dilakukan anak misalnya melakukan simulasi penyelamatan diri
terhadap banjir. Dalam kegiatan yang diprogramkan ini terlebih dahulu
dibuatkan perencanaan atau diprogramkan terlebih dahulu. Misalnya
melakukan kegiatan melestarikan lingkungan, simulasi penanggulangan
bencana, pemasangan poster dan kegiatan lain yang menunjang.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
79
Dalam rangka mengintegrasikan materi PRB dalam kegiatan pengembangan diri/
ektrakurikuler maka perlu dilakukan beberapa hal yaitu:
1. Analisis kegiatan ekstra kurikuler yang memungkinkan dapat diintegrasi
dengan PRB. Misalnya Pramuka, Palang Merah/uks, paskibra, kelompok
pencinta lingkungan, dsb
2. Menyusun Program Kegiatan ekstra kurikuler yang mengintegrasikan PRB.
Contoh format program kegiatan ekstra kurikuler misalnya
Tabel 5.11 FORMAT PROGRAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
TAHUN PELAJARAN ....
Jenis Kegiatan :
Bulan :
No
Waktu
Kegiatan
Sasaran
Rangkaian
Kegiatan
Tempat
Kegiatan
Peralatan
yang
Digunakan
Pelaksana
Pengorganisasian
Kegiatan
Jakarta,
Mengetahui,
Kepala Sekolah Penanggung jawab kegiatan
J
e
n
i
s

K
e
g
i
a
t
a
n

:

P
r
a
m
u
k
a
B
u
l
a
n



:

A
g
u
s
t
u
s
P
R
O
G
R
A
M

K
E
G
I
A
T
A
N

E
K
S
T
R
A
K
U
R
I
K
U
L
E
R

T
A
H
U
N

P
E
L
A
J
A
R
A
N

2
0
0
9

/

2
0
1
0
















J
a
k
a
r
t
a
,
M
e
n
g
e
t
a
h
u
i
,
K
e
p
a
l
a

S
e
k
o
l
a
h














P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b

K
e
g
i
a
t
a
n

P
r
a
m
u
k
a
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.















.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
N
I
P
.
















N
I
P
.

4
M
i
n
g
g
u

I
V

b
u
l
a
n

A
g
u
s
t
u
s

S
i
s
w
a

k
e
l
a
s

V

d
a
n

V
I

D
i

h
a
l
a
m
a
n

s
e
k
o
l
a
h
.
L
a
g
u

l
a
g
u

r
i
a
n
g
P
e
m
b
i
n
a

d
a
n

P
e
n
g
g
a
l
a
n
g

p
u
t
r
a
,

p
u
t
r
i
.
B
e
r
b
e
n
t
u
k


r
e
g
u
.
t

#
F
S
N
B
J
O

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p

b
a
n
j
i
r
3
M
i
n
g
g
u

I
I
I

b
u
l
a
n

A
g
u
s
t
u
s

S
i
s
w
a

k
e
l
a
s

V

d
a
n

V
I

K
o
l
a
m

r
e
n
a
n
g
/
d
a
n
a
u
t

1
F
S
B
I
V

L
B
S
F
U
t

5
B
M
J
P
e
m
b
i
n
a

d
a
n

P
e
n
g
g
a
l
a
n
g

p
u
t
r
a
,

p
u
t
r
i
.
B
e
r
b
e
n
t
u
k


r
e
g
u
.
t

4
J
N
V
M
B
T
J

M
e
n
o
l
o
n
g

k
o
r
b
a
n

d
e
n
g
a
n

p
e
r
a
h
u

k
a
r
e
t
1
M
i
n
g
g
u

I

b
u
l
a
n

A
g
u
s
t
u
s

S
i
s
w
a

k
e
l
a
s

V

d
a
n

V
I

H
a
l
a
m
a
n

s
e
k
o
l
a
h
/

l
a
p
a
n
g
a
n
t

"
M
B
U

L
F
C
F
S
T
J
I
B
O
P
e
m
b
i
n
a

d
a
n

P
a
s
u
k
a
n

P
e
n
g
g
a
l
a
n
g

p
u
t
r
a
,

p
u
t
r
i
.
B
e
r
b
e
n
t
u
k


r
e
g
u
.
t

.
F
N
C
F
S
T
J
I
L
B
O

s
a
m
p
a
h

d
i

p
i
n
g
g
i
r
a
n

k
a
l
i
2
M
i
n
g
g
u

I
I

b
u
l
a
n

A
g
u
s
t
u
s

S
i
s
w
a

k
e
l
a
s

V

d
a
n

V
I

H
a
l
a
m
a
n

s
e
k
o
l
a
h
/

l
a
p
a
n
g
a
n
t

5
F
O
E
B

5
J
B
O
H

5
B
M
J
P
e
m
b
i
n
a

d
a
n

P
a
s
u
k
a
n

P
e
n
g
g
a
l
a
n
g

p
u
t
r
a
,

p
u
t
r
i
.
B
e
r
b
e
n
t
u
k


r
e
g
u
.
t

.
F
N
C
V
B
U

U
F
O
E
B

d
a
r
u
r
a
t
N
o
W
a
k
t
u
K
e
g
i
a
t
a
n
S
a
s
a
r
a
n
R
a
n
g
k
a
i
a
n
K
e
g
i
a
t
a
n
T
e
m
p
a
t
K
e
g
i
a
t
a
n
P
e
r
a
l
a
t
a
n
y
a
n
g
D
i
g
u
n
a
k
a
n
P
e
l
a
k
s
a
n
a
P
e
n
g
o
r
g
a
n
i
s
a
s
i
a
n
K
e
g
i
a
t
a
n












T
a
b
e
l

5
.
1
2

C
o
n
t
o
h

P
r
o
g
r
a
m

K
e
g
i
a
t
a
n

E
k
s
t
r
a
k
u
r
i
k
u
l
e
r

S
D
/
M
I
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
81
Kotak 5.5: Contoh Bahan Ajar Model Pengintegrasian Pengurangan
Risiko Banjir ke dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
BAHAN AJAR
Kegiatan 1
Judul kegiatan : MELAKUKAN PENGHIJAUAN
Tujuan : Memberikan keterampilan pada anak untuk dapat
melakukan penghijauan dan menumbuhkan sikap
untuk cinta lingkungan sehingga dapat mengurangi
risiko bencana banjir
Kegiatan : Penghijauan; penanaman dimulai dengan pembuatan
lubang Jogangan di tanah (1 m x 1m x 1m), lubang
dibiarkan selama dua bulan dimanfaatkan untuk
peresapan air, selanjutnya bibit pohon ditanam
sekaligus membuat lobang pupuk leter L untuk
penempatan pupuk tahap I; tiga bulan berikutnya
lobang ditimbun, dan dimulai pembuatan lubang
pupuk tahap II kemuadian lobang pupuk tahap III.
Setelah tanaman tumbuh dengan baik, dibuatlah
lubang untuk tanaman penghijauan berikutnya.
Proses penanaman dan pemupukan tersebut sekaligus
berfungsi meretensi dan meresapkan air limpasan
ke dalam tanah. Tanaman penghijauan dapat dipilih
yang menguntungkan bagi masyarakat sekaligus
menguntungkan konservasi. Pada umumnya tanaman
yang dipilih adalah tanaman keras yang berbuah
yang tercatat sebagai tanaman asli daerah setempat.
Sehingga masyarakat pedesaan mendapatkan
keuntungan dari buah-buahan bukan dari menebang
kayu tanaman penghijauan tersebut.
Kegiatan 2
Judul kegiatan : MEMBUAT PERESAPAN AIR JOGANGAN (LUBANG)
TANAH DENGAN ATAU TANPA BUIS BETON
Tujuan : Memberikan keterampilan pada anak untuk dapat
membuat peresapan air dan menumbuhkan sikap
untuk cinta lingkungan sehingga dapat mengurangi
risiko bencana banjir
Kegiatan : Jogangan pada pekarangan dengan ukuran
berkisar 1 m x 2 m x 1,5 m. Jogangan selain untuk
peresapan air hujan juga untuk pembuangan
sampah organik. Jogangan ini sakaligus berfungsi
untuk meningkatkan kesuburan tanah pekarangan.
Jogangan dengan pasangan buis beton umumnya
dibuat tiga buah. Dua buah untuk tempat
pembuangan sampah organik secara bergantian
dan lainnya untuk mengumpulkan sampah plastik,
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
82
alumium, gelas dan metal (anorganik). Setelah penuh
sampah organik dapat ditimbun dengan tanah dan
nantinya digali sebagai pupuk, sedang sampah
anorganik bisa dijual. Upaya ini sekaligus dapat
sebagai pengelolaan sampah pedesaan.
Kegiatan 3
Judul kegiatan : MEMBUAT MODEL TANGGUL PEKARANGAN
Tujuan : Memberikan keterampilan pada anak untuk dapat
membuat model tanggul pekarangan sehingga dapat
mencegah terjadinya eosi tanah
Kegiatan : Teknologi pembuatan tanggul pekarangan umumnya
sudah dikuasai oleh para pendahulu masyarakat di
daerah pedesaan. Maksud pembuatan tanggul ini
adalah untuk mencegah erosi tanah pekarangan
akibat aliran limpasan air hujan. Konstruksi yang biasa
dipakai adalah tumpukan batu kali, potongan bambu,
potongan bambu dan tanaman dan tanaman teh-
tehan. Dengan konstruksi tanggul ini selain mecegah
erosi tanah pekarangan juga berfungsi menahan
dan meresapkan limpasan air hujan ke dalam tanah
pekarangan.
Kegiatan 4
Judul kegiatan : MEMBUAT SUMUR RESAPAN AIR HUJAN SEDERHANA
Tujuan : Memberikan keterampilan pada anak untuk dapat
membuat peresapan air dan menumbuhkan sikap
untuk cinta lingkungan sehingga dapat mengurangi
risiko bencana banjir
Kegiatan : Sumur resapan air hujan sederhana merupakan cara
efektif untuk memasukkan limpasan air hujan ke
dalam tanah. Teknologi sumur resapan sebenarnya
merupakan perkembangan dari jogangan atau
kolam-kolam yang biasa dibuat oleh para pendahulu
masyarakat pedesaan yang berfungsi untuk menahan
dan meresapkan air hujan. Metode memanfaatkan
air hujan (rain water harvesting) ini di Indonesia sama
sekali belum dikembangkan. Air hujan sebenarnya
merupakan air dengan qualitas cukup baik untuk
berbagai keperluan dan mudah dimanfaatkan. Sumur
resapan ini adalah salah satu metode memanen hujan,
namun airnya langsung diresapkan kedalam tanah,
sehingga persediaan sumur-sumur penduduk pada
musim kemarau masih mencukupi.
Kegiatan 5
Judul kegiatan : MEMBUAT TENDA DARURAT
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
83
Tujuan : Memberikan keterampilan pada anak untuk membuat
tenda sehingga jika terjadi bencana banjir anak dapat
membantu membuat tenda darurat yang dapat
digunakan untuk mengungsi para korban bencana
banjir
Kegiatan : Mintalah anak untuk membuat tenda.
Cara membuat tenda adalah:
1. Letakkan tenda dengan punggungnya di atas:
Pasanglah tiang tenda belakang lalu
pasanglah patok-patok pada [pintu tenda dan ditiap sudutnya
2. Tegakkan tongkat belakang dan ikatlah pada patok
3. Tegakkan tiang depan dan ikatlah talinya
4. Ikatkan pada patok tali-tali sudut tenda itu, kemudian tali tengah dan
akhirnya tali-tali dinding. Hati-hatilah pada waktu memasukkan paku tiang
pada lobang atap tenda
Kegiatan 6
Judul kegiatan : SIMULASI MENOLONG KORBAN DG PERAHU KARET
Tujuan :
1. Umum : Kegiatan ini bertujuan untuk memberi keterampilan
bagi anak untuk dapat menolong korban pada saat
terjadi bencana banjir
2. Khusus : Tujuan khusus kegiatan ini adalah untuk melakukan
percobaan memanfaatkan perahu karet untuk
menolong korban
Kegiatan : Kegiatan ini dilakukan di kolam renang, dan dengan
menggunakan perahu karet anak mencoba untuk
melakukan evekuasi korban, sehingga diperoleh
keterampilan bagaimana cara menaiki perahu karet,
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
84
berapa jumlah orang yang dapat dievakuasi pada
sebiah perahu karet.
Kegiatan 7
Judul kegiatan : BERMAIN PENYELAMATAN TERHADAP BANJIR
Tujuan :
1. Umum : Kegiatan ini bertujuan untuk memberi keterampilan
bagi anak untuk melakukan penyelamatan diri karena
adanya bencana banjir.
2. Khusus : Tujuan khusus kegiatan ini adalah untuk melakukjan
latihan untuk mengungsi
Kegiatan : 1.Pembina Pramuka berdiskusi dengan anak jika ada
banjir apa yang akan dilakukan anak
2. Meminta pendapat anak, jalur evakuasi mana yang
akan dilakukan oleh anak jika terjadi banjir
3. Mencoba berbagai alternatif jalur evakuasi yang
disarankan anak
4. Menyimpulkan jalur evakuasi yang terbaik yang akan
dimanfaatkan jika terjadi banjir
Kegiatan 8
Judul kegiatan : BERCERITA
Tujuan :
1. Umum : Kegiatan ini bertujuan untuk memberi pengetahuan
bagi anak untuk mengenal dan melakukan
penyelamatan diri karena adanya bencana banjir.
Kegiatan : Bacakanlah cerita di bawah ini pada sekelompok anak:
Aku Tahu Apa itu Banjir
1. Teman-teman namaku Adil, aku tinggal di Kota yah di daerah pinggiran.
Sayang sekali daerahku adalah daerah langganan banjir setiap musim
penghujan. Saat ini rumahku sedang kebanjiran, buku-buku dan pakaianku
semua terendam air rusak bahkan ada yang hancur. Aku sangat sedih,
karena hampir setiap tahun banjir. Aku ingin pindah rumah yang bebas
banjir.
2. Kebetulan pamanku tinggal di daerah dataran tinggi. Maka aku
minta untuk pindah sekolah dan tinggal di rumah pamanku. Setalah
dipertimbangkan masak-masak akhirnya ayahku mengijinkan.
Alhamdulillah, didearah paman indah sekali dan sejuk serta bebas banjir..
3. Selang beberapa bulan aku tingga di sana. Ada kejadian yang tidak pernah
dibayangkan sebelumnya. Aku sedang enak-enak di kamarku sambil
membaca, tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang datang dari arah bukit.
Aku sangat bingung dan cemas, suara apa ini, suara apa ini, longsor, atau
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
85
apa..kok sangat gaduh..?
4. Tanpa kusadari, tiba-tiba suara gemuruh itu makin mendekat dan seketika
menerjang rumahku, aku terpental dan terbawa arus air, dan tergulung-
gulungan. Aku masih ingat aku hanyut terbawa air bah air banjir besar.
Alhamdulillah aku tersengkut di cabang dan ranting pepohonan beberapa
ratus meter di bagian hilir.
5. Air surut cepat sekali, dengan tenaga sisa aku mulai turun dari pohon
dan melangkah kembali kerumahku. Namun rumahku sudah tidak ada
bekasnya, semua tersapu air , pemandangan sangat memilukan, semua
yang ada dialur banjir pinggir sungai hanyut terbawa air bah. Akhirnya
aku ditemukan regu penyelamat dan dibawa ke Puskesmas. Disana aku
bertemu dengan paman, bibi dan saudara sepupuku, alhamdulillah mereka
selamat juga,
6. Belum selesai aku trauma terhadap banjir-banjir yang menimpaku, aku
punya pengalaman buruk juga saat aku bermain di rumah temanku di
dekat pantai, tiba-tiba air laut merayap masuk kerumah, tas dan sepatuku
basah semua. Aku mulai bingung kok tidak ada hujan air laut bisa naik,
apa tsunami lagi ya,,?. Kata ibu temanku banjir seperti itu namanya banjir
Rob, karena air pasang, banjir itu yang tidak berbahaya.
7. Oh banjir Rob, .. ? Ketika aku bingung penuh tanda-tanya dan ketakutan
kalau akan terjadi banjir bandang, Ibu temanku menjelaskan tidak apa-apa
tidak bahaya,nanti sore juga surut lagi. Benar, air tersebut surut kembali
pada malam hari. Tapi air yang masuk ke rumah ternyata air kotor, sehingga
kita harus membersihkan setelah banjir rob surut. Yah alhamdulillah di
rumah kakakku tidak terjadi rob.
8. Setelah beberapa waktu aku tinggal dirumah kakakku, terjadilah peristiwa
yang sangat dasyat. Diawali dengan gempa bumi besar, yang merusak
sebagian besar rumah warga. Selang setengah jam disusul dengan
tsunami.
9. Suara gemuruh terdengar dari arah laut. Tiba-tiba rumah kakakku
bergoyang-goyang dan miring untung tidak roboh. Saat itu aku di lantai
2. Keadaan kota itu porak-poranda, hancur lebur, tinggal puing-puing. Aku
lihat gelombang tsunami memang luar biasa dasyatnya. Banyak anak-anak,
remaja dan orang tua meninggal dunia bergelimpangan di jalan, taman dll.
Termasuk sahabatku sekelasoh aku sangat sedih sekali kehilangan orang
yang penuh persahabatan.
10. Setalah tenang sekitar 30 menit, tiba-tiba terdengar orang-orang
berteriak-teriak air air, tsunami-tsunami, lari-lari, Tidak lama
kemudian terdengar suara gemuruh dari arah pantai dan teriakan yang
memilukan. Sesaat kemudian air mulai datang dengan cepat menerjang
dan menyapu rumah, kendaraan, lapak kaki lima, jembatan, baleho dan
segala yang dilaluinya. Saat itu aku berada di lantai dua, aku melihat jelas
apa yang sedang terjadi,.. Ya Allah laut mengamuk seram sekali, rumah
yang aku diami hampir runtuh, alhamdulillah aku masih diberi Allah SWT
keselamatan.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
86
11. Ya Allah, pemandangan setelah tsunami sungguh sangat memilukan;
banyak mayat-mayat bergelimpangan, banyak rumah, baleho pertokoan
yang hancul lebur. Bahkan kapal-kapal kecil dan besar terhempas terbawa
gelombang tsunami masuk sampai beberpa kilometer ke daratan. Aku
sangat syok dan takut sekali akan kejadian tersebut apalagi banyak
tetanggaku menjadi korban Perasaan takut dan panik menyelimutiku, aku
tidak bisa berbuat apa-apa.
12. Kesesokan harinya Ayahku mencari aku dan keluarga kakakku. Ayah
menemukan aku di tenda pengungsian karena rumah kakakku tidak bisa
dihuni lagi. Kemudain kami dibawa ayahku kembali ke rumah ayah di kota
yang dulu aku tinggalkan karena sering banjir.
13. Setelah traumaku agak reda, maka aku mulai berfkir kenapa aku
mengalami langganan banjir, banjir bandang, banjir rob dan banjir
stunami. Seakan-akan Allah memberikan pelajaran langsung tetang semua
jenis banjir kepada aku.
14. Aku mulai bertanya apa sih penyebab banjir-banjir tersebut?. Bagaimana
aku bisa tahu dan bisa menyelamatkan diri dari banjir itu. Aku harus tahu,
aku harus tahu agar aku dan juga teman-temanku selamat meskipun hidup
di daerah banjir. Aku harus tahu..
15. Aku bertanya pada pak Guru dan Bu Guru, namun jawabannya kurang
memuaskanku. Kemudian aku ke perpustakaan sekolah dan perpustakaan
kota, ternyata hanya beberapa buku tentang banjir yang ada, umumnya
buku untuk mahasiswa. Wah kemana aku harus mencari informasi ini. Oh
yaaku ingat.katanya orang bisa cari informasi di Internet di warnet,
maka aku putuskan untuk ke warnet.
16. Aku mulai bertanya apa sih penyebab banjir-banjir tersebut?. Bagaimana
aku bisa tahu dan bisa menyelamatkan diri dari banjir itu. Aku harus tahu,
aku harus tahu agar aku dan juga teman-temanku selamat meskipun hidup
di daerah banjir. Aku harus tahu..
17. Ternyata di Warnet orang harus membayar Rp. 3000/jam. Ah.. jadi uang
jajanku habis untuk mencari Informasi di Internet. Setelah aku diberitahu
cara pemakaian internet termasuk cara mencari topik, maka aku makin giat
buka-buka di Internet karena aku bisa mencari berbagai hal disana dengan
leluasa. Oh hebat ..
18. Di internet aku bisa mendapatkan vidio saat banjir, foto-foto banjir,
mendapatkan ketenganan penyebab banjir, tsunami, banjir rob dan
banjir bandang serta cara-cara menyelamatkan diri saat terjadi banjir
tersebut. Pokoknya sangat lengkap. Nah teman-teman aku akan mencoba
menjelaskan semuanya secara mudah, terus dibaca ya.
19. Banjir lokal langganan; itu disebabkan lokasi daerah tersebut terlalu
rendah dibanding lainnya dan selokan-selokan tidak lancar, sehingga
air mengarah ke lokasi tersebut. Langganan banjir lokal ini tidak bahaya,
namun cukup meresahkan karena terjadi setiap tahun.
20. Ada banjir kecil di daerah bantaran sungai, hal ini disebabkan karena
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
87
sungai meluap sehingga menggenangi daerah bantaran. Masuyarakat
yang tinggal di bantaran sungai akan terkena banjir. Penyebabnya hujan
deras di hulu sungai dan kerusakan hutan bagian hulu, air mengalir ke hilir
dengan cepat dan debit besar, sehingga penampang sungai tidak mampu
menampung debir air.
21. Cara mengatasinya adalah dengan menyiapkan alat-alat yang berguna
misal, planggrangan untuk barang-barang penting, pelampung, ban
bekas, ember besar, tangga kayu atau bambu, dan persiapan lampu batrei.
22. Cara menyelamatkan diri, hindari kawasan pinggir sungai, hindari tempat
cekungan-cekungan, jika rumah di pinggir sungai harus mengungsi karena
arus air sungai biasanya deras. Setelah banjir surut dapat kembali, namun
tetap harus waspada karena bisa saja air meluap lagi, tergantung hujan di
bagian hulu.
23. Banjir besar: disebabkan hujan sangat lebat di bagian hulu dan tengan
dengan merata. Hutan dan tanaman di bagian hulu dan tengah sudah
banyak ditebangi. Sistim darinase kota tidak lancar dan sedikit sekali air
diresapkan atau ditampung di daerah hulu dan tengah. Sampah-sampah
menyubat sungai dan rumah dan bangunan mengambil daerah badan
sungai.
24. Cara menyelamatkan diri adalah: jika masih sempat mengungsi , haruslah
mengungsi. Jika terjebak banjir dan berbahaya segera naik ke atap dengan
tangga, minta tolong, jika tidak pandai berenang jangan coba-coba
berenang karena arus banjir bisa dangat deras.Pindahkan barang-barang
penting dan berharga ke planggrangat atau lantai atas. Harus selalu
optimis, tidak pesimis dan jangan panik menghadapi banjir.
25. Sebelum kejadian; mempersiapkan alat evakuasi sederhana banjir,
pelampung, rakit bambu, tangga, tali untuk menyeberang, lampu batrei
untuk malam hari. Setelah banjir: dapat kembali dan bersih-bersih rumah,
barang basah segera dikeringkan, barang elektronik dan mesin-mesin
dikeringkan atau direparasikan, Gotong royong untuk memperbaiki
fasilitas umum.
26. Banjir Bandang disebabkan oleh akumulasi volume air di daerah hulu
oleh pembendungan longsoran tebing sungai atau pembendungan alami
oleh tumbuhan dan kayu-kayu mati. Hujan deras dapat menyebabkan
pembendungan ini jebol dan menjebol pembendungan dibawahnya dan
terus mengalir ke bagian hilir menyebabkan banjir Bandang.
27. Banjir bandang juga dapat terjadi karena Bendungan besar jebol, maka air
tampungan dibendungan teresebut dalam waktu singkat mengalir ke hilir.
Atau banjir Bandang karena dua buah muara sungai bersatu dan keduanya
pada saat bersamaan sedang banjir.
28. Banjir bandang umumnya berlangsing sangat singkat (sekitar 30 menit- 60
menit) tapi debitnya sangat besar, sehingga membawa kerusakan dasyat.
29. Cara menyelamatkan diri dari banjir bandang adalah, jika terjadi suara
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar (SD/MI)
88
gemuruh dari atas, segera menjauhi alur sungai. Jika hujan di atas sangat
deras, bagi yang tinggal di bantaran sungai harus waspada.
30. Nah kalau banjir Rob, itu disebabkan terjadinya kenaikan muka air laut
atau penuruan permukaan tanah. Cara menyelematkan diri adalah dengan
menhindari daerah pantai yang landai. Banjir Rob tidak berbahaya,
datangnya pelan dan surutnya pelan.
31. Banjir Tsunami terjadi karena gempa yang menimpbulkan pelantingan
lempeng bumi di tengah laut, sehingga menimbulkan gelombang
permukaan air laut yang menjalar ke segala penjuru. Ciri sebelum tsunami
adalah air laut surut dan banyak ikan dipantai. Setengah jam berikutnya
akan terjadi gelombang arus banlik yang menghantam semua yang
dilewatinya dengan sangat dasyat.
32. Cara menyelamatkan diri adalah jika ada tanda-tanda air laut surut setelah
ada kejadian gempa, maka segera lari meninggalkan pantai sejauh jauhnya
tanpa panik.
33. Itulah rekan-rekan hasil kerjaku mengumpulkan bahan-bahan banjir untuk
kalian semua, semoga kalian juga tertarik untuk membuat cerita serupa
dengan berbagai topik menarik lainnya.
34. Cara menyelamtakan diri adalah jika ada tanda-tanda air laut surut setelah
ada kejadian gempa, maka segera lari meninggalkan pantai sejauh jauhnya
tanpa panik.
35. Cara menyelamtakan diri adalah jika ada tanda-tanda air laut surut setelah
ada kejadian gempa, maka segera lari meninggalkan pantai sejauh jauhnya
tanpa panik.
36. Cara menyelamtakan diri adalah jika ada tanda-tanda air laut surut setelah
ada kejadian gempa, maka segera lari meninggalkan pantai sejauh jauhnya
tanpa panik.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
89
DAFTAR ISTILAH
Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana
melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab
dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman,
penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan
yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang
merugikan.
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat dan Negara
Pengarusutamaan PRB
Proses dimana pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana
dikedepankan oleh organisasi/individu yang terlibat di dalam pengambilan
keputusan dalam pembangunan ekonomi, fsik, politik, sosial-budaya suatu negara
pada level nasional, wilayah daerah dan/atau lokal; serta proses-proses dimana
pengurangan risiko bencana dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan
tersebut
Pendidikan Siaga Bencana
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kecakapan hidup dalam mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
dan langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Komite Sekolah
Organisasi mandiri yang dibentuk dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan,
dan efsiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Ia menjadi ruang bagi
orangtua, masyarakat, dan pihak sekolah menyampaikan aspirasi dan merumuskan
kebijakan bagi peningkatan pendidikan di sekolah. Ia merupakan badan independen
yang tidak memiliki hubungan hirarkis dengan Kepala Sekolah. Ia menjadi mitra
kepala sekolah dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam memajukan
sekolah.
KTSP
Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Sekolah dan kepala sekolah mengembangkan KTSP dan silabus
berdasarkan a). Kerangka dasar kurikulum, b). Standar kompetensi, dibawah
supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Provinsi.
Kurikulum
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Daftar istilah
90
Ekstra kurikuler
adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat
dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan
di sekolah/madrasah.
Standar Kompetensi
ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti
suatuproses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu.
Kompetensi
kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai
perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik.
Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan
di seluruh wilayah hukum NKRI. Lingkup standar nasional pendidikan meliputi: a.
standar isi, b. standar proses, c. standar kompetensi lulusan, d. standar pendidik
dan tenaga kependidikan, e. standar sarana dan prasarana, f. standar pengelolaan,
g. standar pembiayaan, h. standar penilaian pendidikan.
Sumber/bahan belajar
adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara
sumber, serta lingkungan fsik, alam, sosial, dan budaya.
Standar isi
adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar proses
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan.
Standar kompetensi lulusan
adalah kualifkasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan
adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fsik maupun mental, serta
pendidikan dalam jabatan.
Standar sarana dan prasarana
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal
tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi,
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
91
serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Standar pengelolaan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efsiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
Standar pembiayaan
adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan
Standar penilaian pendidikan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Bencana
adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang
dapat terjadi secara tibatiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya
jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, di mana masyarakat
setempat dengan segala kemampuan dan sumberdayanya tidak mampu untuk
menanggulanginya.
Bahaya
adalah situasi, kondisi, atau karakteristik biologis, geografs, sosial, ekonomi, politik,
budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu
tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.
Kerentanan
adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat untuk mencegah,
menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu.
Kerentanan dapat berupa kerentanan fsik, ekonomi, sosial dan tabiat, yang dapat
ditimbulkan oleh beragam penyebab.
Kemampuan
adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat,
yang memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan,
menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari
akibat bencana
Risiko
adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah dan kurun waktu
tertentu yang timbul karena suatu bahaya menjadi bencana. Risiko dapat berupa
kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.
Pencegahan
adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana dan jika mungkin
dengan meniadakan bahaya.
Daftar istilah
92
Mitigasi
adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara
fsik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fsik, maupun non fsik-
struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan.
Kesiapsiagaan
adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui
pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Peringatan Dini
adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan
akan segera terjadi, yang menjangkau masyarakat, segera, tegas tidak
membingungkan, resmi
Tanggap Darurat
adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban
dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
Bantuan Darurat
merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan,
kesehatan, sanitasi dan air bersih
Pemulihan
adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan
melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air
bersih, pasar, puskesmas, dll).
Rehabilitasi
adalah upaya langkah yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu
masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan
menghidupkan kembali roda perekonomian.
Rekonstruksi
adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fsik, sosial
dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang
sama atau lebih baik dari sebelumnya.
Penanggulangan Bencana
adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan
bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana, mencakup tanggap
darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Untuk SD/MI
93
DAFTAR PUSTAKA
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, MENANGANI BANJIR, KEKERINGAN DAN LINGKUNGAN;
2005, Penerbit: Gama Press- Universitas Gajah Mada, 2005.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, KLH, MEMANEN AIR HUJAN: KLH, Jakarta, 2007.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, EKO-HIDRAULIK PEMBANGUNAN SUNGAI:
Magister Sistem Teknik, Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, 2002.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, W. Muth dan Norbert Eisenhauer (Jerman), HIDROLIKA
TERAPAN, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2002.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir PEMBANGUNAN SUNGAI, DAMPAK dan RESTORASI SUNGAI,
Gama Press- Universitas Gajah Mada, 2007.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir REKAYASA TANGGA IKAN (FISHWAY) : Gama Press-
Universitas Gajah Mada, 2007..

You might also like