You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM MICROWAVE (POLARISASI)

Oleh : 1. Dewi Marwita sari 2. Badrul asyrof ( 4201410071 ) ( 4201410102)

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

A.

TUJUAN
Mengukur intensitas gelombang di setiap sudut pada dua polarisator yang berbeda.

B.

LANDASAN TEORI
Gelombang mikro atau dikenal sebagai microwave ialah gelombang elekromagnet yang mempunyai daerah frekuensi antara 109 sampai 3 x 1011 Hz (300 Ghz) atau derah panjang gelombang dari 30 cm sampai dengan 1mm. daerah frekuensi antara 1 Ghz sampai 3 Ghz disebut daerah UHF (Ultra High Frequency). Gelombang mikro banyak digunakan dalam radar, sistem komunikasi dan juga untuk mempelajari struktur molekul dalam bahan. Sumber gelombang mikro adalah alat khusus yang bekerja secara elektronik, seperti klistron, magnetron, dan Travelling Wave tube (TWT). Salah satunya yang dipergunakan dalam eksperimen ini adalah Gunn oscilator sebagai sumber gelombang elektromagnetik. Jika gelombang mikro diserap oleh sebuah benda, maka akan muncul efek pemanasan pada benda itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, maka makanan menjadi panas dalam selang waktu yang sangat singkat. Proses inilah yang dimanfaatkan dalam microwave oven untuk memasak makanan dengan cepat dan ekonomis. Polarisasi hanya dapat terjadi untuk gelombang transversal dan tidak untuk gelombang longitudinal. Polarisasi adalah peristiwa tercapainya sebagian arah getar gelombang sehingga hanya tinggal memiliki satu arah getar saja. Gelombang mikro diramalkan oleh teori elektromagnet sebagai gelombang transversal, yaitu vektor listrik dan magnet bergetar adalah tegak lurus kepada arah penjalaran. Arah polarisasi pada gelombang elektromagnetik yang terpolarisasi bidang diambil sebagai arah vektor medan listrik.

Gambar 1. Gelombang tak terpolarisasi tidak ditransmisikan oleh pelat-pelat pemolarisasi sisi yang bersilangan

Gambar 1 menunjukkan penempatan pelat pemolarisasi kedua P2. Jika P2 dirotasikan terhadap arah penjalaran, maka ada dua kedudukan yang terpisah sebesar 1800, dengan intensitas gelombang yang ditransmisikan hampir sama dengan nol. Jika amplitudo dari gelombang terpolarisasi bidang yang jatuh pada P2 adalah Em maka amplitudo gelombang yang keluar adalah: Em cos dengan adalah sudut diantara arah polarisator P1 dan P2. Dengan mengingat bahwa intensitas yang ditransmisikan I berubah dengan menurut Snellius:
I = Im cos2 Dengan Im adalah nilai maksimum dari intensitas yang ditransmisikan, nilai maksimum tersebut terjadi bila arah polarisator P1 dan P2 adalah sejajar, yaitu bila = 1800. Ada empat fenomena yang menghasilkan cahaya yang terpolarisasi dari cahaya yang tidak terpolarisasi: 1. Absorbsi (penyerapan) 2. Hamburan 3. Pemantulan 4. Pembiasan ganda (Tipler jilid 2,hal 461) Polarisasi gelombang elektromagnetik dapat diperagakan dengan menggunakan gelombang mikro (microwaves) , yang memiliki panjang gelombang dalam orde sentimeter . Dalam sebuah pembangkit gelombang mikro tertentu, gelombang gelombang yang terpolarisasi diradiasikan oleh sebuah antena dipole. (Tipler jilid 2,hal 461)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Transmitter

2. Goniometer

3. Polarizer : yang terbuat dari triplek dan aluminium

4. Receiver

5. Component Holder

D.

PROSEDUR KERJA DAN RANCANGAN ALAT


1. Menyusun alat-alat seperti pada Gambar 2 dengan posisi penerima seperti semula (00). Sisi corong yang penjang letaknya horizontal. 2. Melepaskan polisatornya dari statif. Memutar penerima sehingga sisi panjangnya dari corongnya tegak lurus. 3. Mengatur kududukan polisator pada sudut 00. 4. Mengatur lengan alat penerima sampai dideteksi isyarat yang maksimum, tanpa mengubah kedudukan pemancar maupun reflektor. Kemudian mencatat pembacaan pada penerima untuk intensitasnya. 5. Mengatur kedudukan polarisator baru dengan sudut (0, 20 ,30 ,45 , 60 ,70 ,90)

Gambar 2. Susunan alat percobaan microwave polarisasi

E.

DATA PENGAMATAN
1. Variasi (polarisator terbuat dari triplek) No 1 2 3 4 5 6 7 I0 (mA) 1 1 1 1 1 1 1 0 20 30 45 60 70 90 Im (mA) 0,53 0,41 0,35 0.12 0,1 0,06 0

2. Variasi (polarisator terbuat dari aluminium) No 1 2 3 4 5 6 7 I0 (mA) 1 1 1 1 1 1 1 0 20 30 45 60 70 90 Im (mA) 0,48 0,41 0,35 0,19 0,12 0,049 0,15

F.

ANALISIS DATA
1. Menghitung nilai Im secara teori pada polarisator terbuat dari triplek. Im= I0 cos2 Pada = 0 Im = I0 cos2 = I0cos2 0 = . 1. 1 = 0,5 mA Ketepatan = 100%- ( = 100%- ( Pada = 20 Im = I0 cos2 = I0cos2 20 = . 1. (0,94)2 = 0,44 mA
0,44 0,41 0,44 0,5 0,53 0,5

100% )

100% ) = 94 %

Ketepatan

= 100%- ( = 100%- (

100% )

100% ) = 93,1 %

Pada = 30 Im = I0 cos2 = I0cos2 30 = . 1.(0,87) 2 = 0,37 mA


0,38 0,35 0,38

Ketepatan

= 100%- ( = 100%- (

100% )

100% ) = 92,1 %

Pada = 45 Im = I0 cos2 = I0cos2 45 = . 1. (0,7)2 = 0,24 mA

Ketepatan

= 100%- ( = 100%- (

0,240,12 0,24

100% )

100% ) = 50 %

Pada = 60 Im = I0 cos2 = I0cos2 60 = . 1. (0,5)2 = 0,20 m Ketepatan = 100%- ( = 100%- ( Pada = 70 Im = I0 cos2 = I0cos2 70 = . 1. (0,34)2 = 0,057 mA
0,057 0,06 0,057 0,125 0,1 0,125

100% )

100% ) = 80 %

Ketepatan

= 100%- ( = 100%- (

100% )

100% ) = 94,73 %

Pada = 90 Im = I0 cos2 = I0cos2 90 = . 1. 0 = 0 mA


0 0 0

Ketepatan

= 100%- ( = 100%- (

100% )

100% ) = 100 %

2. Menghitung nilai Im secara teori pada polarisator terbuat dari aluminium.

Im= I0 cos2 Pada = 0 Im = I0 cos2 = I0cos2 0 = . 1. 1 = 0,5 mA


0,5 0,48 0,5

Ketepatan

= 100%- ( = 100%- (

100% ) =

100% ) = 96 %

Pada = 20 Im = I0 cos2 = I0cos2 20 = . 1. (0,94)2 = 0,44 mA


0,44 0,41 0,44

Ketepatan

= 100%- ( = 100%- (

100% )

100% ) = 93,1 %

Pada = 30 Im = I0 cos2 = I0cos2 30 = . 1.(0,87) 2 = 0,37 mA


0,38 0,35 0,38

Ketepatan

= 100%- ( = 100%- (

100% )

100% ) = 92,1 %

Pada = 45 Im = I0 cos2 = I0cos2 45 = . 1. (0,7)2 = 0,24 mA

Ketepatan

= 100%- ( = 100%- (

0,240,19 0,24

100% )

100% ) = 79,1 %

Pada = 60 Im = I0 cos2 = I0cos2 60 = . 1. (0,5)2 = 0,20 m Ketepatan = 100%- ( = 100%- ( Pada = 70 Im = I0 cos2 = I0cos2 70 = . 1. (0,34)2 = 0,057 mA
0,057 0,049 0,057 0,125 0,12 0,125

100% )

100% ) = 96 %

Ketepatan

= 100%- ( = 100%- (

100% )

100% ) = 85,96 %

Pada = 90 Im = I0 cos2 = I0cos2 90 = . 1. 0 = 0 mA


0 0,15 0

Ketepatan

= 100%- ( = 100%- (

100% )

100% ) = 100 %

G. PEMBAHASAN
Pada percobaan polarisasi dengan menggunakan alat microwave optic, mula mula praktikan menyusun alat seperti pada rancangan diatas. Kemudian disini praktikan menggunakan dua perbandingan polarisator yaitu dengan menggunakan polarisator yang terbuat dari triplek dan yang terbuat dari aluminium. Setelah itu pada praktikum ini tujuannya adalah untuk mencari intensitas gelombang di setiap sudut jadi, pada praktikum ini juga mengatur kedudukan polarisator baru dengan sudut (0, 20 ,30 ,45 , 60 ,70 ,90). Dari hasil data praktikum yang diperoleh, keduanya menunjukan intensitas gelombang oleh system Polaroid akan mencapai nilai maksimum jika kedua sumbu polarisasi sejajar atau = 0 dan mencapai minimum jika kedua sumbu polarisasi saling tegak lurus yaitu pada = 90 atau pada percobaan polarisasi gelombang mikro, ketika polarisator diputar ke sudut 900(horisontal) intensitas gelombang semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa gelombang yang dipancarkan dari pemancar terpolarisasi vertikal sehingga gelombang tersebut tidak dapat melewati polarisator yang arahnya horisontal(900). Sebenarnya tidak ada pengaruhnya terhadap perbedaan polarisator yang terbuat dari triplek maupun dari aluminium. Namun dari data yang diperoleh ketika praktikum terdapat selisih bahkan data yang pada pada polarisator terbuat dari aluminium terjadi kesalahan karena dari data praktikum pada sudut = 90 itu tidak nol tetapi kalau dihitung secara praktik seharusnya bernilai nol karena gelombang yang dipancarkan dari pemancar terpolarisasi vertikal sehingga gelombang tersebut tidak dapat melewati polarisator yang arahnya horisontal(900). Untuk data praktikum yang polarisator nya terbuat dari triplek jika dibandingkan secara praktik dan teori hasilnya tidak jauh beda tapi sudah mendekati benar.terbukti dari ketepatan yang sudah dihitung semuanya memiliki ketepatan diatas 50 % kecualiyang sudut = 45 yaitu hanya memiliki ketepatan 50%. Sedangkan untuk polarisator yang terbuat dari aluminium hasil data praktikum dan hasil teori juga tidak menunjukan penyimpangan terlalu besar. Ini bisa ditunjukan dengan ketepatan yang diperoleh yaitu diatas 50% semua ketepatannya.

H. SIMPULAN
Nilai intensitas gelombang dipengaruhi besarnya sudut .

I.

DAFTAR PUSTAKA
Giancolli, 2001. Fisika Dasar 2 Edisi Kelima. Jakarta Erlangga. Halliday,D dan Resnick,R. 1984. Fisika Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Tippler , Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi tiga . Jakarta : Erlangga.

You might also like