You are on page 1of 11

POLIHIDRAMNION, MAKROSOMIA, DAN KEHAMILAN GANDA ANEMIA BERAT PERSALINAN LAMA Partus lama adalah fase laten lebih

h dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin, AB., 2002). Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh : His tidak efisien (adekuat) Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar) Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor) Tanda dan gejala partus lama, yaitu: Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada partograf. Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik. Alasan Merujuk

Penanganan partus lama adalah dengan merujuk pasien yang mengalami partus lama ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir. Alasan mengapa partus lama perlu dirujuk, yaitu karena partus lama memiliki dampak yang dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi ibu, janin, atau keduanya sekaligus. Bahkan, apabila tidak dapat terdeteksi maupun tertangani dengan baik, partus lama bisa berdampak fatal, yaitu dapat menyebabkan kematian pada ibu maupun janinnya.

Dampak yang ditimbukan oleh partus lama antara lain: Infeksi Intrapartum

Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi persalinan lama. Ruptura Uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada ibu dengan parietas tinggi dan pada mereka dengan riwayat SC. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai sebuah Krista transversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara simpisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan persalinan perabdominan segera. Cincin Retraksi Patologis

Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin local uterus pada persalianan yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat persalinan

yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini identasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya SBR. Konstriksi uterus local jarang dijumpai saat ini karena terlambatnya persalinan secara berkepanjangan tidak lagi dibiarkan. Konstriksi local ini kadang-kadang masih terjadi sebagai konstriksi jam pasir (hourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama. Pada keadaan ini, konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anesthesia umum yang sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang SC yang dilakukan dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi kembar kedua. Pembentukan Fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau retrovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala II yang berkepanjangan. Cidera Otot-otot Dasar Panggul

Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat. Efek-efek ini bisa menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul. Kaput Suksedaneum

Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yng besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius. Kaput hampir dapat mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri belum cakap. Molase kepala Janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase. Biasanya batas median tulang parietal yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan tulang di sebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang oksipital terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan perdarahan intracranial pada janin. B. Cara merujuk partus lama, yaitu: Tetap memantau/ mengobservasi tanda-tanda vital ibu Tetap memantau his dan mengontrol DJJ setiap setelah his. Beri infus ibu bila kondisi ibu semakin melemah. Infus cairan:

-Larutan garam fisiologis

-Larutan glucose 5-10% pada janin pertama: 1 liter/jam Tetap memperhatikan asupan gizi ibu terutama asupan cairan.

Beri Oksigen (sesuai kebutuhan) bila terjadi tanda tanda gawat janin. Posisikan ibu untuk miring ke kiri selama merujuk. Sumber : Wiknjosastro, H. (Ed.). 2007. Ilmu Kebidanan (kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifudin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Like Be the first to like this post.

CANDRA 1 Senin, 03 Oktober 2011 Persalinan Lama/Partus Lama A. Definisi Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin, AB., 2002). Persalinan lama disebut juga distosia yaitu persalinana yang sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan (buku obstetric patologi) Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan 18 jam untuk multigravida dan biasanya disertai komplikasi ibu maupun janin. B. Klasifikasi Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh : 1. Kelainan tenaga / kelainan his (power) : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.

Kelainan his : Intertia uteri : his yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang. Dapat di tegakan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah. Tetania uteri : his yang terlalu kuat dan terlalu sering sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot rahim. Akibatnya dapat terjadi persalinan presipitatus yaitu persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam, akibatnya terjadi persalinan tidak pada tempatnya, terjadi

trauma janin karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan, trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan. Inkordinasi otot rahim : menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebabnya factor usia ibu yang relative tua, pimpinan persalinan, rasa takut dan cemas. 2. Kelainan janin (passenger) : Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam betuk janin. Kelainan bentuk dan besar janin : hidrosefalus Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, muka, dahi dan kelainan oksiput. Kelainan letak janin : letak sungsang, letak lintang, presentasi rangkap ( kepal tangan, kepala kaki, kepala tali pusar ). 3. Kelainan jalan lahir (passage) : Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan. Kriteria kemungkinan tersebutyaitu : kepala janin belum turun pada minggu ke 36 yang disebabkan janin itu terlalu besar,

kesempitan panggul, lilitan tali pusar dan hidrosefalus kelainan letak : lintang, letsu pada multi para kemungkinan kesempitan panggul cdapat diduga riwayat persalinan yang

buruk dan persalinan dengan SC. Kelainan vagina dapat mengganggu perjalanan persalinan : tumor pada vagina Kekakuan himen dan perinium sehingga memerlukan episiotomi yang luas.

Dampak Persalinan Lama Pada Ibu dan Janin

Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau ke duanya sekaligus. Dampak pada ibu Infeksi intrapartum : Adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalm cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desisdua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsi pada ibu dan janin. Reptura uri : penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio sesaria Pembentukan fistula : apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Cedera otot-otot dasar panggul Efek pada janin Partus lama dapat merugikan, apabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus, resiko janin dan ibu akan muncul. Infeksi intrapartum bukan saja merupakan penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan penyebab penting kematian janin dan neonatus. Hal ini disebabkan bakteri didalam cairan amnion menembus selapu amnion dan menginvasi desiduaserta pembuluh korion, sehingga terjadi bakterimia pada ibu dan janin. Pnemonia janin akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya. Kaput suksedaneum Molase kepala janin C. Penanganan Umum

1. Persalinan palsu/belum in partu (Fase labor) Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang.Periksa adanya infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat. Bila tidak ada pasien boleh rawat janin 2. Fase laten memanjang (Prolonged latent phase) Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retropekfektif. Bila his berhenti disebut persalinan palsu atau belum inpartu. Bilamana kontraksi makin teratur dan pembukaan bertambah sampai 3 cm. pasien kita sebut masuk fase Iaten. Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tak ada kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks : - Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda gawat janin. Kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan in partu - Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCI mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 8 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostagladin. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin, lakukan seksio sesarea. - Pada daerah yang prevalansi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadi penularan HIV. - Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin 5 U dalam 500 cc dekstore atau NaCI mulai 8 tetes per menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin; serta obati infeksi denga ampisilin 2 gr IV sebagai dosis awal dan I dan IV setiap 6 jam dan gentamisin 2 x 80 mg.

3. Fase aktif yang memanjang (Prolonged active phase)

Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD atau adanya obstruksi : - Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki dan mempercepat kemajuan persalinan - Bila ketuban intak, pecahkan ketuban. Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam lakukan penilaian kontraksi uterusnya. 4. Kontraksi uterus adekuat Bila kontraksi uterus adekuat ( 3 dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya kemungkinan CPD, obstruksi, malposisi atau malpresentasi. 5. Disproporsi sefalopelvik CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan didaptkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus percobaan (trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas. - Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio sesarea - Bila bayi mati lakukan kraniotami atau embriotomi (bila tidak mungkin lakukan seksio sesarea) 6. Partus Macet (Obstruksi) Bila ditemukan tanda-tanda obstruksi - Bayi hidup lahirkan seksio sesarea - Bayi mati lahirkan dengan kraniotomi embriotomi 8. Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)

Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi atau obstruksi bisa disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi uterus yang tidak adekuat.

DAFTAR PUSTAKA Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. Tridasa printer ; Jakarta. 2008. Sastrawinata sulaiman. Obstetri Patologi. Penerbit buku kedokteran EGC ; Jakarta.2005.

You might also like