You are on page 1of 26

Tinjauan Pustaka

MAKALAH PBL BLOK 7: Struktur, Fungsi dan Mekanisme Kerja Sistem Penapasan NURSHAWINA BINTI KAMALUDIN (102011429)
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Telp: 021 569 42061, Fax: 021 563 1731 win_wiena7979@yahoo.com

Pendahuluan
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan. Pada dasarnya ia dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paruparu beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Terdapat juga otot-otot utama dan otot-otot tambahan yang membantu dalam inspirasi dan ekspirasi. Srtuktur dan mikroskopik alveoli dan structural paru

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

menjadikan proses difusi efektif. Terjadi perubahan pada bagian-bagian toraks ketika inspirasi dan ekspirasi. Makalah ini turut mengetahui

pemeriksaan fungsi

paru

dengan melakukan spirometri

untuk

mengukur volume pernapasan. Selain itu turut mempelajari pusat respirasi yang mengontrol fungsi otonom pernapasan.

Pembahasan
Sistem respirasi atau pernapasan
Sistem respiratorius mencakup organ paru-paru dan sistim saluran yang menghubungkan jaringan paru dengan udara dari luar tubuh ke jaringan tubuh. Sistim ini dilalui udara yang dihirup yang mengandung O2 yang penting untuk metabolisme dan mengeluarkan CO2 dan zat-zat lain yang merupakan hasil metabolisme tubuh. Secara dasarnya sistem ini dapat dibagi kepada dua bagian yaitu: 1) Bagian konduksi- yang berfungsi menyalurkan udara dan gas. Kavum nasi

Dipisahkan oleh septum nasi. Lubang bagian depan (nares anterior) dan bagian belakang (nares posterior) berhubungan dengan bagian atas nasofaring melalui koana. Dibagi kepada dua yaitu vestibulum nasi dan fossa nasalis. Di vestibulum nasi terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Di sini terdapat vibresae yaitu rambut kasar yang berperan dalam menyaring udara yang masuk. Nasofaring Laring Trakea Bronkus : ekstrapulmonal dan intrapulmonal Bronkiolus terminalis

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

2) Bagian respirasi- berperan dalam proses pertukaran gas Bronkiolus respiratorius Duktus alveolaris Sakus alveolaris Alveolus/alveoli

Gambar 1: Saluran Pernapasan Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin. 1,2

Alat Pernafasan
a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis) Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar 3

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

minyak (kelenjar

sebasea) dan

kelenjar

keringat (kelenjar

sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan tulang disebut konka. Konka superior dilapisi oleh epitel khusus manakala konka nasalis media dan inferior dilapisi epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Manakala di bawah konka inferior terdapat plexus venosus berdinding tipis sehingga mudah perdarahan.1,-3

Kemoreseptor penghidu terletak di epitel olfaktorius yang merupakan epitel bertingkat torak. Ia terdiri atas tiga jenis sel yaitu: i) Sel olfaktorius : Merupakan neuron bipolar dengan dendrit terletak pada bagian apical dan akson ke lamina propia. Ujung dendrit yang menggelembung disebut vesikula olfaktorius. ii) Sel sustentakuler/ sel penyokong : bentuk sel silindris tinggi dengan bagian apex lebar dan bagian basal yang menyempit. Sitoplasma mempunyai granula kuning kecoklatan. iii) Sel Basal : Sel berbentuk segitiga, inti lonjong. Ia merupakan reserve cell/ sel cadangan yang membentuk sel penyokong dan mungkin menjadi sel olfaktorius. Di epitel ini juga terdapat kelenjer Bowman yang berperan agar epitel sentiasa lembab dan juga sebagai pelarut zat-zat kimia yang dalam bentuk bau. Sinus paranasalis adalah rongga dalam tulang tengkorak yang berhubungan dengan kavum nasi. Antaranya ialah sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis dan sinus maxillaris. Ia dilapisi oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Kelenjar-kelenjer di sini memproduksi mukos yang dialirkan ke kavum nasi oleh gerakan silia. Peradangan di sini akan dikenali sebagai sinusitis. 2,4 b. Faring (Tenggorokan) Ruangan dibelakang kavum nasi, yang menghubungkan traktus digestivus dan traktus respiratorius. Ia merupakan percabangan dua saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. i) Nasofarings Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Di bagian posterior terdapat jaringan limfoid yang membentuk tonsil faringea. Pada anak-anak ia sering membesar dam meradang yang dikenali sebagai adenoiditis. Terdapat muara yang menghubungkan rongga hidung dengan telinga tengah disebut faringeum tuba auditiva. Di sekelilingnya banyak kelompok jaringan limfoid disebut tonsila tuba. ii) Orofarings- Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Dilanjutkan ke atas menjadi epitel mulut dan bagian bawah ke epitel oesophagus. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. 2,4 c. Larings Menghubungkan faring dan trakea. Bentuknya tidak beraturan dan terdiri dari epitel torak bersilia bersel goblet kecuali pada plika vocalis berlapis gepeng. Ia berperan untuk fonasi dan mencegah benda asing memasuki jalan nafas dengan adanya reflex batuk. Ia mempunyai sembilan tulang rawan yaitu tiroid, krikoid, arytenoid, epiglottis, kuneiformis dan kornikulata. Terdapat ligamentum yang mengikat tulang rawan ini dan berartikulatio dengan otot intrinsik. Kontraksi otot kontriksi akan menyebabkan perubahan bentuk dan celah pita suara sehingga menghasilkan suara (fonasi). Manakala otot ektrinsik pula berhubungan dengan proses menelan. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. 2,4 d. Epiglottis Terdiri dari tulang rawan elastis. Ia mempunyai dua permukaan yaitu:

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

i) Permukaan Lingual yang menghadap ke lidah. Epitel di sini ialah berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Ia merupakan bagian anterior yang paling sering berkontak dengan akar lidah pada proses menelan. ii) Permukaan Laringeal yang menghadap ke larings. Terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet yang akan melanjut ke trakea dan bronkus. Merupakan bagian posterior yang paling sering berkontak dengan makanan.

Di bawah epiglottis terdapat dua lipatan mukosa yang menonjol ke lumen laring. Bagian atas disebut pita suara palsu / plika oleh rima vestibularis. Plika ini dipisahkan kanan dan kiri vestibuli. Bagian bawah disebut pita suara sejati/ plika vocalis. Di antara dua plika ini terdapat daerah yang disebut rima vocalis/ rima glotidis. Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Epitel bersilia. bertingkat torak Serat-serat elastin tersusun sejajar membentuk ligamentum vocalis. Sejajar M. vokalis dengan ligamentum vocalis terdapat otot skelet ;

Fungsi

M.Vocalis

adalah

mengatur

ketegangan

pita

suara

dan 6

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

ligamentum sehingga udara yang melalui pita suara dapat menghasilkan suara dengan nada yang berbeda-beda. Rima glotidis dan plica vocalis meluas ke lateral membentuk sinus ventrikularis/ sinus Morgagni.
3

Gambar 2: Sinus Morgagni

e. Tenggorokan (Trakea) Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Cincin-cincin ini dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis dan retikulin yang disebut ligamentum anulare yang mencegah lumen trakea dari meregang berlebihan. Silia pula berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Bagian yang mengandung tulang rawan disebut pars kartilagenia manakala yang mengandung otot disebut pars membranasea. Bagian posterior terdapat banyak kelenjer dan rangsangan dari N. laringeus rekuren akan menyebabkan kelenjer ini mengeluarkan sekretnya.2,3 Trakea juga terdiri dari tiga lapisan yaitu : i- Mukosa trakea : Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.

Lamina basalis agak tebal dan jelas manakala lamina propia mempunyai serat-serat elastin yang berjalan longitudinalis yang membentuk membrane

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

elastika interna. ii- Tunika Submukosa : terdiri dari jaringan ikat jarang, lemak, kalenjer campur ( Glandula trakealis) yang banyak di bagian posterior. iii- Tunika adventisia : terdapat kelenjer campur. Jaringan fibroelastis yang berhubungan dengan perikondrium sebelah luar pars kartilagenia.

Gambar 3: Lapisan pada Trachea Sel-sel epitel trakea/ epitel respiratorius terdiri dari lima jenis: i- Sel Goblet : Mensintesa dan mensekresi lendir dan sekresinya bersifat apokrin. Mempunyai apparatus golgi dan reticulum endoplasma di basal sel. Terdapat microvilli di apex. Mengandung tetesan mucus yang kaya akan polisakarida. ii-Sel Silindris bersilia : Merupakan sel yang terbanyak. Setiap sel terdiri dari 300 silia di apikalnya. Terdapat banyak mitokondria kecil yang menyediakan ATP untuk pergerakan sel. iii- Sel sikat : Mempunyai microvilli di apex yang berbentuk seperti sikat. Terdiri dari dua macam yaitu yang sangat panjang dan sangat pendek. iv- Sel Basal : Merupakan sel induk yang akan bermitosis dan berubah menjadi sel lain. v-Sel sekretorik/ bergranula : Terdapat granula pada sitoplasmanya yang mengandung katekolamin yang akan mengatur akivitas sel goblet dan gerakan silia. Tergolong dalam sel APUD ( Amine Precursor Uptake Decarboxylation). Ia juga mengatur sekresi mukosa dan serosa.

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

f. (Bronki) Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Terbagi kepada dua yaitu bronkus ekstrapulmonal dan intrapulmonal. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus kecil terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia namun bronkus terkecil terdiri dari epitel selapis torak bersilia bersel goblet. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. 1 Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar. 1,3, 5 Bronkiolus terminalis Terdiri dari epitel selapis torak bersilia bersel goblet atau epitel selapis torak rendah. Tidak terdapat tulang rawan. Fungsinya hanya sebagai saluran.Di antara deretan sel ini terdapat sel clara. Sel ini berbentuk kubah, tidak bersilia dan bagian puncak menonjol pada lumen. Fungsinya terhadap pembentukan cairan bronkiolar yang mengandung protein, glikoprotein, kolesterol dan mengeluarkan sejumlah kecil surfactant yang terdapat di dalam secret bronkiolar.

Bronkiolus Respiratorius Bagian antara bagian konduksi dan bagian respirasi. Epitel torak rendah atau epitel selapis kubis sedikit silia tanpa sel goblet. Pada lamina propia terdapat serat kolagen, serat elastin, dan otot polos yang terputus. Di antara alveoli terdapat epitel selapis kubis ( dinding diselangi alveoli yaitu tempat terjadinya pertukaran gas) . Di hujung bronkus respiratorius terdapat satu saluran yang dipanggil duktus alveolaris. Dindingnya tipis dan sebagian besarnya terdiri dari

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

alveoli. Pintu-pintu masuk ke alveolus terdapat epitel selapis gepeng . Di dalam lamina propia masih terdapat serat otot polos. Di sekelilingnya terdapat kantung yang disebut sakus alveolaris. Kantong ini dibentuk oleh beberapa alveoli yang akan membentuk satu ruangan yang disebut. Di muaranya terdapat serat elastin dan retikulin dan di sini sudah tidak kelihatan otot polos. 2

Alveolus
Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300-500 juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter. Di sini terdapat serat elastin yang akan melebar waktu inspirasi dan menciut pada waktu ekspirasi. Serat kolagen pula adalah untuk mencegah regang yang berlebihan sehingga septum dan kapiller tidak rusak. Pada dinding alveolus terdapat satu lubang kecil yang disebut stigma alveolaris atau lamberts sunises atau porus kohn. Lubang ini penting jika berlaku penyumbatan di mana-mana cabang bronkus atau bronkiolus kerana membenarkan udara mengalir dari alveolus ke alveolus lain secara kolateral. Namun, ini juga menjadi jalan mudah untuk bakteria menyebar contohnya pneumonia. Epitel di sini ialah epitel selapis gepeng yang tipis (type 1). Di antara sel type 1 ada sel alveol type II yang mensekresi surfaktan (surface-active subtances) terdiri dari kompleks fosfolipoprotein yang membantu pengembangan jaringan paru. Dapat juga ditemukan sel debu (dust cell) yang bekerja mamfagosit debu mikroorganime dan benda asing yang terdapat dalam alveoli yang ikut saat inspirasi. 2,3

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

10

Gambar 4 : Struktur Alveoli

Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada.

Gambar 5: Pembungkus paru Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang.

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

11

Gambar 6: Tulang yang membentuk rangka dada Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan. 1,3 Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :

Gambar 7 : otot-otot pernapasan 1 Interkostalis eksternus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga. 2. Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada). 3.Skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

12

4. Interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga. 5. Otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma ke atas. 6. Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma Peredaran Darah Paru 1) Sirkulasi Pulmonal berfungsi membawa hasil pertukaran darah kapiler dan udara alveol. Ia juga berfungsi sebagai saringan. Dari ventrikel kanan ke arteri pulmonal, ia bercabang-cabang mengikuti saluran udara dan berakhir di jaringan kapiler yang luas di sekitar alveol. 2) Sirkulasi Bronkiol ( sistemik) menyediakan nutrient bagi paru.

Apabila berbaring paru dapat menampung 400ml darah karena pengaruh dari gravity. Manakala sikap berdiri darah kembali ke sirkulasi sistemik. Pengukuran kapasitas vital (VC) pada sikap berbaring lebih kecil dari sikap berdiri.

Mekanisme Pernapasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk dan begitu juga sebaliknya. Pada keadaan normal tekanan intrapleura kurang dari tekanan atmosfir dan keadaan ini disebut tekanan subatmosferik (tekanan negative atau tekanan donders). 5,6 Pada keadaan istirahat (akhir ekspirasi tenang) jaringan paru dan

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

13

dinding dada pada kedudukan Resting End Expiratory Level (REEL). Pada keadaan ini paru dalam keadaan tenang hasil resultant sifat paru yang cenderung collapse dan dinding dada yang cenderung mengembang.

Proses Inpirasi Suatu proses aktif di mana berlaku kontraksi otot-otot inspirasi. Pada inspirasi tenang setelah mendapat perangsangan dari N. Frenikus, otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk. Pembesaran dada kira-kira 75% oleh diafragma. Manakala otot intercostal eksternus pula berkontraksi akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk mengakibatkan volume dada meningkat 25%. Iga-iga terangkat ke atas lateral manakala sternum bergerak ke anterior atas. Pada inspirasi kuat, otot-otot tambahan seperti M. pectoralis major, M. sternocleidomastoideus dan lain-lain turut berkontraksi. Proses Ekspirasi Merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru. Manakala otot intercostal internus pula relaksasi atau kembalinya ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Jadi jaringan paru sudah kembali berkedudukan asal sesudah teregang (daya recoil).

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

14

Gambar 8 : Perubahan ketika inspirasi dan ekspirasi

Terdapat tiga tekanan penting dalam proses ventilasi yaitu tekanan atmosfer, tekanan intrapulmo dan intrapleura. Perbedaan tekanan intrapleura dengan tekanan luar pada dinding dada menyebabkannya tertekan kearah paru. Manakala perbedaan intra alveol dengan intrapleura menyebabkan paru teregang kearah luar. Jadi jika tekanan sub-atmosferik hilang tekanan transmural pada dinding dada dan jaringan paru juga hilang menyebabkan paru dengan dinding dada terpisah. Akibatnya paru kolaps (atelectasis) dan dinding dada lebih mengembang (Barrel Chest). 3-6

Pernafasan pada bayi


Pada janin jaringan paru belum mengembang jadi pernapasan dalam adalah melalui duktus arteriosis dan foramen oval mengakibatkan peredaran darah relative kecil. Pernafasan luar pula adalah melalui placenta. Pada waktu kelahiran, oklusi pulmonal placenta mengakibatkan tahanan sirkulasi sistemik meningkat tiba-tiba sehingga melampaui tekanan A.Pulmonal mengakibatkan foramen oval tertutup. Duktus Arteriosis juga tertutup akibat kontraksi otot polos pembuluhnya. Jadi pemutusan sirkulasi placenta menimbulkan afaksia berat menyebabkan rangsang untuk inspirasi pertama melalui kontraksi diafragma. Tekanan intrapleura juga menurun (tekanan negative) menyababkan paru mengembang. Sekali udara yang 15

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

masuk tidak dapat dikeluarkan sepenuhnya mengakibatkan udara atau volume minimal.

Elastisitas pada jaringan paru


Daya recoil : kemampuan untuk kembali ke bentuk asal sesudah diregangkan. Ini turut mengembalikan paru ke resting level (REEL). Compliance : Merupakan indikasi kemampuan perluasan paru-paru, bagaimana paru-paru dengan mudahnya mengembang dan mengempis. Kemudahan jaringan paru untuk meregang dapat dinyatakan dengan rumus:

Faktor-faktor yang mempengaruhi compliance: i. Volume paru: semakin besar volume paru, semakin kecil nilai compliance. ii. Perubahan elastisitas : Bila berlaku fibrosis, compliance akan menurun. iii. Tahanan jalan paru : apabila terjadi kongesti dan edema paru, tahanan paru akan meningkat maka compliance akan menurun. Pada emfisima daya recoil akan hilang dan compliance akan meningkat. iv. Tegangan permukaan alveol : terdapat lapisan surfaktan yang menurunkan tegangan paru dan meningkatkan compliance.

Pemeriksaan fungsi paru Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut spirometer dan pencatatannya disebut spirogram. 5,6

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

16

1 . 2 .

Tidal volume (TV)

Volume alun nafas, udara yang keluar masuk pada pernafasan tenang.

Volume inspirasi ( IRV )

cadangan

Volume udara maksimal yang dapat masuk paru setelah inspirasi biasa.

3 .

Volume ekspirasi ( ERV )

cadangan Jumlah biasa.

udara

maksimal

yang

dapat

dikeluarkan dari paru setelah ekspirasi

4 .

Volume residue (RV)

Udara yang masih tersisa dalam paru setelah ekspirasi maksimal: i-Volume ii- Volume kolaps: minimal Dapat : dikeluarkan tinggal

selepas paru kolaps masih sesudah paru kolaps. (Digunakan oleh forensik untuk mengtahui samaada bayi 5 . 6 . 7 . Kapasitas Fungsional (FRC) Kapasitas Vital ( VC ) VC = IRV + TV + ERV ( menggambarkan kemampuan Residu FRC = ERV + RV Kapasitas inspirasi (IC) lahir sebelum atau sesudah mati. IC = TV + IRV

pengembangan paru ) 8 . 9 . Kapasitas (TLC) Maximal capacity ( MBC) Breathing Volume pernafasan sekuat-kuatnya dan secepat-cepatnya. ( 125- 170 L/menit ) Paru Total TLC = VC + RV

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

17

Gambar 9: Kurva hasil Spirometri


Dengan menggunakan spirometri dan pengatur kecepatan pencacatan dapat dikira Volume ekspirasi paksa (FEV). Selain itu, spirometri juga dapat menentukan gangguan ventilasi. Kelainan ventilasi dapat dibagi dua yaitu: iPenyakit paru Obstruktif : Kondisi di mana berlaku penyumbatan

atau penyempitan saluran udara nafas. Jadi untuk mengosongkan paru adalah lebih sukar dari pengisian. iiPenyakit paru Restriktif : Penghambatan kemampuan paru untuk

mengembang.

Pulmonary Parameter VC

Obstructive Disease normal or decreased

Restrictive Disease decreased

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

18

TLC RV FEV1/FVC MMEFR (FEF25%75%) MBC

normal or increased increased decreased decreased

decreased decreased normal or increased normal

decreased

normal

Tabel 1 : Tipe Gangguan Ventilasi


Ruang rugi adalah ruangan yang tidak terlibat dalam pertukaran gas. Ia hanya berfungsi sebagai saluran. Ruang ini adalah dari hidung sampai dengan bronkus terminalis. Normal adalah 150 ml. 3,5

Ventilasi pulmonal ialah jumlah udara yang keluar masuk paru per menit.

TV = Frekuensi pernafasan /menit


Ventilasi alveol pula :

( TV Volume Ruang Rugi ) X frequensi pernafasan/ menit

Proses difusi
Salah satu fungsi pernapasan adalah untuk mengambil oksigen dari atmosfer dan melepaskan CO2 dari darah melalui proses difusi. Faktor terpenting yang menyebabkan difusi gas adalah perbedaan tekanan parsiil gas antara alveoli dan darah. Manakala faktor yang mempengaruhi kecepatan proses difusi pula adalah: i- Perbedaan tekanan parsiil gas dan tekanan gas (dalam cairan) ii- Luas penampang lintang antar muka gas-cairan

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

19

iii- Panjang jarak yang harus ditembus molekul-molekul gas. iv- Daya larut gas- CO2 lebih mudah larut dari O2 Tiga fase proses difusi gas ( antara udara alveol dan darah kapiler paru ) a. Fase gas Luas penampang total saluran udara dari trakea sampai alveol makin besar, aliran udara hanya akan sampai duktus alveolaris. Gas yang berat molekul lebih ringan akan bergerak lebih cepat jadi O2 lebih cepat berdifusi dari CO2. b. Fase membrane : apabila membrane respirasi tebal, maka difusi gas akan sukar. c. Fase cairan : O2 mendifusi ke cairan (plasma) kemudian ke eritrosit dan berikatan dengan hb.

Transport O2
Sedikit sangat untk ditemui dalam bentuk larut. Menurut hukum Henry hanya 0,393ml/100mL darah namun keadaan yang sebenarnya adalah sebanyak 20 mL/mL darah. Perbedaan ini adalah karena kemampuan Hb dalam transport oksigen. Ikatan O2 pada hb adalah ikatan fisis.
5-7

Hb Reduced Hb

O2 Oxy-Hb

HbO2

Manakala oksi Hb ( pelepasan O2 dari Hb ditentukan oleh tekanan CO2 di medium sekeliling Hb. Proses deoksigenasi ini berlaku di kapiler jaringan. HbO2 O2 Hb + Deoxy- Hb

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

20

Gambar

10 : Kurva Dissosiasi OxyHb

Kejenuhan HbO2 dalam arteri sekitar 97% (Shunt physiologist). Pada keadaan ini arteri mengandung 19.8 ml O2/100ml darah. Pada PO2 50 mmHg berlaku pelepasan O2 dengan cepat dan di sini kurva lebih tegak. Titik ini merupakan unloading tension dari Hb. Di jaringan di mana PO2 40mmHg, Hb akan melepaskan O2 volume persentase O2 ke jaringan. 4,7 Kurva dissosiasi oksigen dari Hb menyatakan hubungan PO2 dan saturasi. Hb mudah melepaskan O2 (kurva bergeser ke kanan) bila: pH menurun PCO2 meningkat Suhu meningkat Kosentrasi 2,3 BPG meninggi dalam sel darah merah PO2 menurun dan diserahkan ke sel-sel jaringan. Dalam sekali jalan ke jaringan Hb akan melepaskan 15-20%

Pengaruh PCO2 terhadap dissosiasi Oxy-Hb disebut efek Bohr. PCO2 yang

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

21

normal (40mmHg) disebut fisiologis, PCO2 20 mmHg adalah alkalosis respiratorik, manakala pada PCO2 80mmHg adalah asidosis respiratorik. 2,3-DPG terdapat di dalam eritrosit dan membentuk ikatan reversible dengan Hb terhadap O2. Ia merupakan zat antara metabolisme dalam glikolisis EM. DPG dapat meningkat pada hipoksia (kurang oksigen) misalnya ketika naik gunung lebih tinggi dari 2500m. Dapat juga meningkat pada pengidap anemia (kurang hb) dan yang mempunyai kelainan pada kongenital Hb. 7 Afinitas Hb janin terhadap O2 lebih besar dari Hb ibu. Eritrosit yang mengandung HbF mempunyai afinitas tinggi terhadap O2. Hal ini menguntungkan janin karena P plasenta rendah. Ini menyebabkan kurve lebih curam dan bergeser ke kiri. Oleh karena afinitas HbF terhadap DPG rendah jadi seolah-olah afinitas terhadap O2 adalah tinggi. Namun ternyata afinitas HbF dan HbA adalah sama.
5,6

Transpor karbon dioksida ( CO2 )


Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh CO2). 2. Karbon dioksida berikatan dengan protein. Walaupun hanya 20% dari seluruh CO2 tapi merupakan cara pengangkutan yang penting. i- Terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin Deoksi Hb afinitasnya lebih besar terhadap CO2 dibandingkan dengan HbO2. HbCO2 dan karbamino hb adalah ikatan longgar (reversible). berikut. 1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat

ii- CO2 berikatan dengan NH2-valine. 2,3- DPG juga berkaitan dengan NH2-Valine. Jadi keduanya bersaing untuk berikatan dengan Hb.

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

22

Menurut efek Haldane pengikatan O2 pada Hb akan mengusir CO2 ( pelepasan CO2 dari ikatannya sebagai karbamino-Hb ). Efek Haldane secara kuantitatif dapat meningkatkan transport CO2 lebih penting dari efek Bohr dalam meningkatkan transport oksigen. Efek Haldane merupakan akibat dari oxy-Hb lebih asam dari reduced Hb. Ini karena sewaktu oksigenasi hb menjadi HbO2 meningkatkan pelepasan proton (H+) dari mol Hb. Seterusnya H+ akan berikatan HCO3- membentuk H2CO3 yang kemudian akan dipecah menjadi CO2 dan H2O oleh Carbonic Anhydrase. 6,7

HHb + O2 H+ + HbO2

3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut: //Reaksi tersebut berlangsung lambat di plasma manakala di eritrosit berlaku sangat cepat karena dikatalisa enzim anhydrase karbonat. Ion chloride ( Cl- ) masuk ke dalam eritrosit ( Chlorida Shift ) mengimbangi pengeluaran ion bikarbonat dari sel.7 //Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan

munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.7

Pusat Pernapasan Otomasi

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

23

Pusat pernapasan volunteer di korteks cerebri impulsnya disalurkan melalui traktus kortikospinalis ke motor neuron saraf pernapasan. Bila pernapasan pusat dengan perifer terputus, pernapasan spontan (otonom) berhenti tetapi pernapasan yang disengaja masih dapat dilakukan. Terdiri dari tiga bagian:

a) Pusat respirasi Terletak di formatio retikularis medulla oblongata lepas muatan berirama menghasilkan pernafasan spontan. Ia terdiri dari dua kelompok neuron yaitu kelompok dorsal ( Dorsal respiratory group) dan kelompok ventral (Ventral respiratory group). Kelompok dorsal terutama terdiri dari neuron I, secara periodic melepaskan impulse dengan frekuensi 1215/menit. Serat-serat saraf yang keluar dari neuron I sebagian besarnya berakhir di motor neuron medulla spinalis akan mempersarafi otot-otot inspirasi utama.
6

Manakala sebagian yang lain akan menuju ke kelompok Ventral yang terdiri dari neuron I dan neuron E. Keduanya tidak aktif pada pernapasan tenang. Namun bila kebutuhan ventilasi meningkat neuron I Ventral diaktifkan untuk mempersarafi otot-otot inspirasi tambahan melalui N IX dan N X.
6

Neuron E Ventral pula setelah dirangsang akan mengeluarkan impulse untuk menyebabkan kontraksi otot-otot ekspirasi. Di sini berlaku mekanisme umpan balik negative antara neuron Dorsal I dan neuron E Ventral. Impulse dari neuron Dorsal I akan merangsang neuron E Ventral. Namun, neuron E ventral sebaliknya akan mengeluarkan impulse untuk menghambat neuron Dorsal I. Jadi neuron Dorsal I menghentikan aktifitasnya sendiri melalui rangsang hambatan. Pusat respirasi mampu melepaskan impulse spontan berirama tetapi turut dipengaruhi oleh impulse dari berbagai bagian 4-6:

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

24

Impulse aferen dari jaringan parenkim paru melaui Nx Korteks cerebri Pusat apneustik Pusat pneumotaksik

b) Pusat apneustik 4-6 Merupakan pons bagian bawah. Ia memberi pengaruh tonik terhadap pusat inspirasi, pusat ini dihambat impulse eferen melalui NX. c) Pusat Pneumotaksik 4-6 Merupakan bagian atas pons. Impulse di sini menghambat aktifitas neuron I jadi rangsangan inspirasi dihentikan. Pusat pneumotasksik adalah tonik lebih pada dominan pusat daripada apneustik. pusat Namun bila Pusat Pneumotaksik dan pengaruh Nervus Vagus (N X) dihilangkan, pengaruh apneustik terhadap respirasi dominan mengakibatkan apneusis yaitu kondisi dimana nafas terhenti pada saat inspirasi. Pengaruh hambatan melalui N X masih dapat terjadi irama pernapasan tetapi lebih lambat dan dalam. 6 Jadi pusat pernapasan di pons berfungsi untuk mengatur pernapasan agar lebih halus. Selain itu, teratur inspirasi dan ekspirasi juga dapat berjalan mulus. //

Penutup
Sistem Respirasi berfungsi untuk menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah. Saluran pernapasan sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru. Selain itu ia sebagai sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya. Gangguan atau kelainan pasa system ini dapat mempengaruhi system lain juga.

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

25

Daftar Pustaka
1. Gunardi S. Anatomi Sistem Pernapasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007 2. Scanlon VC, Sanders T. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Ed 3. h315-37 3. Asih NGY, Effendy C. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002.h2-22 4. Moore KL, Dalley AF. Clinically Oriented Anatomy. United States. Fifth edition: Lippincott Williams & Wilkins, 2006. p.1124-55 5. Ganong, WF. Fisiologi kedokteran . Edisi ke- 14. Jakarta : EGC,h. 669708 6. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia : Elsevier Sanders.p71-9 7. Kennelly PJ, Rodwell VW. Dalam: Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2006.h.44-9

NURSHAWINA BT KAMALUDIN

26

You might also like