You are on page 1of 12

Strategi Dan Teknologi Penanggulangan Pencemaran Lingkungan

A. Pendahuluan Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannyamakluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atauberubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alamsehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkanlingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai denganperuntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Di Indonesia, penggunaan pupuk dan pestisida kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau, sebuah proyek ambisius Orde Baru untuk memacu hasil produksi pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang dimulai sejak tahun 1970-an. Memang Revolusi Hijau telah menjawab satu tantangan ketersediaan kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat. Namun keberhasilan itu bukan tanpa dampak dan efek samping yang jika tanpa pengendalian, dalam jangka panjang justru mengancam kehidupan dunia pertanian. Gebrakan revolusi hijau di Iahan kimia sintetik yang digunakan dalam pertanian, pupuk misalnya telah merusak struktur, kimia dan biologi tanah. Bahan pestisida diyakini telah merusak ekosistem dan habitat beberapa binatang yang justru menguntungkan petani sebagai predator hama tertentu. Disamping itu pestisida telah menyebabkan imunitas pada beberapa hama. Lebih lanjut resiko kerusakan ekologi menjadi tak terhindarkan dan terjadinya penurunan bertani. Revolusi hijau memang pernah meningkatkan produksi gabah. Namun berakibat: a. Berbagai organisme penyubur tanah musnah produksi membuat ongkos produksi pertanian cenderung meningkat. Akhirnya terjadi inefisensi produksi dan melemahkan kegairahan

b. c. d. e. f.

Kesuburan tanah merosot / tandus Tanah mengandung residu (endapan pestisida) Hasil pertanian mengandung residu pestisida Keseimbangan ekosistem rusak Terjadi peledakan serangan dan jumlah hama.

Revolusi Hijau bahkan telah mengubah secara drastis hakekat petani. Dalam sejarah peradaban manusia, petani bekerja mengembangkan budaya tanam dengan memanfaatkan potensi alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Petani merupakan komunitas mandiri. Namun dalam revolusi hijau, petani tidak boleh membiakkan benih sendiri. Bibit yang telah disediakan merupakan hasil rekayasa genetika, dan sangat tergantung pada pupuk dan pestisida kimia yang membuat banyak petani terlilit hutang. Akibat terlalu menjagokan bibit padi unggul, sekitar 1.500 varietas padi lokal telah punah dalam 15 tahun terakhir ini. Perkembangan teknologi ikut memberikan pengaruh bagi pencemaran lingkungan Indonesia : a. Timbulnya pencemaran pada air maupun tanah akibat penggunaan pestisida (pupuk kimia) yang berlebih. Sebab jika unsur nitrat maupun fosfat yang terkandung dalam pupuk dalam jumlah banyak masuk ke sungai akan menyebabkan pertumbuhan ganggang biru serta tanaman air lainnya yang menyebabkan pengeringan sungai karena banyaknya tumbuhan air (eutrofikasi). b. Penggunaan pestisida dapat membunuh hama tanaman, serangga pemakan hama, burung, ikan dan hewan lainnya. Bahkan dari unsur-unsur yang terkandung dalam pestisida dapat berubah menjadi senyawa yang membahayakan kehidupan. c. Pelaksanaan monokultur menyebabkan hubungan yang tidak seimbang antara tanah, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sehingga kesimbangan alam akan terganggu yang menyebabkan berjangkitnya hama dan penyakit. d. Adanya sistem peladangan berpindah atau penebangan pohon dalam jumlah besar yang dilakukan oleh pihak pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)

guna dibuat pemukiman baru menyebabkan kerusakan lingkungan kususnya pada ekosistem tanah. e. Semakin sempit lahan pertanian karena diubah menjadi wilayah pemukiman dan industri. f. Meningkatnya kegitan penggalian sumber alam, pertambangan liar yang kurang memperhatikan kondisi lingkungan.
B. Macam-macam Pencemaran Lingkungan

1.

Berdasarkan Tempat Terjadinya

Menurut tempat terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran udara (Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok), air (Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur,atau komponen lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas airterganggu. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau,rasa, dan warna), dan tanah (Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah-sampahrumah tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian, dan peternakan). 2. ini :
a.

Berdasarkan Macam Bahan Pencemaran

Menurut macam bahan pencemarnya, pencemaran dibedakan menjdiberikut Pencemaran kimiawi : CO2 logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni,) Pencemaran Biologi : mikroorganisme seperti Escherichia

bahan raioaktif, pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.


b.

coli,Entamoeba coli, Salmonella thyposa.


c.

Pencemara fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet. Pencemaran Suara : kebisingan

d.

C. Masalah Pencemaran Lingkungan Kegiatan pembangunan di Tanah Air, seperti pembangunan kawasan industri dan pertambangan berdampak positif bagi masyarakat luas, yaitu menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun, keberhasilan tersebut sering kali diikuti oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan. Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah

pertanian dan sekitarnya telah mengurangi luas areal pertanian produktif dan juga mencemari tanah dan badan air. Akibatnya kualitas dan kuantitas hasil atau produk pertanian menurun, serta kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya terganggu. 1. Pencemaran udara dalam kegiatan industry Pembangunan kawasan industri pada areal pertanian subur, produktif, dan potensial selain mengurangi luas lahan pertanian, juga sering kali menimbulkan permasalahan lingkungan bagi masyarakat sekitarnya, yaitu pencemaran bahan berbahaya dan beracun (B3) melalui limbahnya. Limbah industri yang dibuang ke badan air atau sungai dan lingkungan sekitarnya dapat mencemari tanah, air, dan tanaman apabila digunakan sebagai sumber air pengairan. Pada umumnya tanaman tidak mengalami gangguan fisiologis, namun kualitas hasil/produk pertanian tercemari berbahaya bagi konsumen.
2.

Emisi gas rumah kaca Peningkatan GRK seperti CO2, CH4, dan N2O terjadi akibat

kegiatan: (a) pertanian, pembakaran lahan, pemberian pupuk organik dan anorganik; (b) pertambangan dan industri: pembakaran bahan bakar fosil (BBF) yang meliputi minyak bumi, gas, dan batu bara yang digunakan dalam pembangkit tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga, industri, dan sumber energi industri, dan (c) transportasi. Emisi CO2 memberikan kontribusi 50-60% terhadap pemanasan global, dengan kenaikan suhu sebesar 1,5oC, sedangkan emisi CH4 meningkatkan suhu 0,3oC. Emisi gas rumah kaca yang terperangkap di bumi mengakibatkan pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasangurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan auna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). 3. Pencemaran oleh aktivitas pertanian Aktivitas pertanian dapat menyebabkan dampak yang merugikan. Erosi dan kerusakan tanah terjadi akibat budi daya pertanian yang

melampaui daya dukung tanah. Penggunaan bahan-bahan agrokimia yang berlebihan dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kelestarian lahan. Cara-cara budi daya pertanian yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi lahan menyebabkan kualitas lahan menurun sejalan dengan hilangnya lapisan tanah subur akibat erosi dan pencucian hara. Praktek pertanian tanpa penerapan konservasi merupakan salahsatu pemicu pencemaran lingkungan. Laju erosi akan meningkat apabila factor manusia juga turut berperan, yaitu jika petani melaksanakan pertanian tanpa penerapan teknik-teknik konservasi tanah. Hal ini banyak terjadi pada pertanian lahan kering di lereng-lereng bukit atau gunung. Pada umumnya para petani pengguna lahan tersebut tergolong petani gurem dengan luas garapan kurang dari 1 ha dan modal kerja kecil. Dengan kondisi ekonomi seperti itu, dapat dimengerti mengapa mereka tidak menerapkan teknikteknik pengendalian erosi. Praktek pertanian tanpa penerapan teknik konservasi dapat dilihat pada sis- tem perladangan berpindah (slash and burn) yang masih banyak dijumpai di luar Jawa. Bahkan pada sistem pertanian menetap pun, baik yang ada di Jawa maupun pulau-pulau lain, penerapan teknik-teknik konservasi tanah belum merupakan kebiasaan petani, dan belum dianggap bagian penting dari budi daya pertanian. Kerusakan tanah dan lingkungan makin meningkat manakala terjadi perluasan areal pertanian untuk pengembangan komoditas ekonomis dengan membuka lahan-lahan baru yang tidak sesuai dengan kemampuan dan kelas kesesuaian lahan. Kondisi ini makin diperparah bila pembukaan lahan dilakukan dengan pembakaran, sehingga terjadi pencemaran udara dan peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfir. Penggunaan bahan-bahan agrokimia, seperti pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari tanah, air, tanaman, dan sungai atau badan air. Pupuk nitrogen (N) yang digunakan dalam budidaya pertanian mengalami berbagai perubahan di dalam tanah, seperti dalam bentuk amonium (NH4), nitrat (NO3), dan/atau nitrit (NO2). Sebagian dari N pupuk (NH3/N2 dan N2O) menguap ke udara (volatilisasi), sebagian lagi

hilang melalui pencucian atau erosi. Di daerah tropis, 40-60% N-urea hilang dalam bentuk NH3. Penggunaan pupuk N dosis tinggi, seperti pada budi daya sayuran dataran tinggi, dapat mencemari lingkungan, karena sebagian besar N dari pupuk hanyut terbawa aliran permukaan dan erosi. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah hara yang hilang dari lahan pertanian berkisar antara 240-1.066 kg N/ha, 80-120 kg P2O5/ha, dan 108197 kg K2O/ha per musim tanam, suatu jumlah yang cukup besar dan berpotensi mencemari lingkungan. Penggunaan pestisida dalam budi daya pertanian, khususnya komoditas bernilai ekonomi tinggi, seperti kentang dan cabai, sangat intensif. Pemberian pestisida dalam dosis tinggi bertujuan untuk menjamin keberhasilan usaha tani. Hasil penelitian menunjukkan 3050% dari total biaya produksi hortikultura digunakan untuk pembelian pestisida. Akibatnya, kandungan residu pestisida pada beberapa komoditas sayuran di Indonesia telah melebihi ambang batas yang ditetapkan.
D. Strategi Penanggulangan Pencemaran Lingkungan

Upaya penanggulangan pencemaran lahan pertanian dan kerusakan lingkungan seharusnya didasarkan pada permasalahan di sumber penyebab pencemaran (hulu), maupun di objek yang terkena dampak (hilir). Sumber pencemar dan penyebab pencemaran/kerusakan lahan dan lingkungan, dalam hal ini pelaku industri, pabrik, pertambangan, seharusnya merupakan sasaran utama dari pengendalian. Bila ini tidak dilakukan secara serius, tepat, dan tegas, maka pencemaran akan tetap berlangsung, sehingga upaya penanggulangan objek yang terkena dampak akan sia-sia. Untuk mengatasi hal tersebut, identifikasi sumber penyebab pencemaran dan jenis pencemaran/kerusakan lahan merupakan prioritas. Teknologi penanggulangan, baik yang berupa pengendalian maupun pencegahan dampak pencemaran, harus dipilih secara tepat dan akurat. 1. Pengendalian pencemaran kimiawi. Cara yang digunakan adalah menggunakan pestisida hayati yang ramah lingkungan sehingga zat-zat kimia yang berbahaya dan beracun tidak mencemari lingkungan.

2. Peraturan dan Pengarahan Kepada Para Pengguna Dalam rangka mengatasi pencemaran tanah oleh agrokimia, pemerintah telah memberlakukan berbagai peraturan, antara lain:
a. Permentan No. 7/1973 tentang peredaran, penyimpanan, dan

penggunaan pestisida,
b. Kepmentan No. 280/1973, tentang pendaftaran, aplikasi dan lisensi

pestisida,
c. Kepmentan No 429/1973,tentang pembatasan pestisida, d. Kepmentan No. 536/1985 tentang pengawasan pestisida, e. UU No. 12/1992 tentang budi daya tanaman.

Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan bahan-bahan agrokimia terus meningkat dari tahun ke tahun (Badan Pengendali Bimas 1990; Soeyitnodan Ardiwinata 1999). Selain itu penanggulangan (pengendalian dan pencegahan) dampak pencemaran dan kerusakan lahan dan lingkungan pertanian, dilakukan dengan penataan kembali tata ruang. Kawasan industri, pabrik, pertambangan, dan lain-lain di sekitar areal pertanian perlu ditata dan diatur menggunakan instrumen hukum dan nonhukum. Penegakan dan pengetatan implementasi undang-undang, peraturan dan keputusan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah tentang pengelolaan lingkungan hidup, termasuk optimalisasi fungsi pengawasan dan pengendalian oleh Badan Pengendali Dampak Lingkungan perlu dilakukan. Bagi pengelola industri/pabrik, pertambangan, dan kegiatan lain yang berpotensi mencemari lahan pertanian dan lingkungan, sudah saatnya pemerintah memberlakukan pajak lingkungan, sebagai kompensasi pemulihan atau rehabilitasi sumber daya air dan lahan pertanian yang tercemar dan mengalami kerusakan. Unsur-unsur bahan berbahaya dan beracun (B3) dan ambang batas pencemaran, yang diberlakukan pemerintah melalui peraturan pemerintah, surat

keputusan, dan lain lain harus dijadikan acuan untuk memberikan tindakan hukum bagi pelaku pencemaran dan kerusakan lahan/lingkungan.
3. Metode Bioremediasi Sebagai Tindakan Perbaikan

Pengendalian pencemaran lahan pertanian oleh unsur-unsur B3 dan logam berat memerlukan acuan yang konkrit tentang baku mutu tanah. Baku mutu B3 dan logam berat di dalam tanah yang berlaku untuk kondisi Indonesia perlu segera ditetapkan. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 dan Surat Keputusan Gubernur tentang baku mutu limbah industri perlu dipelajari, dikaji ulang, dan direvisi, karena terdapat unsur-unsur kimia lain yang berbahaya bagi tanah dan tanaman serta kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya belum terakomodasi dalam keputusan tersebut. Untuk mengatasi kehilangan unsur-unsur hara tanah dan berpotensi mencemari lingkungan dapat dilakukan penerapan teknik konservasi tanah. senyawa Metode Bioremediasi. Bioremediasi dikenal sebagai rekalsitran lainnya dengan menggunakan jasa usaha perbaikan tanah dan air permukaan dari residu pestisida atau mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan berasal dari tanah namun karena jumlahnya masih terbatas sehingga masih perlu pengkayaan serta pengaktifan yang tergantung pada tingkat rekalsitran senyawa yang dirombak. 4. Pembatasan emisi GRK Emisi GRK, khususnya CO2, yang dampak akhirnya dapat mengubah pola tanam dan terjadinya anomali iklim (banjir dan kekeringan), agar diatasi secepatnya melalui pengikatan kembali CO2 dengan revegetasi atau rehabilitasi lahan rusak dan kritis, termasuk pada kawasan lindung dan konservasi. Penanggulangan pencemaran lingkungan pertanian memerlukan kegiatan pendukung berupa

penelitian yang berkaitan langsung dengan upaya-upaya tersebut di atas. 5. Penerapan pertanian terpadu
Pertanian terpadu pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu

menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang. Satu praktek budidaya
aneka tanaman/aneka kultur yang beragam dimana "micro output" dari

satu budidaya menjadi input kultur lainnya, sehingga meningkatkan kesuburan tanah dengan tindakan alami menyeimbangkan semua unsur hara organik yang pada akhirnya membuka jalan untuk pertanian organik
ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pertanian terpadu merupakan

konsep pemanfaatan lahan yang tersedia semaksimal mungkin untuk menghasilkan produk pertanian yang beranekaragam dengan kualitas tinggi. Berikut salah satu gambar aliran bahan dalam system pertanian terpadu.

Penanggulangan pencemaran lingkungan pertanian memerlukan pendukung dari berbagai aspek yang berkaitan langsung dengan upayaupaya yang telah dijelaskan di atas. Penerapan strategi tersebut memerlukan kemauan politik dan fasilitasi pemerintah, dan perlu didukung oleh para petugas pertanian di lapangan. Mereka harus bekerja sama dengan masyarakat tani dalam memahami dan

melaksanakan segala upaya untuk mempertahankan kelestarian pertanian Selain itu peningkatan kesadaran masyarakat akan adanya berbagai manfaat pertanian yang lestari sangat perlu dilakukan, mengingat saat ini manfaat yang dikenal hanyalah sebatas lahan pertanian sebagai peng- hasil bahan pangan dan produk pertanian lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan advokasi dan promosi akan pentingnya pertanian beserta multifungsinya. Berikut ini contoh-contoh pencemaran lingkungan

MAKALAH PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERTANIAN STRATEGI DAN TEKNOLOGI PENANGGULANGAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

Disusun Oleh : 1. Panji Kusuma 2. Pamungkas Surya 3. Rina Cristiningsih 4. Novika Surya Kusuma 5. Fariska nur 6. Hadyan karisma 7. Riana Jumawati 8. Rizka Wahyuni Priyanto H0709103 H0710082 H0710083 H0710093 H0708174

9. Septi sulistyanning U

H0709110

10. Mutia Salma Khairunnisa H0709076 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

You might also like