You are on page 1of 40

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DHF. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya kembali kasus DHF ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini. ( www. litbang.depkes.go.id, 2004 ) Penyakit demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan air laut. ( www. litbang.depkes.go.id, 2004 ) Menurut data yang dikumpulkan oleh WHO, dimana lebih dari 50 juta kasus dengue terjadi setiap tahunnya diseluruh dunia. Pada tahun 2001, terdapat lebih dari 609.000 kasus dengue dilaporkan terjadi di Amerika, diantara kasus tersebut 15.000 kasus merupakan kasus Dengue Hemorrhagic Fever. Angka pada kasus ini lebih besar dua kali lipat dibandingkan dengan kasus yang sama pada tahun 1995. Setiap tahunnya dilaporkan sebanyak 500 ribu kasus Dengue Hemorrhagic Fever memerlukan perawatan di rumah sakit, dimana proporsi kasus terbesar terjadi pada anak-anak. Sedikitnya 2,5 % kasus tersebut mengalami 1

kematian. Tanpa pengobatan yang tepat, angka kematian meningkat menjadi 20 %. Pada era modern, dengan terapi suportif yang intensif, angka kematian ini dapat diturunkan lebih dari 1 %. ( www. who.int.com ) Penyakit DHF pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. ( www. litbang.depkes.go.id, 2004 ) Angka kesakitan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) di Indonesia cenderung meningkat, mulai 0,05 insiden per 100.000 penduduk di tahun 1968 menjadi 35,19 insiden per 100.000 penduduk di tahun 1998. Saat ini DHF di banyak negara kawasan Asia Tenggara merupakan penyebab utama perawatan anak di rumah sakit. Program pencegahan DHF yang tepat guna harus dilaksanakan secara integral mencakup surveilans laboratory based, penyuluhan dan pendidikan pengelolaan penderita bagi dokter dan paramedis, dan pemberantasan sarang nyamuk dengan peran serta masyarakat. ( Soegijanto, 2005 ) Adapun menurut data statistik yang penulis peroleh dari catatan medik RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang selama periode Januari sampai Juni 2006 ditemukan data jumlah pasien rawat inap pada ruang penyakit anak sebanyak 644 anak, dan diantara anak yang dirawat tersebut 116 orang menderita Dengue Hemorrhagic Fever ( 18,01 % ). Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.

Berdasarkan hal tersebut diatas, yaitu semakin meningkatnya angka kejadian Dengue Hemorrhagic Fever serta akibat yang dapat ditimbulkannya, maka penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus ini dan membuat asuhan keperawatan terhadap klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Asuhan keperawatan yang dilakukan penulis mengambil alokasi waktu dari tanggal 19 Juli 21 Juli 2006 dan adapun judul yang penulis angkat untuk makalah ini adalah Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Gangguan Sistem Hematologi Dengue Hemorrhagic Fever di Ruang Perawatan Penyakit Anak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Aziz Singkawang. Penulis mengharapkan setelah membaca makalah ilmiah ini, perawat dapat memahami dan mengerti serta lebih jauh mampu memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif pada kasus DHF. Terutama untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever b. Mampu dalam merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever c. Mampu dalam menyusun rencana tindakan pada klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever

d. Mampu dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang diberikan pada klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever e. Mampu dalam mengevaluasi tindakan keperawatam yang diberikan pada klien Dengue Hemorrhagic Fever C. Metode Penulisan Dalam penyusunan Laporan Kasus ini metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang pemberian asuhan keperawatan secara objektif, sedangkan penyajian Laporan Kasus adalah dalam bentuk naratif. Adapun teknik yang digunakan dalam metode penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan yaitu dengan membaca, mempelajari dan memahami serta mengutip literatur-literatur dan bacaan lain yang dapat dijadikan landasan ilmiah dalam proses penyelesaian Laporan Kasus ini. 2. Studi kasus yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui observasi, dan pemeriksaan fisik pada klien dan wawancara dengan keluarga atau orang terdekat dengan klien. 3. Studi dokumentasi yaitu menelaah catatan keperawatan dan catatan medik yang berkaitan dengan kasus yang penulis dapatkan. D. Sistematika Penulisan Laporan Kasus ini disusun secara sistematis yang terdiri dari Lima Bab. Bab pertama menguraikan tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab kedua membahas mengenai tinjauan teoritis tentang anatomi fisiologi sistem hematologi, konsep dasar penyakit Dengue Hemorrhagic Fever, dan konsep dasar proses keperawatan. Bab ketiga menguraikan tentang asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab keempat membahas mengenai kesenjangan-kesenjangan yang muncul

antara landasan teoritis dan asuhan keperawatan pada klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever, meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab kelima membahas tentang kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEORI


Pada bab ini penulis akan menguraikan teori-teori yang melandasi kasus yang diambil meliputi anatomi fisiologi hematologi, konsep dasar penyakit Dengue Hemorrhagic Fever serta asuhan keperawatan Dengue Hemorrhagic Fever. A. Konsep Dasar Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi 1. Sistem Sirkulasi a. Sistem sirkulasi adalah penghubung antara lingkungan eksternal dan lingkungan cairan internal tubuh. Sistem ini membawa nutrien dan gas ke semua sel, jaringan, organ, dan sistem organ, serta membawa produk akhir metabolik keluar darinya. b. Komponen 1) Sistem kardiovaskuler adalah bagian dari sistem sirkulasi. Sistem ini terdiri dari jantung, pembuluh darah ( arteri, kapiler dan vena ) dan darah yang mengalir didalamnya. a) Jantung adalah pompa muskuler untuk menggerakkan darah. b) Pembuluh darah adalah serangkaian tuba tempat darah mengalir. c) Darah adalah cairan yang mengalir dalam pembuluh. 2) Sistem Limfatik juga bagian dari sistem sirkulasi. Sistem ini terdiri dari pembuluh limfe dan nodus limfe yang terletak didalam pembuluh limfe besar. 3) Organ pembentuk dan penyimpan darah seperti limfe juga berhubungan dengan sistem sirkulasi.

c. Fungsi 1)

6 Transpor. Makanan, gas, hormon, mineral, enzim, dan zat-zat

vital lainnya dibawa darah ke seluruh sel tubuh. Zat-zat sisa di bawa darah menuju paru-paru, ginjal, atau kulit untuk dikeluarkan dari tubuh. 2) Mempertahankan suhu tubuh. Pembuluh darah berkontriksi untuk mempertahankan panas tubuh dan berdilatasi untuk melepaskan panas pada permukaan kulit. 3) Perlindungan. Sistem darah dan sistem limfatik melindungi tubuh terhadap cedera dan invasi benda asing melalui sistem imun. Mekanisme pembekuan darah mencegah kehilangan darah. 4) 2. Darah 1) 2) 3) 4) Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa Pendaparan ( buffering ). Protein darah memberikan sistem bufer asam-basa untuk mempertahankan pH optimum darah. a. Karakteristik pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan ( plasma ). memiliki rasa dan bau yang khas serta pH 7.4 ( 7.35 7.45 ). kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. berukuran rata-rata dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.

b. Komponen Darah 1) Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92 % air dan mengandung campuran kompleks zat organik dan anorganik. a) Protein Plasma mencapai 7 % plasma dan merupakan satusatunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada tiga jenis protein plasma yang utama : albumin, globulin, dan fibrinogen. (1) Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55 sampai 60 % tetapi ukuran paling kecil. Albumin disintesis dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah. (2) (3) Globulin membentuk sekitar 30 % protein plasma. Fibrinogen membentuk 4 % protein plasma disintesis di

hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah. b) Plasma juga mengandung nutrien, gas darah, elektrolit, mineral, hormon, vitamin dan zat-zat sisa. ( Sloane, 2004, hal : 219-219 ) c) Fungsi plasma adalah sebagai medium penyaluran makanan, mineral, lemak dan glokosa serta asam amino kedalam jaringan. Albumin yang ada dalam plasma berfungsi mempertahankan tekanan osmotik darah sebagai zat antibody yang melindungi tubuh dari mikroorganisme dan zat asing serta menyediakan protein untuk jaringan. Dalam keadaan normal terdapat 2-3 gr globulin dalam setiap 100 ml darah. ( Pearce, 2000, hal : 138 ) 2) Elemen pembentuk darah meliputi sel darah merah ( eritrosit ) sel darah putih ( leukosit ) dan trombosit. 3. Eritrosit atau sel darah merah

a. Karakteristik 1) Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter 7.65 m. 2) Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler ( pembuluh darah terkecil ). 3) Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernafasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volum sel. Fungsi hemoglobin : 1) Jika hemoglobin terpajan oksigen maka molekul oksigen akan dengan rantai alfa dan beta untuk membentuk bergabung 2)

oksihemoglobin. Hemoglobin berkaitan dengan karbondioksida dibagian asam amino pada globin. Karbominohemoglobin yang terbentuk hanya memakai 20% karbondioksida yang terkandung dalam darah, 80% sisanya dibawa dalam bentuk ion bikarbonat. b. Jumlah 1) Jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat berukuran rata-rata adalah 4.2 sampai 5.4 juta sel per milimeter kubik. Pada perempuan sehat berukuran rata-rata jumlah sel darah merahnya antara 3.2 sampai 5.2 juta sel per milimeter kubik. 2) Hematokrit adalah persentase volume darah total yang mengandung eritrosit. Persentase ini ditentukan dengan melakukan sentrifugasi sebuah sampel darah dalam tabung khusus dan mengukur kerapatan sel pada bagian dasar tabung. a) Ht pada laki-laki berkisar antara 42% sampai 54% dan pada perempuan 38% sampai 48%.

10

b) Ht dapat bertambah atau berkurang, bergantung pada jumlah eritrosit atau faktor yang mempengaruhi volume darah, seperti asupan cairan atau air yang hilang. c. Fungsi 1) 2) Sel darah merah mentranspor oksigen keseluruh jaringan Hemoglobin sel darah merah berkaitan dengan karbon dioksida melalui pengikatan hemoglobin terhadap oksigen. untuk ditranspor ke paru-paru, tetapi sebagian besar karbon dioksida yang dibawa plasma berada dalam bentuk ion bikarbonat. 3) 4. Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan pH darah karena ion bikarbonat dan hemoglobin merupakan bufer asam-basa. Leukosit atau sel darah putih a. Karakteristik 1) Jumlah a) Jumlah normal sel darah putih adalah 7000 sampai 9000 per mm3. b) Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit. 2) Fungsi Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi benda asing, termasuk bakteri dan virus. b. Klasifikasi leukosit Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah yang dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit, sel tanpa granula disebut agranulosit. 1) Granulosit terbagi menjadi neutrofil, eosinofil dan basofil. a) Neutrofil mencapai 60% dari jumlah sel darah putih.

11

Fungsi. Neutrofil sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini sampai di jaringan terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus atau agen penvedera lainnya.

b) Eosinofil mencapai 1-3% jumlah sel darah putih. (1) (2) Struktur. Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang Fungsi. Sel ini berfungsi dalam detoksikasi histamin kasar dan besar. Dengan pewarnaan orange kemerahan. yang diproduksi sel mast dan jaringan yang cedera saat inflamasi berlangsung. Eosinofil mengandung peroksidase dan fosfatase yaitu enzim yang mampu menguraikan protein. c) Basofil mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. (1) Struktur. Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma sampai hitam serta memperlihatkan nukleus besar yang bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna keunguan berbentuk S. diameternya sekitar 12 m sampai 15m. (2) Fungsi Basofil menyerupai fungsi mast. Sel ini mengandung histamin, mungkin untuk meningkatkan aliran darah kejaringan yang cedera dan juga anti koagulan heparin, mungkin untuk membantu mencegah penggumpalan darah intravaskuler. 2) Agranulosit adalah leukosit tanpa granula sitoplasma yaitu a) Limfosit mencapai 30% jumlah total leukosit dalam darah. (1) (2) Struktur. Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna Asal dan Fungsi. Limfosit berasal dari sel-sel batang biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. sumsum tulang merah tetapi melanjutkan diferensiasi dan limfosit dan monosit.

12

proliferasinya dalam organ lain. Sel ini berfungsi dalam reaksi imunologi. b) Monosit mencapai 3 sampai 8% jumlah total leukosit. (1) Struktur. Monosit adalah sel darah terbesar, nukleusnya besar berbentuk seperti telur atau seperti ginjal yang dikelilingi sitoplasma yang berwarna biru keabuan pucat. (2) Fungsi. Monosit sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini

siap bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliran darah maka sel ini menjadi histiosit jaringan ( makrofag tetap ). Apabila jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut leukositosis dan jika kurang dari 6000/mm3 disebut leukopenia. ( Sloane, 2004, hal : 223-224 ) 5. Trombosit Trombosit (keping darah) berjumlah 250.000 sampai 400.000/mm3. Bagian ini merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari megakariosit raksasa multinukleus dalam sumsum tulang. Trombosit adalah cakram bulat, oval, tidak berinti. Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang dan hidup sekitar 10 hari. a. Struktur. Ukuran Trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses koagulasi darah. b. Fungsi. hal : 224 ) B. Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever 1. Definisi Trombosit berfungsi dalam hemostasis (penghentian perdarahan) dan perbaikan pembuluh darah yang robek. ( Sloane, 2004,

13

DHF menurut Ngastiyah (1997, hal : 341) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh argo virus (arthropodgorn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes algopictus dan aedes aegepty). Sedangkan menurut Behrman ( 2000 ) Dengue Hemorrhagic Fever adalah sindrom klinik lunak yang disebabkan oleh beberapa virus yang dibawa arthropoda, ditandai dengan deman bifasik, mialgia atau artralgia, ruam, leukopenia, dan limfadenopati. Pendapat dari ahli lain tentang Dengue Hemorrhagic Fever adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ( arbovirus ) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Suriadi, 2001, hal : 157). Dari berbagai pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa Dengue Hemorrhagic Fever adalah suatu penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengue tipe I, II, III, IV yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes, ditandai dengan demam bifasik, mialgia atau atralgia, ruam, leukopenia dan limfadenopati. 2. Etiologi Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses ( arboviruses ). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. ( www. litbang.depkes.go.id, 2005 ) 3. Klasifikasi a. b. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan Derajat II Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau spontan, uji turniket positif, Trombositopeni dan hemokonsentrasi perdarahan lain

14

c. d.

Derajat III Kegagalan Sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, Derajat IV Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak

kulit dingin, lembab, gelisah dapat diukur. ( Suriadi, 2001, hal : 59 )

4. Patofisiologi a. Virus Dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan kemudian akan bereaksi engan antibody dan membentuk kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melapaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. b. Terjadi trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (promtrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pemduluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma, klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi, 2001, hal : 5758)

15

PATOFISIOLOGI VIRUS DENGUE Infeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk aedes aegypti Membentuk virus antibody Aktivasi komplemen Trombosit kehilangan Fungsi agregasi dan Mengalami metamorfosis Dimusnahkan oleh Retikuloendoteal Trombositopenia Peningkatan permeabilitas Kapiler Menstimulasi SSP meningkatkan sistem imun tubuh melawan infeksi Peningkatan metabolisme tubuh Peningkatan kerja sistem pencenaan Peningkatan produksi Merangsang sel-sel monosit, eosinofil, neotropil dan makrofag Mengeluarkan zat pirogen endogen Menstimulasi hipotalamus Peningkatan suhu tubuh Metabolisme meningkat

16

Kebocoran plasma ke daerah Ekstravaskuler Perdarahan Resiko kekurangan cairan

asam lambung Mual Anoreksia

Katabolisme penggunaan dan pembakaran energi meningkat Kelemahan fisik Intoleransi aktifitas

Intake nutrisi tidak adekuat 5. Manifestasi Klinis Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan : a. b. c. d. e. f. g. h. i. merah pada

Deman tinggi yang mendadak 2 7 hari ( 38o C 40o C ). Manifestasi perdarahan, dengan bentuk : uji tourniquet Hepatomegali ( pembesaran hati ) Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, Trombositopeni, pada hari 3 7 ditemukan penurunan Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai : Pendarahan pada hidung dan gusi Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik kulit akibat pecahnya pembuluh darah. ( www.

positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena dan sebagainya

tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah trombosit sampai 100.000/mm3

anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang dan sakit kepala

litbang.depkes.go.id, 2005 dan Ngastiyah, 1997, hal :342-342) 6. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Trombositopenia (100.000 atau kurang).

17

b. Pemeriksaan Hematokrit konsentrasi. Hematokrit yang meningkat 20% atau lebih dari hematokrit sebelumnya. (Mediacentre/factsheets/fs117/en,2004). c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis) d. Lg. D. dengue positif. e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia dan hiponatremia. f. Urium dan pH darah mungkin meningkat. g. Asidosis metabolic : pCO2 < 35 40 mmHg dan GCO3 rendah. h. SGOT / SGPT mungkin meningkat. (Nursalam, M. Nurs, Rekawati Susilaningrum. SST, Sri Utami, 2005, hal : 165) 7. Komplikasi a. Syok Pada Dengue Hemorrhagic Fever derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi cairan intravaskuler. b. Ikterus pada kulit dan mata Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh adanya deposit bilirubin. c. Kematian Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari Dengue Hemorrhagic Fever apabila terjadi Dengue Shock Syndrom ( DSS ) yang akan berakibat kepada kematian. ( www. pdpersi.co.id, 2003 ) 8. Penatalaksanaan a. Medis

18

1)

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah

menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1 - 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg im; anak > 1 tahun 75 mg. jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/ kg BB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila : pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat. 2) Pasien mengalami syok segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, tekanan sistolik 80 mmHg dan kecapatan tetesan dikurangi menjadi 10 mL/ kg BB/ jam. Pada pasien dengan syok berat atau syok berulang perlu dipasang CVV untuk mengukur tekanan vena sebtral melalui vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU. (Ngastiyah, 1997, hal : 344-345). 3) a) (1) (2) (3) Cairan (rekomendasi WHO) Kristaloid Larutan Ringer Laktat (RL) atau Larutan Ringer Asetat (RA) atau Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + Dextrose 5% dalam larutan Ringer laktat (D5/RL). Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat (D5/RA). GF) atau Dextrose 5% dalam larutan faali (D5/GF).

19

b) (1) (2)

Koloid Dextran 40 Plasma

(Arif Mansjoer, 2001, hal : 422)

b. 1)

Keperawatan Derajat I Pasien istirahat, obsevasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 2 liter dalam 24 jam dan kompres dingin. 2) Derajat II Segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus atau tetesan cairan tetap tidak lancer maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa. 3) a) Derajat III dan IV (DSS) Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 mL/ kg BB/ jam. b) diberikan O2. c) 15 menit. d) secara periodik. Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan Pengawasan tanda-tanda vital dilakukan setiap Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan

20

e) yang diperlukan. f) mengalami

Bila pasien muntah bercampur darah perlu

diukur untuk tindakan secepatnya baik obat-obatan maupun darah Makanan dan minuman dihentikan, dan bila perdarahan gastrointestinal biasanya dipasang

nasogastrik tube (NGT) untuk membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT perlu dibilas dengan Nacl karena sering terdapat bekuan darah dari tube. Tube dicabut bila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan cair walaupun feses mengndung darah hitam kemudian lunak biasa. (Ngastiyah, 1997, hal : 345-346)

9. Pencegahan Upaya efektif untuk pencegahan demam berdarah adalah membasmi atau memutuskan mata rantai kehidupan nyamuk aedes aegepty. a. Dra. Astrirojanah ( 2005) mengatakan pengasapan dapat menghalau atau membunuh nyamuk betina dewasa dengan mengunakan insektisida malathion 4% dicampur solar dengan radius 100-200 meter disekitarnya. Pengasapan yang paling efektif juga harus dilakukan pada pagi hari saat angina belum banyak bertiup, dengan komposisi 1 liter obat untuk 19,8 liter solar. b. Pencegahan perkembang biakan nyamuk aedes aegepty sangat tepat dilakukan dengan program 3 M yaitu menguras bak mandi seminggu sekali, bak penampungan air, tempat minum hewan peliharaan, menutup tempat penampungan air serta mengubur barang-barang bekas yang tidak terpakai yang kesemuanya dapat menampung atau penularan penyakit DHF. (Profil/kesehatan, 2005)

21

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengue Hemorrhagic Fever Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah yang memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien/keluarga. Dimana proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang saling berhubungan yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. ( lyer et al, 1996 cit Nursalam, 2001, hal 1 ) Proses keperawatan adalah metode sistemik dimana secara langsung perawat bersama klien secara bersama menentukan masalah keperawatan sehingga membutuhkan asuhan keperawatan, membuat perencanaan dan rencana implementasi, serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. ( Taylor et al, 1989 cit Gaffar, 1999, hal : 54 ) Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memungkinkan seorang perawat untuk mengorganisir dan memberikan asuhan keperawatan. Proses keperawatan merupakan suatu elemen dari pemikiran Kritis yang memperbolehkan perawat untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan yang didasarkan atas pertimbangan. Suatu proses adalah satu rangkaian dari langkah-langkah atau komponen-komponen petunjuk / penentu untuk mencapai tujuan. Tiga karakteristik dari suatu proses adalah Purpose, Organization dan Creativity ( Bevis,1978). Purpose adalah tujuan atau maksud yang spesifik dari proses. Proses keperawatan digunakan untuk mendiagnosa dan merawat respon manusia pada kondisi sehat dan sakit.( American Nurses Association,1980). Organization adalah tahapan atau langkah-langkah atau komponen-komponen Asses sment yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Proses keperawatan mengandung 5 Eval langkah : Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan Nursing uati Diagnosis evaluasi. on An aly sis Imple menta

Plan ning

22

Lima tahap proses keperawatan menurut Potter (1997 : 103) Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasikan proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah. (Doenges, 2000 ; dikutip dari Shore,1998) Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever secara teoritis diperlukan pendekatan proses keperawatan, adapun langkah-langkah proses keperawatan pada klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever antara lain : 1. Pengkajian Merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. ( Gaffar, 1999, hal : 57 )

23

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. ( lyer et al, 1996 cit Nursalam, 2001, hal : 17 ) Dalam tahap pengkajian dilakukan pengumpulan data dengan cara komunikasi yang efektif, observasi dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan terdiri dari data dasar dan data fokus. Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis (terapi) atau profesi kesehatan lainnya. Sedangkan data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilakukan kepada klien (Nursalam, 2001: 17). Adapun data yang perlu dikaji dari pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever adalah sebagai berikut : a. Data biografi Meliputi : informasi pendahuluan atau biografi sangat membantu menyusun riwayat kesehatan secara tepat. Informasi tersebut meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, status perkawinan, pendidikan dan pekerjaan. ( Brunner & Suddarth, 2001 ) b. Pola sehat sakit Meliputi : status kesehatan sekarang, status kesehatan dahulu, status kesehatan keluarga, status sistem fisiologis, pertimbangan perkembangan. ( Prihardjo, 1996 ) c. Riwayat imunisasi Informasi tentang imunisasi perlu dikaji apakah klien mendapat imunisasi yang lengkap atau tidak. Manfaat imunisasi yang diberikan adalah pemberian kekebalan agar bayi tidak mudah tertular penyakit. Imunisasi

24

yang perlu dikaji pemberiannya adalah Hepatitis B, BCG, DPT, Polio, Campak. ( Depkes RI, 2002 ) d. Keluhan utama Pada pengkajian klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever akan ditemukan keluhan antara lain : demam tinggi yang mendadak, kelemahan, nafsu makan kurang, muntah, nyeri anggota badan, punggung, sendi, serta tandatanda pendarahan seperti epistaksis, petikie, dan melena. ( Ngastiyah, 1997 ) e. Pemeriksaan fisik Adapun pengkajian yang perlu dilakukan pada anak dengan Dengue Hemorrhagic Fever antara lain : 1) 2) Sistem respirasi Sistem kardiovaskuler

Pernapasan cepat dan dangkal, batuk ringan, epistaksis dan faringitis. Tekanan darah menurun, nadi meningkat, capillary refill lebih dari 2 detik, pembesaran limfa dan getah bening, ekstremitas dingin. 3) 4) Sistem neurologi Sistem gastrointestinal Gelisah, sakit kepala Anoreksia, mual, muntah, nyeri menelan, nyeri ulu hati, nyeri abdomen, hepatomegali, hematemesis, perdarahan gusi. 5) 6) Melena 7) Sistem integumen Sistem muskuloskeletal Sistem eliminasi Nyeri otot, tulang dan sendi, kelemahan.

25

Demam tinggi yang mendadak 2 7 hari ( 38 0C 40 0C ), petikie pada seluruh anggota gerak, ketiak, wajah; ekimosis, purpura, wajah tampak kemerahan ( flushing ), kulit lembab dan dingin, sekitar mulut. f. Pola kesehatan fungsional menurut Gordon : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Pola persepsi kesehatan pemerilharaan kesehatan Pola nutrisi metabolisme Pola eliminasi Pola aktifitas latihan Pola istirahat tidur Pola kognitif persepsi Pola konsep diri persepsi diri Pola hubungan peran Kurang perawatan diri. Anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen dan ulu hati. Penurunan output urin, melena, hematuria. Kelemahan, malas beraktifitas, bedrest. Kesulitan tidur, gangguan rasa nyaman karena demam. Mengalami keterbatasan karena efek hospitalisasi Keterbatasan mengembangkan potensi diri karena efek hospitalisasi. Malas bersosialisasi, merasa asing atau takut berhubungan dengan orang yang baru dikenal seperti dokter/perawat. 9) 10) masalah sendiri. 11) Pola keyakinan nilai nilai Perubahan pada pola keyakinan yaitu distress spiritual diakibatkan ketidakmampuan melakukan keyakinannya. ( Priharjo, 1996 ) Pola seksual reproduksi Pola penanganan masalah stress toleransi Perubahan pola seksual reproduksi diakibatkan oleh hematuria. Rewel, stress karena dampak hospitalisasi, tidak dapat memecahkan

26

g. Pemeriksaan penunjang 1) Darah Pada Dengue Hemorrhagic Fever umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat ). Uji Tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting. 2) 3) a) Air seni Serologi Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalesen. Pada uji ini yang dicari adalah kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali. b) Uji serologi memakai serum tunggal. Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue. (Waspadji, 1996) 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola). Dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat menidentifikasi dan berikan itervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurun, membatasi, mencegah dan merubah. ( Nursalam, 2001, hal : 35 ) Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah menentukan perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi dan mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada diangosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. ( lyer, et.al, 1996 cit Nursalam, 2001 ) Tahapan dalam perencanaan ini meliputi : menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan, dan Mungkin ditemukan albuminuria ringan.

27

pendokumentasian ( Nursalam, 2001 ). Terdapat juga rencana tindakan dalam tahap rencana tindakan yaitu : rencana tindakan perawat, rencana tindakan pelimpahan ( medis dan tim kesehatan lainnya ) dan program atau perintah medis untuk klien dalam pelaksanaannya dibantu perawat. ( Carpenito, 2000 ) Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi : a. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit. b. Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologi) c. Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah. (Nursalam, 2001 : 36) Langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi : a. Klasifikasi dan analisa data. b. Interpretasi data. c. Validasi data. d. Perumusan diagnosa keperawatan.(Nursalam, 2001 : 36) Menurut Carpenito (Nursalam, 2001 : 43) diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori : aktual, resiko, kemungkinan, wellnes, syndrom. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever (Doenges, 2000 : 875) adalah : a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan. b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. c. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit. d. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan, mencerna makanan atau mengabsorbsi zat-zat gizi. e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh. g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

28

Untuk menentukan prioritas ada dua hirarki yang dapat digunakan, yaitu: a. Hirarki MASLOW Maslow ( 1943 ) menjelaskan kebutuhan manusia dibagi dalam lima tahap yaitu : (1) Fisiologis; (2) Rasa aman dan nyaman; (3) Sosial; (4) Harga diri; (5) Aktualisasi diri. Maslow menyatakan bahwa klien memerlukan suatu tahapan kebutuhan jika klien menghendaki tindakan yang memuaskan. ( Maslow, 1943 cit Nursalam, 2001, hal : 52 )

Aktualisasi Diri Harga diri (Respek dan toleransi) Mencintai dan dicintai (mendambakan kasih sayang) Rasa aman dan nyaman (terhindar dari penyakit, perlindungan hukun)

Kebutuhan fisiologis O2, H2O, elektrolit, makanan, seks

b. Hirarki KALISH Kalish ( 1983 ) menjelaskan kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan dan stimulasi. Kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk

29

mempertahankan hidup : udara, air, temperatur, eliminasi, istirahat dan menghindari nyeri. (lyer, et.al, 1996 cit Nursalam, 2001, hal : 52 ) 3. Perencanaan Keperawatan Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah menentukan perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi dan mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada diangosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Tahapan dalam perencanaan ini meliputi : menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan pendokumentasian. (Nursalam, 2001: 51). Tujuan perencanaan adalah mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahap perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan sasaran (goal) dan tujuan (objective), penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan (Gaffar La Ode Jumadi, 1997 : 63). Menurut Nursalam (2001 : 52) ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam langkah-langkah penyusunan perencanaan yaitu : menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi. Adapun perencanaan/ intervensi dari diagnosa yang timbul pada klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( Nanda, 2002 ) adalah : a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan. Tujuan : Volume cairan tubuh adekuat. Kriteria hasil : Mempertahankan output urin lebih dari 1300 ml/ hr Mempertahankan tekanan darah, nadi, suhu secara normal

30

secara baik.

Mempertahankan

elastisitas,

turgor

kulit,

membran

mukosa tetap lembab, serta orientasi terhadap orang, tempat, waktu Rencana tindakan : 1) normanya. 2) Observasi adanya tanda syok. Rasional : agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang dialami klien. 3) Berikan cairan intravena sesuai program dokter. Rasional : pemberian cairan intravena sangat penting bagi klien yang mengalami defisit volume cairan. 4) cairan tubuh. b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit Anjurkan klien untuk banyak minum. Kaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital. Rasional : untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan

Rasional : asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal. Kriteria hasil : - Suhu tubuh normal (36-37C) - Pasien bebas dari demam Rencana tindakan : 1) 2) Mengkaji saat timbulnya demam. Mengobservasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi, pernapasan Rasional : untuk menidentifikasi pola demam pasien. setiap 3 jam atau lebih sering.

31

Rasional 3)

: tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui penjelasan tentang penyebab demam atau

keadaan umum pasien. Memberikan peningkatan suhu tubuh. Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien dapat membantu pasien/ keluarga mengurangi kesemasan yang timbul. 4) Memberikan penjelasan pada pasien/keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan pasien/keluarga untuk kooperatif. Rasional : keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien di rumah sakit 5) Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya juka hal tersebut tidak dilakukan. Rasional : penjelasan yang diberikan pada pasien/keluarga akan memotivasi pasien untuk kooperatif. c. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

Tujuan : Tidak terjadi nyeri Kriteria hasil : Menggunakan rentang skala nyeri untuk mengidentifikasi Mengungkapkan bagaimana mengelola nyeri Mengungkapkan kemampuan untuk beristirahat dan tidur Mengungkapkan cara pengelolaan nyeri tanpa efek farmakologi tingkat nyeri dan menentukan rasa nyaman -

Rencana tindakan 1. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami klien. Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami klien. 2. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri.

32

Rasional : reaksi klien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. 3. Memberikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang. Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri. 4. Memberikan suasana gembira bagi klien, alihkan perhatian klien dari rasa nyeri. Rasional : dengan melakukan aktivitas lain klien dapat sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dirasakan. 5. Memberikan obat analgetik (kolaborasi dokter). Rasional : untuk menekan dan mengurangi nyeri klien.

d.

Ketidakseimbangan

nutrisi;

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan ketidakmampuan pemasukan, mencerna makanan

atau mengabsorbsi zat-zat gizi. Tujuan : Nutrisi tubuh adekuat. Kriteria hasil : - Memiliki keinginan untuk meningkatkan berat badan secara progresif - Berat badan dalam batas normal sesuai rentang tinggi badan dan usia - Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi - Tidak memiliki tanda-tanda malnutrisi Rencana tindakan : 1. Mengkaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah yang dialami oleh pasien. Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya. 2. Mengkaji cara bagaimana makanan dihidangkan.

33

Rasional : cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien. 3. Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti : bubur, tim dan hidangan saat masih hangat. Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan. 4. frekuensi sering. Rasional : untuk menghindari mual dan mentah. 5. Menjelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi pasien terutama pada saat pasien sakit. Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motovasi untuk makan meningkat. 6. Memberikan umpan balik positif saat pasien mau Memberikan makanan dalam porsi kecil dan

berusaha menghabiskan makanannya. Rasional : memotivasi dan meningkatkan semangat pasien. 7. oleh pasien setiap hari. Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien. 8. dengan dokter). Rasional : nutrisi parenteral sangat bermanfaat/dibutuhkan pasien terutam jika intake per oral sangat kurang. Jenis dan jumlah pemberian nutrisi parenteral merupakan wewenang dokter. e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. Memberikan nutrisi parenteral (kolaborasi Mencatat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan

Tujuan : Tidak terjadi infeksi. Kriteria hasil :

34

1.

Menunjukkan tanda-tanda bebas dari infeksi Mengetahui tanda-tanda infeksi Mempertahankan jumlah sel darah putih dalam batas normal Mendemonstrasikan secara tepat perawatan infeksi Lakukan teknik aseptik saat melakukan

Rencana tindakan : tindakan pemasangan infus. Rasional : teknik aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi. 2. setiap hari. Rasional : untuk mengetahui tanda infeksi secara dini. 3. Observasi TTV. Rasional : infeksi dapat diketahui dari penyimpangan nilai TTV. Mengobservasi daerah pemasangan infus

f.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh.

Tujuan : Aktivitas klien kembali normal. Kriteria hasil : - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang telah ditentukan dengan peningkatan yang tepat pada denyut jantung, tekanan darah dan pernapasan Memelihara warna kulit normal dan kulit tetap hangat serta kering dengan adanya aktivitas Mengungkapkan pemahaman pada kebutuhan untuk peningkatan aktivitas secara bertahap Meningkatkan toleransi aktivitas Rencana tindakan :

35

1.

Kaji hal-hal yang mampu atau tidak mampu

dilakukan oleh klien sehubungan dengan kelemahan fisiknya. Rasional : untuk mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi kebutuhannya. 2. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan. Rasional : klien membutuhkan bantuan dalam aktivitas karena kelemahan. 3. Bantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya. Rasional : dengan melatih kemandirian klien, maka klien tidak mengalami ketergantungan. 4. Jelaskan tentang hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik klien. Rasional : dengan penjelasan yang diberikan maka klien termotivasi untuk meningkatkan kekuatan fisiknya.

g.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien meningkat. Kriteria hasil : Mengungkapkan tentang penyakit, mengenal kebutuhan Mengungkapkan kemampuan untuk bekerjasama dalam Mengungkapkan sumber-sumber yang dapat digunakan pengobatan, memahami pengobatan mengontrol status kesehatan sebagai sumber informasi atau aspek pendukung Rencana tindakan :

36

1)

Mengkaji

tingkat

pengetahuan

pasien/keluarga

tentang penyakit Dengue Hemorrhagic Fever. Rasional : untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan tentang penyakit yang diketahui pasien serta kebenaran informasi yang telah didapatkan sebelumnya. 2) Mengkaji latar belakang pendidikan pasien/keluarga. Rasional : agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan mereka sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan direncanakan tercapai. 3) Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti. Rasional : agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. 4) Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien. Rasional : dengan mengetahui prosedur atau tindakan yang dialami pasien akan kooperatif dan kecemasannya menurun. 5) Memberikan kesempatan pada pasien/keluarga untuk

menanyakan hal-hal yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang dialami pasien. Rasional : mengurangi kecemasan dan memotovasi pasien untuk kooperatif selama masa perawatan atau penyembuhan. 6) Menggunakan leaflet atau gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada/memungkinkan ).

37

Rasional : gambar-gambar atau media cetak seperti leaflet dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan karena dapat dilihat atau dibaca berulang kali. 4. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. (Nursalam, 2001, hal : 63) Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. ( lyer et al, 1996 cit Nursalam, 2001, hal : 63 ) Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar, 1999 : 65). Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Nursalam, 2001: 63). Ada tiga tahap dalam tindakan keperawatan menurut Nursalam ( 2001, hal : 63 ), yaitu : (1) Persiapan, (2) Perencanaan, (3) Dokumentasi. Fase persiapan, meliputi : a. Review tindakan keperawatan b. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

38

c. Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul d. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan e. Persiapan lingkungan yang kondusif f. Mengidentifikasi aspek hukum dan etik Fase intervensi : a. Independen Adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tim kesehatan lain. b. Interdependen Adalah tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain ( gizi, dokter, laboratorium dan lain-lain ) c. Dependen Adalah berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana tindakan medis dilaksanakan. Fase dokumentasi Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu : a. Sources Oriented Records ( SOR ) b. Problem Oriented Records ( POR ) c. Computer Assisted Records ( CAR )

5. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001, hal : 71)

39

Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian, antara lain : evaluasi proses ( formatif ) yaitu evaluasi yang digunakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi hasil ( sumatif ) yaitu evaluasi dari seluruh tindakan yang telah dilakukan. (Nursalam, 2001, hal : 71) Menurut Griffith dan Christensen ( 1986 ) evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat perlu menentukan efektifitas tindakan keperawatan. ( Nursalam, 2001, hal : 71 ) Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan : a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan). b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan). c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan). (Nursalam, 2001 : 71, dikutip dari Iyer et. al, 1996) Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu ( Nurasalam, 2001, hal : 74 ) : a. Proses ( Formatif ) Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. b. Hasil ( Sumatif ) Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien.

40

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 (Nursalam, 2001 : 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986) yaitu: a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi. b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru. c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar. d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan. e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

You might also like