You are on page 1of 16

Porphyridium

KELOMPOK 10
Ibni Jeudi F Evi Risky A Fauziatul Kenanga Sari Noldy Yonathan Ayu Aninthya (24020110130050) (24020110130051) (24020110130052) (24020110130053) (24020110130054) (24020110130055)

Anggota

Fuji Fia

Ibni Jeudi

Noldy ItemKeebo

Evie Risky

Kenanga

Aiyuu Ainentya

What is the microalgae?


Microalgae are microscopic aquatic plants that size, have various potential that can be developed as a source of feed, food, and other chemicals. Cultivation of microalgae is very interesting because the high growth rate, capable of adjusting to varying environmental conditions (Panggabean, 2007).

Latar belakang
Mikroalga merupakan tumbuhan air yang berukuran mikroskopik, memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai sumber pakan,pangan, dan bahan kimia lainnya. Budidaya mikroalga sangat menarik karena tingkat pertumbuhannya yang tinggi, mampu menyesuaikan pada kondisi lingkungan yang bervariasi (Panggabean, 2007).

Dasar teori tentang porphyridium


Porphyridium cruentum is a red single-celled microalgae that includes the class Rhodophyceae, live free or bound in mucilago colonize. Compounds mucilago dieksresikan constantly by the cell to form a capsule that surrounds the cell. Mucilago a sulfate polysaccharide which is soluble in water (Suriadnyani, 2004). Tues P. Cruentum round shape with a diameter of 4-9 m. Cell structure consists of a nucleus (core), chloroplasts, Golgi bodies, mitochondria, slime, starch and vesicles. Each cell has a chloroplast with pirenoid middle (Suriadnyani, 2004).

Dasar teori tentang porphyridium


Porphyridium cruentum adalah mikroalga merah bersel satu yang termasuk kelas Rhodophyceae, hidup bebas atau berkoloni yang terikat dalam mucilago. Senyawa mucilago dieksresikan secara konstan oleh sel membentuk sebuah kapsul yang mengelilingi sel. Mucilago merupakan polisakarida sulfat yang bersifat larut dalam air (Suriadnyani, 2004). Sel P. Cruentum berbentuk bulat dengan diameter 4 - 9 m. Struktur selnya terdiri dari sebuah nukleus (inti), kloroplas, badan golgi, mitokondria, lendir, pati dan vesikel. Setiap sel memiliki kloroplas dengan pirenoid ditengahnya (Suriadnyani, 2004).

Porphyridium dapat hidup di berbagai habitat alam seperti air laut, air tawar, maupun pada permukaan tanah yang lembab dan membentuk lapisan kemerah-merahan yang sangat menarik. Habitat asli dari P. cruentum diduga berasal dari laut karena dapat hidup dengan baik pada media cair maupun media padat air laut (Borowitzka & Borowitzka, 1988). Biomasa kering sel P. cruentum mengandung protein 28-40%, karbohidrat 22-57%, lipid 6-14%, phycoerythrin 8%, asam arachidonat 2%, phycocyanin 0,2-0,3% dan klorofil 0,1-0,3% (Anonim, 2004). Sel P. Cruentum dapat menghasilkan metabolit-metabolit yang aktif secara biologi seperti antibiotik. Kelompok senyawa kimia utama yang merupakan antibakteri adalah fenol dan senyawa fenolat, alkohol, halogen, logam berat, detergen, aldehid, dan gas kemosterilisator (Borowitzka & Borowitzka, 1988).

Struktur sel Porphyridium sp

Metodologi percobaan
Alat 1. Pipet tetes 2. Mikroskop cahaya 3. Reflaktometer 4. Gelas benda dan kaca penutup 5. SRC 6. Media kultur Bahan 1. Porphyridium sp 2.Logam berat(cd, cu, dan pb) 3.Pupuk(makanan

CARA KERJA Semua peralatan, bahan dan tempat yang akan digunakan dipersiapkan. Lampu sebagai faktor pendukung perkembangan Porphyridium Sp. dipersiapkan. Peralatan seperti botol kultur perlu dilakukan sterilisasi, agar organisme pengganggu dapat dicegah atau dihilanghkan. Sterilisasi botol kultur dilakukan dengan direndam didalam air bersih, setelah itu direndam didalam larutan pembersih (bayclean) hingga bersih dan dileringkan. Setelah botol kultur siap, maka dilakukan pengisian botol kultur berupa logam berat seperti Cu, Cd dan Pb kedalam tiap botol kultur. Setelah terisi maka bibit Porphyridium Sp. dimasukan kedalam tiap botol kultur. Kemudian botol kultur yang telah terisi oleh Porphyridium Sp. dimasukan ke dalam

GRAFIK PENGAMATAN
pengaruh semua logam
700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

kepadatan

hari

Pb
Cd Cu

SALINITAS SELURUH LOGAM


40 35 30 SALINITAS 25 20 15 10 pb cd cu

5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

GRAFIK PENGAMATAN
SALINITAS SELURUH LOGAM
40 35

30

SALINITAS

25

20

pb cd

15

cu
10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

kepadatan Porphyridium Sp (Cd)


700000

Jumlah Spesies

600000 500000 400000 300000 200000 100000 0

10

11

12

13

14

Hari

pembahasan
data pada tabel pengamatan di atas terutama pada kepadatan porphyridium pada logam berat cd menunjukan bahwa pada hari pertama pengamatan kepadatan meningkat sedangkan pada hari kedua,ketiga dan seterusnya penurunan dan kenaikan porphyridium tidak lebih dari 100.000 jumlahnya,kandungan logam berat yang ada pada kultur mempengaruhi jumlah kepadatan porphyridium.kepadatan porphyridium tertinggi ada pada logam Cd yaitu dengan rata-rata 153.786 hal ini menunjukan bahwa porphyridium mampu mengabsorbsi logam Cd.salinitas yang ada pada ketiga logam berkisar pada angka 30-35.Secara keseluruhan kepadatan bergantung pada 1.salinitas 2.kandungan logam 3.pengaruh cahaya 4.pemberian nutrisi 5.Pengaruh suhu 6.Pengaruh habitat

kesimpulan
Dari data tersebut menunjukan bahwa jumlah porphyridium pada logam cd yang terbesar Salinitas pada porphyridium berkisar antara 30-35 jumlah porphyridium tergantung pada salinitas,kandungan logam,suhu,pemberian nutrien,cahaya dan habitat habitat sesungguhnya dari porphyridium adalah habitat air laut dan termasuk ke dalam alga merah yang hidup saliter

Daftar Pustaka
Panggabean, L. M. G. 2007. Koleksi Kultur Mikroalgae. Jakarta.Erlangga Suriadnyani, N.N,2004.Teknik Kultur Fitoplankton Secara Tradisionaal.Buletin T eknik Litkayasa Akuakultur Vol.3

You might also like