Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 10
Ibni Jeudi F Evi Risky A Fauziatul Kenanga Sari Noldy Yonathan Ayu Aninthya (24020110130050) (24020110130051) (24020110130052) (24020110130053) (24020110130054) (24020110130055)
Anggota
Fuji Fia
Ibni Jeudi
Noldy ItemKeebo
Evie Risky
Kenanga
Aiyuu Ainentya
Latar belakang
Mikroalga merupakan tumbuhan air yang berukuran mikroskopik, memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai sumber pakan,pangan, dan bahan kimia lainnya. Budidaya mikroalga sangat menarik karena tingkat pertumbuhannya yang tinggi, mampu menyesuaikan pada kondisi lingkungan yang bervariasi (Panggabean, 2007).
Porphyridium dapat hidup di berbagai habitat alam seperti air laut, air tawar, maupun pada permukaan tanah yang lembab dan membentuk lapisan kemerah-merahan yang sangat menarik. Habitat asli dari P. cruentum diduga berasal dari laut karena dapat hidup dengan baik pada media cair maupun media padat air laut (Borowitzka & Borowitzka, 1988). Biomasa kering sel P. cruentum mengandung protein 28-40%, karbohidrat 22-57%, lipid 6-14%, phycoerythrin 8%, asam arachidonat 2%, phycocyanin 0,2-0,3% dan klorofil 0,1-0,3% (Anonim, 2004). Sel P. Cruentum dapat menghasilkan metabolit-metabolit yang aktif secara biologi seperti antibiotik. Kelompok senyawa kimia utama yang merupakan antibakteri adalah fenol dan senyawa fenolat, alkohol, halogen, logam berat, detergen, aldehid, dan gas kemosterilisator (Borowitzka & Borowitzka, 1988).
Metodologi percobaan
Alat 1. Pipet tetes 2. Mikroskop cahaya 3. Reflaktometer 4. Gelas benda dan kaca penutup 5. SRC 6. Media kultur Bahan 1. Porphyridium sp 2.Logam berat(cd, cu, dan pb) 3.Pupuk(makanan
CARA KERJA Semua peralatan, bahan dan tempat yang akan digunakan dipersiapkan. Lampu sebagai faktor pendukung perkembangan Porphyridium Sp. dipersiapkan. Peralatan seperti botol kultur perlu dilakukan sterilisasi, agar organisme pengganggu dapat dicegah atau dihilanghkan. Sterilisasi botol kultur dilakukan dengan direndam didalam air bersih, setelah itu direndam didalam larutan pembersih (bayclean) hingga bersih dan dileringkan. Setelah botol kultur siap, maka dilakukan pengisian botol kultur berupa logam berat seperti Cu, Cd dan Pb kedalam tiap botol kultur. Setelah terisi maka bibit Porphyridium Sp. dimasukan kedalam tiap botol kultur. Kemudian botol kultur yang telah terisi oleh Porphyridium Sp. dimasukan ke dalam
GRAFIK PENGAMATAN
pengaruh semua logam
700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
kepadatan
hari
Pb
Cd Cu
5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
GRAFIK PENGAMATAN
SALINITAS SELURUH LOGAM
40 35
30
SALINITAS
25
20
pb cd
15
cu
10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jumlah Spesies
10
11
12
13
14
Hari
pembahasan
data pada tabel pengamatan di atas terutama pada kepadatan porphyridium pada logam berat cd menunjukan bahwa pada hari pertama pengamatan kepadatan meningkat sedangkan pada hari kedua,ketiga dan seterusnya penurunan dan kenaikan porphyridium tidak lebih dari 100.000 jumlahnya,kandungan logam berat yang ada pada kultur mempengaruhi jumlah kepadatan porphyridium.kepadatan porphyridium tertinggi ada pada logam Cd yaitu dengan rata-rata 153.786 hal ini menunjukan bahwa porphyridium mampu mengabsorbsi logam Cd.salinitas yang ada pada ketiga logam berkisar pada angka 30-35.Secara keseluruhan kepadatan bergantung pada 1.salinitas 2.kandungan logam 3.pengaruh cahaya 4.pemberian nutrisi 5.Pengaruh suhu 6.Pengaruh habitat
kesimpulan
Dari data tersebut menunjukan bahwa jumlah porphyridium pada logam cd yang terbesar Salinitas pada porphyridium berkisar antara 30-35 jumlah porphyridium tergantung pada salinitas,kandungan logam,suhu,pemberian nutrien,cahaya dan habitat habitat sesungguhnya dari porphyridium adalah habitat air laut dan termasuk ke dalam alga merah yang hidup saliter
Daftar Pustaka
Panggabean, L. M. G. 2007. Koleksi Kultur Mikroalgae. Jakarta.Erlangga Suriadnyani, N.N,2004.Teknik Kultur Fitoplankton Secara Tradisionaal.Buletin T eknik Litkayasa Akuakultur Vol.3