You are on page 1of 12

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Bahan tanam tuang adalah material yang dipakai untuk menanam model malam

untuk mendapatkan mould, selanjutnya dengan bantuan casting machine, mould tersebut dapat dituangi logam cair dan menghasilkan logam hasil tuangan. Berdasarkan titik cair logam, bahan tanam tuang terbagi menjadi beberapa jenis yaitu gypsum bonded, phospate bonded, dan silica bonded. Bahan tanam gypsum bonded digunakan untuk penuangan logam campur pada pembuatan inlays, onlays, crowns, dan fixed partial dentures (untuk logam dengan titik cair di bawah 1200C). Bahan tanam phospate bonded digunakan untuk penuangan logam campur pada pembuatan framework untuk metal-ceramic prostheses dan base metal alloy (untuk logam dengan titik cair di atas 1200C). Bahan tanam tuang silica bonded digunakan untuk penuangan pada pembuatan removable partial dentures dengan base metal alloy yaitu cobalt-based atau nickel-based alloy (untuk logam di atas 1200C). Bahan tanam tuang gypsum bonded dapat mengalami setting expansion oleh karena pertumbuhan kristal gypsum. Setting expansion normal dari bahan tanam tuang dapat diukur seperti pada dental plaster (gip lunak), yaitu mengukur perubahan dimensi linier yang terjadi pada bahan tanam. Setting expansion juga dapat diatur dengan menambahkan retarder atau accelerator. Pada dasarnya setting expansion normal bahan tanam dapat terjadi secara tidak terbatas. Faktor yang mempengaruhi setting expansion adalah w/p rasio, suhu dan lama pengadukan. Semakin banyak air dan semakin lama waktu pengadukan, dengan demikian setting expansion akan berkurang karena semakin sedikit nucleus kristalisasi per unit volume serta ruangan antar nucleus lebih besar pada keadaan tersebut, maka pertumbuhan interaksi kristal-kristal dihidrat akan semakin sedikit, demikian juga dorongan keluar yang menyebabkan ekspansi (Annusavice,2004). Walaupun dengan penambahan air dapat memperpanjang setting time, tetapi hal ini tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekuatan berkurang dan ekspansi dari material menjadi tidak sesuai. (Craig,2000)

1.2

Tujuan Pratikum Tujuan praktikum adalah agar mahasiswa mampu melakukan manipulasi bahan

tanam tuang serta dapat mengukur dan mengamati perubahan setting expansion dengan tepat. Selain itu, mahasiswa juga mampu mengukur dan mengamati perubahan setting expansion dengan variasi perubahan rasio w/p.

BAB 2 PROSEDUR PELAKSANAAN

2.1 Bahan
1. Bahan tanam gypsum bonded

2. Air PAM 3. Vaselin 2.2 Alat 1. Mangkuk karet 2. Spatula 3. Gelas ukur 4. Stopwatch 5. Timbangan analitik 6. Dial indicator 7. Pisau gipsum 8. Pisau model 9. Pisau malam 10. Sonde 11. Vibrator 12. Ekstensometer 2.3 Cara Kerja 2.3.1 Persiapan alat 1. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum disiapkan terlebih dahulu.

(a)

(b)

(c)

(d) Gambar : (a) Gelas Ukur (b) Bowl dan Spatula (e) Stopwatch

(e) (c) Timbangan Analitik (d) Ekstensometer

2. Mengoleskan bagian dalam cetakan gypsum bonded pada alat ekstensometer

dengan vaselin secara merata.


3. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator dipasang pada posisi

yang tepat dengan jarum menunjukkan angka nol. 2.3.2 Pencampuran gipsum Percobaan I
1. Bubuk gypsum bonded ditimbang seberat 43,5 gram. Air diukur sebanyak 15 ml

dengan gelas ukur.


2. Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu,

kemudian bubuk gypsum bonded dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet dan dibiarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara.
3. Campuran gipsum dan air diaduk sampai homogen menggunakan spatula dengan

gerakan memutar selama 1 menit/120 putaran, bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar secara perlahan-lahan. 6

Percobaan II
1. Bubuk gypsum bonded ditimbang seberat 45,5 gram. Air diukur sebanyak 15 ml

dengan gelas ukur.


2. Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu,

kemudian bubuk gipsum dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet dan dibiarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara.
3. Campuran gipsum dan air diaduk sampai homogen menggunakan spatula dengan

gerakan memutar selama 1 menit/120 putaran, bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar secara perlahan-lahan. Percobaan III
1. Bubuk gypsum bonded ditimbang seberat 43,5 gram. Air diukur sebanyak 18 ml

dengan gelas ukur.


2. Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu,

kemudian bubuk gipsum dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet dan dibiarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara.
3. Campuran gipsum dan air diaduk sampai homogen menggunakan spatula dengan

gerakan memutar selama 1 menit/120 putaran, bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar secara perlahan-lahan. 2.3.3 Mengukur setting expansion
1. Adonan gipsum dituangkan ke dalam cetakan ekstensometer tanpa merubah posisi

cetakan pada jarum dial indicator, kemudian ratakan permukaan menggunakan spatula gip.
2. Panjang awal dan panjang akhir cetakan gipsum pada alat ekstensometer diukur.

Setiap 10 menit sekali dalam 60 menit, amati dan catat ekspansi yang terjadi pada penunjuk mikrometer pada dial indicator. 3. Bandingkan dan amati ketiga hasil percobaan dan buatlah resume.

BAB 3 HASIL PRATIKUM

Suhu Ruangan : 24 C Suhu air PAM : 27 C

PERCOBAAN I PANJANG AWAL I II 10 MENIT III IV V VI EKSPANSI AKHIR 135 mm 0 mm 0,05 mm 0,12 mm 0,21 mm 0,29 mm 0,3 mm 135,3 mm

PERCOBAAN II 138 mm 0 mm 0,6 mm 0,9 mm 1,0 mm 1,05 mm 1,05 mm 139,05 mm

PERCOBAAN III 134 mm 0 mm 0 mm 0,15 mm 0,35 mm 0,43 mm 0,46 mm 134,46 mm

Keterangan : Percobaan I : bubuk gipsum berat 43 gram, air 15 ml, w/p 0,35 8

Percobaan II Percobaan III

: bubuk gipsum berat 45 gram, air 15 ml, w/p 0,33 : bubuk gipsum berat 43 gram, air 18 ml, w/p 0,42

BAB 4 PEMBAHASAN Bahan tanam gypsum bonded terurai di atas suhu 1200C dengan interaksi dari silika dengan kalsium sulfat untuk membebaskan gas sulfur trioksida. CaSO4 + SiO2 CaSiO3 + SO3 Reaksi lain yang terjadi pada pemanasan bahan tanam gypsum bonded adalah antara kalsium sulfat dan karbon : CaSO4 + 4C CaS + 4CO Karbon kemungkinan berasal dari sisa pemanasan malam atau kemungkinan berupa grafit dalam bahan tanam. Reaksi lebih lanjut dapat terjadi pembebasan sulfur dioksida. (John 3CaSO4 + CaS 4CaO + 4SO2 Setting expansion normal dari bahan tanam tuang dapat diukur seperti pada dental plaster, yaitu mengukur perubahan dimensi linier yang terjadi pada bahan tanam. Setting expansion juga dapat diatur dengan menambahkan retarder atau accelerator. Yang mempengaruhi setting expansion adalah w/p rasio, makin rendah w/p rasio atau makin sedikit air campuran bahan tanam tuang, maka makin besar setting expansion, dan sebaliknya. 9 McCabe, 2008 chapter 5: pp 50)

Bahan tanam gypsum bonded dapat mengalami setting expansion karena adanya pertumbuhan kristal gypsum. Pada saat setting, kristal yang terbentuk dari hasil reaksi akan tumbuh dan kemudian saling mendesak satu sama lain, sehingga terjadi ekspansi volume secara keseluruhan. (Van Noort, 2007: p213)

Mikrostruktur dari Bahan Tanam Gypsum Bonded

Pada praktikum bahan tanam gypsum bonded, kami melaksanakan tiga percobaan pengukuran setting expansion menggunakan ekstensometer dilengkapi dial indicator dengan perbandingan variasi w/p rasio. Setting expansion dilihat selama 10 menit sekali selama satu jam. Sebagaimana yang tercantum di tabel hasil praktikum antara ketiga percobaan , jika diurutkan dari yang paling kecil mengalami setting expansion adalah : percobaan 1, percobaan 3, kemudian percobaan 2. Pada percobaan pertama digunakan komposisi water dan powder (w/p rasio) sesuai aturan ADA, yaitu 43/15. Pada 10 menit pertama ekspansi belum berjalan, baru pada 10 menit kedua ekspansi mulai berjalan. Ekspansi ini berjalan lambat. Menginjak menit ke-30 ekspansi berjalan lebih cepat dan mencapai 0,12 mm, begitu pula pada menit ke-40, ekspansi mencapai 0,21 mm, karena antara 10 menit ketiga dan keempat terjadi puncak ekspansi. Pada 10 menit kelima dan keenam, laju ekspansi kembali melambat bila dibandingkan pada 10 menit sebelumnya. Perlambatan dari laju ekspansi terjadi dikarenakan puncak ekspansi sudah tidak terjadi lagi. (Annusavice, 2004) Pada percobaan kedua, dilakukan penambahan powder sebanyak 2 gram (w/p rasio = 45/15), dalam hal ini powder bertindak sebagai accelerator. Penambahan powder membuat konsistensi adonan yang dihasilkan lebih kental bila dibandingkan konsistensi adonan pada percobaan pertama. Semakin banyak powder, maka jumlah partikel silika pada adonan gipsum 10

semakin banyak. Jumlah partikel silika yang banyak akan mengganggu pengikatan antarkristal nukleus, dan menyebabkan kristal-kristal nukleus bergerak ke luar selama reaksi pengerasan. Semakin banyak kristal nukleus yang bergerak keluar, ekspansi yang dihasilkan semakin besar. Pada 20 menit pertama ekspansi yang dihasilkan sebesar 0,6 mm (lebih besar daripada percobaan pertama saat 10 menit kedua). Hal ini juga berlaku pada 10 menit selanjutnya, ekspansi yang terjadi adalah yang paling besar dibandingkan kedua percobaan lainnya. Pada percobaan ketiga dilakukan penambahan water sebanyak 3 ml (w/p rasio = 43/18), dalam hal ini water bertindak sebagai retarder. Penambahan water membuat konsistensi adonan yang dihasilkan lebih encer dari percobaan pertama. Dengan konsistensi yang encer jumlah partikel silika yang terkandung pada adonan semakin sedikit. Jumlah partikel silika yang sedikit tetap mengganggu pengikatan antar kristal nukleus dan menyebabkan kristal-kristal nukleus bergerak keluar selama reaksi pengerasan. Akan tetapi, jumlah kristal nukleus yang bergerak keluar selama reaksi pengerasan berlangsung tidak sebanyak pada percobaan pertama dan kedua. Terjadi perbedaan antara hasil praktikum yang didapat dengan teori yang ada di percobaan ketiga ini. Besarnya ekspansi yang terjadi pada percobaan ketiga seharusnya jauh lebih kecil bila dibandingkan percobaan pertama dan kedua. Hasil praktikum ini justru lebih besar dari percobaan pertama, yaitu sebesar 0,46 mm. Perbedaan hasil praktikum dengan teori yang ada tersebut bisa terjadi karena : 1. Adanya kemungkinan ekspansi ke arah atas yang tidak dapat diamati melalui dial indicator, karena bagian ekstensometer dibiarkan terbuka dan tidak diamati dengan glass lab. 2. Adanya kesalahan pengadukan (spatulation) seperti tidak sesuainya jumlah dan waktu pengadukan antara adonan satu dengan yang lain. 3. Pengaruh suhu dingin dan angin dari air-conditioner (AC) di ruang praktikum yang tepat mengarah pada ekstensometer ketika melakukan percobaan.

11

BAB V KESIMPULAN

Perubahan lain dari fisik yang menyertai waktu setting ini adalah perubahan ekspansi yang disebabkan oleh dorongan luar dari pertumbuhan kristal pada gipsum ( John F. M, 2008). Melalui praktikum ini dapat diketahui bahwa setting ekspansi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu pengadukan, umur bahan, suhu dan w/p rasio. W/P rasio sangat berpengaruh terhadap setting expansion dari bahan tanam gypsum bonded. Semakin besar w/p rasio (air lebih banyak), maka semakin kecil setting ekspansi, dan juga sebaliknya (Annusavice, 2004). Meningkatkan perbandingan W/P rasio dengan melakukan penambahan air pada adonan gypsum bonded dapat memperlambat setting time dan memperkecil setting expansion. Menurunkan perbandingan W/P rasio dengan melakukan penambahan bubuk pada adonan gypsum bonded dapat mempercepat setting time dan memperbesar setting expansion.

12

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 2004. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 10. Jakarta: EGC. p. 396-397, 399-401. Craig, Robert G., Powers, John M. 2002. Restorative Dental Materials. Eleventh Edition. Missouri: Mosby Inc. Craig, Robert G. et al. 2000. Dental Materials Properties and Manipulations. Seventh Edition. Missouri: Mosby. p. 247

13

McCabe, John F., Walls, Angus. 2008. Applied Dental Materials. Ninth Edition. Australia: Blackwell Publishing Ltd William J. O'Brien. 2002. Dental Materials and Their Selection. Edisi 3. Chicago: Quintessence Publishing

14

You might also like