You are on page 1of 1

N Bukan Syr'ah, tapi Ahhls Sunnah wal Junaah

Catatan untuk Prof Dr Faisal Ismnil


rt ffigffiU#liffiif$I.
(750 - 1258 M) kemudian dsempurnakan oleh Abu Hanifah, Malik binAnL, ""-SyrIi'i,Ah*rd bin Hanlal,Abu Hasan al-Asy'ari danAbu Mansur al-Maturidi. Pada periode ini, sejarah Sunni diidentifikasi sebagai reaksi dan solusi atas dua pemikiran ekstrem: rasionalisme eksesif dalam

l.!\truSAf.{ Prof I}r Faisal Ismailberjudul ' I '"Pembakaran Pesantren Syi'ah" (I(R, * arcUn ), perlu ditanggapi. Dalam tulisma (NU) secara tradisi sebenarnya adalah
Syi'ah. Banyak tradisi NU yang berasal dari
S)r'ah. Tanpa mengurangi rasa horuiat, pernyataan annya Prof Ismail menyatakan Nahdlatul LIla-

Dalam konteks ini menjadi tidak penting di harike berapatahlil itu dilaksanakan. Bisa pada hari ke-6, ke-9 atau ke-41. Kalau kemudian ulama memilih hari ke-7, hari ke40 dan hari ke.. 100 misalnya, itu semata-mata karena angka tersebut (7,40 dan 100) merupakan angka yang

"

Prof Ismail itu perlu diklarifikasi agar tidak


menimbulkan kesalahpahaman publik terhadap

NU ddn tradis-inya; IGren3 peirdapat yang menyatakan NU sama dengan Syiah atau banyak tradi.sinya yang berSumbef aari tradisi Syiah merupakan kesimpulan gegabah dan dalambeberapa hal bi-sa menyesatkan.

teologi dan perkembangan Syi'ah (Michael E Marmura, The Oxford Encyclopedia of Thc Modem Islnmic World,, 1995, Jthd ry hh. L10). Karena itu Sunni sering disebut sebagaijalan tengah antara dua kutub ekstrem (Abdul Hamid Musa, Nasybh Asy'ariyah wa Ththawwuruha,
1975).

Setidaknya ada tiga hal yang perlu diklarifikasi. Pertama, NU adalah organisasi keagamaan yang menganut paham Ahlus Sunnah
wal Jamaah (Sunni). NU jelas bukan Syrah. DaIam konteks kesejarahannya, Sunni merupakan paham yangbenrsaha keluar dari pertentangan ekshem antara Syiahvs Ktrawarij.

Dari sisi sejarah dan ajarannya, Sunni berbeda dengan Syiah. NU sebagai kelompok Srmni, dengan sendirinyajuga berbeda dengan Syr'ah. Menyamakan NU dengan Syi'ah artinya tidak memahami sejarah politikdan pemikiran Islam.

sering dipilih oleh syariat, yang pasti memiliki rahasia (sirr). Bukan karena mengikut Syi'ah atauyanglain. Kalau praktik di lapangan ternyata tradisi itu sama dengan tradisi Syi'ah atau tradisi agarna lain, maka itu merupakan kebetulan semata, yang tidak mengr:rangi kedalaman makna dari tuadisi itu sendiri. IGrena tujuan hakikinya adalah murni menjalankan perintah agama yang diwadahi dalam tradisi bernama tahlilan. Ketiga, tradisi pembacaan kitab al-Barzanji atau Dibaan di kalangan warga NU juga sangat
ceroboh bila dikatakan sebagai toadisi Syiah. Da-

Pertentangan itu bbrmula ketika Khalifah Utsman bin Affan dibunuh. Ali bin Abi Thalib kemudian menjadi Khalifah rnenggantikan Utsman. Pada masaAli terjadi Perang Shiffin, yaitu perangAli melawan Muawiyah, Gubernur Syiria menuntut Ali bertanggung jawab atas terbimulmyaUtsman. Perang Shiffin berakhir di meja perundingan. Ali dan Muawiyah bedamai. Namun perdamaian ini justuu menjadi awal perpecahan. Di satu
pihak, ada kelompok yang menolak perdamaian itu dan menyatakan keluar dari barisanAli. Mereka kemudian dikenal dengan Khawarij (dari

kata'kharaja'yang artinya keluar). Di lain

pi

hak; ada pengikutAli yang tetap setia. IGlompok ini kemudian dikenal dengan sebutan Syr ah. Khawarij dan Syiah semula hanya merupakan produk dari perbentangan politik, tapi ke-

o (r, o ts z o o o ? u.
Y Kedua, menyebut hadisi tatrlilan 7 hari sampai 1.000 hari bersumber dari Syi'ah juga pendapat yang gegabah. Kalau orangYahudi biasa berpuasa, kemudian umat Islam juga punya tradisi puasa, itu bukan berarti tradisi puasa bersumber dariYahudi. Kalau orang Katolik biasa bersedekah, dalam Islam juga ada hmtunan sedekah, kesamaan ini bukan berarti membolehkan kita menarik kesimpulan: tradisi sedekah dalam Islam bersurnber dari lGtolik. Tbadisi tahlilan/slametan dalam masyarakat NU intinya bukan di 7 hari atau 40, tapi pada tujuannya yaitu untuk menjalankan syariat: (1) sedekah yang pahalanya dihadiahkan untuk yang sudah mati, dan (2) mendoakan mereka yang sudah meninggal. Kedgqajaran ini sepenuhnya berdasar perintahAlquran dan diajarkan dalam Hadis Nabi yang sahih.

lam badisi ini memang ada penghormatan khusus kepadaAli binAbi Thalib dan keluarganya. Thpi apa yang dibaca dalam kitab al-Barzanji/Dibaan harus dilihat secara ufuh. Di situ akan terIihat bahwa NU sangat mencintai Nabi Muhammmad SAW danAhlul Bait, termasukAli, Hasan dan Husein. Tapi NU juga sangat mencintai dan menghormati para sahabat Nabi. Inilah yang membedakan NU dengan Syi'ah: mereka cenderung "menghujaf,' sahabat (terutamaAbu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman, karena dituduh merampas jabatan l(halifah yang dianggap meqjadi hakAli binAbi Thalib). Syi'ah hanya memuliakan AIi dan keturunanrrya. Sementara NU mencintai semuanya secara adil. Ketika terjadi pertentangan di antara para sahabat Nabi, sikap NU sangat jelas, yaitu "diam", karena NU ingin mengikuti dan menghonnati semua sahabat. Syaikh lbnu Ruslan dalamkitab ae-Zubod, berkata: "ketika ada perbentangan di

mudian berkembang menjadi pertentangan


ajaran dan teologi. Kelompok Khawarij sampai mengkafirkan Utsman,Ali dan Muawiyah. Sedang Syiah, seperti dikatakan IbnuKhaldun dalam Muqaddimah (hlm. 198), banyak diwarnai oleh pemikiran mistik, misalnya.menganggap Ali tidak mati, tetapi hanya ghaib (menyembunyikan diri) karena akan muncul kembali. Dari sini kemudian lahir kelompok ekstrem lainnya, yaitu Mu'tazilah yang sangat rasional, Jabariyah yang fatalistik, Qadariyah yang tingkat rasionalistiknya sangat ekstrem, dan Murjlah yang permisif dan menolak semua doktrin Khawarij. Di tengah pertentangan tajam itrlah muncul Sunrri yang dirintis oleh Imam Hasan al-Bashri. Rintisan ini pada rnasa kekhalifahan Abbasiyah

antara sahabat, kami memilih untuk diam" (wamn jaara bain al-oshab noskutu'anhu). Sementara Syi'ah memilih untuk membelaAli dan menghujat sahabat.

NU secara tegas menentang segala bentukke-

kerasan dan tindakan main hakim sendiri.


Pembakaran Pesanfuen Syi'ah di Madura merupakan tindakan yang sangat bertentangan dengan nilai dan ajarun,Ahlus Sunnah wal Jama.oh. Sebagai ormas inklusif, wU tetap menghormati keyakinan kaum Syi'ah. Sudah seharusnya kultur saling menghargai terus ditumbuhkan agar kualitas kehidupan keagamaan kita semakin matang dan tercerahkan. WallahuAlam bisShawab. tr - k. (32-2012).

*) Umarudd.in Masdar, Koordinntor Nasianal DENSUS 26 (Pend.id.ikanl(hu.sns Dai Niltrc Sunnah wol Jamaah 1926).

You might also like