You are on page 1of 16

Working Paper Series No.

16 Juli 2007, First Draft

Revitalisasi Posyandu
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Posyandu di Kabupaten Tenggamus

Ridwan, Dewi Marhaeni Diah Herawati, Mubasysyir Hasanbasri

Tidak untuk disitasi

Daftar Isi
Daftar Isi..............................................................................................ii Daftar Tabel.........................................................................................ii Abstract ..............................................................................................iii Latar Belakang .................................................................................... 1 Metode................................................................................................. 2 Hasil dan Pembahasan......................................................................... 2 Peran Serta Masyarakat. ................................................................... 2 Peran serta kader. ..................................................................................... 3 Peran serta tokoh masyarakat. ............................................................... 4 Peran serta masyarakat. .......................................................................... 5 Peran serta lembaga masyarakat........................................................... 6 Fasilitasi Pemerintah......................................................................... 6 Kinerja Posyandu.............................................................................. 7 Kesimpulan.......................................................................................... 8 Saran.................................................................................................... 8 Daftar Pustaka ..................................................................................... 8 Lampiran Tabel ................................................................................. 10

Daftar Tabel
Tabel 1. Cakupan Pelayanan Posyandu..............................................10 Tabel 2. Peran Serta Masyarakat ........................................................11 Tabel 3. Sarana Kegiatan di Posyandu ...............................................11 Tabel 4. Fasilitasi Pemerintah dalam Kegiatan Posyandu..................12 Tabel 5. Kemandirian Posyandu.........................................................12

ii

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Abstract
The Influence of Integrated Service Post Revitalization Toward Work Performance of Posyandu in the District of Tenggamus, Province Lampung
Ridwan1, Dewi Marhaeni Diah Herawati2, Mubasysyir Hasanbasri3
One of the efforts to decrease mortality rate of maternal and perinatal, operationally, in village is through Integrated Service Post (Posyandu). Department of Health RI (1999), reported that in the book of Analysis of Formulation of Intervention Plan of Communication Forum (ARRIF), there is a contribution from Posyandu in increasing the coverage of health program such as DPT immunization with 61,9%, polio with 60,95%, TT of pregnant mother with 22,4% and check up of pregnant mother with 11,2%. However, with the crisis that effected on the decreasing of Posyandu activity in the district of Tanggamus, province of Lampung (2003), communitys participation to come to Posyandu (D/S) was only 41% with the number of active cadre was 3,954 out of 5,1999 cadres, while the observation result of Posyandu independency was 393 Pratama, 420 Madya and 85 Purnama as well as 8 Mandiri. Through the letter from the Minister of Internal Affair No. 411.3/1116/SJ/2001, Posyandu revitalization is needed to improve function and work performance of Posyandu (Depdagri, 2001). This research was aimed to find out the description of Posyandu revitalization influence toward the work performance of Posyandu in the district of Tanggamus, province of Lampung. This was a descriptive research that used qualitative approach that is by describing the influence of Posyandu revitalization toward work performance of Posyandu. The subject of the research consisted of cadre and cadre coordinator of Posyandu, public figure, head of Primary Health Care and health care provider in the village (GASBINSA) from Primary Health Care that had most of pratama and purnama Posyandu. Data was taken by using Focus Group Discussion, guidance of in-depth interview and observation checklist. In the district of Tanggamus, revitalization program of Posyandu was greatly influenced the work performance of Posyandu where activity orientation was not only for children under five years old instead of the activity of Posyandu has been more developed with the forming of KP-KIA group as well healthy funding activity. In addition, the existing facility/equipment in Primary Health Care was getting better especially equipment for weighing, registration and reporting forms have been prepared by government which is the District Health Office. Operational funding of Posyandu was not yet available from government although there was already an institution of community social in helping the implementation of giving supplementary food for children under five years old. Posyandus revitalization influenced in improving the work performance of posyandu in the district of Tanggamus, province of Lampung although the improvement was not yet spread out in every Primary Health Care. This was occurred, as there was a role differences between communitys participation and government facilitation in the area of Primary Health Care toward the posyandu. Keyword: Influence, revitalization, work performance, Posyandu
1 3 2

District Health Office of Tanggamus, province of Lampung District Health Office of Bantul, Jogjakarta Special Province Magister of Health Service Management and Policy, Gadjah Mada University iii

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajad kesehatan yang optimal sebagaimana tercantum pada pasal 3 Undang Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Dalam pelaksanaannya pembangunan kesehatan lebih diarahkan pada upaya untuk menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, sedangkan tingginya agka kematian ibu sangat erat kaitannya dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan1. Upaya menurunkan tingkat kematian ibu dan anak secara operasional didesa/kelurahan dilakukan melalui pos pelayanan terpadu atau posyandu yaitu suatu pelayanan yang penyelenggaraan dan pelaksanaan dilakukan oleh masyarakat dan dibina oleh puskesmas2. Sejak dicanangkan pada tahun 1984, pertumbuhan jumlah posyandu di Indonesia hingga tahun 1996 berjumlah 244.107 buah3. Departemen Kesehatan melaporkan dalam buku ARRIF didapatkan data besarnya sumbangan posyandu dalam meningkatkan cakupan program kesehatan sebagaimana tabel 14. Dengan terjadinya krisis yang berkepanjangan, berdampak pula terhadap menurunnya kegiatan posyandu, untuk itu diperlukan upaya revitalisasi posyandu. Program revitalisasi posyandu mempunyai tujuan agar terjadi peningkatan fungsi dan kinerja posyandu, dengan kegiatan utama adalah; 1) pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas kader; 2) pelayanan, mencakup pelayanan lima program prioritas yang merupakan paket minimal dengan sasaran khusus balita dan ibu hamil serta menyusui dan; 3) penggerakan masyarakat5. Upaya tersebut telah diawali melalui berbagai kegiatan seperti sosialisasi, pelatihan dan lokakarya revitalisasi posyandu sepanjang tahun 1999-20006. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran pengaruh revitalisasi posyandu terhadap kinerja posyandu.

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Metode
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yakni menggambarkan pengaruh revitalisasi posyandu terhadap kinerja posyandu. Lokasi penelitian di laksanakan di Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung yakni wilayah puskesmas Wates dan puskesmas Pringsewu dengan subjek penelitian adalah 24 kader posyandu, 2 kepala puskesmas dan 2 petugas pembina desa serta 2 tokoh masyarakat. Instrumen penelitian yang digunakan pedoman wawancara mendalam, panduan diskusi kelompok terarah dan check list obsevasi. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari: (a) peran serta masyarakat yakni peran tokoh masyarakat, koordinator dan kader posyandu sebagai wujud pemberdayaan masyarakat terhadap kinerja posyandu, (b) fasilitasi pemerintah yang terdiri dari pelaksanaan bimbingan teknis, ketersediaan sarana dan dana sebagai dukungan pemerintah dalam kegiatan revitalisasi sebagai upaya peningkatan terhadap kinerja posyandu, dan (c) kinerja posyandu

Hasil dan Pembahasan


Peran Serta Masyarakat. Posyandu yang merupakan suatu pelayanan yang menyelenggaraan dan pelaksanaan dilakukan oleh masyarakat, di wilayah kerja puskesmas Wates maupun puskesmas Pringsewu kegiatannya diselenggarakan setiap bulan. Aktivitas posyandu, baik di wilayah kerja Puskesmas Wates maupun Puskesmas Pringsewu, secara garis besar sama. Kegiatan posyandu umumnya mulai jam 10.00. Kelompok sasaran datang, kader mendaftar, menimbang dan mencatat di KMS. Pemberian makanan tambahan diberikan setelah penimbangan balita. Setelah dilakukan kegiatan revitalisasi posyandu, kegiatan posyandu terbagi dalam 7 meja, yakni pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan dan pelayanan baik immunisasi maupun ibu hamil dan perbaikan gizi atau pemberian makanan tambahan serta pasca meja atau evaluasi kegiatan. Kegiatan 7 meja tersebut dilaksanakan oleh posyandu, sebagaimana pernyataan informan kepala puskesmas Wates berikut ini:
.. jenis kegiatan setelah revitpos ya... biasa pak, 7 meja, pendaftaran, pencatatan, penimbangan, penyuluhan perorangan dan penyuluhan kelompok. Pelayanan dari petugas kesehatan tersendiri. Dana sehat, KP-KIA, untuk menunjang posyandu mandiri, semenjak revitpos kemaren mulai dana sehat dari posyandu purnama ke mandiri, KP-KIA hampir menjamur, kalau KP-KIA tergantung bidan desa. Ada posyandu tertentu yang mulai menonjol, jadi semenjak adanya revitpos mereka sudah membentuk dana sehat, sudah membentuk kelompok KP-KIA, contoh Tambakmulyo, terus yang di Parerejo...

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Kegiatan posyandu setelah revitalisasi posyandu semakin berkembang, orientasi kegiatan posyandu tidak hanya untuk balita, namun telah mencakup Kesehatan Ibu dan Anak di setiap desa. Beberapa posyandu di Wates telah membentuk Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak atau KP-KIA. Tugas kelompok ini adalah membina ibu hamil, ibu menyusui dan ibu yang mempunyai anak balita di wilayah kerja posyandu masing masing. Kegiatan tersebut merupakan pengembangan kegiatan posyandu setelah revitalisasi posyandu. Pembentukan KP-KIA masih tergantung pada inisiatif dari bidan desa yang membina posyandudan disesuaikan dengan program Depkes RI tentang posyandu, karena kelompok sasaran posyandu setelah revitalisasi posyandu berkembang menjadi meliputi bayi, anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui, wanita pasangan usia subur7. Peran serta kader. Dalam pelaksanaan kegiatan posyandu aktifitas kader posyandu di Kabupaten Tanggamus setelah dilakukannya revitalisasi posyandu dinilai petugas puskesmas telah meningkat, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Salah seorang petugas pembina desa di puskesmas Wates mengatakan:
Ada peningkatan, yang kader tadinya 3-4 orang yang aktif, setelah ada revitpos jumlah kader yang aktif menjadi 6-7 orang, padahal tadinya paling banyak yang datang hanya 3-4 orang. Administrasi posyandu sudah terbagi bagi dan rapi, mereka mengerti cara pengisian.

Salah satu pengaruh revitalisasi posyandu adalah peningkatan jumlah kader aktif. Peningkatan tersebut dikarenakan adanya ang transportasi untuk kader yang diberikan pemerintah melalui dana PKPS-BBM (Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak) bidang kesehatan sebesar 3000 rupiah setiap bulan untuk setiap kader, namun hanya dibatasi untuk 5 orang kader per posyandu. Pemberian uang transportasi tersebut merupakan kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggamus untuk memotivasi kader posyandu, walaupun jumlahnya masih sangat terbatas. Kader Posyandu Wates juga mendapat uang transportasi dari sebuah lembaga swadaya masyarakat sebesar 10.000,- setiap bulan per posyandu. Hal tersebut berarti kader posyandu di Wates menerima uang transportasi lebih banyak dibadingkan kader posyandu di Puskesmas Pringsewu. Hasil diskusi kelompok terarah menunjukan bahwa motivasi menjadi kader sebagai perwujudan ibadah. Seorang kader posyandu di Pringsewu mengatakan:
Kalau saya sih, sebenarnya sudah tidak betah. Cuma enggak ada gantinya, susah cari gantinya. Ya.. walaupun begitu, saya tetap jalan. Untuk mengobati kalau ada

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

problem, kita campur dengan teman, juga saya beramal, asal kita jalankan dengan ikhlas mudah mudahan tuhan akan mengabulkan..

Pernyataan kader posyandu di puskesmas Pringsewu tersebut menunjukan bahwa kejenuhan menjadi kader dalam kegiatan posyandu dapat menyebabkan kader drop out, karena menjadi kader merupakan pekerjaan sosial yang tidak mempunyai kekuatan mengikat dan regenerasi kader belum terencana dengan baik. Kader diharapkan melakukan pekerjaannya secara sukarela tanpa menuntut imbalan berupa uang atau materi lainnya8. Faktor yang menyebabkan kader di Purbalingga tidak aktif di posyandu karena umur lebih dari 50 tahun dan lama menjadi kader kurang dari 10 tahun9 dan agar posyandu tetap aktif, posyandu dikelola oleh kader yang telah berpengalaman menjadi kader sekurangnya 60 bulan atau 5 tahun10. Peran serta tokoh masyarakat. Sebelum program revitalisasi posyandu dilaksanakan, dilakukan terlebih dahulu sosialisasi program tersebut ke tokoh-tokoh masyarakat, teutama pamong desa. Dukungan dari tokoh masyarakat baik di puskesmas Wates maupun puskesmas Pringsewu dinilai petugas puskesmas memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu, terutama tokoh masyarakat dari pamong desa. Di puskesmas Wates, isteri kepala dusun biasanya koordinator kader atau ketua posyandu. Keterlibatan tokoh masyarakat dalam kegiatan posyandu khususnya untuk penyediaan tempat dan sarana seperti meja kursi dan perlengkapan yang lain. Tokoh masyarakat di Puskesmas Wates berupaya membina kader agar selalu aktif dalam kegiatan posyandu. Koordinator kader posyandu Nusa Indah dan Tambakmulyo yaitu dua posyandu di wilayah kerja Puskesmas Wates mempertegas keterangan tersebut dengan mengatakan bahwa kepala kelurahan dan kepala dusun ikut mengumumkan dan mendorong warga untuk warga datang ke posyandu, khusus pemberian vitamin A. Dorongan tokoh masyarakat tersebut menyebabkan angka kunjungan posyandu pada saat pemberian vitamin A sering melebihi jumlah target karena ada beberapa ibu-ibu yang mempunyai anak yang berumur lebih dari 5 tahun ikut berkunjung. Hampir semua pamong desa, dari kepala desa hingga Ketua RT, terlibat dalam kegiatan posyandu di Puskesmas Wates. Ketika peneliti melakukan obseervasi menemukan seorang kepala dusun ikut terlibat langsung dalam pelaksanaan penimbangan. Di wilayah Puskesmas Pringsewu, beberapa posyandu kurang mendapatkan dukungan dari tokoh masyarakat karena masalah politik di desa. Keterlibatan tokoh masyarakat terhadap posyandu di
4 Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Puskesmas Pringsewu belum merata. Dukungan pamong desa di posyandu unggulan lebih tinggi dibandingkan dukungan pamong desa posyandu non unggulan. Peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan posyandu setelah dilakukan revitalisasi posyandu meningkat, sebagaimana pernyataan petugas pembina desa puskesmas Wates berikut ini:
Setelah revit pos, kondisi semakin bagus, kader bertambah aktif, masyarakat juga kunjungan bertambah. Cakupan kegiatan soal...D/S bagus, K 1 pasti ke posyandu karena akan mendapat buku KIA.

Buku KIA yang dibagikan kepada ibu hamil yang berkunjung di posyandu merupakan catatan perkembangan kehamilan dan pencatatan perkembangan bayi/anak balita pada kelahiran ibu hamil tersebut. Pemberian buku tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tetang kehamilannya serta pertumbuhan dan perkembangan anaknya setelah lahir hingga umur lima tahun, sehingga dapat melakukan pemantauan kesehatan anak secara mandiri. Oleh karenanya, pembinaan kader maupun ibu balita tentang buku KIA perlu ditingkatkan agar tujuan pemberian buku tersebut efektif. Disamping itu program immunisasi bayi dan anak balita, merupakan salah satu pendorong ibu yang mempunyai bayi dan anak balita untuk datang ke posyandu. Berikut pernyataan kepala puskesmas Wates:
Kalau peran serta masyarakat masih kurang, belum ada pengaruh, cakupan D/S belum meningkat, paling meningkat pada waktu bulan vitamin A, baru meningkat. Misal ada kayak kegiatan Gertak PB (Gerakan serentak Penimbangan Balita) dan pemberian vit A cukup mendongkrak...

Gerakan serentak penimbangan balita merupakan istilah yang dibuat oleh Kepala puskesmas yang bertujuan untuk mendorong ibu-ibu yang mempunyai balita agar berkunjung ke posyandu menimbang berat badan anaknya. Gerakan tersebut cukup efektif meningkatkan angka kunjungan ke posyandu. Kader menilai peran serta masyarakat setelah diadakan revitalisasi meningkat. Seorang kader posyandu Wates mengatakan :
pengaruh tambah rame karena mendapat pmt, jadi ada rangsangan balita untuk datang.kalau sekarang posyandu sudah dikunjungi ibu hamil kalau dulu jarang, karena ibu bidan jarang.

Layanan yang diharapkan pengguna posyandu adalah layanan mendapatkan PMT untuk balita10. Peran petugas kesehatan dianggap penting
Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan 5

oleh kader karena kehadiran petugas sangat mempengaruhi tingkat kunjungan ibu-ibu ke posyandu. Petugas kesehatan di posyandu bertugas sebagai juru imunisasi dan penyuluh kesehatan. Posyandu di Puskesmas Wates sebagian besar telah mempunyai dana sehat yang ditarik dari masyarakat dan biasanya penarikan dana sehat dilakukan pada saat musim panen. Ada pula posyandu yang melakukan penarikan dana sehat dari masyarakat sebesar Rp.500,- sampai Rp. 1000,- setiap kepala keluarga per bulan. Dana sehat di Posyandu Puskesmas Wates juga digunakan sebagai dana sosial untuk membantu warga yang kurang mampu untuk berobat ke Puskesmas atas persetujuan dari pamong desa. Posyandu di Puskesmas Pringsewu juga mengadakan pengumpulan dana sehat dari masyarakat. Penarikan dana sehat dilakukan khususnya pengunjung balita yang datang ke posyandu. Penarian dana tersebut digunakan sebagai biaya pengganti PMT. Penarikan dana melalui penjualan PMT kepada kelompok sasaran seperti yang dilakukan di beberapa posyandu Pukesmas Pringsewu justru akan menyebabkan kelompok sasaran tidak berkunjung ke Posyandu. Faktor-faktor tersebut perlu diantisipasi untuk mempertahankan dan meningkatkan angka cakupan kegiatan posyandu dengan kegiatan penarikan dana sehat dari sumber yang lain. Faktor-faktor yang menyebabkan keengganan kelompok sasaran posyandu untuk berkunjung ke posyandu karena program imunisasi sudah selesai, mereka tidak mempunyai uang untuk membayar PMT di posyandu dan faktor petugas kesehatan yang tidak datang ke posyandu. Kelompok sasaran balita hanya akan berkunjung ke posyandu sampai usia anak 9 bulan11. Hal ini mengingat paket immunisasi lengkap yang disubsidi pemerintah pada anak balita selesai pada usia 9 bulan. Faktor lain yang menyebabkan masyarakat tidak berkunjung ke posyandu karena musim panen atau turun sawah. Peran serta lembaga masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah puskesmas Wates, pemberian makanan tambahan yang ada di posyandu juga didukung oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat. Bantuan PMT tersebut bersifat rangsangan agar masyarakat memperhatikan status gizi balitanya melalui posyandu. Secara keseluruhan uraian peran serta masyarakat di wilayah kerja puskesmas kedua puskesmas tersebut dapat dilihat ringkasan tabel 2. Fasilitasi Pemerintah. Salah satu kegiatan revitalisasi posyandu di Kabupaten Tanggamus adalah penyediaan sarana kegiatan posyandu
6 Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

terutama sarana timbangan balita. Gambaran sarana/perlengkapan pada 8 posyandu yang diamati di Puskesmas Wates dan di Puskesmas Pringsewu tercantum dalam tabel 3. Dengan adanya kegiatan revitalisasi posyandu di Kabupaten Tanggamus telah meningkatkan sarana penimbangan, namun pengadaan sarana/perlengkapan pencatatan, pelaporan dan oralit serta tablet besi di posyandu yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten melalui puskesmas walaupun sering terjadi keterlambatan. Untuk membiayai kegiatan posyandu hingga saat ini dihimpun dari semangat kebersamaan dan digunakan secara terpadudari masyarkat, sedangkan pemerintah belum menyediakan dana operasional kegiatan posyandu hanya saja bantuan uang transportasi kader sebesar Rp. 3.000,- masing masing kader untuk 5 orang kader per posyandu melalui program kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak. Bimbingan teknis terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan tidak terjadwal oleh puskesmas, namun dalam pelaksanaan pembinaan posyandu oleh puskesmas dilakukan melalui pembentukan petugas pembina desa (Gasbinsa). Berikut pernyataan kepala puskesmas Pringsewu:
Gasbinsa untuk di Pringsewu sangat berperan karena segala kaitan yang ada di desa selain koordinator posyandu, gasbinsalangsung terlibat baik jadwal dalam kegiatan posyandu, juga menemukan kendala kendala yang terjadi di wilayah......

Secara keseluruhan uraian fasilitasi pemerintah melalui kedua puskesmas tersebut dapat terlihat ringkasan dalam tabel 4. Kinerja Posyandu. Kinerja posyandu dilihat dari penyelenggaraan pelaksasnaan posyandu, sehingga mencapai strata kemandirian posyandu. Kemandirian posyandu tersebut dilihat dari frekwensi penimbangan rerata kader tugas, cakupan D/S, program tambahan dan cakupan dana sehat. Dari hasil observasi pada posyandu di wilayah puskesmas Wates dan posyandu wilayah puskesmas Pringsewu hingga semester I tahun 2004 sebagaimana tabel 512. Secara keseluruhan kinerja posyandu di Puskesmas Wates lebih baik dibandingkan dengan posyandu di Puskesmas Pringsewu. Hal ini dipengaruhi pula oleh peranan Lembaga Swadaya Masyarakat yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Wates. Pelaksanaan posyandu terdapat tiga komponen utama yang sangat berperan dan saling berkaitan yaitu, peran serta masyarkat (kader dan tokoh masyarakat), peran puskesmas serta peran sektor lainnya13. Keberhasilan revitalisasi posyandu di Puskesmas Wates karena keterlibatan puskesmas dan partisipasi masyarakat serta dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan tujuan
Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan 7

diadakannya revitalisasi posyandu berdasarkan pedoman umum revitalisasi posyandu yaitu meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat untuk kesinambungan kegiatan posyandu6.

Kesimpulan
Revitalisasi posyandu berhasil meningkatkan kinerja posyandu di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, namun peningkatannya belum merata karena perbedaan peran serta masyarakat dan fasilitasi pemerintah melalui puskesmas terhadap posyandu. Peran serta masyarakat di Posyandu Puskesmas Wates lebih berpengaruh terhadap kinerja posyandu dibandingkan dengan Peran serta masyarakat di wilayah kerja puskesmas Pringsewu. Fasilitasi Pemerintah melalui Puskesmas di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Wates lebih berpengaruh terhadap kinerja posyandu dibandingkan dengan fasilitasi pemerintah di wilayah kerja puskesmas Pringsewu.

Saran
Puskesmas dapat mempererat kerjasama lintas sektoral untuk menunjang kegiatan posyandu dengan melibatkan kader dan tokoh masyarakat, meakukan bimbingan teknis yang terencana, dan mengajukan usulan pengadaan sarana/perlengkapan posyandu ke Dinas Kesehatan Kabupaten. Dinas Kabupaten dapat memasukan dana operasional posyandu dan tambahan imbalan atau insentif untuk kader posyadu setiap bulannya dalam anggaran tahunan kepada Pemerintah Daerah dan melakukan koordinasi lintas sektoral terkait guna melakukan pembinaan posyandu, serta menjalin kerjasama dengan LSM untuk memberdayaan masyarakat agar lebih memperhatikan bidang kesehatan melalui kegiatan posyandu.

Daftar Pustaka
1. Konsepsi N-21. (1998). Pusdiknakes, Litbang, http://www.gizi.net/Jurnal-posyandu/19-06-03. Jakarta.

2. Departemen Kesehatan RI. (1986). Posyandu, Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 3. Departemen Kesehatan RI. (2001). Arrif, Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat. Jakarta.
8 Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

4. Departemen Kesehatan RI. (1999). Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta. 5. Departemen Dalam Negeri RI. (2001). Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.411.3/1116/SJ, tentang Pedoman Revitalisasi Posyandu. Jakarta. Available: http://www.ristek.go.id./referensi /hukum/-prop. html. 6. Departemen Dalam Negeri RI. (2001). Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.411.3/1116/SJ. Tentang Pedoman Revitalisasi Posyandu. Jakarta. Available: http://www.ristek.go.id./referensi /hukum/-prop. html. 7. Departemen Kesehatan RI. (1998). Posyandu Penyuluhan Kesehatan Masyarakat RI. Jakarta. 8. Suratiyah, K. (1989). Peranan Wanita dalam Pembangunan: Studi tentang Kader Kesehatan Wanita di Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. 9. Yuwono, Y. (2000). Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Drop Out Kader Posyandu di Kecamatan Mrebet Purbalingga, Tesis, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, UGM, Yogyakarta. 10. Irawati, Anies 2001. Kajian Pelaksanaan Revitalisasi Posyandu pada Masyarakat Nelayan dan Petani di Propinsi Jawa Barat. Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI. 11. Purhadi (2004) Gambaran Kegiatan Kader dan Partisipasi Masyarakat Setelah Dilaksanakannya Revitalisasi Posyandu di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, Tesis Program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, UGM, Yogyakarta. 12. Dinas Kesehatan Kab. Tanggamus (2004). Laporan Semester I tahun 2004. 13. Suwandono, A. (1989). Peran Serta Masyarakat dan Posyandu, disampaikan pada Diskusi ilmiah Badan Litbang Kesehatan, Jakarta.

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Lampiran Tabel
Tabel 1. Cakupan Pelayanan Posyandu
Jenis pelayanan Balita Immunisasi DPT Immunisasi Polio 3 Immunisasi TT 2 ibu hamil KB pil Pemeriksaan ibu hamil
Sumber: Depkes RI, 1999

Cakupan (%) 74,0 61,9 60,9 22,4 32,4 11,2

10

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Tabel 2. Peran Serta Masyarakat


Peran Serta Masyarakat Kader Membentuk dana sehat Melaksanakan kegiatan lain Tokoh masyarakat Kelompok sasaran Lembaga masyarakat yang lain Wates Sudah seluruh KK Sudah, KP-KIA dan Gertak PB Hampir semua pamong terlibat Balita dan ibu hamil Ada LSM yang terlibat dalam posyandu Pringsewu

Belum

Belum semua pamong terlibat, karena ada masalah politik Balita dan ibu hamil Tidak ada

Tabel 3. Sarana Kegiatan di Posyandu


Sarana/Perlengkapan di Posyandu Timbangan berat badan Buku Kesehatan Ibu dan Anak Formulir pendaftaran Formulir pencatatan Blangko SKDN Formulir Laporan Buku catatan keuangan Alat peraga penyuluhan Tersedia Oralit Tersedia Tablet besi Wates n % 8 100 8 100 6 75 8 100 4 50 8 100 6 75 4 50 6 75 7 87,5 Pringsewu n % 8 100 6 75 4 50 8 100 2 25 6 75 4 50 2 25 5 62,5 5 62,5

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

11

Tabel 4. Fasilitasi Pemerintah dalam Kegiatan Posyandu


Fasilitasi Pemerintah Sarana Dana Wates Relatif lebih lengkap Tidak ada dana operasional posyandu, hanya uang tranportasi kader Dilakukan oleh Gasbinsa secara rutin, dan dari Puskesmas belum terjadwal Pringsewu Relatif kurang lengkap Tidak ada dana operasional posyandu, hanya uang tranportasi kader Dilakukan oleh Gasbinsa belum rutin dan dari Puskesmas belum terjadwal

Bimbingan teknis

Tabel 5. Kemandirian Posyandu


Posyandu Strata posyandu Frek. Penimbangan/ tahun Jumlah kader aktif Cakupan D/S (%) Prog. tambahan Dana Sehat

Aster I Aster II Aster III Nusa Indah Sakura Bugenvile Shinta Tambak Mulyo Kutilang I Kutilang II Kutilang III Kutilang IV Kutilang V Cendrawasih III Cendrawasih IV Cendrawasih V

Purnama Purnama Purnama Mandiri Purnama Purnama Mandiri Mandiri Madya Pratama Madya Pratama Pratama Pratama Pratama Madya

PKM Wates 12 5 orang 12 5 orang 12 5 orang 12 7 orang 12 6 orang 12 5 orang 12 6 orang 12 6 orang PKM Pringsewu 12 5 orang 12 5 orang 12 5 orang 12 5 orang 12 5 orang 12 5 orang 12 5 orang 12 5 orang

57,7 57,5 57,7 67,6 59,0 59,2 65,2 64,6 51,6 44,7 51,4 41,0 43,4 49,0 49,2 51,3

Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Tidak Tidak Tidak Ada

12

Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

You might also like