You are on page 1of 9

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Dosen Pembimbing : Pipin Farida, SKp, M.Kes Tingkat II (Reguler) Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Arum Ambar Sari Desi Ratna Anggraini Gita Puspasari Laras Pratama Indrianti Noviana Estuti Rahayu Nurbany Mutia Sastrie Rifan Setyadi Risti Catur Pamungkas

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III JURUSAN KEPERAWATAN PRODI KEPERAWATAN PERSAHABATAN 2012

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)


A. Topik / Judul B. Sub topik C. Hari / tanggal D. Waktu E. Sasaran F. Pelaksana : Gangguan Jiwa : Isolasi Sosial : Jumat, 8 Juni 2012 : 15 Menit ( 09.00 - 09.15 WIB) : Pasien dan Keluarga : 1. Gita Puspasari 2. Noviana Estuti Rahayu 3. Rifan Setyadi 4. Risti Catur Pamungkas G. Tempat H. Tujuan a. TUM : Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit diharapkan keluarga klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara optimal. b. TIK : Klien dan keluarga klien diharapkan mampu memahami :
1. Mengetahui pengertian isolasi sosial

: Ruang Melati

2. Mengetahui penyebab menarik diri


3. Mengetahui tanda dan gejala isolasi sosial 4.Mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain dan

kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 5. Mengetahui penatalaksanaan isolasi sosial I. Latar Belakang Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung ( isolasi diri ). Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain.

Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan atau stimulus yang adequat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan terus menerus dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan atau diberikan kepada klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat mengalami halusinasi, kebersihan diri kurang dan kegiatan hidup seharihari kurang adekuat. J. Seleksi pasien dan keluarga 1. 2. 3. Kondisi pasien baik Pasien dan keluarga bersedia mengikuti pendidikan kesehatan Proses seleksi dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan

K. Jadwal Kegiatan 1. 2. 3. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan : Ruang Melati Lama pelaksanaan pendidikan kesehatan Waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan : 15 menit (09.00 09.15) : Jumat, 8 Juni 2012

L. Metode Pelaksanaan M. Media dan Alat N. Pengorganisasian 1. 2. 3. 4. Penyuluh Fasilitator Observer Keluarga

: Ceramah dan Tanya jawab : Leaflet

: Noviana Estuti & Gita Puspasari : Risti Catur Pamungkas : Rifan Setyadi : Nurbany, Desi ratna, Arum, Laras

O. Setting Tempat Keterangan : P : Penyuluh F : Fasilitator K : Keluarga O : Observer

K PP K O

K K

P. Strategi dan Pelaksanaan No WAKTU 1 5 Menit . KEGIATAN PENYULUHAN Pre interaksi a. Memberi salam b. Memperkenalkan diri 2. 7 Menit c. Menjelaskan maksud dan tujuan Interaksi a. Menjelaskan b. Menjelasklan tentang tentang dari isolasi social apa penyebab dari menarik diri gejala dari isolasi social Klien dan klien RESPON TTD Menjawab salam Mendengarkan

pengertiankeluarga sajadan

mendengarkan memperhatikan seputar isolasi

c. Menjelaskan tentang tanda danpenjelasan


d. Menjelaskan tentang keuntungansocial.

berhubungan dengan orang lain dan kerugian berhubungan dengan orang lain e. Menjelaskan 3. 5 Menit tentang Klien keluarga dapat dan klien menjawab penatalaksanaan isolasi sosial Terminasi a. Menyimpulkan hasil penyuluhan kesehatan

b. Rencana tindak lanjut keluarga membantu klien untuk bersosialisasi ketika klien akan pulang. c. Salam penutup . Q. Evaluasi 1. Apa pengertian dari isolasi sosial ? 2. Apa saja penyebab dari menarik diri ? 3. Apa tanda dan gejala dari isolasi sosial ?

pertanyaan diberikan penyuluh.

yang oleh

4. Apa keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 5. Sebutkan penatalaksanaan isolasi sosial? R. Daftar Pustaka Townsend M.C,1998.diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri, pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan,Jakarta : EGC Stuart and sudden. Buku saku keperawatan kesehatan jiwa, alih bahasa hapid AYS,Jakarta : EGC http://materikuliah-gembilnurcha.blogspot.com/2011/03/sap-isos.html diakses pada tanggal 31 Mei 2012 10.40 WIB

LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Isolasi social adalah suatu keadaaan kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negative yang mengancam. ( Mary C. Townsend, 1998) Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Isolasi sosial disebabkan oleh perasaan yang tisak berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang autistik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi (Stuart and Sundeen, 1998).

B. Penyebab dari menarik diri 1. Faktor predisposisi a. Faktor perkembangan Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada

orang lain maupun lingkungan dikemudian hari. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek. b. Faktor Komunikasi dalam Keluarga Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi penting dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap bermusuhan/hostilitas, sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak, selalu mengkritik, menyalahkan, dan anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaraan anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah, ekspresi emosi yang tinggi, double bind, dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat c. Faktor sosial budaya. Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial. d. Faktor biologis Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian kembar monozigot apabila salah satu diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

2. Faktor presipitasi

a. Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dan dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial. b. Stressor biokimia berupa teori dopamin yaitu kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) di dalam darah akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka penurunannya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.Faktor endokrin berupa jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hipertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenokortikal seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik. Viral hipotesis yaitu beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah struktur sel-sel otak. C. Tanda dan Gejala 1. Apatis, ekspresi sedih. 2. Menghindari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan. 3. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain, misalnya pada saat makan. 4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk. 5. Berdiam diri dikamar/tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya. 6. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. 7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan. 8. Posisi janin pada saat tidur.

9. Tidak mampu membuat keputusan.dan berkonsentrasi. D. Keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. 1. Keuntungan berhubungan dengan orang lain : a. Menambah banyak teman
b. Bisa berbagi dengan sesama

c. Bisa saling membantu/menolong d. Bisa melupakan semua kesedihan e. Dihormati dan dihargai oleh orang lain 2. Kerugian tidak berhubungan dengan orang lain : a. Tidak mempunyai teman b. Tidak bisa mengenal orang lain c. Selalu menyendiri d. Tidak dihormati dan dihargai oleh orang lain e. Tidak bisa berbagi pengalaman/selalu menghadapi masalah sendiri. E. Penatalaksanaan 1. Bina hubungan saling percaya 2. Interaksi sering dan singkat 3. Dengarkan dengan sikap empati 4. Beri umpan balik yang positif 5. Jujur dan menepati semua janji 6. Bimbing klien untuk meningkatkan hubungan sosial secara bertahap 7. Berikan pujian saatklien mampu berinteraksi dengan orang lain 8. Diskusikan dengan keluarga untuk mengaktifkan support system yang ada 9. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti depresan

You might also like