You are on page 1of 2

New Business Model in Emerging Markets

Saat ini terdapat lebih dari 20.000 multinational company beroprasi di emerging economies. Menurut para ahli ekonomi, saat ini western multinationals mengharapkan mendapatkan 70% dari pertumbuhan perusahaan yang akan datang berasal dari negara berkembang, bahkan 40% hanya berasal dari China dan India. Para ahli ekonomi juga mengatakan bahwa satu-satunya jalan agar perusahaan dapat berkembang dengan baik di negara berkembang yaitu dengan memotong cost dengan kejam dan menerima profit margin yang mendekati nol. Kesulitan terbesar dari western companies memasuki negara berkembang bukan karena mereka tidak dapat membuat penawaran yang menarik, namun mereka menjalankan bisnis model yang salah. Banyak multinational companies yang dengan mudahnya menerapkan bisnis model yang digunakan pada daerah mereka ke negara berkembang, yang belum tentu keadaan yang dihadapinya sama. Mereka biasanya menjual barang dengan harga yang lebih murah dikarenakan bentuk yang lebih kecil maupun menggunakan tenaga kerja, bahan baku, maupun sumber daya yang lainnya yang lebih murah. Bahkan beberapa negara mendesain produk dan memproduksinya secara lokal dan menggaji local country manager, namun operating model yang dilakukan tetap tidak berubah, sesuai dengan yang telah berjalan pada daerah yang memiliki pendapatan tinggi. Setelah dilakukannya penelitian mengenai pasar pada negara berkembang, terdapat 3 tahapan business model innovation dan implementasi process yang perlu dilakukan, yaitu: 1. Identifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi dari target customer; 2. Membuat blueprint model yang dapat memberikan profit dengan harga yang pelanggan bersedia untuk membayar; 3. Implementasi dan mengembangkan model dengan menguji essntial assumptions dan menyesuaikan sesuai yang didapat. Start in the Midle Perusahaan yang ingin memasuki pasar negara berkembang harus mengambil langkah start-up strategy, dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan dasar yang belum terpenuhi yang dapat memberikan profit. Banyak perusahaan yang teriming-imingi profit dengan menjual barang ataupun jasa low-end dengan volume yang besar pada kaum orang miskin pada pasar negara berkembang. Produk highend juga tersedia secara luas hanya untuk yang mampu untuk membayar dengan pasar yang sangat kecil. Menurut penelitian, justru pasar yang sangat luas berada pada antara kedua pasar ekstrim tersebut. Perusahaan yang bermain di bisnis model tersebut akan memiliki kesempatan besar untuk tumbuh pesat.

Sebagai contoh perusahaan Godrej & Boyce yang berasal dari India. Dimulai dengan menjual kunci dan kini memproduksi segala sesuatu dari pewarna rambut hingga kulkas dan mesin cuci. Dari data penjualan yang ada, saat ini produk kulkas yang ada hanya 18% yang terserap oleh pasar, dimana menjadi pertanyaan apakah Godrej mampu membuat produk dengan versi yang lebih murah dengan melihat kebutuhan dari kaum yang miskin yang tidak memiliki kulkas. Berdasarkan pengamatan, masyarakat pedesaan dan semiurban memiliki penghasilan sekitar $125 - $200 perbulan, tinggal di satu kamar dengan 4-5 anggota keluarga, dan sering berpindah tempat tinggal. Dengan keadaan tersebut mereka tidak dapat memiliki kulkas konvensional, dan biasanya menggunakan kulkas bekas dengan isi yang tidak banyak serta listrik yang kurang mendukung. Tentu saja untuk kaum seperti ini harga kulkas yang ada susah untuk dijangkau. Dari sini lah dapat terlihat bahwa adanya kesempatan untuk membuat produk baru dengan harga yang lebih terjangkau untuk pasar yang belum terpenuhi. Dengan menargetkan pasar tersebut, terdapat dua keuntungan, yaitu lebih mudah menjangkau pasar yang belum terpenuhi (kaum miskin) dan lebih mudah untuk mengambil pasar yang ada.

You might also like