You are on page 1of 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMPUNYAI BALITA DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG DI KELURAHAN SEBERANG

PADANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEBERANG PADANG KOTA PADANG TAHUN 2012 Proposal Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan S-1 Kesehatan Masyarakat

Diajukan Oleh : Mepri Junaldi 0810104019

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKes ALIFAH PADANG 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau Infan Mortality Rate (IMR). Angka kematian bayi ini tidak berdiri sendiri melainkan terkait dengan factor-faktor lain, terutama gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan dan gizi bayi itu sendiri sebagai faktor tidak langsung maupun langsung sebagai penyebab kematian bayi. Bayi dan balita yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap penyakitpenyakit infeksi, termasuk diare dan infeksi saluran pernafasan akut, terutama pneumonia. Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada perbaikan gizi bayi dan balita merupakan awal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kekurangan gizi pada bayi dan balita akan berakibat terhadap munculnya masalah kesehatan yang lain dan akibatnya akan berdampak terhadap menurunnya derajat kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Masalah gizi pada hakikatnya adalah kesehatan masyarakat, namun

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya gizi adalah multi faktor, oleh karena itu penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (supariasa,2002). Masalah gizi pada masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan aspek-aspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan dan sebagainya. Oleh sebab itu, penanganan atau perbaikan gizi sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan kepada gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga ke arah bidang bidang yang lain. Misalnya penyakit KKP (kekurangan kalori dan protein) pada anakanak balita, tidak cukup dengan hanya denagan pemberian makanan tambahan saja (PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi keluarga, dan peningkatkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003)

Secara klinis, keadaan gizi kurang berkaitan dengan angka mortalitas yang tinggi akibat sebagian besar penyakit yang terjadi pada masa kanak-kanak (Palupi, 2009). Ketika tidak mendapatkan asupan gizi yang sesuai usiannya, anak akan mengalami masalah kekurangan gizi. Kurang gizi ditandai dengan badan yang kurus, karena berat badannya kurang untuk anak seusianya. Anak bergizi kurang biasanya disebabkan karena kekurangan gizi mikro seperti zat besi, vitamin, atau yodium. Penambahan gizi dalam asupan makanan sangat diperlukan untuk memperbaiki status gizi anak (female kompas, 2012). Menurut publikasi WHO sejumlah anak-anak menderita gizi kurang yang serius : satu juta di Amerika Latin, tiga juta di Afrika dan enam juta di Asia dan yang menderita gizi kurang tingkat sedang, 10 juta di Amerika Latin, 16 juta di Afrika dan 64 juta di Asia. Seluruhnya ada 10 juta berada pada ambang kematian da 90 juta menunjukkan keadaan infeksi yang menyebabkan meningkatnya resiko bahaya (Suhardjo, 2003). Dinegara berkembang, kesakitan dan kematian pada anak umur 1-4 tahun banyak di pengaruhi oleh keadaan gizi. Pengaruh keadaan gizi pada umur itu lebih besar dari pada umur kurang dari satu tahun. Anak umur 1-4 tahun merupakan periode ketika seorang anak tumbuh dengan cepat sehingga kebutuhan akan zat-zat gizi juga meningkat (Supariasa, 2002). Memasuki era globalisasi indonesia masih menghadapi maslah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan gizi lebih dengan resiko penyakit yang ditimbulkan. Masalah gizi ganda ini terdapat dimasyarakat pedesaan dan perkotaan. Masalah gizi ganda pada hakekatnya merupakan masalah prilaku. Untuk mengkoreksi masalah gizi ganda tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan melalui pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan benar, disamping pendekatan lain. Untuk itu diperlukan acuan/bahan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang perilaku gizi baik dan benar. Pada keluaga dengan tingkat social ekonominya rendah atau sering disebut keluaga miskin, umumnya sering mengahadapi masalah kekurangan gizi yang disebut gizi kurang (Elfindri dkk, 2011).

Beban pembangunan bidang kesehatan nasional akan semakin berat dengan adanya masalah gizi ganda karena baik gizi kurang maupun gizi lebih sangat sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan yang lain (Elfindri, dkk, 2011). Balita kurang gizi pada awalnya ditandai oleh adanya gejala sulit makan. Gejala ini sering tidak diperhatikan oleh pengasuh, padahal bila hal ini berjalan lama akan menyebabkan berat badan anak tidak meningkat atau bila ditimbang hanya meningkat sekitar 200 gram setiap bulan. Padahal idealnya balita sehat peningkatannya diatas 500 gram per bulan. Seyogianya ibu maupun pengasuh bayi tidak meremehkan gejala sulit makan karena hal ini merupakan gejala awal dari kurang gizi (Adiningsih, 2010). Oleh karena itu, sangat penting bagi para ibu mengenal tentang konsep gizi seimbang, serta pengetahuan gizi pada bayi dan balita serta pemberian makanan sebagai pendamping ASI. Dengan pengetahuan yang memadai diharapkan seorang ibu balita akan memberikan fokus yang tepat pada pengasuhan bayi atau balitanya (Adiningsih, 2010). Dari data profil kesehatan indonesia tahun 2010, prevalensi status gizi balita propinsi Sumatra barat diketahui berdasarkan BB/U status gizi kurang 14,4%. Menurut laporan tahunan dinas kesehatan kota padang pada tahun 2011 dilakukan survey pemantauan status gizi (PSG) dan penimbangan massal di seluruh kelurahan wilayah kerja puskesmas, dengan jumlah sampel sebanyak 52379 balita, dengan hasil pemantauan status gizi (PSG) dan penimbangan massal balita prevalensi balita kurang (gizi kurang) dengan indikator BB/U sebesar 10,68% jika dibandingkan dengan tahun 2010 status gizi kurang (10,28%). Menurut hasil penelitian suci dwi utari (2011) yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai balita dengan status gizi balita di kelurahan balai gadang wilayah kerja puskesmas air dingin padang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Dari 92 responden yang diteliti didapatkan hasil bahwa status gizi balita dikelurahan balai gadang 15 (16,3%) balita dengan status gizi sangat kurang (buruk) dan tingkat pengetahuan ibu responden 11 (12,0%) berpengetahuan kurang.

Dari data awal yang didapatkan dari laporan hasil penimbangan massal puskesmas seberang padang pada bulan februari sampai maret berdasarkan BB/U tahun 2011 yang terdiri dari 4 kelurahan dengan jumlah balita yang ditimbang sebanyak 1222 balita diketahui status gizi kurang sebesar 158 balita (terlampir). Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita dengan kejadian gizi kurang di kelurahan seberang padang wilayah kerja puskesmas seberang padang kota padang tahun 2012.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mengetahui Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita dengan kejadian gizi kurang di kelurahan seberang padang wilayah kerja puskesmas seberang padang kota padang tahun 2012. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita dengan kejadian gizi kurang di kelurahan seberang padang wilayah kerja puskesmas seberang padang kota padang tahun 2012. 2. Tujuan khusus a. Diketahui distribusi frekuensi gizi kurang balita di kelurahan seberang padang wilayah kerja puskesmas seberang padang kota padang tahun 2012. b. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai balita di kelurahan seberang padang wilayah kerja puskesmas seberang padang kota padang tahun 2012. c. Diketahui distribusi frekuensi sikap ibu yang mempunyai balita di kelurahan seberang padang wilayah kerja puskesmas seberang padang kota padang tahun 2012.

d. Diketahui hubungan tingakat pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita dengan kejadian gizi kurang di kelurahan seberang padang wilayah kerja puskesmas seberang padang kota padang tahun 2012. D. Manfaat Hasil Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yaitu : 1. Puskesmas Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam rangka meningkatkan upaya upaya pencegahan gizi kurang di wilayah kerja puskesmas seberang padang tersebut. 2. Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam memberikan informasi dan pengetahuan tentang gizi kurang balita dan data dari penelitian dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian berikutnya. 3. Penulis Sebagai pedoman dalam menerapkan ilmu dan mendapatkan pengalaman dalam penelitian yang berhubungan dengan kejadian gizi kurang. E. Ruang Lingkup Penelitian Karena keterbatasan waktu peneliti hanya membatasi penelitian ini tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita dengan kejadian gizi kurang di kelurahan seberang padang wilayah kerja puskesmas seberang padang kota padang tahun 2012.

You might also like